Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANDUAN PERJALANAN WISATA


“DESTINASI WISATA DI
PROVINSI NANGROE ACEH DARUSALAM”

DISUSUN OLEH :

Nama : Angelene Ebenhaezer Bayak


Kelas : XII UPW
Absen : 01

SMK SETIA BHAKTI


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Berkat dan Kasih Karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Pemanduan perjalanan wisata ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis dan para pembaca.

Setiap wilayah atau negara pasti memiliki objek wisata yang menarik dan
unik. Dengan semakin maju dan berkembangnya era globalisasi ini dapat
membantu setiap negara atau wilayah untuk memperkenalkan potensi objek
wisata yang dimilikinya. Harapan saya semoga tugas ini dapat membantu
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Tugas Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan dan ketidakpuasan dari para pembaca
karena pengalaman dan sumber yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan , baik
berupa komentar, tanggapan, saran maupun kritik yang bersifat membangun.
Terima kasih.

Tangerang, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
1.1 Latar Belakang................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................5
BAB II...................................................................................................6
2.1 Wisata Religi...................................................................................6
a. Masjid batturahman raya.........................................................6

b. Makam Sultan Iskandar


muda.................................................7

2.2 Wisata Alam....................................................................................8


a. Sabang Pulau Weh..................................................................8

b. Air terjun sumoh.....................................................................9

2.3 Wisata Buatan.................................................................................9


a. Museum Tsunami Aceh..........................................................9

b. Museum rumah Cut Nyak Dien............................................10

BAB III................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia khususnya di provinsi Nangroe Aceh Darusalam terdapat
banyak objek wiasta yang indah dan menarik. Objek wisata yang ada di Nangroe
Aceh Darusalam merupakan salah satu dari kekayaan alam yang patut untuk
dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan baik dari segi
keindahannya maupun adat istiadat yang ada sehingga menarik minat wisatawan
untuk mengunjunginya.
Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan
dan proritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara
berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan
adanya daya tarik wisata yang cukup kuat dan besar, banyaknya keindahan alam,
aneka warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat.
Untuk meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang
berupa objek wisata sendiri yang dapat dijualdengan sarana dan prasarana yang
mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha mengembangkan
suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata.
Tempat wisata aceh sangat lengkap. Mulai dari wisata Alam, Wisata
Keluarga, Wisata anak, Air terjun, Hingga Danau dataran tinggi ada di Aceh. Isu
seputar persoalan pemberlakuan Perda Syariat bukan Hambatan. Sepanjang sesuai
aturan main, berwisata ke aceh akan tetap menjadi menyenangkan.
Aceh merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang diberi status
sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan otonomi khusus. Aceh
terletak di ujung pulau sumatera dan merupakan provinsi paling barat di
Indonesia.
Aceh memiliki 13 etnis bangsa asli. Yang terbesar adalah etnis Aceh yang
mendiami wilayah pesisir mulai dari langsa di pesisir timur utara sampai Trumon
di pesisir barat seatan. Ernis lainnya adalah etnis Gayo, yang mendiami wilayah

