Setiap negara memiliki budaya yang berbeda karena perbedaan nasional dan sejarah.
Budaya dapat didefinisikan sebagai nilai-nilai, kepercayaan, dan persepsi sekelompok orang.
Sejarah, tradisi dan agama adalah pengaruh utama pada budaya. Hofstede pada tahun 1993,
melakukan penelitian terhadap 64 negara, dimana ia menciptakan serangkaian dimensi
budaya yang menurutnya secara luas telah merangkum preferensi nasional. Di dalam
penelitiannya, Hofstede mendirikan departemen riset personalia IBM Eropa, ia melakukan
studi survei besar mengenai perbedaan nilai-nilai nasional di seluruh anak perusahaan di
seluruh dunia dari perusahaan multinasional ini, ia membandingkan jawaban 117.000 sampel
karyawan IBM yang cocok pada survei sikap yang sama di berbagai negara. Dari riset
tersebut, ia dapat melihat perbedaan antar budaya. Penelitian Hofstede menghasilkan
dimensi-dimensi budaya, yaitu: jarak kekuatan, individualisme, maskulinitas, penghindaran
ketidakpastian, dan orientasi jangka panjang versus jangka pendek. Pada tahun 1993,
Trompenaars melakukan penelitian yang serupa dengan Hofstede namun ia menambahkan
beberapa dimensi budaya yang tidak terdapat dalam penelitian Hofstede, Trompenaars tidak
hanya melihat hubungan antara manusia dengan manusia namun juga melihat hubungan
antara manusia dengan lingkungan dan waktu dalam sebuah organisasi.
Setiap negara memiliki budaya yang berbeda. Terdapat perbandingan dan perbedaan
dari masing-masing negara dan di dalam esai ini penulis akan menganalis beberapa
perbandingan dan perbedaan di negara Korea Selatan dan Finlandia sesuai dengan dimensi
budaya yang dimiliki oleh Hofstede dan Trompenaars. Korea Selatan dan Finlandia
merupakan negara maju yang terletak di benua Asia dan Eropa. Korea Selatan dan Finlandia
merupakan negara dengan budaya yang dinamis dan bersemangat, ada perbedaan diantara
keduanya yang membuat masing-masing negara tersebut unik. Dimensi budaya yang terdapat
di kedua negara tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Perbedaan dan
persamaan tersebut dapat dilihat dari bagaimana kecenderungan dimensi-dimensi budaya di
kedua negara tersebut. Dengan demikian, esai ini akan membandingkan budaya bisnis yang
ada di negara Korea Selatan dan Finlandia berdasarkan dimensi budaya Hofstede dan
Trompenaars.
ISI
Profil Negara Korea Selatan
Korea berada di wilayah Asia Timur yang terbagi menjadi Utara dan Korea Selatan.
Korea Utara dan Selatan keduanya berbeda negara berdaulat. Secara historis, Korea terlibat
dalam berabad-abad konflik di antara tiga kerajaan Korea sebelum akhirnya memantapkan
dirinya sebagai entitas tunggal. Hari ini, Korea Utara berfungsi sebagai republik partai
tunggal yang sangat tersentralisasi di bawah kepemimpinan Kim Jong-un. Sangat sulit untuk
melakukan bisnis masuk Korea Utara sejak pemerintah Korea melakukan latihan yang ketat
kontrol hampir setiap aspek bangsa. Pemerintah Korea Utara juga sangat skeptis terhadap
ekspatriat dan sering menganggap mereka dengan tingkat kecurigaan yang tinggi. Sebaliknya,
Korea Selatan mengadopsi bentuk pemerintahan yang sangat demokratis karena pemerintah
dibagi menjadi eksekutif, yudisial dan organ legislatif. Korea Selatan memiliki populasi
sekitar 50 juta warga Korea Selatan.
1. Power Distance
Dimensi ini berkaitan dengan fakta bahwa semua individu dalam masyarakat
tidak setara. Dimensi budaya ini mengekspresikan sikap budaya terhadap
ketidaksetaraan di antara masyarakat. Power Distance didefinisikan sebagai sejauh
mana anggota lembaga dan organisasi yang kurang kuat dalam suatu negara
mengharapkan dan menerima bahwa kekuasaan didistribusikan secara tidak merata.
