ABSTRAK
Bahasa merupakan semiotik. Berbeda dengan semiotik umum yang
terdiri atas arti dan ekspresi, semiotik bahasa adalah semiotik sosial
yang terdiri atas unsur arti, bentuk, dan ekspresi. Selanjutnya,
pemakaian bahasa membentuk semiotik, yang terjadi dari semiotik
denotatif dan konotatif. Satu mahzab linguistik yang mengkaji bahasa
sebagai semiotik sosial adalah linguistik fungsional sistemik (LFS) yang
dalam teorinya para pakar LFS mengkaji bahasa dengan cara berbeda
dengan kajian linguistik formal. Ciri utama LFS adalah pendekatan arti
ke bentuk dan pelibatan konteks sosial, yang berbeda dengan kajian
linguistik formal dengan pendekan bentuk ke arti tanpa pelibatan
konteks sosial. LFS berfokus pada kajian unsur paradigmatik dan
sintagmatik bahasa. Sebagai kajian ilmiah tentang bahasa, linguistik
merupakan teori kebahasaan yang menjadi dasar atau rujukan dalam
pengembangan pembelajaran bahasa. Pengajaran bahasa
berdasarkan LFS menekankan realisasi arti, yang berupa
communicative functions, ke dalam tata bahasa (lexicogrammar),
ekpresi yang tepat (phonology) dan dalam konteks sosial pemakai
bahasa. Tulisan ini menguraikan bahasa sebagai semiotik sosial
dalam perspektif LFS dan aplikasinya dalam pembelajaran bahasa,
khususnya pembelajaran bahasa Inggris.
tanda ‘…’). Unsur ‘arti’ direalisasikan oleh terealisasi hampir seperti bentuk aslinya di dalam
ekspresi. Sebagai contoh, semiotik lalu lintas ekspresi. Sebagai contoh, foto dan lukisan adalah
direalisasikan sebagai berikut. realisasi ikonik. Benda atau realitas yang ada
Dalam Bagan 1 ‘berhenti’ direalisasikan, dalam foto sebagai ekpresi persis seperti benda
dinyatakan, dikodekan, atau direpresentasikan atau realitas sebenarnya.
oleh lampu merah. Tanda dalam Bagan I Kecuali ukurannya yang berbeda, foto
berarti ‘dinyatakan oleh’, ‘dikodekan oleh’, atau menggambarkan realitas yang sebenarnya
‘direpresentasikan oleh’. Selanjutnya, arti diwakilinya. Dalam bahasa, onomatopoeia
‘waspada’ dan ‘jalan terus’ masing-masing merupakan representasi ikonik, seperti kucing
direalisasikan oleh lampu kuning dan hijau. mengeong, harimau mengaum, dan langit
Dengan pengertian kajian realisasi ‘arti’ ke dalam gemuruh. Realisasi indeksikal menyatakan
‘ekspresi’, kajian semiotik mencakup hampir bahwa hanya sebahagian saja sifat atau hakiki
semua disiplin ilmu, bidang kehidupan, atau realitas atau arti terwakili dalam ekspresi.
lingkup yang luas, seperti tari, musik, seni lukis, Sebagai contoh, peta (realisasi daerah), tanda
bahasa, sastra, antropologi, psikologi, silang atau salib (Kristen), bulan sabit dan
komunikasi dan jurnalisme, matematika, fisika, bintang (Islam), garpu dan sendok (restoran atau
kimia, dan biologi. rumah makan), palang (larangan masuk) adalah
Bahkan, dapat dikatakan bahwa hidup realisasi indeksikal.
manusia tidak dapat dipisahkan dari semiotik. Dalam bahasa, akronim atau singkatan
Sebagai contoh, lenggang lenggok badan dan merupakan realisasi arti atau realitas secara
gerak tangan, kedip mata dalam tari adalah indesksikal, seperti RI (Republik Indonesia),
ekspresi arti. Demikian pula lambang atau tanda hansip (pertahanan sipil), dan Unimed
dalam fisika, matematika, biologi, dan (Universitas Negeri Medan). Realisasi simbolik
kedokteran adalah ekspresi untuk menyampaikan tidak menunjukkan sifat atau hakiki arti atau
arti. rujukan. Keadaan seperti ini, disebut juga
arbitrar.