4
pegunungan di tengah Aceh. Transportasi menuju aceh melalui jalur darat dapat
dilakukan dengan kendaraan dari Medan. Kereta Api belum ada di aceh.
Angkutan udara menggunakan Bandara Internasinal sultan Iskandar Muda. Untuk
mencapai wilayah lain juga ada 8 bandara perintis. Pada tahun 2004 Aceh terkena
bencana alam tsunami, yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang
terletak di pesisir/pinggiran pantai, serta kota Banda Aceh.
Bencana tersebut menghancurkan infrastruktur serta menimbulkan
banyak korban. Hingga akhirnya Aceh dapat membangun kembali fasilitas dan
infrastrukturnya dengan bantuan-bantuan, baik dari dalam Negeri maupun luar
Negeri. Serta pasca tsunami pemerintah daerah menjadikan kota Banda Aceh
sebagai Bandar wisata Islami. 2 Wisata Islami yang menjadi konsep wisata di kota
Banda Aceh adalah sebuah wisata yang bebas dari prostitusi dan kegiatan diluar
norma-norma ajaran Islam, dengan mengutamakan wisata spiritual dan situs-situs
sejarah yang terdapat pada sektor-sektor wisata.
Untuk meningkatkan wisatawan pada sektor pariwisata di kota Banda
Aceh, meningkatkan infrastruktur saja tidaklah cukup, promosi dan kemudahan
wisatawan untuk mendapatkan informasi tentang suatu daerah menjadi salah satu
poin penting untuk mendukung peningkatan wisatawan terhadap sektor
pariwisata. Kota Banda Aceh menargetkan wisatawan nusantara dan mancanegara
sebagai target audience wisatawan. dengan memiliki beberapa sektor wisata
seperti wisata alam, kuliner,budaya, sejarah dan wisata spiritual/rohani.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang maka dapat diambil Rumusan masalah sebagai
berikut: “Destinasi wisata apa sajakah yang dapat dikunjungi saat bepergian
ke Aceh?”

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun yang menjadi tujuan serta manfaat Makalah ini:
1. Memperkenalkan destinasi yang terkenal di aceh
2. Menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata yang akan dituju
3. Lebih banyak tahu wisata maupun iklim dan cuaca di daerah Aceh
4. Menambah pengetahuan tentang wisata Aceh

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Wisata Religi


1. Masjid raya baiturrahman
Masjid Baiturrahman dibangun pada 1612 M oleh Sultah Iskandar
Muda Mahkota Alam. Masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi, seperti
perluasan dan penambahan kubah.
Pada 26 Maret 1873 saat Belanda menyatakan perang kepada
Kerajaan Aceh, masjid ini dijadikan benteng dan markas pertahanan oleh para
pejuang Kerajaan Aceh. Para pejuang ketika itu, seperti: Teuku Umar dan Cut
Nyak Dien mengatur strategi dan taktik perang dari Majid Baiturrahman.
Pasukan Belanda yang dipimpin oleh Jendral Johan Harmen Rudlof
Kohler datang ke pantai Aceh pada 5 April 1873 dan membawa 3.198 tentara
berhasil menguasai Masjid Baiturrahman. Para pejuang Aceh kemudian membuat
serangan balasan. Dalam serangan balasan ini Jendral Kohler tewas setelah
tertembus peluru di dada. Saat agresi tentara Belanda kedua pada tanggal 10 April
bulan Shafar 1290H/April 1873 M yang dipimpin oleh Jenderal van Swieten,
masjid Baiturrahman habis dibakar. Masyarakat Serambi Mekkah marah besar
ketika itu. Cut Nyak Dhien yang memimpin pasukan mengobarkan semangat
jihad para pejuang. Perang kembali meletus. Berselang empat tahun kemudian,
Belanda kembali membangun masjid. Pembangunan tahap kedua ini dilakukan
oleh Pemerintah Belanda. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Kadhi Malikul
Adil pada 9 Oktober 1879. Saat itu, gubernur sipil dan militer dijabat oleh
Jenderal K. Van Der Heijden. Masjid selesai dibangun pada 27 Desember 1881
dengan hanya satu kubah dan ukuran yang tidak terlalu luas. Pada tahun 1991-
1993 dilakukan perluasan masjid oleh Gubernur Aceh Ibrahim Hasan. Salah satu
yang diperluas adalah halaman depan dan bagian dalam Masjid
Masjid Baiturrahman sekarang memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1
menara induk. Luas area masjid pun bertambah kurang lebih sekitar 4 hektar. Di
dalam kompleks masjid terdapat sebuah kolam dan menara induk. Masjid ini
menjadi ikon Kota Banda Aceh dan menjadi monumental pasca Tsunami Aceh
pada 2004. Saat bangunan sekitarnya rata dengan tanah, masjid ini berdiri dengan
kokoh dan menjadi tempat berlindung warga dari terjangan tsunami.Tampak dari
depan masjid 5 kubah yang berwarna hitam, saat siang hari pun tidak terasa panas
karena ada 12 payung raksasa yang terpasang. Lantai marmer berwarna putih,
menjadikan pelataran masjid sebagai tempat yang sejuk.
Interiornya dihiasi dengan dinding, tangga marmer dan lantai dari Tiongkok.
Jendela kaca yang menawan di bagian atas, pintu kayu berdekorasi, lampu hias
gantung, serta batu-batu bangunan yang berasal dari Belanda.

