Struktur
VAP : L1 protein (menginisiasi replikasi dengan binding ke HEPARIN PROTEOGLYCAN & INTEGRIN
α6 and other receptors on the cell surface).
HPV termasuk dalam 5 dari 18 genus Papillomaviridae: alfa, beta, gamma, mu dan
nu. (5 genus yang berhubungan dengan infeksi pada manusia)
EPIDEMIOLOGI
HPV – tersebar luas dalam masyarakat, penyebab infeki/tumor pada kulit, mukosa, dan
keganasan pada traktus genitalis (khususnya kanker serviks).
CUTANEOUS WARTS
-common warts; 71% , banyak pada anak usia sekolah dgn prevalensi 4-20%
-plantar warts; 34% , pada remaja dan dewasa muda
-flat warts; 4% , predominan pada anak-anak.
Kelompok beresiko tinggi cutaneous warts: penjagal, pengolah daging, dan pengolah ikan.
HPV genital merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang paling umum.
TRANSMISI
Cutaneous warts; kontak erat dengan pasien dan adanya lesi minor pada tempat
inokulasi.
Anogenital warts; hubungan seksual
Pada anak-anak, genital warts dapat terjadi karena kontak tangan dengan lesi non-
genital
Virus tahan terhadap panas sehingga untuk sterilisasi instrumen yang terkontaminasi
harus dengan autoklaf.
KLASIFIKASI
Berdasarkan kemampuan HPV menginduksi keganasan, terdapat 3 kelompok
HPV, yaitu: LR-HPV, pHR-HPV, and HR-HPV
1. Resiko tinggi (tipe onkogenik) – tipe 16,18,31,33,35,39,45,51,52,56,58,59
2. Kemungkinan resiko tinggi – tipe 26,53,66,68,73,82
3. Resiko rendah (tipe non-onkogenik) – tipe 6,11,40,42,43,44,54,61,70,72,81
REPLIKASI VIRUS
Siklus hidup HPV tidak jauh berbeda dengan virus dsDNA lainnya.
Tahap awal siklus hidup HPV dimulai dengan terpaparnya virus pada sel pejamu. Paparan ini
terjadi karena adanya luka atau lesi pada lapisan epitel sel pejamu.
Setelah terpapar dengan sel, virus kemudian akan melekat pada sel pejamu melalui reseptor yang
terdapat dipermukaan sel pada lapisan basal epitel. (HPV infection is limited to the basal cells
of stratified epithelium)
Umumnya, HPV akan berikatan dengan reseptor primer Syndecan-1 (isotip Heparan Sulfat
Proteoglycans (HSPGs) yang dominan ada di permukaan sel epitel) lebih dulu, kemudian HPV
akan memodifikasi kapsidnya dan berikatan dengan reseptor sekunder yakni reseptor kelompok
alpha integrin. (# HPV virion associates with receptors such as laminins, and annexin A2)
Ikatan yang terbentuk antara virus dengan reseptor yang spesifik dari sel pejamu akan
memberikan signal kepada sel pejamu untuk mengendositosis virus.
Endositosis virus di awali dengan terbentuknya lekukan pada plasma membran di sekitar tempat
melekatnya virus. Lekukan ini kemudian membentuk vesikel yang melingkupi virus. Virus yang
telah diendositosis oleh sel, selanjutnya akan mengalami uncoating. Proses uncoating difasilitasi
oleh penghilangan ikatan intracapsomer sulfide sehingga kapsid terbuka. Proses ini berlangsung
dalam lingkungan sel host.
Setelah mengalami uncoating DNA virus akan keluar dari vesikel dan mengikat mikrofilamen
melalui interaksi region L2 dengan protein motor kompleks dinein untuk membantu transportasi
dalam sitolasma dan inti sel. Genom HPV akan masuk ke dalam inti sel dan mengaktifkan
cascade ekspresi gen virus. Pertama virus akan mengekpresikan protein yang berperan sebagai
faktor replikasi yakni protein E1 dan E2.
Protein E2 berikatan dengan viral origin of replication virus yang terdapat di DNA virus, ikatan
ini memberikan signal pada protein E1 helikase untuk memisahkan untai ganda DNA virus dan
membentuk kompleks replikasi.
Kompleks replikasi ini akan memberikan signal untuk enzim polymerase dan protein asesori sel
pejamu untuk memulai proses replikasi DNA virus.
Seiring degan proses diferensiasi sel epitel, aktivitas promoter akhir (late promoter) akan
meningkat. Promoter akhir pada virus HPV akan menginisiasi ekspresi dari dua gen yang
mengkode protein struktural (kapsid) virus, yaitu L1 dan L2. Selanjutnya, partikel DNA, bersama
dengan protein virus akan dirakit membentuk partikel infeksius pada bagian atas lapisan epitel.
Protein L2 berperan membungkus genom virus, sedangkan protein L1 berperan membentuk
kapsid ikosahedral pada bagian luar virus. Kemudian, virus HPV akan mengalami eksositosis dan
keluar dari sel untuk menginfeksi sel lain yang belum terinfeksi (non-litik).
MANIFESTASI KLINIS
DIAGNOSIS Colposcopy: a procedure that allows
illuminated stereoscopic and
magnified viewing of the cervix.
PCR-based methods: HPV DNA can be
amplified selectively by a series of
reactions that lead to an exponential
and reproducible increase in viral
sequences present in the biological
specimen.
serological assays: ELISA or western
blot analysis
TATALAKSANA
Surgical and other procedures --- If medications don't work the following methods
can be use to remove warts
• Freezing with liquid nitrogen (cryotherapy)
• Burning with an electrical current (electrocautery)
• Surgical removal
• Laser surgery
PENCEGAHAN
KUTIL ANOGENITAL
I. Definisi
Infeksi menular seksual yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan
pada kulit dan mukosa anogenital. Sebanyak 90% disebabkan HPV tipe 6 dan tipe 11, masa inkubasi 3
minggu sampai dengan 8 bulan, bahkan sampai dengan 18 bulan.
