Anda di halaman 1dari 10

BAHASA SEBAGAI SEMIOTIK SOSIAL DAN

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS


Oleh Amrin Saragih
Guru Besar Universitas Negeri Medan dan
Kepala Balai Bahasa Medan

ABSTRAK
Bahasa merupakan semiotik. Berbeda dengan semiotik umum yang
terdiri atas arti dan ekspresi, semiotik bahasa adalah semiotik sosial
yang terdiri atas unsur arti, bentuk, dan ekspresi. Selanjutnya,
pemakaian bahasa membentuk semiotik, yang terjadi dari semiotik
denotatif dan konotatif. Satu mahzab linguistik yang mengkaji bahasa
sebagai semiotik sosial adalah linguistik fungsional sistemik (LFS) yang
dalam teorinya para pakar LFS mengkaji bahasa dengan cara berbeda
dengan kajian linguistik formal. Ciri utama LFS adalah pendekatan arti
ke bentuk dan pelibatan konteks sosial, yang berbeda dengan kajian
linguistik formal dengan pendekan bentuk ke arti tanpa pelibatan
konteks sosial. LFS berfokus pada kajian unsur paradigmatik dan
sintagmatik bahasa. Sebagai kajian ilmiah tentang bahasa, linguistik
merupakan teori kebahasaan yang menjadi dasar atau rujukan dalam
pengembangan pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa
berdasarkan LFS menekankan realisasi arti, yang berupa
communicative functions, ke dalam tata bahasa (lexicogrammar),
ekpresi yang tepat (phonology) dan dalam konteks sosial pemakai
bahasa. Tulisan ini menguraikan bahasa sebagai semiotik sosial
dalam perspektif LFS dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa,
khususnya pembelajaran bahasa Inggris.

KATA KUNCI: bahasa, semiotik, linguistik fungsional sistemik

PENDAHULUAN sebagai teks (text) menentukan dan ditentukan


Teori LFS menyatakan bahwa bahasa oleh konteks sosial (social context).
terdiri atas sistem arti, bentuk, dan ekspresi Pendekatan fungsional yang bersifat
(Halliday 1994, Martin 1992, Halliday dan alamiah berprinsip bahwa bahasa dipahami dan
Matthiessen 2001). Hubungan antara ketiga diproduksi dengan merujuk kepada konteks
unsur itu merupakan semiotik. Berbeda dengan sosial. Dengan pengertian ini, pembelajaran
sistem semiotik biasa, yang hanya terdiri atas dua bahasa alamiah juga membabitkan arti, bentuk,
unsur, yakni arti dan ekspresi, semiotik bahasa ekspresi, dan konteks.
adalah semiotik sosial yang terdiri atas tiga
bagian, yakni arti (semantics), bentuk SEMIOTIK
(lexicogrammar), dan ekspresi (phonology atau Semiotik adalah kajian tentang sistem
graphology). tanda dan pemakaiannya (Fawcett, Halliday,
Hubungan antara arti dan bentuk bersifat Lamb dan Makkai 1984: xiii). Eco (1979: 3)
alamiah dan hubungan antara bentuk dan ekspresi berpendapat semiotik mencakup dua pengertian,
arbitrar (arbitrary). Bahasa terbentuk dalam yakni teori tentang kode dan pembentukan tanda.
konteks dan pemakaian bahasa merupakan Dengan dua pengertian ini, semiotik
semiotik, yang terjadi dari semiotik bahasa dan mencakup penyampaian (produksi) dan
semiotik konteks pemakaian bahasa, yang disebut pemahaman (interpretasi) arti dengan
konteks sosial. Dalam perspektif LFS, bahasa menggunakan tanda. Semiotik terbentuk dari dua
komponen, yakni arti (yang ditandai dengan

MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237 1


Bagan 1 : Semiotik Lalu Lintas
‘Arti’ Ekspresi
‘berhenti’ lampu merah
‘waspada’ lampu kuning
‘jalan terus’ lampu hijau