6
Luas ruangan dalam masjid mencapai 4.760 meter persegi. Lantai
masjid dilapisi marmer buatan Italia. Masjid mampu menampung 10.000 jamaah
di dalam. Dan jika digabungkan dengan di halaman masjid bisa menampung
sekitar 30.000 jamaah. Arsitektur Masjid Baiturrahman Aceh yang bergaya kuno
ala negara India, membuat masjid ini menjadi tempat wisata religi yang menarik
untuk dikunjungi. Namun tentu tak boleh mengabaikan kegunaan utama masjid
sebagai tempat ibadah.

2. Makam Sultan Iskandar Muda


Aceh pernah berada di masa keemasan ketika Kesultanan Aceh
menjadi salah satu kerajaan terbesar Islam di dunia. Kawasan ini menjadi pusat
perdagangan dunia, serta merupakan tempat singgah kapal-kapal dagang dari
Eropa dan Asia. Sisa-sisa kejayaan Aceh dimasa lampau sedikitnya meninggalkan
berbagai situs sejarah yang kini bisa dikunjungi, salah satunya adalah Makam
Sultan Iskandar Muda.
Makam Sultan Iskandar Muda kini menjadi tujuan wisata ziarah yang
banyak dikunjungi wisatawan. Pemerintah juga mengingatkan, betapa pentingnya
untuk selalu mengenang masa kejayaan Aceh guna membangun masa depan yang
lebih baik. Makam milik Sultan paling termahsyur di Aceh ini juga menjadi daya
tarik tersendiri, bagi para wisatawan penggila sejarah.
Makam Sultan Iskandar Muda Banda Aceh terletak di Kelurahan
Peniti, Kecamatan Baiturrahman Kota Banda Aceh. Makam ini berada di
Komplek Kandang Meueh sebelah selatan yang bersebelahan dengan Gedung
Pendopo Gubernur atau tempat kediaman Gubernur Aceh, lokasi Makam pada
sisi timur berbatasan dengan rumah Penduduk, pada sisi sebelah Utara berbatasan
dengan Museum Negeri Aceh, pada bagian Barat dibatasi dengan sungai Krueng
Daroy. Secara geografis berada pada titik koordinat 5°32’50.6″N 95°19’15.2″E.
Makam Sultan Iskandar Muda merupakan peninggalan yang sudah
terdaftar sebagai cagar budaya nasional, makam ini di dipelihara dan dirawat UPT
Kemendikbud, Kantor BPCB ( Balai Pelestarian Cagar Budaya ) Aceh dengan
menempatkan satu orang ( Jupel) juru pelihara yang statusnya PNS.
Sultan Iskandar Muda adalah seorang Raja yang sangat bijaksana,
setia kepada negara dan rakyatnya pada abad ke XVI. Pada pemerintahannya
Aceh dikenal dengan kerajaan yang kuat, jaya, adil dan Makmur sehingga wilayah
kepemimpinanya sampai ke Malaya. Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan
Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636, dan membawanya pada puncak
kejayaan. Pada abad ke-17 itu, Kerajaan Aceh berada di peringkat terbesar kelima
di antara kerajaan-kerajaan Islam di dunia. Banda Aceh ketika itu telah menjadi
bandar perniagaan internasional, disinggahi kapal-kapal asing yang mengangkut
hasil bumi dari kawasan Asia ke benua Eropa.