HUBUNGAN ARTI DAN EKSPRESI Misalnya kata rumah, buku, baju, meja
Realisasi ‘arti’ dalam ekspresi berjenjang merupakan realisasi simbolik atau arbitrar.
mulai dari realisasi yang hampir sepenuhnya sifat Sebahagian besar aspek bahasa merupakan
atau hakiki arti sebagai realitas terwakili dalam realisasi semiotik simbolik. Diyakini semiotik
ekspresi atau paling mirip sampai ke realisasi ikonik, misalnya oleh Peirce (1977), lebih mudah
arbitrar (arbitrary) atau sama sekali tidak dan lama diingat; dengan demikian lebih mudah
menggambarkan sifat atau hakiki arti. Dengan dipelajari.
kriteria ini, sifat realisasi arti dalam ekspresi
menurut Watt (1984) terbagi ke dalam tiga HUBUNGAN NON-BIUNIQUE DALAM SEMIOTIK
kelompok, yaitu ikonik (iconic), indeksikal Hubungan ‘arti’ dengan ekspresi bersifat
(indexical), dan simbolik (symbolic). biunique dengan pengertian bahwa satu ‘arti’
Semiotik dengan realisasi ikonik tidak hanya direalisasikan oleh satu ekspresi atau
menyatakan bahwa sifat arti atau rujukan satu ekspresi hanya mengandung satu ‘arti’,
Bagan 2 : Semiotik Tingkah Laku
‘Arti’ Ekspresi
‘bahagia’ 1. senyum
2. tertawa
3. bersiul
4. menangis
5…
dan selanjutnya diekspresikan dengan tulisan Tenor (siapa yang terbabit dalam interaksi), dan
seperti dideskripsi di dalam Bagan 7. Mode (bagaimana interaksi dilakukan), Konteks
Seperti diringkas dalam Bagan 7, arti Budaya (Genre) dan Ideologi (ideology). Kelima
‘asking someone to open the door’ dapat makna seperti dalam Bagan 8, ditentukan oleh
direalisasikan oleh delapan unsur lexicogrammar Konteks Situasi seperti dalam Bagan 9.
atau lebih. Sebagai unsur konteks sosial, register,
Seperti halnya semiotik umum, bentuk genre. dan ideology membentuk semiotik dengan
Declarative + Modal + Future dengan ekspresi teks. Dengan kata lain, konteks sosial dan bahasa
An operation will be held tomorrow dapat atau teks membentuk semiotik, seperti pada
merupakan realisasi lima arti atau lebih seperti Figura 1.
diringkas di dalam Bagan 8. Berbeda dengan semiotik di dalam bahasa
Bahasa atau teks tergantung pada konteks. seperti tergambar dalam Bagan 6, yakni semiotik
Selanjutnya, konteks menentukan teks. Dengan denotatif (denotative semiotics), semiotik yang
hubungan timbal balik ini dikatakan bahwa teks terbentuk dalam konteks sosial adalah semiotik
menentukan dan ditentukan oleh konteks. konotatif (connotative semiotics).