II. Kriteria Diagnostik
Klinis
1. Anamnesis:
Benjolan di daerah genital yang tidak nyeri
Adanya riwayat kontak seksual sebelumnya
2. Pemeriksaan klinis:
Vegetasi atau papul soliter dapat juga multipel
Terdapat empat morfologi:
o Akuminata
o Papul dengan permukaan menyerupai kubah
o Papul keratotik dengan permukaan kasar
o Papul datar
Bentuk lain:
o Bowenoid papullosis yang merupakan varian lesi papula berbentuk kubah atau datar, berwarna hitam, dan
ditemukan tipe HPV risiko tinggi yaitu tipe 16.
o Giant condyloma atau Buscke-Lowenstein tumor yaitu lesi yang berukuran lebih besar, bersifat invasif dan
destruktif secara lokal, namun tidak bermetastasis, serta ditemukan HPV tipe 6 dan tipe 11.
Lesi di perianal dapat ditemukan pada laki-laki dan perempuan tetapi lebih umum ditemukan pada laki-laki
yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).
Lesi di anus biasanya berkaitan dengan hubungan seks anogenital penetratif.
Diagnosis Banding
1. Pearly penile papules (laki-laki) dan vestibular papillae (perempuan)
2. Fordyce spot
3. Kondiloma lata
4. Keratosis seboroik
5. Nevus melanositik
6. Skin tag
7. Moluskum kontagiosum
8. Karsinoma sel skuamosa
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila lesi meragukan, atau tidak berespons dengan pengobatan.
2. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan ini untuk mengetahui tipe HPV, namun bukan untuk menegakkan diagnosis.
3. Tes asam asetat 5%
Tes ini dipakai untuk mendeteksi lesi yang meragukan/subklinis, tipe papul datar. Asam asetat 5% dibubuhkan
pada lesi yang dicurigai selama 5 menit. Hasil: lesi akan berubah warna menjadi putih (tes acetowhite positif).
III. Penatalaksanaan
Jenis terapi yang akan diberikan tergantung dari ukuran, jumlah, dan lokasi lesi. Selain itu juga ketersediaan
alat dan obat, keinginan pasien dan pengalaman dokter.
Obat pilihan:
Tinktura podofilin 25%
1. Harus diaplikasikan oleh dokter
2. Direkomendasikan untuk lesi dengan permukaan verukosa
3. Efikasi 19-79%, rekurensi 17-74%
4. Tidak boleh pada ibu hamil dan menyusui, serta lesi yang luas
5. Cara: lindungi kulit sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi, biarkan selama 4 jam, kemudian
cuci. Pengobatan dapat dilakukan seminggu dua kali, sampai lesi hilang.
Podofilotoksin 0,5%
1. Dapat diaplikasi oleh pasien
2. Terapi diberikan 2 kali sehari selama 3 hari, selanjutnya istirahat 4 hari, diulang selama 4-5 sesi
3. Tidak boleh digunakan pada ibu hamil
Krioterapi
1. Harus diaplikasikan oleh dokter
2. Direkomendasikan untuk lesi di genital eksterna, vagina, serviks, meatus uretra, dan di dalam anus.
3. Efikasi 79-88%, rekurensi 24-40%
4. Cara: cairan nitrogen dapat diaplikasikan dengan semprotan, lidi kapas, atau cryoprobe (tidak boleh untuk
lesi di vagina). Cairan harus diaplikasikan sampai timbul halo yang berwarna putih, 2 mm di tepi lesi. Teknik
aplikasi dapat dengan single freeze atau double freezethaw. Freezing dapat selama 15-30 detik. Pengobatan
dapat diulang seminggu sekali sampai lesi hilang.
Bedah kauterisasi
1. Direkomendasikan untuk lesi di anogenital, terutama lesi berukuran besar
2. Efikasi 94%, rekurensi 23%
Laser CO2
1. Harus diaplikasikan oleh dokter
2. Direkomendasikan untuk lesi di anogenital, vagina dan serviks, terutama lesi berukuran besar.
3. Efikasi 67-100%, rekurensi 7-25%
4. Masker harus digunakan pada saat tindakan
Bedah eksisi
1. Diindikasikan untuk lesi yang sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi atau tidak dapat dilakukan
terapi dengan cara lainnya
2. Efikasi 89-93%, rekurensi 18-19%
Catatan: Apabila 6x pengobatan dengan 1 metode aplikasi, tidak menunjukkan perbaikan, dapat diganti
dengan metode aplikasi lain.
Edukasi
1. Kunjungan ulang: dilakukan 3-7 hari setelah terapi dimulai
2. Konseling, kemungkinan risiko tertular HIV dan IMS lainnya
3. Penapisan HIV dan sifilis (RPR dan TPHA)
4. Pemeriksaan Pap smear disarankan setiap 3 tahun bagi perempuan usia ≥21 tahun
5. Pasangan seksual:
Diinformasikan kemungkinan tertular walaupun tidak tampak lesi
Pemeriksaan tipe HPV tidak direkomendasikan
Dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya lesi dan IMS lainnya
Pencegahan:
1. Perubahan perilaku
Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
Setia terhadap pasangan
Penggunaan kondom
2. Vaksin:
Kuadrivalen
Bivalen
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia
Veruka Vulgaris
+DD; neurofibromatosis