7
2.2 Wisata Alam
a. Sabang Pulau Weh
Sekitar 301 tahun sebelum Masehi, seseorang Pakar bumi Yunani,
Ptolomacus berlayar ke arah timur serta berlabuh di satu pulau tidak populer di
mulut selat Malaka, pulah Weh, Lalu dia mengatakan serta mengenalkan pulau itu
jadi Pulau Emas di peta beberapa pelaut.
Pada era ke 12, Sinbad membuat pelayaran dari Sohar, Oman, jauh
mengarungi lewat rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman,
Nias, Weh, Penang, serta Canton (China). Sinbad berlabuh di pulau Weh serta
menamainya Pulau Emas. Pedagang Arab yang berlayar hingga ke pulau Situs
menamakannya Shabag yang bermakna Gunung meletus. Mungkin dari sinilah
kata Sabang berasal, dari Shabag. Dari sumber beda disebutkan kalau nama pulau
Weh datang dari bhs Aceh yang bermakna terpisah. Pulau ini sempat digunakan
oleh Sultan Aceh untuk mengasingkan beberapa orang buangan.
pulau weh Sebelumnya terusan Suez di buka th. 1869, kepulauan
Indonesia diraih lewat Selat Sunda dari arah Benua Afrika, tetapi sesudah terusan
Suez di buka jadi jalur ke Indonesia jadi lebih pendek yakni lewat Selat Malaka.
Karna kealamian pelabuhan dengan perairan yang dalam serta terproteksi alam
dengan baik, pemerintah Hindia Belanda ketika itu mengambil keputusan untuk
buka Sabang jadi dermaga. Pulau Weh serta kota Sabang sebelumnya Perang
Dunia II yaitu pelabuhan terutama di selat Malaka, tambah lebih perlu dibanding
Temasek (saat ini Singapura). Terkenal jadi pelabuhan alam bernama Kolen
Station yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Belanda mulai sejak tahun
1881.
Pada tahun 1883, dermaga Sabang di buka untuk kapal berdermaga oleh
Asosiasi Atjeh. Awalannya, pelabuhan itu jadikan pangkalan batubara untuk
Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun lalu juga mengikutsertakan kapal
pedagang untuk kirim barang export dari Sumatra sisi utara. Pada tahun 1887,
Firma Delange dibantu Sabang Haven peroleh kewenangan menaikkan, membuat
sarana serta fasilitas penunjang pelabuhan. Masa pelabuhan bebas di Sabang
diawali pada tahun 1895, di kenal dengan arti Vrij Haven serta dikelola oleh
Sabang Maatschaappij.
Sekarang ini setiap tahunnya, 50. 000 kapal melalui Selat Malaka hingga
pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyebutkan Sabang jadi Zone
Perdagangan Bebas serta Pelabuhan Bebas untuk memperoleh keuntungan dengan
membangun pelabuhan Sabang itu jadi pusat logistik untuk kapal luar negeri yang
melalui Malaka. Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang serta sarana untuk
isi bahan bakar tengah diperkembang.
Hal yang paling perlu untuk histori Weh yaitu mulai sejak ada pelabuhan
di Sabang. Sekitaran tahun 1900, Sabang yaitu satu desa nelayan dengan
pelabuhan serta iklim yang baik. Lalu belanda membuat depot batubara disana,
pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, hingga tempat yang dapat

8
menyimpan 25. 000 ton batubara sudah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang
digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, berkunjung untuk ambil batubara,
air fresh serta beberapa sarana yang ada yang lain. Sebelumnya Perang Dunia II,
pelabuhan Sabang begitu perlu di banding Singapura. Di waktu Kapal laut
bertenaga diesel dipakai, jadi Singapura jadi lebih diperlukan, serta Sabang juga
mulai dilupakan.
Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia berencana untuk
meningkatkan Sabang di beberapa segi, termasuk juga perikanan, industri,
perdagangan serta yang lain. Pelabuhan Sabang sendiri pada akhirnya jadi
pelabuhan bebas serta jadi satu diantara pelabuhan terutama di Indonesia. Namun
pada akhirnya ditutup pada tahun 1986.

b. Air terjun Suhom


Air Terjun Suhom terletak di desa Suhom, kabupaten Lhoong, Aceh Besar,
provinsi Aceh. Nama lain dari Suhom waterfal adalah Lhoong atau Krueng Kala.
Air terjun ini memiliki sumber air dari bukit dengan tumpahan air setinggi sekitar
20 meter. Posisi air terjun ini berada di tengah pemandangan alam yang indah.

