DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Berkat dan Kasih Karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Pemanduan perjalanan wisata ini. Semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya penulis dan para pembaca.
Setiap wilayah atau negara pasti memiliki objek wisata yang menarik dan
unik. Dengan semakin maju dan berkembangnya era globalisasi ini dapat
membantu setiap negara atau wilayah untuk memperkenalkan potensi objek
wisata yang dimilikinya. Harapan saya semoga tugas ini dapat membantu
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Tugas Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan dan ketidakpuasan dari para pembaca
karena pengalaman dan sumber yang saya miliki masih kurang. Oleh karena itu
saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan , baik
berupa komentar, tanggapan, saran maupun kritik yang bersifat membangun.
Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
1.1 Latar Belakang................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat........................................................................5
BAB II...................................................................................................6
2.1 Wisata Religi...................................................................................6
a. Masjid batturahman raya.........................................................6
BAB III................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................13
3.2 Saran..............................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pegunungan di tengah Aceh. Transportasi menuju aceh melalui jalur darat dapat
dilakukan dengan kendaraan dari Medan. Kereta Api belum ada di aceh.
Angkutan udara menggunakan Bandara Internasinal sultan Iskandar Muda. Untuk
mencapai wilayah lain juga ada 8 bandara perintis. Pada tahun 2004 Aceh terkena
bencana alam tsunami, yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang
terletak di pesisir/pinggiran pantai, serta kota Banda Aceh.
Bencana tersebut menghancurkan infrastruktur serta menimbulkan
banyak korban. Hingga akhirnya Aceh dapat membangun kembali fasilitas dan
infrastrukturnya dengan bantuan-bantuan, baik dari dalam Negeri maupun luar
Negeri. Serta pasca tsunami pemerintah daerah menjadikan kota Banda Aceh
sebagai Bandar wisata Islami. 2 Wisata Islami yang menjadi konsep wisata di kota
Banda Aceh adalah sebuah wisata yang bebas dari prostitusi dan kegiatan diluar
norma-norma ajaran Islam, dengan mengutamakan wisata spiritual dan situs-situs
sejarah yang terdapat pada sektor-sektor wisata.
Untuk meningkatkan wisatawan pada sektor pariwisata di kota Banda
Aceh, meningkatkan infrastruktur saja tidaklah cukup, promosi dan kemudahan
wisatawan untuk mendapatkan informasi tentang suatu daerah menjadi salah satu
poin penting untuk mendukung peningkatan wisatawan terhadap sektor
pariwisata. Kota Banda Aceh menargetkan wisatawan nusantara dan mancanegara
sebagai target audience wisatawan. dengan memiliki beberapa sektor wisata
seperti wisata alam, kuliner,budaya, sejarah dan wisata spiritual/rohani.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Luas ruangan dalam masjid mencapai 4.760 meter persegi. Lantai
masjid dilapisi marmer buatan Italia. Masjid mampu menampung 10.000 jamaah
di dalam. Dan jika digabungkan dengan di halaman masjid bisa menampung
sekitar 30.000 jamaah. Arsitektur Masjid Baiturrahman Aceh yang bergaya kuno
ala negara India, membuat masjid ini menjadi tempat wisata religi yang menarik
untuk dikunjungi. Namun tentu tak boleh mengabaikan kegunaan utama masjid
sebagai tempat ibadah.
7
2.2 Wisata Alam
a. Sabang Pulau Weh
Sekitar 301 tahun sebelum Masehi, seseorang Pakar bumi Yunani,
Ptolomacus berlayar ke arah timur serta berlabuh di satu pulau tidak populer di
mulut selat Malaka, pulah Weh, Lalu dia mengatakan serta mengenalkan pulau itu
jadi Pulau Emas di peta beberapa pelaut.
Pada era ke 12, Sinbad membuat pelayaran dari Sohar, Oman, jauh
mengarungi lewat rute Maldives, Pulau Kalkit (India), Sri Langka, Andaman,
Nias, Weh, Penang, serta Canton (China). Sinbad berlabuh di pulau Weh serta
menamainya Pulau Emas. Pedagang Arab yang berlayar hingga ke pulau Situs
menamakannya Shabag yang bermakna Gunung meletus. Mungkin dari sinilah
kata Sabang berasal, dari Shabag. Dari sumber beda disebutkan kalau nama pulau
Weh datang dari bhs Aceh yang bermakna terpisah. Pulau ini sempat digunakan
oleh Sultan Aceh untuk mengasingkan beberapa orang buangan.
pulau weh Sebelumnya terusan Suez di buka th. 1869, kepulauan
Indonesia diraih lewat Selat Sunda dari arah Benua Afrika, tetapi sesudah terusan
Suez di buka jadi jalur ke Indonesia jadi lebih pendek yakni lewat Selat Malaka.