tanda ‘…’). Unsur ‘arti’ direalisasikan oleh terealisasi hampir seperti bentuk aslinya di dalam
ekspresi. Sebagai contoh, semiotik lalu lintas ekspresi. Sebagai contoh, foto dan lukisan adalah
direalisasikan sebagai berikut. realisasi ikonik. Benda atau realitas yang ada
Dalam Bagan 1 ‘berhenti’ direalisasikan, dalam foto sebagai ekpresi persis seperti benda
dinyatakan, dikodekan, atau direpresentasikan atau realitas sebenarnya.
oleh lampu merah. Tanda dalam Bagan I Kecuali ukurannya yang berbeda, foto
berarti ‘dinyatakan oleh’, ‘dikodekan oleh’, atau menggambarkan realitas yang sebenarnya
‘direpresentasikan oleh’. Selanjutnya, arti diwakilinya. Dalam bahasa, onomatopoeia
‘waspada’ dan ‘jalan terus’ masing-masing merupakan representasi ikonik, seperti kucing
direalisasikan oleh lampu kuning dan hijau. mengeong, harimau mengaum, dan langit
Dengan pengertian kajian realisasi ‘arti’ ke dalam gemuruh. Realisasi indeksikal menyatakan
‘ekspresi’, kajian semiotik mencakup hampir bahwa hanya sebahagian saja sifat atau hakiki
semua disiplin ilmu, bidang kehidupan, atau realitas atau arti terwakili dalam ekspresi.
lingkup yang luas, seperti tari, musik, seni lukis, Sebagai contoh, peta (realisasi daerah), tanda
bahasa, sastra, antropologi, psikologi, silang atau salib (Kristen), bulan sabit dan
komunikasi dan jurnalisme, matematika, fisika, bintang (Islam), garpu dan sendok (restoran atau
kimia, dan biologi. rumah makan), palang (larangan masuk) adalah
Bahkan, dapat dikatakan bahwa hidup realisasi indeksikal.
manusia tidak dapat dipisahkan dari semiotik. Dalam bahasa, akronim atau singkatan
Sebagai contoh, lenggang lenggok badan dan merupakan realisasi arti atau realitas secara
gerak tangan, kedip mata dalam tari adalah indesksikal, seperti RI (Republik Indonesia),
ekspresi arti. Demikian pula lambang atau tanda hansip (pertahanan sipil), dan Unimed
dalam fisika, matematika, biologi, dan (Universitas Negeri Medan). Realisasi simbolik
kedokteran adalah ekspresi untuk menyampaikan tidak menunjukkan sifat atau hakiki arti atau
arti. rujukan. Keadaan seperti ini, disebut juga
arbitrar.
HUBUNGAN ARTI DAN EKSPRESI Misalnya kata rumah, buku, baju, meja
Realisasi ‘arti’ dalam ekspresi berjenjang merupakan realisasi simbolik atau arbitrar.
mulai dari realisasi yang hampir sepenuhnya sifat Sebahagian besar aspek bahasa merupakan
atau hakiki arti sebagai realitas terwakili dalam realisasi semiotik simbolik. Diyakini semiotik
ekspresi atau paling mirip sampai ke realisasi ikonik, misalnya oleh Peirce (1977), lebih mudah
arbitrar (arbitrary) atau sama sekali tidak dan lama diingat; dengan demikian lebih mudah
menggambarkan sifat atau hakiki arti. Dengan dipelajari.
kriteria ini, sifat realisasi arti dalam ekspresi
menurut Watt (1984) terbagi ke dalam tiga HUBUNGAN NON-BIUNIQUE DALAM SEMIOTIK
kelompok, yaitu ikonik (iconic), indeksikal Hubungan ‘arti’ dengan ekspresi bersifat
(indexical), dan simbolik (symbolic). biunique dengan pengertian bahwa satu ‘arti’
Semiotik dengan realisasi ikonik tidak hanya direalisasikan oleh satu ekspresi atau
menyatakan bahwa sifat arti atau rujukan satu ekspresi hanya mengandung satu ‘arti’,
Bagan 2 : Semiotik Tingkah Laku
‘Arti’ Ekspresi
‘bahagia’ 1. senyum
2. tertawa
3. bersiul
4. menangis
5…

