R1 - 195040200111021 - Siska B Siregar - Materi Efisiensi Sistem Irigasi Tertutup
R1 - 195040200111021 - Siska B Siregar - Materi Efisiensi Sistem Irigasi Tertutup
MEKANISASI PERTANIAN
“EVALUASI SISTEM IRIGASI TERTUTUP”
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
MATERI
EVALUASI SISTEM IRIGASI TERTUTUP
1. TUJUAN
Tujuan dari praktikum efisiensi sistem irigasi tertutup adalah untuk mengetahui efisiensi
dari sistem irigasi tertutup dan untuk menentukan efisiensi dari sistem irigasi tertutup.
2. DASAR TEORI
a. Jelaskan Prinsip Dasar Irigasi Tetes (2 Sitasi)
Irigasi tetes merupakan metode pemberian air pada tanaman sacara langsung pada
perakaran maupun pada permukaan tanah melalaui tetesan air secara perlahan, konsisten,
dan kontinu. Yanto et al., (2014) mengungkapkan bahwa prinsip dasar sistem irigasi tetes
adalah pemanfaatan tekanan grafitasi dan tekanan pompa sebagai sumber energi untuk
mengalirkan air dari reservoir ke tanaman. Hal ini sependapat juga dengan Widiastuti dan
Wijayanto (2018) bahwa prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa dan mengalirkan air ke
tanaman dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan dengan jarak tertentu sesuai jarak
antar tanaman. Sistem ini merupakan sistem gravitasi di mana, air dialirkan secara lambat
dan akurat ke akar-akar tanaman, tetes demi tetes. Sistem irigasi ini mampu memberikan
jumlah dan kecepatan pemberian air sesuai dengan kebutuhan tanaman budidaya jika besar
tekanan diatur dengan baik.
b. Sebutkan dan Beri Penjelasan Singkat Beberapa Metode Irigasi Tetes (2 Sitasi)
Berdasarkan jenis emitternya, Kasiran (2016) menjelaskan 2 jenis sistem irigasi tetes
yaitu dippers dan Ro Drip. Cara kerja jenis dippers adalah menyiram tanaman sacara
individu, di mana setiap tanaman dapat dipasang satu atau lebih emitter, tergantung jenis
tanaman yang akan diairi atau ukuran drippernya. Biasanya sistem drippers digunakan pada
pertanian hidroponik dan pada tanaman keras seperti buah-buahan. Sistem isigasi tetes
jenis Ro Drip merupakan jenis teknologi irigasi tetes yang menggunakan alat berbentuk pipa
pipih (seperti pita) yang terbuat dari polyethylen. Pipa ini akan menggelembung jika dialiri air
di dalamnya. Sistem irigasi ini, emitternya menjadi satu dengan pipa distribusi yang dipasang
dengan jarak tertentu. Berbeda dengan pendapat Susilawati (2019) yang menyatakan
bahwa metode irigasi tetes terdiri dari 2 cara yaitu Rotation Drip System (sistem tetes putar)
yaitu mengalirkan air ke tanaman di netpot secara berulang dari penampungan ke tanaman
dan kembali ke penampungan, dan Static Drip System (sistem tetesstatis/nonsirkulasi) yaitu
bekerja dengan prinsip tetes tapi air yang digunakan tidak kembali ke penampungan,
melainkan hanya dialirkan ke tanaman saja.
Sistem irigasi tetes memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ridwan (2013),
sistem irigasi tetes dapat menghemat penggunaan air karena air yang digunakan
sepenuhnya ka dalam tanah atau perakaran tanaman. Selain itu sistem irigasi tetes memiliki
efisiensi aplikasi irgari yang tinggi, menyempurnakan pengelolaan nutrisi tanaman,
penanganan salinitas yang baik dan kebutuhan energi rendah dibandingkan dengan
sprinkler atau mekanisasi irigasi lainnya. Namun, sistem irigasi tetes memiliki kekurangan
yang dapat menghalangi keberhasilan aplikasinya yaitu penyumbatan emitter, perusakan
oleh tikus atau binatang lainnya, Gerakan air tanah dan perkembangan akar tanaman yang
terhambat serta keterbatasan teknis-ekonomis.