Di sekitar air terjun, ada banyak pohon durian, ketika musim durian tiba,
akan ada begitu banyak penjual yang menjual durian di sekitar air terjun. Selain
itu, di air terjun ini, ada juga lokasi yang bisa digunakan untuk berkemah. Untuk
mencapai tempat ini, Anda harus melewati rute yang naik turun dengan
pemandangan gunung Paro dan Kulu. Sepanjang jalan, jangan kaget melihat
banyak monyet berkeliaran di jalan. Monyet-monyet ini biasanya meminta buah
atau makanan ringan lainnya dari mereka yang lewat di jalan.

Air terjun setinggi 50 meter ini dibagi menjadi tiga tingkat, tetapi Anda
tidak diperbolehkan naik ke tingkat dua dan tiga, untuk alasan keamanan karena
pembangkit listrik bertegangan tinggi. Ada pembangkit listrik mikrohidro yang
telah dibangun di dekat air terjun dan dioperasikan untuk memasok listrik ke 200
kepala keluarga dan penduduk desa Kreung Kala. Terletak sekitar 75 km sebelah
barat Banda Aceh atau sekitar 3 km dari jalan raya antara Banda Aceh ke Calang,
Aceh Jaya; untuk mencapai air terjun Suhom dari Banda Aceh, dapat
menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi, dan membutuhkan
waktu sekitar satu jam perjalanan.

2.3 Wisata Buatan


a. Museum Tsunami Aceh
Museum Tsunami Aceh merupakan monumen simbolis untuk mengenang
bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh pada tahun 2004. Bangunan ini
menyimpan berbagai bukti kedahsyatan tsunami 2004, serta sebagai pusat
pendidikan dan tempat perlindungan darurat ketika terjadi tsunami.

9
Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga yaitu
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Pemerintah Kota
Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia. Museum ini diresmikan pada tahun
2008. Tujuan pembangunannya selain untuk mengenang gempa bumi yang
mengakibatkan tsunami tahun 2004 juga menjadi pusat pendidikan dan pusat
evakuasi jika bencana tsunami datang lagi. Museum ini memiliki 2 lantai, dimana
lantai 1 merupakan area terbuka yang dapat dilihat dari luar dan fungsinya
sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami. Di lantai ini terdapat
beberapa ruangan yang berisi rekam jejak kejadian tsunami 2004 yaitu ruang
pamer tsunami, pra tsunami, saat tsunami, dan ruang pasca tsunami. Beberapa
gambar peristiwa tsunami, artefak jejak tsunami, dan diorama ditampilkan. Di sini
juga terdapat sumur doa dengan nama-nama korban tsunami yang tertulis rapi
pada dinding dan langit-langit serta kaligrafi asma Allah pada puncaknya.

b. Museum Rumah Cut Nyak Dien


Museum Rumah Cut Nyak Dhien merupakan museum yang dulu
merupakan tempat tinggal Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar, terdapat beberapa
koleksi seperti rencong dan parang.
Selain dikenal memiliki pesona wisata alam yang memukau, Aceh juga
merupakan provinsi yang memiliki sejarah panjang. Provinsi yang terletak di
ujung pulau Sumatra ini melahirkan banyak pahlawan nasional yang turut
berperang melawan penjajahan Belanda. Tak heran jika di daerah ini dapat
dijumpai beberapa tempat wisata sejarah seperti Museum Rumah Cut Nyak
Dhien.
Museum Rumah Cut Nyak Dhien merupakan museum yang akan
mengingatkan sejenak dengan pahlawan wanita berhati baja ini. Srikandi
Indonesia ini memang dikenal memiliki pendirian yang teguh serta gagah berani
dalam memimpin pasukan untuk melawan Belanda. Di museum tersebut,
wisatawan bisa melihat senjata-senjata seperti rencong yang dulu digunakan oleh
beliau.
Secara administratif, museum ini terletak pada Desa Lampisang,
Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Untuk mencapai
Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan setidaknya harus menempuh jarak
kurang lebih 10 kilometer atau melakukan perjalanan selama 20 menit dari Kota
Banda Aceh.
Letaknya yang berada tepat di pinggir jalan raya, juga menjadikan
wisatawan mudah untuk menemukan lokasi dari Museum Rumah Cut Nyak Dhien
ini. Wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi layaknya mobil atau motor,
dan juga tersedia kendaraan umum yang bisa dimanfaatkan oleh wisatawan.