2 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237


tetapi hubungan satu ke banyak. Dengan Dalam kehidupan sehari-hari, kita setiap
pengertian hubungan biunique ini, satu ‘arti’ saat berhadapan dengan semiotik. Seni (rupa,
dapat direalisasikan oleh banyak ekspresi dan tari, musik, sastra, patung), politik, ekonomi,
sebaliknya satu ekspresi dapat merealisasikan, budaya, kimia, fisika, kedokteran, dan disiplin
membawa, atau menyatakan banyak ‘arti’. ilmu lain penuh dengan semiotik. Dalam sastra,
Sebagai contoh, dalam semiotik tingkah laku arti realisasi arti sering terjadi dalam ekspresi yang
‘senang’ atau ‘bahagia’ dapat direalisasikan oleh tidak lazim atau marked. Misalnya, arti ‘saya
banyak ekspresi, seperti terlihat pada Bagan 2. mempunyai pendapat yang berbeda dari umum’
Arti ‘bahagia’ dapat direalisasikan oleh lebih dari direalisasikan oleh ekspresi aku ini binatang
4 ekspresi tingkah laku. Seterusnya, ekspresi jalang, dari kumpulannya terbuang seperti pada
senyum tidak hanya menyatakan ‘bahagia’, tetapi Bagan 5.
lebih dari itu ekspresi senyum dapat
menyampaikan lima arti atau lebih seperti dalam BAHASA SEBAGAI SEMIOTIK SOSIAL
Bagan 3 berikut. Bahasa merupakan sistem semiotik. Akan
tetapi berbeda dengan semiotik umum yang
Bagan 3 : Semiotik Senyum hanya terjadi dari ‘arti’ dan ekspresi, bahasa
‘Arti’ Ekspresi adalah semiotik sosial yang terjadi dari tiga unsur
1. ‘bahagia’ (yang juga disebut tiga tingkat), yakni ‘arti’,
2.‘menyindir’ bentuk, dan eskpresi.
3. ‘sinis’ senyum Ketiga unsur bahasa membentuk semiotik yang
4. ‘marah’ terhubung dengan realisasi, yakni ‘arti’ atau
5. ‘gila’ semantics direalisasikan oleh bentuk atau
6…. lexicogrammar (lexis kosa kata dan grammar tata
Dari berbagai ekspresi yang dapat bahasa), dan selanjutnya bentuk diekspresikan
merealisasikan satu ‘arti’ seperti pada Bagan 2 oleh bunyi (phonology) dalam bahasa lisan atau
atau dari satu ekspresi yang potensial sistem tulisan (graphology) dalam bahasa tulisan.
merealisasikan banyak arti, satu ekspresi atau arti Hubungan ketiga unsur ini dalam persepsi bahasa
merupakan realisasi yang paling banyak sebagai semiotik sosial digambarkan seperti di
dilakukan. dalam Bagan 6.
Dengan kata lain, dari sekian banyak Berbeda dengan semiotik umum, satu ‘arti’
ekspresi terdapat satu ekspresi yang umum, dalam bahasa tidak dapat langsung dikodekan
sering, atau dominan merealisasikan satu ‘arti’. dalam ekspresi. Proses perealisasian arti ke
Misalnya, dalam Bagan 4, senyum adalah ekspresi mengikuti dua tahap, yakni pertama
ekspresi yang paling banyak menyatakan arti ‘arti’ direalisasasikan dalam susunan kata
‘bahagia’. Jika didasarkan pada pertimbangan (wordings) dan penyusunan kata ini disebut tata
kuantitatif, sebagai contoh, senyum dengan arti bahasa (lexicogrammar).
‘bahagia’ adalah yang tertinggi tingkat Seterusnya, ‘arti’ yang terealisasi di dalam
probabilitasnya (60%). Realisai ini disebut kata yang telah terstruktur menurut tata bahasa
realisasi yang lazim atau unmarked. Ekspresi dieskspresikan dalam bunyi (bahasa lisan) atau
menangis sebagai realisasi arti ‘bahagia’ sangat dalam huruf (bahasa tulisan). Sebagai contoh,
rendah (4,5%). Dengan kata lain, menangis dalam bahasa Inggris seseorang ingin
untuk arti ‘bahagia’ sangat jarang dilakukan menyampaikan arti ‘asking someone to open the
orang. Realisasi yang tidak lazim ini disebut door’. Arti ini direalisasikan oleh berbagai
marked. struktur di dalam lexicogrammar (tata bahasa)

Bagan 4 : Satu Arti dengan Banyak Ekspresi

‘Arti’ Ekspresi Probabilitas


‘bahagia’ 1. senyum 60%
2. tertawa 25%
3. bersiul 10%
4. menangis 4,5%
5… 0,5%

MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237 3


Bagan 5 : Semiotik dalam Sastra
‘Arti’ Ekspresi
‘saya 1. Pendapat saya berbeda dengan pendapat Anda.
mempunyai 2. Kita tidak sependapat dalam hal ini.
pendapat yang 3. Saya berbeda dengan Anda.
berbeda dari 4. Demokrasi mengakomodasi perbedaan pendapat.
umum’ 5. Aku ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang.
(Chairil Anwar)
6…..

