Anda di halaman 1dari 2

Tugas : SAK (Critical Review)

Kelas : F Akuntansi 2018


Kelompok : 7 (Tujuh)
Anggota :
1. Putu Adi Putra (A1C118124)
2. Rahdien Badu Alam (A1C118127)
3. Wayan Agus Wijaya Kusuma (A1C118148)

Judul Penelitian : THE ACCOUNTING CONSERVATISM OF THE


ADOPTION OF IFRS IN INDONESIA
Penulis/Peneliti : Juniarti, Devi Tirta Raharjo, Regina Monica
Latar Belakang Penelitian
Perkembangan standar akuntansi di Indonesia terjadi antara tahun 1973 dan 1984.
Selama itu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia yang membentuk Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Pada tahun 1984,
PAI merevisi PAI tahun 1973, yang memunculkan standar baru: PAI tahun 1984.
Pada akhir tahun 1994, standar akuntansi Indonesia direvisi sekali lagi, dan
diterbitkan 35 pernyataan standar akuntansi yang koheren dengan Standar Akuntansi
Internasional. . Dari tahun 1994 hingga 2004 terjadi beberapa pergeseran orientasi
dalam standar akuntansi Indonesia dari US GAAP ke International Accounting
Standards (Saputra & Hermawan, 2012).
IAI menyatakan bahwa standar akuntansi Indonesia akan sepenuhnya menyatu
dengan IFRS pada tahun 2008. Dengan demikian, konvergensi tahap pertama dengan
IFRS terjadi antara tahun 2006-2008. Namun, hingga akhir tahun 2008, standar
akuntansi Indonesia baru mengadopsi 10 standar IFRS (dari 30). Oleh karena itu,
adopsi IFRS terus dilakukan antara tahun 2008-2010. Selanjutnya tahapan
dilanjutkan dengan tahap persiapan akhir tahun pada tahun 2011 dan implementasi
IFRS di Indonesia pada tahun 2012.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konservatisme pada periode setelah
adopsi IFRS. Studi tersebut juga bertujuan untuk mengetahui hasil adopsi IFRS sejak
diadopsi di Indonesia pada tahun 2012.
Metode Penelitian
Dalam hal metodologi, dalam penelitian ini menggunakan model konservatisme
akuntansi yang dikembangkan oleh Basu (1997), penulis membandingkan
konservatisme perusahaan sebelum dan sesudah adopsi IFRS. Sampel meliputi
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2006 dan 2016.
Terdapat 3.742 tahun perusahaan yang terdiri dari 394 perusahaan dari berbagai
sector industri. Analisis data menggunakan metode Pooled Least Square.

Hasil Penelitian
Adapun hasil penelitian dari artikel ini ditemukan bahwa konservatisme tinggi
sebelum adopsi IFRS. Selanjutnya, laba akuntansi lebih sensitif terhadap
pengembalian negatif daripada pengembalian positif sebelum penerapan IFRS.
Namun, pada periode pasca adopsi, sensitivitas terhadap pengembalian negatif telah
menurun. Artinya penerapan IFRS telah menurunkan tingkat konservatisme. Otoritas
Standar Akuntansi Indonesia dapat mengandalkan hasil ini untuk mengevaluasi
kebijakan wajib IFRS.
Evaluasi dan Kritik
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konservatisme setelah penerapan
IFRS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun praktik konservatisme
memang ada sebelum adopsi IFRS, tampaknya praktik konservatif tidak berlanjut
dalam periode pasca adopsi. Hal ini ditunjukkan dengan menurunnya sensitivitas
laba akuntansi terhadap pengakuan return negatif. Hasilnya terbukti kuat melalui
pengujian tambahan dimana sampel dikelompokkan menjadi dua periode: pra-adopsi
dan pasca adopsi.Karena penurunan konservatisme setelah adopsi IFRS, investor
harus menganalisis informasi akuntansi secara lebih rinci, karena penurunan
sensitivitas pengembalian laba akuntansi. Lebih lanjut, otoritas standar akuntansi
Indonesia harus mewaspadai penurunan konservatisme yang berimplikasi pada
penurunan kualitas laba. Selanjutnya, manajemen harus menyadari bahwa penerapan
IFRS dapat mengurangi konservatisme, yang bertentangan dengan relevansi.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, hanya satu jenis
konservatisme yang diperiksa: laba per pengembalian saham. Penelitian selanjutnya
mungkin ingin membandingkan dua jenis konservatisme untuk menarik kesimpulan
komprehensif tentang status konservatisme setelah adopsi IFRS. Kedua, studi ini
juga membuka ruang bagi studi masa depan untuk membahas isu-isu konservatisme
dengan mengontrol tingkat tata kelola perusahaan baik di tingkat perusahaan maupun
di tingkat negara.

Anda mungkin juga menyukai