Antikoagulan
Adjuvant Agents
Beta-Blocker
Terapi beta-blocker oral harus dimulai 24 jam dari onset untuk pasien yang mengalami
UA, NSTEMI, dan STEMI dan tidak termasuk tanda gagal jantung, peningkatan risiko syok
kardiogenik, atau kontraindikasi lain terhadap terapi. Penggunaan intravena beta-blocker sangat
wajar diberikan pada pasien yang mengalami hipertensi. Beta-blocker bekerja dengan
mengurangi kontraktilitas miokard, frekuensi simpul sinus, dan kecepatan konduksi node AV
dengan memblokir efek katekolamin pada reseptor terletak di miokardium. Manfaat dari di beta-
blocker berhubungan dengan penurunan kerja jantung dan penurunan permintaan oksigen di
miokard. Studi di US menyatakan bahwa beta-blocker memiliki hasil yang bervariasi
berdasarkan perbedaan dalam rute pemberian, waktu pemberian dari onset kejadian, dan populasi
pasien terhadap pasien yang mengalami ACS.
2
Namun, ada cukup bukti untuk merekomendasikan beta-blocker jangka panjang
disarankan pada pasien pasca-MI. Data menunjukkan bahwa manfaat dari beta-blocker muncul
di tahap awal setelah MI dan manfaat umum di kalangan pasien berisiko tinggi. Jika terdapat
efek samping dari penggunaan beta-blocker maka terapi harus segera dihentikan.
Kesimpulan
ACS adalah kondisi yang berpotensi mengancam nyawa yang mempengaruhi jutaan
orang setiap tahun. Meskipun penurunan tingkat rawat inap untuk MI, identifikasi dan
pencegahan ACS terus menjadi masalah masyarakat yang penting. Selama beberapa tahun,
banyak penelitian telah mengungkapkan peningkatan pemahaman patofisiologi ACS dan
kemajuan telah dibuat di bidang medis. Manajemen awal ACS harus mencakup stratifikasi
risiko, manajemen farmakologi yang tepat dan keputusan untuk menangani kasus invasive
maupun sederhana terhadap strategi pengobatan. Manajemen jangka panjang dan follow-up ACS
harus mengikuti rekomendasi berdasarkan evidence-based dan berbeda terhadap masing-masing
pasien.