dan selanjutnya diekspresikan dengan tulisan Tenor (siapa yang terbabit dalam interaksi), dan
seperti dideskripsi di dalam Bagan 7. Mode (bagaimana interaksi dilakukan), Konteks
Seperti diringkas dalam Bagan 7, arti Budaya (Genre) dan Ideologi (ideology). Kelima
‘asking someone to open the door’ dapat makna seperti dalam Bagan 8, ditentukan oleh
direalisasikan oleh delapan unsur lexicogrammar Konteks Situasi seperti dalam Bagan 9.
atau lebih. Sebagai unsur konteks sosial, register,
Seperti halnya semiotik umum, bentuk genre. dan ideology membentuk semiotik dengan
Declarative + Modal + Future dengan ekspresi teks. Dengan kata lain, konteks sosial dan bahasa
An operation will be held tomorrow dapat atau teks membentuk semiotik, seperti pada
merupakan realisasi lima arti atau lebih seperti Figura 1.
diringkas di dalam Bagan 8. Berbeda dengan semiotik di dalam bahasa
Bahasa atau teks tergantung pada konteks. seperti tergambar dalam Bagan 6, yakni semiotik
Selanjutnya, konteks menentukan teks. Dengan denotatif (denotative semiotics), semiotik yang
hubungan timbal balik ini dikatakan bahwa teks terbentuk dalam konteks sosial adalah semiotik
menentukan dan ditentukan oleh konteks. konotatif (connotative semiotics).
Keadaan ini dinyatakan sebagai bahasa Semiotik denotatif memiliki ‘arti’ dan
berkonstrual (construal) dengan konteks sosial. ekspresi. Sebagai semiotik denotatif, Bagan 6
Dengan pengertian ini, konteks dan teks saling menunjukkan bahwa mula-mula ‘arti’
menentukan: pertama konteks menentukan teks (semantics) direalisasikan oleh bentuk
dan kedua teks menentukan konteks. (lexicogrammar). Selanjutnya, bentuk yang telah
menjadi realisasi ‘arti’ dan berfungsi sebagai
SEMIOTIK DENOTATIF DAN KONOTATIF ‘arti’ direalisasikan oleh ekspresi. Ekspresi ini
Berdasarkan sifat realisasinya, semiotik dapat berupa bunyi (phonology) dalam bahasa
terdiri atas semiotik denotatif dan konotatif. lisan atau berupa huruf atau tulisan (graphology)
Semiotik denotatif adalah semiotik yang dalam bahasa tulisan.
memiliki arti dan ekspresi. Berbeda dengan itu, Semiotik konotatif dalam konteks sosial
semiotik konotatif hanya memiliki arti, tetapi memiliki ‘arti’, tetapi tidak memiliki ekspresi.
tidak memiliki ekspresi. Untuk merealisasikan Konteks sosial di satu sisi adalah semiotik
arti, dalam semiotik konotatif digunakan unsur konotatif, tetapi di sisi lain bahasa adalah
atau ekspresi lain. Hubungan bahasa atau teks semiotik denotatif. Semiotik bahasa dan konteks
dengan konteksnya merupakan semiotik konotatif sosial membentuk semiotik pemakaian bahasa.
dan hubungan dalam bahasa itu sendiri Dengan kata lain, semiotik pemakaian bahasa
merupakan semiotik, yang disebut semiotik atau semiotik konteks sosial dan teks adalah
denotatif. gabungan semiotik denotatif dan semiotik
Konteks sosial pemakaian bahasa terdiri atas konotatif, yang selanjutnya disebut semiotik
Konteks Situasi (Register) yang terjadi dari tiga berstrata (stratified semiotics).
komponen, yakni Field (apa yang dibicarakan),

BAGAN 6 : UNSUR BAHASA SEBAGAI SEMIOTIK


‘Arti’ Bentuk Ekspresi
Penstrukturan Kata Bunyi (Phonology)
(Lexicogrammar) Tulisan (Graphology)

4 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237


BAGAN 7 : REALISASI SEMIOTIK BAHASA
‘Meaning’ Form (Lexicogrammar) Expression (Written Language)
1. Imperative Open the door!
2. please + Imperative Please open the door!
3. Declarative + Modal + to- I would like you to open the door.
‘asking someone infinitive
to open the 4. Interrogative + Modal Can you open the door?
door’ 5. Declarative + Modal You must open the door.
6. Declarative + Modal + to You are required to open the door.
infinitive
7. Declarative + Copula It is very stuffy in this room.
8. Conditional + Modal + Copula If I were you I would open the door.
9…. …

BAGAN 8 : SATU BENTUK DENGAN BANYAK ARTI


‘Meaning” Form (Lexicogrammar) Expression
(Written Language)
1. ‘operating on patient’
2. ‘military campaign’
3. ‘burglar’ or ‘robbing’ Declarative + Modal + Future An operation will be held
4. ‘inspecting or checking tomorrow
price’
5. ‘catching customer’
ideology ini, dipinjam semiotik di bawahnya,
Bagan 9 : Arti berdasarkan Konteks Situasi