10
Kondisi jalan dari Banda Aceh menuju ke Kecamatan Peukan Bada juga terbilang
sangat baik dan teraspal.
Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 dari keturunan bangsawan bernama
Teuku Nanta Seutia dan ibunya bernama Uleebalang Lampageu. Sejak kecil Cut
Nyak Dhien telah dikenalkan oleh orangtuanya dengan agama, sehingga beliau
tumbuh menjadi perempuan yang patuh akan ajaran-ajaran agama Islam.
Ketika usianya 12 tahun, Cut Nyak Dhien telah dinikahkan dengan Teuku
Cek Ibrahim lamnga. Namun sayangnya pernikahan tersebut tak berlangsung
lama, karena Teuku Cek Ibrahim Lamnga meninggal saat berjuang melawan
Belanda. Tewasnya sang suami menjadikan Cut Nyak Dhien sangat marah kepada
pihak Belanda dan berjanji akan menghancurkan Belanda sampai tuntas.
Selang beberapa lama, Cut Nyak Dhien dilamar oleh Teuku Umar yang
kala itu merupakan seorang tokoh yang juga berjuang melawan Belanda.
Awalnya, lamaran tersebut ditolak oleh beliau, namun karena Teuku Umar
mengizinkan Cut Nyak Dhien bertempur melawan penjajah lamarannya pun
akahirnya diterima.
Bersama Teuku Umar, pernikahan Cut Nyak Dhien dikaruniai seorang
anak bernama Cut Gambang. Teuku Umar sendiri akhirnya juga wafat dalam
penyerangan Meulaboh pada 11 Februari 1899. Sedangkan Cut Nyak Dhien
meninggal pada 6 November 1908 dalam pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.
Dalam perjuangan Teuku Umar bersama Cut Nyak Dhien, sempat
diwarnai dengan pembelotan Teuku Umar kepada pihak Belanda. Aksi tersebut
menuai banyak tentangan dari rakyat yang menganggap Teuku Umar telah
berkhianat. Padahal, ini merupakan strategi Teuku Umar agar bisa mengakses
persenjataan Belanda.
Karena Belanda menganggap Teuku Umar berada dipihaknya, Belanda
menghadiahkan sebuah rumah kepada Teuku Umar. Itulah rumah yang kini
menjadi Museum Rumah Cut Nyak Dhien. Namun bangunan yang kini bisa
dilihat merupakan replika dari banguan yang dibuat menyerupai aslinya.
Rumah tersebut konon telah dibakar sampai habis oleh Belanda yang
mengetahui bahwa Teuku Umar hanya berpura-pura pada tahun 1896. Rumah
tersebut dibangun kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
diresmikan oleh Fuad Hasan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tahun 1987.
Ketika tiba di lokasi Museum Rumah Cut Nyak Dhien wisatawan akan
bisa melihat adanya sumur yang sangat tinggi di depan pintu utama. Sumur
tersebut memang sengaja dibuat dengan ketinggian mencapai dua meter agar
pihak Belanda tak bisa meracuni air yang ada didalam sumur.
Seperti layaknya rumah adat Aceh pada umumnya, desain Museum Rumah
Cut Nyak Dhien ini juga memiliki bentuk yang hampir sama. Berbentuk rumah
panggung dengan ukuran 25 meter x 17 meter serta memiliki 65 tiang kayu