Karna kealamian pelabuhan dengan perairan yang dalam serta terproteksi alam
dengan baik, pemerintah Hindia Belanda ketika itu mengambil keputusan untuk
buka Sabang jadi dermaga. Pulau Weh serta kota Sabang sebelumnya Perang
Dunia II yaitu pelabuhan terutama di selat Malaka, tambah lebih perlu dibanding
Temasek (saat ini Singapura). Terkenal jadi pelabuhan alam bernama Kolen
Station yang dioperasikan oleh pemerintah kolonial Belanda mulai sejak tahun
1881.
Pada tahun 1883, dermaga Sabang di buka untuk kapal berdermaga oleh
Asosiasi Atjeh. Awalannya, pelabuhan itu jadikan pangkalan batubara untuk
Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun lalu juga mengikutsertakan kapal
pedagang untuk kirim barang export dari Sumatra sisi utara. Pada tahun 1887,
Firma Delange dibantu Sabang Haven peroleh kewenangan menaikkan, membuat
sarana serta fasilitas penunjang pelabuhan. Masa pelabuhan bebas di Sabang
diawali pada tahun 1895, di kenal dengan arti Vrij Haven serta dikelola oleh
Sabang Maatschaappij.
Sekarang ini setiap tahunnya, 50. 000 kapal melalui Selat Malaka hingga
pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menyebutkan Sabang jadi Zone
Perdagangan Bebas serta Pelabuhan Bebas untuk memperoleh keuntungan dengan
membangun pelabuhan Sabang itu jadi pusat logistik untuk kapal luar negeri yang
melalui Malaka. Prasarana untuk dermaga, pelabuhan, gudang serta sarana untuk
isi bahan bakar tengah diperkembang.
Hal yang paling perlu untuk histori Weh yaitu mulai sejak ada pelabuhan
di Sabang. Sekitaran tahun 1900, Sabang yaitu satu desa nelayan dengan
pelabuhan serta iklim yang baik. Lalu belanda membuat depot batubara disana,
pelabuhan diperdalam, mendayagunakan dataran, hingga tempat yang dapat
8
menyimpan 25. 000 ton batubara sudah terbangun. Kapal Uap, kapal laut yang
digerakkan oleh batubara, dari banyak negara, berkunjung untuk ambil batubara,
air fresh serta beberapa sarana yang ada yang lain. Sebelumnya Perang Dunia II,
pelabuhan Sabang begitu perlu di banding Singapura. Di waktu Kapal laut
bertenaga diesel dipakai, jadi Singapura jadi lebih diperlukan, serta Sabang juga
mulai dilupakan.
Pada tahun 1970, pemerintahan Republik Indonesia berencana untuk
meningkatkan Sabang di beberapa segi, termasuk juga perikanan, industri,
perdagangan serta yang lain. Pelabuhan Sabang sendiri pada akhirnya jadi
pelabuhan bebas serta jadi satu diantara pelabuhan terutama di Indonesia. Namun
pada akhirnya ditutup pada tahun 1986.
Di sekitar air terjun, ada banyak pohon durian, ketika musim durian tiba,
akan ada begitu banyak penjual yang menjual durian di sekitar air terjun. Selain
itu, di air terjun ini, ada juga lokasi yang bisa digunakan untuk berkemah. Untuk
mencapai tempat ini, Anda harus melewati rute yang naik turun dengan
pemandangan gunung Paro dan Kulu. Sepanjang jalan, jangan kaget melihat
banyak monyet berkeliaran di jalan. Monyet-monyet ini biasanya meminta buah
atau makanan ringan lainnya dari mereka yang lewat di jalan.
Air terjun setinggi 50 meter ini dibagi menjadi tiga tingkat, tetapi Anda
tidak diperbolehkan naik ke tingkat dua dan tiga, untuk alasan keamanan karena
pembangkit listrik bertegangan tinggi. Ada pembangkit listrik mikrohidro yang
telah dibangun di dekat air terjun dan dioperasikan untuk memasok listrik ke 200
kepala keluarga dan penduduk desa Kreung Kala. Terletak sekitar 75 km sebelah
barat Banda Aceh atau sekitar 3 km dari jalan raya antara Banda Aceh ke Calang,
Aceh Jaya; untuk mencapai air terjun Suhom dari Banda Aceh, dapat
menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi, dan membutuhkan
waktu sekitar satu jam perjalanan.