‘Meaning’ Lexicogrammar Register


1. ‘operating on patient’ Field: health/medical treatment
Tenor: a doctor to his staff
Mode: spoken
2. ‘military campaign’ Field: war
Tenor: a gneeral to his men
Mode: spoken
3. ‘burglar’ or ‘robbing’ Field: theft
An operation will be held Tenor: a boss to his gangster
tomorrow. Mode: spoken
4. ‘inspecting or Declarative + Modal + Field: market/price
checking price’ Future Tenor: market authority to
officials
Mode: spoken
5. ‘catching customer’ Field: bothel
Tenor: a whoe to whores
Mode: spoken
Dengan pengertian semiotik berstrata ini, yaitu Genre.
ideology berada pada strata paling tinggi atau Genre tidak memilki ekspresi, lalu
paling abstrak. Di bawah ideology adalah genre meminjam semiotik berikutnya, yakni Register
dan di bawah genre adalah register. Dalam sebagai alat ekspresi. Register juga tidak
semiotik konteks sosial sebagai semiotik memiliki ekspresi. Register selanjutnya
konotatif, ideology adalah ‘arti’ dan tidak meminjam bahasa untuk alat ekpresinya. Ini
memiliki ekspresi. Untuk merealisasikan berarti beban ekspresi semuanya dipikul oleh

MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237 5


Ideology

Genre
Social
Register Context

Text

Figura 1 : Text dan Social Context.

bahasa. Semiotik konotaif dan denotatif ini dalam konteksnya, seperti ditampilkan dalam
diringkas dalam Figura 2. Figura 3.
Dalam representasi paradigmatik, fungsi
HUBUNGAN PARADIGMATIK DAN ujar (speech function) digambarkan bahwa peran
SINTAGMATIK (roles) terdiri atas memberi (give) dan meminta
Dalam teori LFS bahasa sebagai semiotik (demand). Unsur komoditas (commodity) terdiri
beranalogi dengan aspek paradigmatik dan atas informasi (information) serta barang dan jasa
sintagmatik bahasa. Unsur paradigmatik bersifat (goods & services).
vertikal dan merupakan pilihan arti sementara Selanjutnya, dengan pilihan dalam system
unsur sintagmatik bersifat horizontal dan network itu, empat fungsi ujar diturunkan sebagai
merupakan urutan realisasi. berikut.
Aspek paradigmatik digambarkan oleh (1) [give/information] = statement (S)
system network, sementara sintagmatik (2) [demand/information] = question (Q)
digambarkan sebagai struktur. Sebagai contoh, (3) [give/goods & services = offer (O)
dalam struktur this book, that book, dan the book (4) [demand/goods & services] = command
unsur this, that dan the adalah paradigmatik (C)
sementara hubungan antara this, that dan the
dengan book adalah hubungan sintagmatik.
Aspek paradigmatik digambarkan dalam
bentuk hubungan. Setiap satu pilihan dinyatakan

