Anda di halaman 1dari 2

Matthew Alexander Surya / 130318001 / C

1. Control System Tightness penting untuk diterapkan, karena melalui control tightness ini
perusahaan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya error maupun fraud. Semakin tight control
yang dilakukan maka ruang untuk terjadinya error atau fraud menjadi semakin kecil. Namun tidak
semudah itu untuk menerapkan control yang termasuk dalam kategori tight, karena beberapa faktor
lain seperti cost dan kondisi di lapangan. Untuk kasus LFPT, salah satu contoh control tightness yang
kelompok saya lakukan adalah dengan menerapkan measurement of results yang precise dan timely.
Dalam refreshment stand LFPT measurement yang kami gunakan yaitu cup popcorn & minuman.
Penjualan yang terjadi pada hari itu akan dicocokkan selain dengan cash collection namun juga
dengan jumlah cup popcorn & minuman yang habis terpakai dalam hari itu. Sehingga meminimalisir
kemungkinan pegawai untuk memberikan makanan atau minuman secara gratis kepada pengunjung
yang mengenal karyawan tersebut. Dalam perspektif Leo, control tightness yang dilakukan kepada
bioskopnya termasuk kurang. Karena dalam implementasinya, masi cukup banyak ruang untuk fraud
terjadi di bioskop tersebut, sebagai contoh Billy yang memberikan tiket gratis kepada relasinya
maupun pegawai yang memberikan popcorn atau minuman gratis kepada teman temannya.

2. Control yang bersifat tight biasa diterapkan berupa aturan yang mengatur karyawan dan biasanya
disertai dengan punishment apabila dilanggar. Aturan yang ketat dapat mendidik karyawan agar
menjadi semakin disiplin , namun disisi lain karyawan dapat merasa dikekang dan itu dapat
berpengaruh buruk pada kinerja karyawan tersebut. Sedangkan control yang loose adalah control
yang tidak disertai dengan aturan yang ketat, biasanya tidak ada punishment. Loose control bukan
berarti no control, karena Loose control masi menerapkan pengendalian meskipun tidak ketat
sedangkan no control berarti tidak ada pengendalian sama sekali. Untuk kasus LFPT menurut saya
control yang ada terlalu sedikit. Tidak ada tight control yang diterapkan, mayoritas berupa loose
control dan no control. Seharusnya diterapkan tight control untuk aspek aspek yang krusial seperti
tiket dan refreshment stand.

3. Relevan, karena terkadang penerapan tight control memakan biaya yang besar sehingga tidak
sepadan untuk diterapkan. Biaya yang besar tidak sebanding dengan benefit yang dapat diberikan
dari control tersebut kepada perusahaan. Sehingga ada saatnya dimana loose control lebih efektif
untuk diterapkan karena tidak memakan biaya yang besar. Dalam kasus LFPT, kelompok saya
menerapkan loose control berupa penomoran tiket secara manual agar lebih mudah menghitung
jumlah tiket yang terjual, daripada menerapkan tight control berupa penggunaan mesin tiket.

4. Dalam penerapan pengendalian, krusial untuk memikirkan direct dan indirect costnya sebagai
bahan pertimbangan apakah sepadan penerapan pengendalian ini dengan benefit yang akan dibawa
ke perusahaan. Indirect cost dalam kasus LFPT berupa:

1. Behavioral Displacement : Dalam kasus LFPT behavioral displacement muncul ketika


karyawan memberikan makanan & minuman gratis kepada teman – teman yang dikenalnya.
Kejadian ini dapat terjadi karena pelatihan yang salah kepada karyawan tersebut sehingga
menimbulkan perilaku yang merugikan perusahaan.

2. Gamesmanship : tindakan karyawan yang seolah olah membawa dampak positif pada
perusahaan namun sebetulnya tidak. Dalam kasus LFPT contohnya ditemukannya tiket yang salah
tanggal pada kotak tiket. Hal tersebut bisa jadi salah satu bentuk fraud karyawan yang ingin terlihat
memberikan kinerja lebih namun dengan cara yang salah.

3. Operating delays : penundaan operasi yang berkaitan dengan action control dari
perusahaan. Contoh dalam kasus LFPT yaitu jika pada refreshment adanya pencocokan antara
jumlah cup yang terjual dengan sales dan cash collection maka diperlukan waktu lebih untuk
mencocokkan pada akhir hari.

4. Negative attitudes : adalah perilaku negatif yang terjadi pada karyawan. Pada kasus LDPT,
perilaku karyawan yang memberikan makanan gratis juga termasuk dalam perilaku negatif dari
karyawan tersebut karena kurangnya komitmen karyawan pada perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai