Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN PANCASILA

“Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm, Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan


Pancasila dan Pasal-Pasal UUD 1945”

Dosen Pengampu :
Aryo Prakoso SE., MSA.,Ak.,CA.,CRA.,CRP
NIP : 198710232014041001

Disusun Oleh Kelompok 9


Kelas : Pendidikan Pancasila 37
1. Sevrina Bella Pradana NIM 200210301129
2. Mayang Ananda Putri NIM 200210302075
3. Imma Sajarotul Maulida NIM 200210402003

PENDIDIKAN PANCASILA 37

i
UNIVERSITAS JEMBER 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia
nikmatnya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Hubungan Pancasila dan
Staatsfundamentalnorm, Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila dan Pasal-Pasal
UUD 1945 ”. Makalah Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm, Hubungan Pembukaan
UUD 1945 dengan Pancasila dan Pasal-Pasal UUD 1945 disusun guna memenuhi tugas Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila 37 yang diampu Bapak Aryo Prakoso.
Makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya karena mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang membantu memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama dalam pembuatan
makalah ini.
Kami menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka
menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca agar kami dapat mengevalusasi makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Jember, 29 April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..............................................................................................................................................4
1.4 Manfaat............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................6
2.1 Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm.......................................................................6
2.2 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945...................................................................7
2.3 Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945....................................................8
2.4 Hubungan Pancasila Dengan Pasal-Pasal UUD 1945.................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai
dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia
dengan masyarakat lain. Nilai-nilai kehidupan tersebut mewujudkan amal perbuatan dan
pembawaan serta watek orang Indonesia. Dengan kata lain masyarakat Indonesia
mempunyai ciri sendiri, yang merupakan kepribadiannya. Dengan nilai-nilai pulanglah
rakyat Indonesia melihat dan memecahkan masalah kehidupan ini untuk mengarahkan dan
mempedomani dalam kegiatan kehidupannya bermasyarakat. Demikianlah mereka
melaksanakan kehidupan yang diyakini kebenaranya. Itulah pandangan hidupnya karena
keyakinan yang telah mendarah daging itulah maka pancasila dijadikan dasar negara serta
ideologi negara. Itulah kebulatan tekad rakyat Indonesia yang ditetapkan pada Tanggal 18
agustus 1945 melalui panitia persiapan kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama
tersebut sipatnya luhur, tiada boleh diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah
yang hendak kita wujudkan, artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai
luhur tersebut.
Untuk mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi norma-
norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh
setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai hukum
dasar tertulis dinegara kita.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm?

2. Bagaimana Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945?


3. Bagaimana Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945?

4. Bagaimana Hubungan Pancasila Dengan Pasal-Pasal UUD 1945?


1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm
2. Mengetahui Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945

4
3. Mengetahui Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945
4. Mengetahui Hubungan Pancasila Dengan Pasal-Pasal UUD 1945
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa lebih mengetahui tentang Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm,
Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila dan Pasal-Pasal UUD 1945

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Pancasila dan Staatsfundamentalnorm
Penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental norm pertama kali disampaikan
oleh Notonagoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang
pemandu. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-
ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan
ditetapkannya Pancasila sebagai Staats fundamental norm  maka pembentukan hukum,
penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama
dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Dengan
terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa
”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”, dengan tegas
menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut:
”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai
dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara
serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan
perundang-undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila”.
Jika UUD 1945 merupakan staats-fundamentalnorm maka Pembukaan UUD 1945
merupakan bagian terpisah dari pasal-pasal dalam UUD 1945 karena
sebagai staatsfundamentalnorm Pembukaan UUD 1945 merupakan norma yang merupakan
dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung), atau
dalam bahasa Kelsen Pembukaan UUD 1945 adalah yang mempresuposisikan validitas
UUD 1945.
Penjelasan UUD 1945 yang merupakan bagian dari keseluruhan UUD 1945
menyatakan bahwa “Pokok-pokok pikiran tersebut meliputi suasana kebatinan dari Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia. Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita
hukum (rechtsidee) yang menguasai hukum dasar negara, baik hukum yang tertulis