Ideology

Genre

Register

Semantics Lexicogrammar Phonology

Social
Context Language
Catatan:
Semiotik Konotatif
Semiotik Denotatif

Figura 2 Semiotik Konotatif dan Denotatif Pemakaian Bahasa

6 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237


GIVE
ROLES

Statement
DEMAND

SPEECH Question
FUNCTION
INFORMATION
COMMODITY
Offer
GOODS &
SERVICES
Command

Figura 3 Paradigmatik Speech Functions dalam Bahasa Inggris

Keempat fungsi ujar itu merupakan unsur Setiap pembelajar bahasa memiliki
paradigmatik yang direalisasikan dalam klausa kebutuhan atau alasan yang menjadi motivasinya
sebagai unsur sintagmatik seperti dalam Bagan dalam belajar bahasa asing. Misalnya, seorang
10. pembelajar ingin belajar bahasa Inggris agar dia
dapat belajar di luar negeri, dapat bekerja di luar
PEMBELAJARAN BAHASA ASING negeri, dapat berpesiar ke luar negeri, atau dapat
Sejalan dengan pandangan para pakar berkomunikasi dengan bangsa asing di dalam
mazhab LFS, pembelajaran bahasa asing bahasa asing di negeri sendiri. Kebutuhan
membabitkan arti, bentuk, ekspresi, dan konteks pembelajar bahasa, sebagai hasil temuan dari
sosial. Dengan kata lain, berbeda dengan analisis kebutuhan, menjadi dasar untuk
pendekatan formal yang hanya mengajarkan dan menyeleksi materi ajar.
menekankan bentuk bahasa dengan tubian yang Dengan demikian, pembelajaran bahasa
intensif, pembelajaran bahasa berdasarkan asing harus spesifik. Tidak semua materi bahasa,
pendekatan fungsional menyajikan materi ajar apalagi materi formal yang tidak relevan, dapat
dengan membabitkan empat komponen, yakni dipelajari dalam satu kurun waktu yang terbatas.
arti, bentuk, ekpresi dan konteks sosial. Kalaupun materi ajar dapat dibuat, tidak semua
Keempat unsur ini menjadi dasar orang tertarik mempelajarinya karena bukan
penyusunan materi ajar. Akan tetapi, karena merupakan kebutuhan bagi pembelajar bahasa.
pembelajaran bahasa menyangkut kebutuhan Di samping kebutuhan pembelajar bahasa asing,
pembelajar sebelum pembelajaran berlangsung, kebutuhan guru, orang tua, dunia kerja dan
seleksi atau penetapan bahan ajar harus industri, dan pemerintah harus dipertimbangkan
dilakukan. dalam menentukan bahan ajar.
Berkaitan dengan kurikulum berbasis
SELEKSI BAHAN AJAR kompetensi (KBK) di Indonesia, pertimbangan
Seleksi bahan ajar didasarkan pada kognitif, afektif, psikomotorik, dan spritual
kebutuhan pembelajar. Kebutuhan pembelajar competence harus dipertimbangkan dalam
diperoleh melalui analisis kebutuhan (need penyusunan materi ajar bahasa Inggris. Ini
analysis) pembelajar, yakni analisis yang berarti, seseorang yang seumur hidupnya belajar
temuannya menunjukkan kebutuhan pembelajar bahasa asing, tidak dapat menguasai segala aspek
dalam belajar bahasa asing. Analisis dilakukan satu bahasa sepenuhya. Yang dapat dipelajari
terhadap data yang langsung diperoleh dari adalah pemakaian bahasa dalam satu kebutuhan
pembelajar atau asumsi kebutuhan pembelajar atau satu konteks sosial. Dengan demikian,
melalui prtimbangan/perkiraan yang akurat. pertanyaan Berapa lamakah saya belajar bahasa

MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237 7


BAGAN 10 REALISASI PARADIGMATIK DALAM SINTAGMATIK
Paradigmatik Sintagmatik
S Ben wrote a leter
Q Did Ben write a letter?
O Let me write a letter for Ben
C Write a letter for Ben!

Inggris agar saya dapat berbahasa Inggris?