Sedangkan menurut Kasiran (2016), dalam pengaplikasiannya, sistem irigasi tetes
memiliki kekurangan yaitu memerlukan investasi yang cukup besar pada modal pertama
untuk membeli peralatan, namun investasi ini bersifat jangka panjang karena peralatan yang
tahan lama. Peralatan dapat rusak apabila terkena gigitan binatang atau terkena benda
Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum efisiensi sistem irigasi tertutup adalah
sebagai berikut.
1. Pipa utama berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air
2. Pompa berfungsi untuk memompa air
3. Tusen klip
4. Filter berfungsi untuk menyaring kototan air
5. Pump berfyngsi untuk mengatur tekanan pada jaringan
6. Pipa lateral berfungsi untuk menghubungkan pipa utama ke transmitter
7. Manometer berfungsi sebagai pengontrol tekanan
8. Emitter berfungsi untuk meneteskan air atau mengeluarkan air
9. Pipa sub utama berfungsi untuk mengangkut air dari pipa utama ke pipa lateral
10. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume air
11. Stopwatch berfungsi untuk menghitung berapa debit per satuan menit
12. Air
Adapun cara kerja praktikum efisiensi sistem irigasi tertutup adalah sebagai berikut.
Menyiapkan alat dan bahan
Menampung air pada masing-masing emitter selama 1 menit menggunakan gelas ukur
- Gambar Tangan
- Gambar Literatur
1 45 ml 50 ml 40 ml 50 ml 45 ml
2 55 ml 45 ml 55 ml 55 ml 50 ml
3 40 ml 45 ml 45 ml 50 ml 45 ml
4 40 ml 45 ml 40 ml 40 ml 35 ml
5 40 ml 50 ml 40 ml 40 ml 35 ml
6 40 ml 35 ml 40 ml 35 ml 35 ml
Tekanan
Manometer 1 Bar 1 Bar 1 Bar 1 Bar 1 Bar
(Bar)
(x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ) (x-ẋ)2 (x-ẋ) 2 (x-ẋ) 2 (x-ẋ) 2 (x-ẋ) 2
6 -3,33 -10 -3,33 -10 -5,83 11,09 100 11,09 100 33,99
Melalui praktikum sistem irigasi tertutup, diperoleh data hasil praktikum sebanyak 5
ulangan dengan 6 gelas ukur. Pada ulangan 1 diperoleh rata-rata 43,33 ml, pada ulangan
2 dengan rata-rata 45 ml, ulangan 3 dengan rata-rata 43,33 ml, ulangan 4 dengan rata-rata
45 ml, dan pada ulangan 5 dengan rata-rata 40,83 ml. Masing-masing tekanan manometer
sebesar 1 bar. Setelah dihitung, diperoleh standar deviasi pada ulangan 1, 2, 3, 4, 5 masing-
masing sebanyak 6,06 ml, 5,48 ml, 6,06 ml, 7,75 ml, dan 6,65 ml.
c. Analisa Perhitungan
Keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor penentu efisiensi irigasi yang
dihitung melalui persamaan koefisien keseragaman air irigasi (Coeffisient Uniformity/CU).
Pada hasil koefisien keseragaman dari hasil perhitungan data praktikum, efisiensi irigasi
sangat baik yaitu sebesar 99.99% pada ulangan 1, 3, 5, dan 100% pada ulangan 2 dan 4.
Hal ini sesuai dengan pendapat Valiahary et al., (2014) dalam Velthuzend et al., (2018)
bahwa evaluasi nilai koefisien keseragaman air irigasi tetes didasarkan pada nilai koefisien
keseragaman yang telah dikemukakan oleh Meriam dan Keller yaitu sebagai berikut.
Pemberian air dengan menggunakan sistem irigasi tetes memiliki banyak manfaat.