11
peyangga. Pintu utama, memiliki ukuran yang cukup kecil sehingga wisatawan
harus membungkuk untuk masuk ke rumah tersebut.
Ketika telah memasuki rumah, akan terasa suasana yang sejuk dan asri.
Dinding-dinding ruangan terbuat dari papan-papan kayu, serta atap dihiasi dengan
pelepah daun kelapa tua. Ruangan didalam Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini
tergolong luas dan juga terdapat banyak pintu yang menghubungkan ruangan satu
dengan ruangan yang lainnya.
Pada dinding ruangan, wisatawan bisa melihat silsilah keturunan dari
pahlawan wanita Indonesia tersebut. Selain itu terdapat pula koleksi yang
menggambarkan pada masa Perang Aceh. Wisatawan tak perlu khawatir, karena
terdapat penjelasan di bawah setiap pajangan yang ada di museum ini.
Memasuki ruang lain pada museum, terdapat koleksi kursi-kursi kayu
dengan ukiran khas Jepara yang terpajang rapi. Di tengah deretan kursi tersebut
terdapat meja yang diperkirakan dulu merupakan tempat bagi para tokoh-tokoh
Aceh untuk berunding menentukan strategi berperang. Di ruangan tersebut juga
bisa ditemukan koleksi senjata yang digunakan Cut Nyak Dhien yaitu rencong
dan parang.
Pada Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini wisatawan juga bisa melihat
kamar yang dulu digunakan oleh Cut Nyak Dhien. Walaupun hanya replika,
namun desain kamar tersebut dibuat mirip dengan yang asli tanpa mengurangi
atau menambah detail yang ada. Kamar ini dihiasi oleh tirai berwarna kuning
seperti layaknya kamar miliki raja-raja.
Jika berwisata di Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan tak perlu
bingung karena disini ada seorang penjaga yang siap mengantarkan wisatawan
untuk melihat museum tersebut. Dengan sabar, pemandu akan menjelaskan cerita
dan sejarah yang terkandung dalam koleksi-koleksi museum ini.
Fasilitas Museum Rumah Cut Nyak Dhien
Fasilitas yang tersedia di Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini terbilang
cukup lengkap. Terdapat lahan parkir luas yang bisa digunakan wisatawan
memarkir mobil, dan juga terdapat toilet. Selain itu, juga ada pemandu yang selalu
ramah pada wisatawan yang ingin lebih mengetahui sejarah tentang Cut Nyak
Dhien.
Jika wisatawan muslim dan ingin melakukan ibadah sholat, terdapat
beberapa masjid yang bisa digunakan disekitar lokasi museum. Setelah berwisata
di museum, wisatawan juga bisa berwisata kuliner dengan menikmati kopi khas
Aceh yang disediakan warung-warung sederhana disekitar lokasi.
Baca Juga: Gunung Seulawah Agam, Spot Pendakian Terbaik di Aceh

Selain itu, disekitar jalan raya dekat Museum Rumah Cut Nyak Dhien
wisatawan juga bisa berburu oleh-oleh camilan khas Aceh. Terdapat beberapa

12
toko kue yang menjajakan kue khas Aceh seperti Bhoi, Timphan, Dodol,
Keukarah, Adee dan masih banyak lagi.
Berkunjung ke museum tak hanya memberikan pengalaman berwisata
tetapi juga pendidikan tentang sejarah. Berikut aktivitas-aktivitas yang bisa
dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini.
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Berdasaakan paparan diatas Aceh merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan
otonomi khusus. Aceh terletak di ujung pulau sumatera dan merupakan provinsi
paling barat di Indonesia. Tempat wisata aceh sangat lengkap. Mulai dari wisata
Alam, Wisata Keluarga, Wisata anak, Air terjun, Hingga Danau dataran tinggi ada
di Aceh.

3.2 Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
banyak sekali kesalahan, maka dari itu saya minta kritik dari guru pelajaran
Pemanduan perjalanan wisata ini

13
14

Anda mungkin juga menyukai