6
(Undang-Undang Dasar) maupun hukum yang tidak tertulis. Undang-Undang Dasar
menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal-pasalnya”. Bahkan para founding
fathers juga menyadari akan perkembangan masyarakat sehingga tidak tergesa-gesa
memberi kristalisasi, memberi bentuk (Gelstaltung). Penjelasan ini sebenarnya memberi
ruang perubahan terhadap perwujudan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa Pembukaan UUD 1945 merupakan
kesatuan dengan pasal-pasal UUD 1945. Hal ini juga dapat dilihat dari proses penyusunan
Pembukaan UUD 1945 yang merupakan satu kesatuan dengan pembahasan masalah lain
dalam Undang-Undang Dasar oleh BPUPKI, yaitu masalah bentuk negara, daerah negara,
badan perwakilan rakyat, dan badan penasehat. Status Pembukaan UUD 1945 sebagai satu
kesatuan dengan pasal-pasalnya menjadi sangat tegas berdasarkan Pasal II Aturan Tambahan
UUD 1945 yang berbunyi: “Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan
pasal-pasal.”
Penempatan Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari Konstitusi sekaligus
menempatkannya sebagai norma abstrak yang dapat dijadikan sebagai standar valuasi
konstitusionalitas norma hukum yang lebih rendah. Bahkan juga dapat digunakan sebagai
prinsip-prinsip dalam menafsirkan konstitusi. Dengan posisi Pembukaan UUD 1945 sebagai
bagian dari konstitusi, maka pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalamnya, termasuk
Pancasila, benar-benar dapat menjadi rechtsidee dalam pembangunan tata hukum Indonesia.
2.2 Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 Sesuai dalam Pembukaan UUD
1945, Pancasila telah ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Dengan
demikian, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 memiliki hubungan timbal balik, yaitu
secara formal dan material. Berikut penjelasannya berdasarkan laman Gunadarma:
1. Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 Secara Formal
 Rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara RI tercantum dalam Pembukaan UUD
1945, terutama pada alinea 4 yang merupakan inti dari Pembukaan UUD 1945.
 Pembukaan UUD 1945 merupakan Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dan
punya 2 kedudukan, yaitu sebagai dasar tertib hukum Indonesia sekaligus sebagai
tertib hukum tertinggi.

7
 Selain sebagai Mukadimah, Pembukaan UUD 1945 memiliki fungsi dan kedudukan
yang berbeda dengan pasal-pasalnya. Pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila
sebagai intinya, nyatanya tidak bergantung pada batang tubuh UUD 1945, tapi justru
menjadi sumbernya.
 Pancasila sebagai Pokok Kaedah Negara yang Fundamental juga menjadi dasar
kelangsungan hidup negara Indonesia.
 Pancasila adalah inti dari Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan kuat,
tetap, tidak dapat diubah-ubah, dan melekat pada kehidupan negara Republik
Indonesia.
2. Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 Secara Material
 Berdasarkan kronologi sejarahnya, materi Pancasila dirumuskan terlebih dulu
sebagai dasar negara dalam rapat BPUPKI. Setelah itu, baru disusul dengan
Pembukaan UUD 1945. Dengan demikian, Pembukaan UUD 1945 adalah tertib
hukum tertinggi di Indonesia, sedangkan Pancasila merupakan sumber dari tertib
hukum itu sendiri.
 Pembukaan UUD 1945 adalah Pokok Kaedah Negara yang Fundamental dengan
Pancasila sebagai inti sarinya.