Irigasi tetes dengan metode pemberian air langsung ke perakaran tanaman melalui alat yang
disebut emitter. Menurut Bria et al., (2017), irigasi tetes bermanfaat dalam peningkatan
pertumbuhan tanaman dan hasil panen sekaligus meningkatkan nilai guna air. Selain itu,
meningkatkan efisiensi dan efektifitas penanaman, menghemat tenaga kerja, menekan
resiko penumpukan garam, dan menekan pertumbuhan gulma. Selain itu, Susilawati (2019)
juga berpendapat bahwa sistem irigasi tetes bermanfaat pada perakaran tanaman karena
lebih mudah tumbuh dan berkembang, kebersihan terjamin dan bebas dari penyakit,
penggunaan nutrisi atau pupuk yang tepat dan efisien serta konstan, dan pemberian nutrisi
pada tanaman dapat dikontrol dengan baik dan benar.
Berdasarkan pembahasan yang diperoleh dari praktikum sistem irigasi tertutup, dapat
diketahui beberapa manfaat dari penggunaan irigasi tetes pada pemberian air ke tanaman
budidaya yaitu meningkatkan efisiensi dan efektifitas penanaman, menghemat tenaga kerja,
menekan resiko penumpukan garam, menekan pertumbuhan gulma, kebersihan terjamin dan
bebas dari penyakit, penggunaan nutrisi atau pupuk yang tepat dan efisien serta konstan,
dan pemberian nutrisi pada tanaman dapat dikontrol dengan baik dan benar. Namun ada
beberapa kekurangan dari penggunaan irigasi tetes yaitu peralatan yang mahal sehingga
membutuhkan modal yang banyak di awal pembuatan peralatan. Selain itu peralatan dapat
menghambat berjalannya air jika diganggu oleh hewan seperti tikus. Namun, peralatan dapat
digunakan beberapa kali karena tahan lama.
Pada data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa efisiensi penggunaan irigasi tetes
sangat baik dilihat dari hasil koefisien keseragaman yaitu berkisar 99,99%-200% pada 5
ulangan.
b. Saran
Pada praktikum ini, sebaiknya data hasil praktikum dihitung dengan teliti supaya
memperoleh hasil yang baik dan sesuai dengan tujuan
Bria, M., Dumin, L., dan Budi, A. F. S. (2017). Pemanfaatan Teknologi Irigasi Tetes Untuk
Mengatasi Produksi Tanaman Sayur-Sayuran. Jurnal SEMNASVOKTEK: 337-343.
Dzulkifli, M. S., Rivai, M., dan Suwito. (2016). Rancang Bangun Sistem Irigasi Tanaman
Otomatis Menggunakan Wireless Sensor Network. Jurnal Teknik ITS, 5(2): A261-
A266.
Kasiran. (2016). Teknologi Irigasi Tetes “Ro Drip” Untuk Budidaya Tanaman Sayuran Di
Lahan Kering Dataran Rendah. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 8(1): 26-30.
Hariyanto. (2018). Analisis Penerapan Sistem Irigasi Untuk Peningkatan Hasil Pertanian Di
Kecamatan Cepu Kabupaten Blora. Jurnal Untidar, 2(1): 29-34.
Ridwan, Dadang. (2013). Model Jaringan Irigasi Tetes Berbasis Bahan Lokal Untuk
Pertanian Lahan Sempit. Jurnal Irigasi, 8(2): 90-98.
Susilawati. (2019). Dasar-dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang: UPT. Penerbit
dan Percetakan.
Velthuzend, A., Idrus, M., Kuswadi, D., Suprapto., dan Darmaputra, I. G. (2018). Kinerja
Irigasi Tetes Tipe Emiter Aries pada Tanaman Pisang Cavendhis di PT Nusantara
Tropical Farm. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 18(1): 33-38.
Widiastuti, Indah dan Wijayanto, D. S. (2018). Implementasi Teknologi Irigasi Tetes pada
Budidaya Tanaman Buah Naga. Jurnal Keteknikan Pertanian, 6(1): 1-8.
Yanto, Hendri., Tusi, Ahmad., dan Triyono, Sugeng. (2014). Aplikasi Sistem Irigasi Tetes
Pada Tanaman Kembang Kol (Brassica Oleracea Var. Botrytis L. Subvar. Cauliflora
Dc) Dalam Greenhouse. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 3(2): 141-154.
• Lampiran DHP