Korea Selatan adalah masyarakat yang memiliki tingkat power distance yang tinggi
dengan skor 60 sesuai dengan model Hofstede. Orang Korea Selatan memiliki tempat
mereka masing-masing di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam banyak kasus,
warga Korea Selatan sulit mempertanyakan status quo (keadaan tetap sebagaimana
keadaan sekarang atau sebagaimana keadaan sebelumnya). Kelas sistem secara resmi
dihapuskan pada tahun 1894; namun demikian pola psikologis dan perilaku masih
ada. Individu dengan pendidikan menganggap diri mereka dari status yang lebih
tinggi daripada individu tanpa bentuk pendidikan. Tambahan faktor-faktor seperti
latar belakang keluarga, pendidikan dan pekerjaan memainkan peran penting dalam
menunjukkan suatu posisi individu dalam hierarki sosial.
Sedangkan, Finlandia mendapat skor rendah pada dimensi power distance dengan
skor 33 yang berarti hal tersebut mencirikan gaya Finlandia yaitu menjadi mandiri, hierarki
Power Distance Index
Negara Karakteristik
(PDI)
Organisasi terpusat, terdapat
33 - Low Power
Finlandia hierarki, Kesenjangan wewenang
Distance
yang cukup besar, perlu dihormati
Struktur organisasi datar,
60 - High Power kesetaraan di antara pengawas dan
Korea Selatan
Distance karyawan, hirarki dan komunikasi
datar
hanya untuk kenyamanan dan adanya persamaan hak. Kekuasaan didesentralisasi dan
manajer mengandalkan pengalaman anggota tim mereka. Kontrol tidak disukai dan sikap
terhadap manajer bersifat informal dan memanggil berdasarkan nama depan. Komunikasi di
Finlandia bersifat langsung dan partisipatif.
Masalah mendasar yang ditangani oleh dimensi ini adalah tingkat saling
ketergantungan yang dipertahankan suatu masyarakat di antara para anggotanya. Hal
ini ada hubungannya dengan apakah citra diri orang didefinisikan dalam istilah "Aku"
atau "Kita". Dalam masyarakat Individualis, orang seharusnya hanya menjaga diri
mereka sendiri dan keluarga mereka. Dalam masyarakat collectivism, orang-orang
menjadi milik 'dalam kelompok yang merawat mereka dengan imbalan kesetiaan.
Korea Selatan adalah masyarakat yang sangat feminin dengan skor 39.
Masyarakat feminin merupakan masyarakat yang peduli terhadap orang lain dan
meningkatkan kualitas hidup. Sifat kolektivisme orang Korea Selatan berarti mereka
saling menjaga. Aspek pengasuhan terbukti dari tingkat keluarga karena anak-anak
memiliki kewajiban untuk merawat orang tua mereka. Dalam lingkungan perusahaan,
penekanannya adalah pada bekerja bersama daripada upaya individu. Manajer dengan
demikian menekankan pada konsensus pada saat membuat perubahan dan terlibat
dalam proses pengambilan keputusan yang kritis. Manajer tidak menganggap dirinya
lebih unggul tetapi setara dengan karyawan lain. Perusahaan atau organisasi berupaya
memberikan insentif kepada karyawan mereka seperti jadwal kerja yang fleksibel
sehingga mereka dapat mengakomodasi komitmen pribadi dan pekerjaan mereka
dengan mudah.
Finlandia mendapat skor 26 yang tidak berbeda jauh dengan Korea Selatan
pada dimensi ini dan karenanya dianggap sebagai masyarakat feminin. Di negara-
negara feminin fokusnya adalah pada "bekerja untuk hidup", manajer berusaha untuk
konsensus, orang menghargai kesetaraan, solidaritas dan kualitas dalam kehidupan
kerja mereka. Konflik diselesaikan dengan kompromi dan negosiasi. Insentif seperti
waktu luang dan fleksibilitas lebih disukai. Fokus pada kesejahteraan, status tidak
ditampilkan. Manajer yang efektif adalah yang mendukung, dan pengambilan
keputusan dicapai melalui keterlibatan semua anggota organisasi.
MAS
Negara Karakteristik
Index
26 - Kebudayaan feminine memiliki nilai penurut dan mendukung
Finlandia kehidupan social dimana lebih menghargai sesama dan simpati
Femininity
kepada orang yang berkekurangan. Kebudayaan ini sangat
Korea 39 - seimbang antara jenis kelamin dan menerima pola asuh antara
Selatan Femininity perempuan dan laki-laki dan lebih focus terhadap kualitas
hidup.
4. Uncertainty Avoidance
Dimensi penghindaran eetidakpastian berhubungan dengan cara suatu
masyarakat menghadapi kenyataan bahwa masa depan tidak akan pernah dapat
diketahui, maka akan timbuk pertanyaan: haruskah kita mencoba mengendalikan
masa depan atau membiarkannya terjadi? Ambiguitas ini membawa kecemasan dan
budaya yang berbeda telah belajar untuk mengatasi kecemasan ini dengan cara yang
berbeda. Sejauh mana anggota budaya merasa terancam oleh situasi yang ambigu atau
tidak diketahui dan telah menciptakan kepercayaan untuk menghindarinya tercermin
dalam skor penghindaran ketidakpastian.
Dengan skor 85, Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling
menghindari ketidakpastian. Orang Korea Selatan lebih suka memiliki pemahaman
yang jelas tentang operasi dan tata tertib kegiatan. Keberadaan prosedur dan aturan
yang mengatur kegiatan menghilangkan ancaman ketidakpastian dan kurangnya
pengetahuan. Keberadaan aturan memastikan bahwa setiap orang menyadari tanggung
jawab dan tugasnya di masyarakat. Dalam lingkungan kerja, kinerja dicapai ketika
karyawan memiliki pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab mereka.
Orang Korea Selatan memiliki dorongan batin untuk tetap sibuk dan bekerja keras.
Disisi lain, Finlandia memiliki skor 59 pada dimensi ini dan karenanya
memiliki preferensi yang tinggi untuk menghindari ketidakpastian. Negara-negara
yang menunjukkan penghindaran ketidakpastian yang tinggi mempertahankan kode
kepercayaan dan perilaku yang kaku dan tidak toleran terhadap perilaku dan gagasan
yang tidak ortodoks. Dalam budaya ini ada kebutuhan emosional untuk aturan
(bahkan jika aturan tampaknya tidak pernah berhasil), waktu adalah uang, orang
memiliki dorongan untuk sibuk dan bekerja keras dan ketepatan waktu dijunjung
tinggi.
KESIMPULAN
Tinjauan mendalam tentang budaya Finlandia dan Korea Selatan melalui studi
Hofstede dan Trompenaars menunjukkan bahwa ada perbedaan dan persamaan yang
signifikan antara kedua budaya tersebut. Tinjauan ini mengungkapkan bahwa ada perbedaan
besar dalam dimensi-dimensi budaya yang ada pada Hofstede dan Trompenaars namun masih
dipertanyakan apakah kesamaan pada dimensi budaya memiliki makna yang sama di kedua
budaya. Dalam dimensi Hofstede terdapat perbedaan yang kontras antar dimensi-dimensi
tersebut hal tersebut seperti individualism dan long term orientation. Dalam dimensi budaya
Trompenaars, terdapat beberapa persamaan antara Finlandia dan Korea Selatan. Hal ini
dimungkinkan karena adanya persamaan karena keduanya merupakan negara maju dan sama-
sama berada pada iklim yang sama. Perbedaan dapat terjadi karena adanya perbedaan letak
geografis, finlandia terletak di Eropa dan Korea terletak di Asia.
PENUTUP
Setiap negara memiliki budaya yang berbeda-beda. Suatu budaya mempunyai peran
penting dalam negara karena mempunyai sejumlah fungsi yaitu budaya menciptakan
pembeda yang jelas antara satu negara dengan negara yang lain, budaya membawa suatu rasa
identitas bagi suatu negara, budaya memudahkan tercapainya komitmen yang lebih luas
terhadap kepentingan bersama dari pada kepentingan individual dan budaya meningkatkan
kualitas sistem social.
REFERENSI
https://edutainmentglobalworkplace.wordpress.com/2015/07/13/hofstede-5-dimension-of-
culture/
http://www.binschedler.com/2012/02/indulgence-restraint/
https://www.mindtools.com/pages/article/seven-dimensions.htm
https://www.indexmundi.com/finland/
https://www.hofstede-insights.com/country-comparison/finland,south-korea/
http://oursolving.blogspot.com/2011/11/132-tujuh-dimensi-kebudayaan.html
https://expertprogrammanagement.com/2017/10/trompenaars-cultural-dimensions/
https://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan
https://id.wikipedia.org/wiki/Finlandia