9
Museum Tsunami Aceh dibangun atas prakarsa beberapa lembaga yaitu
Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, Pemerintah Daerah Nanggroe Aceh Darussalam, Pemerintah Kota
Banda Aceh, dan Ikatan Arsitek Indonesia. Museum ini diresmikan pada tahun
2008. Tujuan pembangunannya selain untuk mengenang gempa bumi yang
mengakibatkan tsunami tahun 2004 juga menjadi pusat pendidikan dan pusat
evakuasi jika bencana tsunami datang lagi. Museum ini memiliki 2 lantai, dimana
lantai 1 merupakan area terbuka yang dapat dilihat dari luar dan fungsinya
sebagai tempat untuk mengenang peristiwa tsunami. Di lantai ini terdapat
beberapa ruangan yang berisi rekam jejak kejadian tsunami 2004 yaitu ruang
pamer tsunami, pra tsunami, saat tsunami, dan ruang pasca tsunami. Beberapa
gambar peristiwa tsunami, artefak jejak tsunami, dan diorama ditampilkan. Di sini
juga terdapat sumur doa dengan nama-nama korban tsunami yang tertulis rapi
pada dinding dan langit-langit serta kaligrafi asma Allah pada puncaknya.
10
Kondisi jalan dari Banda Aceh menuju ke Kecamatan Peukan Bada juga terbilang
sangat baik dan teraspal.
Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 dari keturunan bangsawan bernama
Teuku Nanta Seutia dan ibunya bernama Uleebalang Lampageu. Sejak kecil Cut
Nyak Dhien telah dikenalkan oleh orangtuanya dengan agama, sehingga beliau
tumbuh menjadi perempuan yang patuh akan ajaran-ajaran agama Islam.
Ketika usianya 12 tahun, Cut Nyak Dhien telah dinikahkan dengan Teuku
Cek Ibrahim lamnga. Namun sayangnya pernikahan tersebut tak berlangsung
lama, karena Teuku Cek Ibrahim Lamnga meninggal saat berjuang melawan
Belanda. Tewasnya sang suami menjadikan Cut Nyak Dhien sangat marah kepada
pihak Belanda dan berjanji akan menghancurkan Belanda sampai tuntas.
Selang beberapa lama, Cut Nyak Dhien dilamar oleh Teuku Umar yang
kala itu merupakan seorang tokoh yang juga berjuang melawan Belanda.
Awalnya, lamaran tersebut ditolak oleh beliau, namun karena Teuku Umar
mengizinkan Cut Nyak Dhien bertempur melawan penjajah lamarannya pun
akahirnya diterima.
Bersama Teuku Umar, pernikahan Cut Nyak Dhien dikaruniai seorang
anak bernama Cut Gambang. Teuku Umar sendiri akhirnya juga wafat dalam
penyerangan Meulaboh pada 11 Februari 1899. Sedangkan Cut Nyak Dhien
meninggal pada 6 November 1908 dalam pengasingan di Sumedang, Jawa Barat.
Dalam perjuangan Teuku Umar bersama Cut Nyak Dhien, sempat
diwarnai dengan pembelotan Teuku Umar kepada pihak Belanda. Aksi tersebut
menuai banyak tentangan dari rakyat yang menganggap Teuku Umar telah
berkhianat. Padahal, ini merupakan strategi Teuku Umar agar bisa mengakses
persenjataan Belanda.
Karena Belanda menganggap Teuku Umar berada dipihaknya, Belanda
menghadiahkan sebuah rumah kepada Teuku Umar. Itulah rumah yang kini
menjadi Museum Rumah Cut Nyak Dhien. Namun bangunan yang kini bisa
dilihat merupakan replika dari banguan yang dibuat menyerupai aslinya.
Rumah tersebut konon telah dibakar sampai habis oleh Belanda yang
mengetahui bahwa Teuku Umar hanya berpura-pura pada tahun 1896. Rumah
tersebut dibangun kembali oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta
diresmikan oleh Fuad Hasan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pada tahun 1987.
Ketika tiba di lokasi Museum Rumah Cut Nyak Dhien wisatawan akan
bisa melihat adanya sumur yang sangat tinggi di depan pintu utama. Sumur
tersebut memang sengaja dibuat dengan ketinggian mencapai dua meter agar
pihak Belanda tak bisa meracuni air yang ada didalam sumur.
Seperti layaknya rumah adat Aceh pada umumnya, desain Museum Rumah
Cut Nyak Dhien ini juga memiliki bentuk yang hampir sama. Berbentuk rumah
panggung dengan ukuran 25 meter x 17 meter serta memiliki 65 tiang kayu
11
peyangga. Pintu utama, memiliki ukuran yang cukup kecil sehingga wisatawan
harus membungkuk untuk masuk ke rumah tersebut.
Ketika telah memasuki rumah, akan terasa suasana yang sejuk dan asri.
Dinding-dinding ruangan terbuat dari papan-papan kayu, serta atap dihiasi dengan
pelepah daun kelapa tua. Ruangan didalam Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini
tergolong luas dan juga terdapat banyak pintu yang menghubungkan ruangan satu
dengan ruangan yang lainnya.
Pada dinding ruangan, wisatawan bisa melihat silsilah keturunan dari
pahlawan wanita Indonesia tersebut. Selain itu terdapat pula koleksi yang
menggambarkan pada masa Perang Aceh. Wisatawan tak perlu khawatir, karena
terdapat penjelasan di bawah setiap pajangan yang ada di museum ini.
Memasuki ruang lain pada museum, terdapat koleksi kursi-kursi kayu
dengan ukiran khas Jepara yang terpajang rapi. Di tengah deretan kursi tersebut
terdapat meja yang diperkirakan dulu merupakan tempat bagi para tokoh-tokoh
Aceh untuk berunding menentukan strategi berperang. Di ruangan tersebut juga
bisa ditemukan koleksi senjata yang digunakan Cut Nyak Dhien yaitu rencong
dan parang.
Pada Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini wisatawan juga bisa melihat
kamar yang dulu digunakan oleh Cut Nyak Dhien. Walaupun hanya replika,
namun desain kamar tersebut dibuat mirip dengan yang asli tanpa mengurangi
atau menambah detail yang ada. Kamar ini dihiasi oleh tirai berwarna kuning
seperti layaknya kamar miliki raja-raja.
Jika berwisata di Museum Rumah Cut Nyak Dhien, wisatawan tak perlu
bingung karena disini ada seorang penjaga yang siap mengantarkan wisatawan
untuk melihat museum tersebut. Dengan sabar, pemandu akan menjelaskan cerita
dan sejarah yang terkandung dalam koleksi-koleksi museum ini.
Fasilitas Museum Rumah Cut Nyak Dhien
Fasilitas yang tersedia di Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini terbilang
cukup lengkap. Terdapat lahan parkir luas yang bisa digunakan wisatawan
memarkir mobil, dan juga terdapat toilet. Selain itu, juga ada pemandu yang selalu
ramah pada wisatawan yang ingin lebih mengetahui sejarah tentang Cut Nyak
Dhien.
Jika wisatawan muslim dan ingin melakukan ibadah sholat, terdapat
beberapa masjid yang bisa digunakan disekitar lokasi museum. Setelah berwisata
di museum, wisatawan juga bisa berwisata kuliner dengan menikmati kopi khas
Aceh yang disediakan warung-warung sederhana disekitar lokasi.
Baca Juga: Gunung Seulawah Agam, Spot Pendakian Terbaik di Aceh
Selain itu, disekitar jalan raya dekat Museum Rumah Cut Nyak Dhien
wisatawan juga bisa berburu oleh-oleh camilan khas Aceh. Terdapat beberapa
12
toko kue yang menjajakan kue khas Aceh seperti Bhoi, Timphan, Dodol,
Keukarah, Adee dan masih banyak lagi.
Berkunjung ke museum tak hanya memberikan pengalaman berwisata
tetapi juga pendidikan tentang sejarah. Berikut aktivitas-aktivitas yang bisa
dilakukan wisatawan ketika berkunjung ke Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Berdasaakan paparan diatas Aceh merupakan salah satu provinsi di
Indonesia yang diberi status sebagai daerah istimewa dan juga diberi kewenangan
otonomi khusus. Aceh terletak di ujung pulau sumatera dan merupakan provinsi
paling barat di Indonesia. Tempat wisata aceh sangat lengkap. Mulai dari wisata
Alam, Wisata Keluarga, Wisata anak, Air terjun, Hingga Danau dataran tinggi ada
di Aceh.
3.2 Saran
Penulis dalam hal ini menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
banyak sekali kesalahan, maka dari itu saya minta kritik dari guru pelajaran
Pemanduan perjalanan wisata ini
13
14