tidak dapat dijawab dan kalaupun dapat dijawab PEMBELAJARAN BAHASA BERBASIS
pasti tidak memuaskan. KOMPETENSI
Dengan merujuk proses penentuan materi
MENENTUKAN INVENTARIS ARTI YANG ajar, materi bahasa yang dipelajari pembelajar
DIBUTUHKAN PEMBELAJAR bahasa asing pada satu kurun waktu hanyalah
Hasil analisis kebutuhan menjadi dasar materi yang diperlukan untuk dapat
untuk menyusun inventaris arti (inventory of menyelesaikan satu kegiatan dalam bahasa
meanings) yang dibutuhkan oleh pembelajar Inggris. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran
bahasa. Perancang pembelajaran bahasa asing bahasa yang efektif berdasarkan pendekatan
secara spesifik menanyakan kepada pembelajar fungsional adalah membekali pembelajar bahasa
berbagai pertanyaan yang dapat menjadi dasar dengan kompetensi bahasa yang dengan
menyusun materi ajar. Sebagai contoh, seorang kemampuan berbahasa itu mereka dapat
pembelajar menyatakan bahwa dia belajar bahasa melakukan kegiatan dalam tugas atau pekerjaan
Inggris agar dia dapat meladeni tamu asing di mereka yang menuntut menggunakan bahasa
Medan yang menumpang taksinya. Dengan Inggris.
menjajagi kebutuhan ini, secara rinci perancang Dalam contoh supir taksi yang
pembelajaran bahasa dapat menurunkan dikemukakan terdahulu, bahasa Inggris yang
kebutuhan itu ke dalam rencana kebutuhan ‘arti’. diajarkan kepada pembelajar terfokus pada materi
Bagan 11 menampilkan sebahagian rencana ‘arti’ yang diperlukan supir taksi dalam melakukan
yang akan dijadikan bahan pembelajaran bagi tugas atau fungsinya sebagai supir taksi. Dengan
supir taksi di Medan. demikian, materi bahasa Inggris yang diajarkan
kepada supir taksi berbeda dengan bahasa Inggris
MENURUNKAN BENTUK LINGUISTIK DARI yang diajarkan kepada pemandu wisata karena
ARTI tugas dan fungsi keduanya berbeda. Hal ini
Rencana ‘arti’ yang dibutuhkan oleh menunjukkan bahwa pendekatan fungsional
pembelajar bahasa dikonfirmasikan kepada dalam pengajaran bahasa akan berbeda dengan
pembelajar bahasa. Sejumlah rencana arti pengajaran bahasa formal yang hanya
mungkin terbuang. Sejumlah ‘arti’ yang mengupayakan penguasaan tata bahasa tanpa
terkonfirmasi menjadi dasar untuk menyusun mengetahui fungsi atau kegunaan tata bahasa itu
bentuk linguistik (grammar and lexis) yang akan dalam interaksi atau komunikasi yang
diajarkan kepada pembelajar bahasa. Bentuk sesungguhnya dibutuhkan oleh pembelajar
linguistik yang akan diajarkan seharusnya bahasa. Dengan kata lain, pengajaran bahasa
dimulai dari yang unmarked. Pembelajaran Inggris secara formal akan membuat pelajar
yang memerlukan waktu yang lebih lama menguasai materi (tata) bahasa tetapi mereka
dapat mencakup bentuk linguistik yang tidak tidak mampu menggunakan materi yang mereka
pelajari itu.
lazim (marked). Prinsip dalam penampilan
Keandalan pendekatan fungsional
bentuk linguistik adalah menampilkan bentuk
terdapat pada sifatnya yang bertujuan
yang lazim lebih dahulu dari bentuk yang
memenuhi kebutuhan pembelajar (melalui
tidak lazim. Dalam Bagan 12 diturunkan
analisis kebutuhan), membekali pembelajar
sejumlah bentuk linguistik sebagai realisasi
dengan potensi yang dapat dilakukan dalam
‘arti’ yang dibutuhkan oleh supir taksi.
situasi pekerjaan atau tugas (inventasisasi
‘arti’), menggunakan potensi itu (kata dan
tata bahasa) dengan ucapan (bunyi) atau

8 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237


Bagan 11 Menurunkan Rencana Arti dari Kebutuhan Pembelajar
Kebutuhan Rincian Konteks Sosial Rencana Arti
Untuk meladeni tamu asing Agar dapat beramah tamah, ‘Greeting the visitor’
yang menumpang taksinya, pertama sekali supir taksi ‘Welcoming the visitor’
supir taksi harus ramah. harus dapat memberi salam.
Supir taksi meladeni Supir taksi memerlukan ‘Using various dialects of
penumpang dari berbagai berbagai dialek bahasa Inggris English to greet and welcome
bangsa. (British, American English, the visitors’.
Australian English, etc.)
Supir taksi harus dapat Supir taksi harus dapat ‘Identifying places of interest’
menerangkan secara singkat menjelaskan letak suatu ‘Telling distance’
nama tempat-tempat penting, tempat, jarak tempat itu, apa ‘Telling locations to visitors’
seperti hotel, bank, polisi, dsb. yang ada di situ, dsb.

Bagan 12 Bentuk Linguistik sebagai Realisasi Arti

Arti (semantics/function) Bentuk (lexicogrammar)


1. ‘Greeting and welcoming visitors’ Hello, Hi, How do you do?
Good morning!
2. ‘Asking destinations and directions’ Wh-Questions
Yes/No Question
Where do you want to go?
Have you got a special place to go to?
3. ‘Starting conversation and managing the Did you have a nice flight?
course of conversation’ Is this your first time in Medan?
How do you like Medan?
4. ‘Identifying places of interest’ Medan is a nice place to visit
Istana Maimoon is located in Jalan…
5. ‘Raising questions’ Various question words and sentences such
as
Is this your first visit to Medan?
How do you like Medan?
What is your impression of Medan?
6. ‘Responding to one’s expression’ Responding to question, statement, offer and
command
7. ‘Describing location, processes and Belawan is situated about 28 kms from
condition’ Medan
It is pretty warm there.
The place is very beautiful
8. ‘Telling prices, fares and amount’ As you see in the metre, the fare is Rp15.000
The common fare to the hotel is Rp15000
It takes about 20 minutes to get to the place.
9. ‘Spelling words or names’ The hotel is spelled as [di, en, ei, ju, ti, ou,
be ei] for Danau Toba
10. ‘Thanking’ Thank you for the tip
11. ‘Giving changes’ Here are your changes, two thousand, three
thousand, four thousand and four thousand
12. ‘Expressing farewell’ See you again, See you some time, See you
soon, See you in Medan.
tulisan yang tepat atau lazim dalam konteks pendekatan komunikatif menekankan
(sosial) penyelesaian tugas. penyampaian arti dengan kecualian pada
Pendekatan fungsional berbeda dengan ekspresi, sedangkan pendekatan fungsional tetap
pendekatan atau metode komunikatif dalam hal mengutamakan arti, bentuk, ekpresi, dan konteks
pemakaian bahasa asing.
MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237 9
TEKNIK PEMBELAJARAN DAN EVALUASI Pembelajaran bahasa fungsional bertujuan
Pendekatan fungsional dalam pembelajaran mengembangkan kompetensi pembelajar
bahasa Inggris tidak menentukan metode tertentu menggunakan bahasa asing untuk menyelesaikan
dalam penyajian materi ajar. Teknik tugas atau pekerjaan. Teknik pembelajaran lebih
pembelajaran tertumpu pada keterampilan guru diutamakan daripada metode. Evaluasi dilakukan
atau dosen untuk mempergunakan berbagai secara alamiah atau simulasi yang mengharuskan
teknik. Kreasi dan pengembangan teknik pembelajar secara integratif menggunakan
pembelajaran diberikan kepada guru atau dosen keterampilan bahasa.
sebagai fasilitator.
Namun demikian, pendekatan fungsional RUJUKAN
cenderung menggunakan simulasi, demonstrasi, Eco, Umberto. 1979. A Theory of Semiotics.
dramatisasi, atau diskusi yang secara langsung Bloomington: Indiana Univesity Press.
dan alamiah memberi peluang kepada pembelajar Fawcett, R. P, M. A. K. Halliday, S. M. Lamb
untuk menyelesaikan tugas yang dalam dan A. Makkai 1984 (eds). The Semiotics of
penyelesaian tugas itu dituntut penggunaan Culture and Language: Language and other
bahasa Inggris. Pembelajar diupayakan terlibat Semiotic Systems of Culture. Vol. 2 London:
dalam interaksi dalam bahasa Inggris, yang Frances Pinter.
dengan interaksi itu mereka dapat menyelesaikan Halliday, M. A. K. 1994. An Introduction to
tugas yang harus mereka selesaikan. Dengan Functional Grammar. Second edition.
kata lain, dengan menggunakan bahasa Inggris London: Edward Arnold.
mereka dapat mengerjakan tugas itu. Halliday, M. A. K. 1978. Langugae as a social
Evaluasi dilakukan dengan meminta Semiotic. London: Edward Arnold.
pembelajar menggunakan bahasa secara alamiah Halliday, M. A. K. dan C. M.I.M Mathiessen
dalam konteks simulasi atau sebenarnya. Konteks 2001. Construing Expreinece.
sosial pemakaian bahasa itu menuntut pembelajar Martin, J. R. 1992. English Text: Sytem and
bahasa secara integratif menggunakan satu atau Structure. Amsterdam: John Benjamins.
lebih dari satu keterampilan bahasa (listening, Peirce, C. S. S. 1977. Semiotics and Significs:
speaking, reading dan writing). The Correspondence between Charles S.
Peirce and Victoria Lady Welby.
SIMPULAN Bloomington: Indiana University Press.
Pembelajaran bahasa dengan pendekatan Watt, W. C. 1984. As to Psychosemiotics.
fungsional berdasar pada pandangan linguistik Dalam Fawcett, R. P, M. A. K. Halliday, S.
fungsional. Bahasa terdiri atas sistem arti, M. Lamb dan A. Makkai 1984 (eds). The
bentuk, dan ekspresi. Bahasa atau teks Semiotics of Culture and Language:
ditentukan oleh konteks. Dengan demikian, Language and other Semiotic Systems of
pembelajaran bahasa yang fungsional mencakup Culture. Vol. 2 London: Frances Pinter
aspek arti, bentuk, ekspresi, dan konteks sosial.

Sekilas tentang penulis: Amrin Saragih dilahirkan di Simalungun pada 14 Januari 1955. Dia
memperoleh gelar Drs. atau S1 dari IKIP Medan (1982), DTEFL dari The University of Sydney
(1986) MA in Linguistics dari The University of Sydney (1988), dan PhD in Linguistics dari La Tobe
University, Victoria, Australia (1996). Amrin Saragih, PhD, MA, DTEFL, Drs. menjabat Pembantu
Dekan I FBS UNIMED dari 1996—2003. Dari 2002--2006 dia menjadi Ketua Sekolah Tinggi Bahasa
Asing Harapan. Dia juga menjadi dosen di FBS UNMED, Pascasarjana UNIMED, Pascasarjana USU,
Penguji di Pascarjana IAIN, UMSU dan STBA Harapan. Dalam 1977—1980 dia mengajar di SMA
Josua Medan, SMA Harapan dan SMA Bhayangkari. Pernah pula menjabat Asisten Direktur I
Pascasarjana Unimed. Saat ini Prof. Drs. Amrin Saragih, PhD, MA, DTEFL menjabat Kepala Balai
Bahasa Medan.

10 MEDAN MAKNA Vol. 4 Hlm. 1 - 10 Desember 2007 ISSN 1829-9237

Anda mungkin juga menyukai