2.3 Hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan Batang
Tubuh UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD 1945 tersebut. Pembukaan
UUD 1945 yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi
rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal merupakan perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah pokok pikiran : Persatuan Indonesia,
Keadilan social, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan/
perwakilan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Isi UUD 1945 dapat dibagi menjadi dua bagian yang memiliki kedudukan berbeda,
yaitu :

8
1. Pembukaan UUD yag terdiri dari empat alinea, dimana alinea
terakhirmemuat Dasar nagara Pancasila.
2. Pasal-pasal UUD 1945 yang terdiri dari 20 bab, 73 pasal, 3 pasal
AturanPeralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal UUD 1945, dapat dilihat
dari beberapa aspek sebagai berikut :
a. Ditinjau dari isi pengertian yang terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945
1. Dari alinea pertama, kedua, dan ketiga berisi rangkaian peristiwa dan keadaan yang
mendahului terbentuknya negara yang merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang
mendorong tersusunnya kemerdekaan. Pernyataan tersebuttidak mempunyai hubungan
organis dengan Batang Tubuh UUD 1945.
2. Dari alenia keempat merupakan pernyataan yang dilaksanakan setelahnegara
Indonesia terwujud. Pernyataan tersebut mempunyai hubungan kausal danorganis dengn
Pasal-pasal UUD 1945 yang mencakup beberapa aspek :
 UUD itu ditentukan akan ada
 Apa yang diatur oleh UUD adalah tentang
p e m b e n t u k a n pemerintahan negara yang memenuhi berbagai persyaratan
 Negara Indonesia berbentuk Republik yang berkedaulatan rakyat
 Ditetapkannya dasar kerokhanian (Filsafat Negara Pancasila)
b. Ditinjau dari pokok-pokok yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 Pokok-
pokok pikiran yang terkandung didalam Pembukaan UUD 1945 disebutkansebagai berikut :
1. Negara mengatasi segala paham golongan dan paham perseorangan, dalam
“Pembukaan” itu mengehendaki persatuan segenap bangsa Indonesia seluruhnya.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
3. N e g a r a b e r k e d a u l a t a n r a k y a t , b e r d a s a r a t a s k e r a k y a t a n
d a n permusyawaratan perwakilan.
4. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Pokok-pokok pikiran ini mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum
dasar negara, UUD menciptakan pokok-pokok pikiran ini dalam pasal- pasalnya.
Itulah hubungan antara Pembukaan dengan Pasal-pasal UUD 1945.

9
c. Ditinjau dari hakekat dan kedudukan Pembukaan UUD 1945
Pembukaan mempunyai kedudukan sebagai Pokok kaidah Fundamental negara
Republik Indonesia, dengan demikian Pembukaan memiliki kedudukan yang lebih
tinggi daripada Pasal-pasal UUD 1945.
2.4 Hubungan Pancasila Dengan Pasal-Pasal UUD 1945
Sila Pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa” Dijabarkan dalam UUD :
Pasal 29
(1)  Negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Penjelasan : dalam sila pertama dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beragama, mayoritas agama di Indonesia adalah Islam, namun warga negara Indonesia bebas
untuk memilih agamanya masing-masing dan beribadah menurut ajaran agamanya karena
dalam ayat yang kedua disebutkan “negara menjamin kemerdekaan...”.
Pasal 28 E ( Amandemen)
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat
tinggal di wilayah negara dan meninggalkanya, serta berhak kembali.
Penjelasan : sama seperti di dalam pasal 29, pasal ini menuliskan bahwa setiap orang bebas
memeluk agama dan beribadat menurut agamanya. Pasal ini merupakan pasal tentang Hak
Asasi Manusia pada bab XA. Intinya adalah di Indonesia, kebebasan dalam beragama
seharusnya terjamin tanpa paksaan karena menyangkut HAM. Jika terdapat pemaksaan
maka itu sudah melanggar HAM.
Sila Kedua “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab” Dijabarkan dalam UUD :
Pasal 27
(1) Segala Warganegara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan dan
wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
(2) Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
Penjelasan : warga negara Indonesia apapun statusnya, seharusnya sama dihadapan hukum
dan pemerintahan. Baik orang biasa atau pejabat negara jika melakukan kesalahan dan