Keadaan ini dinyatakan sebagai bahasa Semiotik denotatif memiliki ‘arti’ dan
berkonstrual (construal) dengan konteks sosial. ekspresi. Sebagai semiotik denotatif, Bagan 6
Dengan pengertian ini, konteks dan teks saling menunjukkan bahwa mula-mula ‘arti’
menentukan: pertama konteks menentukan teks (semantics) direalisasikan oleh bentuk
dan kedua teks menentukan konteks. (lexicogrammar). Selanjutnya, bentuk yang telah
menjadi realisasi ‘arti’ dan berfungsi sebagai
SEMIOTIK DENOTATIF DAN KONOTATIF ‘arti’ direalisasikan oleh ekspresi. Ekspresi ini
Berdasarkan sifat realisasinya, semiotik dapat berupa bunyi (phonology) dalam bahasa
terdiri atas semiotik denotatif dan konotatif. lisan atau berupa huruf atau tulisan (graphology)
Semiotik denotatif adalah semiotik yang dalam bahasa tulisan.
memiliki arti dan ekspresi. Berbeda dengan itu, Semiotik konotatif dalam konteks sosial
semiotik konotatif hanya memiliki arti, tetapi memiliki ‘arti’, tetapi tidak memiliki ekspresi.
tidak memiliki ekspresi. Untuk merealisasikan Konteks sosial di satu sisi adalah semiotik
arti, dalam semiotik konotatif digunakan unsur konotatif, tetapi di sisi lain bahasa adalah
atau ekspresi lain. Hubungan bahasa atau teks semiotik denotatif. Semiotik bahasa dan konteks
dengan konteksnya merupakan semiotik konotatif sosial membentuk semiotik pemakaian bahasa.
dan hubungan dalam bahasa itu sendiri Dengan kata lain, semiotik pemakaian bahasa
merupakan semiotik, yang disebut semiotik atau semiotik konteks sosial dan teks adalah
denotatif. gabungan semiotik denotatif dan semiotik
Konteks sosial pemakaian bahasa terdiri atas konotatif, yang selanjutnya disebut semiotik
Konteks Situasi (Register) yang terjadi dari tiga berstrata (stratified semiotics).
komponen, yakni Field (apa yang dibicarakan),
Genre
Social
Register Context
Text
bahasa. Semiotik konotaif dan denotatif ini dalam konteksnya, seperti ditampilkan dalam
diringkas dalam Figura 2. Figura 3.
Dalam representasi paradigmatik, fungsi
HUBUNGAN PARADIGMATIK DAN ujar (speech function) digambarkan bahwa peran
SINTAGMATIK (roles) terdiri atas memberi (give) dan meminta
Dalam teori LFS bahasa sebagai semiotik (demand). Unsur komoditas (commodity) terdiri
beranalogi dengan aspek paradigmatik dan atas informasi (information) serta barang dan jasa
sintagmatik bahasa. Unsur paradigmatik bersifat (goods & services).
vertikal dan merupakan pilihan arti sementara Selanjutnya, dengan pilihan dalam system
unsur sintagmatik bersifat horizontal dan network itu, empat fungsi ujar diturunkan sebagai
merupakan urutan realisasi. berikut.
Aspek paradigmatik digambarkan oleh (1) [give/information] = statement (S)
system network, sementara sintagmatik (2) [demand/information] = question (Q)
digambarkan sebagai struktur. Sebagai contoh, (3) [give/goods & services = offer (O)
dalam struktur this book, that book, dan the book (4) [demand/goods & services] = command
unsur this, that dan the adalah paradigmatik (C)
sementara hubungan antara this, that dan the
dengan book adalah hubungan sintagmatik.
Aspek paradigmatik digambarkan dalam
bentuk hubungan. Setiap satu pilihan dinyatakan
Ideology
Genre
Register
Social
Context Language
Catatan:
Semiotik Konotatif
Semiotik Denotatif
Statement
DEMAND
SPEECH Question
FUNCTION
INFORMATION
COMMODITY
Offer
GOODS &
SERVICES
Command
Keempat fungsi ujar itu merupakan unsur Setiap pembelajar bahasa memiliki
paradigmatik yang direalisasikan dalam klausa kebutuhan atau alasan yang menjadi motivasinya
sebagai unsur sintagmatik seperti dalam Bagan dalam belajar bahasa asing. Misalnya, seorang
10. pembelajar ingin belajar bahasa Inggris agar dia
dapat belajar di luar negeri, dapat bekerja di luar
PEMBELAJARAN BAHASA ASING negeri, dapat berpesiar ke luar negeri, atau dapat
Sejalan dengan pandangan para pakar berkomunikasi dengan bangsa asing di dalam
mazhab LFS, pembelajaran bahasa asing bahasa asing di negeri sendiri. Kebutuhan
membabitkan arti, bentuk, ekspresi, dan konteks pembelajar bahasa, sebagai hasil temuan dari
sosial. Dengan kata lain, berbeda dengan analisis kebutuhan, menjadi dasar untuk
pendekatan formal yang hanya mengajarkan dan menyeleksi materi ajar.
menekankan bentuk bahasa dengan tubian yang Dengan demikian, pembelajaran bahasa
intensif, pembelajaran bahasa berdasarkan asing harus spesifik. Tidak semua materi bahasa,
pendekatan fungsional menyajikan materi ajar apalagi materi formal yang tidak relevan, dapat
dengan membabitkan empat komponen, yakni dipelajari dalam satu kurun waktu yang terbatas.
arti, bentuk, ekpresi dan konteks sosial. Kalaupun materi ajar dapat dibuat, tidak semua
Keempat unsur ini menjadi dasar orang tertarik mempelajarinya karena bukan
penyusunan materi ajar. Akan tetapi, karena merupakan kebutuhan bagi pembelajar bahasa.
pembelajaran bahasa menyangkut kebutuhan Di samping kebutuhan pembelajar bahasa asing,
pembelajar sebelum pembelajaran berlangsung, kebutuhan guru, orang tua, dunia kerja dan
seleksi atau penetapan bahan ajar harus industri, dan pemerintah harus dipertimbangkan
dilakukan. dalam menentukan bahan ajar.
Berkaitan dengan kurikulum berbasis
SELEKSI BAHAN AJAR kompetensi (KBK) di Indonesia, pertimbangan
Seleksi bahan ajar didasarkan pada kognitif, afektif, psikomotorik, dan spritual
kebutuhan pembelajar. Kebutuhan pembelajar competence harus dipertimbangkan dalam
diperoleh melalui analisis kebutuhan (need penyusunan materi ajar bahasa Inggris. Ini
analysis) pembelajar, yakni analisis yang berarti, seseorang yang seumur hidupnya belajar
temuannya menunjukkan kebutuhan pembelajar bahasa asing, tidak dapat menguasai segala aspek
dalam belajar bahasa asing. Analisis dilakukan satu bahasa sepenuhya. Yang dapat dipelajari
terhadap data yang langsung diperoleh dari adalah pemakaian bahasa dalam satu kebutuhan
pembelajar atau asumsi kebutuhan pembelajar atau satu konteks sosial. Dengan demikian,
melalui prtimbangan/perkiraan yang akurat. pertanyaan Berapa lamakah saya belajar bahasa
Sekilas tentang penulis: Amrin Saragih dilahirkan di Simalungun pada 14 Januari 1955. Dia
memperoleh gelar Drs. atau S1 dari IKIP Medan (1982), DTEFL dari The University of Sydney
(1986) MA in Linguistics dari The University of Sydney (1988), dan PhD in Linguistics dari La Tobe
University, Victoria, Australia (1996). Amrin Saragih, PhD, MA, DTEFL, Drs. menjabat Pembantu
Dekan I FBS UNIMED dari 1996—2003. Dari 2002--2006 dia menjadi Ketua Sekolah Tinggi Bahasa
Asing Harapan. Dia juga menjadi dosen di FBS UNMED, Pascasarjana UNIMED, Pascasarjana USU,
Penguji di Pascarjana IAIN, UMSU dan STBA Harapan. Dalam 1977—1980 dia mengajar di SMA
Josua Medan, SMA Harapan dan SMA Bhayangkari. Pernah pula menjabat Asisten Direktur I
Pascasarjana Unimed. Saat ini Prof. Drs. Amrin Saragih, PhD, MA, DTEFL menjabat Kepala Balai
Bahasa Medan.