10
diadili, hukumannya harus setimpal. Tidak dibeda-bedakan dan harus adil. Dan semua warga
negara, harus mematuhi hukum yang berlaku di Indonesia tanpa terkecuali. Warga negara
juga berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup yang layak.
Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan Undang-undang.
Penjelasan : warga negara Indonesia memiliki hak untuk mengeluarkan pendapatnya baik
secara langsung atau tidak langsung. Warga negara Indonesia bebas untuk berkumpul atau
bermusyawarah dan semuanya itu sudah di tetapkan dalam Undang-undang.
Sila Ketiga “ Persatuan Indonesia” Dijabarkan dalam UUD :
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Penjelasan :  dari pasal diatas jelas bahwa Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk
Republik, negara demokrasi dan negara hukum.
Pasal 32
(1) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan
menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dalam mengembangkan nilai-nilai
budayanya.
(2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
Penjelasan : negara memajukan budaya nasional, negara juga memelihara kekayaan budaya,
walaupun beragam, namun tetap satu negara.
Pasal 35
Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.
Penjelasan : bendera Indonesia hanya satu, yaitu merah putih, disemua daerah di Indonesia
semua bendera negara sama yaitu merah-putih, jika bukan, maka itu bukan bendera negara
Indonesia.
Pasal 36
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

11
Penjelasan : bahasa daerah di Indonesia ada banyak, sehingga untuk berkomunikasi dengan
orang dari daerah lain cukup sulit, untuk itu bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu,
yang mempersatukan semua rakyat di Indonesia.
Sila Keempat “ Kerakyatan Yang Di Pimpin Oleh Hikmat, Kebijaksaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan Dijabarkan dalam UUD :
Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang¬-Undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Penjelasan : kedaulatan berada ditangan rakyat dan segala bentuk musyawarah rakyat
dipimpin oleh MPR.
Pasal 2
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
lanjut dengan undang-undang.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu
kota negara.
(3) Segala putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat ditetapkan dengan suara yang
terbanyak.
Pejelasan : MPR, DPR dan DPD anggota-anggotanya dipilih lewat pemilu dan di atur
dengan Undang-undang, segala keputusan MPR ditetapkan melalui suara terbanyak. 
Pasal 3
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan menetapkan Undang¬-
Undang Dasar.
(2) Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau wakil
Presiden dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
Penjelasan : segala peraturan yang ada di pasal 3 harus dilaksanakan oleh MPR.
Pasal 37

12
(1) Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(2) Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(5) Khusus mengenai bentuk negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.
Penjelasan : segala jenis perubahan Undang-undang harus berdasarkan peraturan pada pasal
diatas. 
Sila Kelima “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Dijabarkan dalam
UUD :
Pasal 23
(1) Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan
bertanggung jawab untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran pendapatan
dan belanja negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.
Penjelasan : dalam mengatur anggaran pendapatan dan belanja negara pemerintah harus
memperhatikan kemakmuran rakyat dan rakyat berhak tahu mengenai anggarannya.
Pasal 31
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

13
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen
dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-
nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia.
Penjelasan : hak untuk mendapatkan pendidikan termasuk ke dalam keadilan sosial,
pemerintah mengusahakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan berpegang
pada nilai-nilai agama dan persatuan negara untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Penjelasan : anak terlantar dan fakir miskin juga harus terjamin kehidupannya, negara
membuat sistem jaminan sosial seperti jaminan kesehatan untuk yang tidak mampu.

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila lahir dan dirumuskan dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada saat membahas dasar negara, khususnya
dalam pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Soekarno menyebut dasar negara
sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya
yang diatasnya akan didirikan bangunan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya
dengan istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah lima dasar atau lima
asas.

15
DAFTAR PUSTAKA
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, Suhud Sentrautama, 2010, hlm.164.

Erika, A. 2021. Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945. https://tirto.id/apa-


hubungan-pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945-f9vr [Diakses pada 29 April 2021]

2021. 4 hubungan antara pembukaan dengan pasal pasal UUD


https://www.coursehero.com/file/p5lqtlqp/4-Hubungan-antara-Pembukaan-dengan-Pasal-
pasal-UUD-1945-Isi-UUD-1945-dapat/ [Diakses pada 29 April 2021]
Sarah, 2021. Hubungan Pancasila dengan pasal – pasal.
http://sarahsimplestories.blogspot.com/2016/04/hubungan-pancasila-dengan-pasal-
pasal.html [Diakses pada 29 April 2021]

16

Anda mungkin juga menyukai