Anda di halaman 1dari 30

PEREKONOMIAN INDONESIA

ANALISIS PENERIMAAN PEMERINTAH NEGARA INDONESIA

KELOMPOK 3:

Nadia J. Chandra (A021181012)


Nur Asiyah (A021181001)
Asrullah (A021181002)
Krisdayanti (A011181031)
La Ode Muhammad Masudsar (A021181355)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 9 April 2021

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Daftar Tabel 3
Daftar Grafik 4
Bab 1 Pendahuluan 5
1.1 Latar Belakang 5
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan 6
Bab 2 Pembahasan 7
2.1 Penerimaan Pemerintah 7
2.2 Perkembangan Penerimaan Pemerintah Negara Indonesia Berdasarkan
Neraca APBN dari Nota Keuangan 12
2.3 Perkembangan Penerimaan Pemerintah Negara Indonesia Berdasarkan
Data PDB Triwulan-I (Januari - Februari - Maret) 15
2.4 Kemampuan Pemerintah Indonesia Dalam Menghimpun Dana Penerimaan
Pajak Terhadap Basis Pajak 20
2.5 Kemampuan Pemerintah Indonesia dalam Menghimpun Dana Proporsi Pajak
Langsung dan Pajak Tidak Langsung 22
Bab 3 Penutup 25
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran 27
Daftar Pustaka 28

2
DAFTAR TABEL

Tabel 1 12

Tabel 2 14

Tabel 3 16

Tabel 4 17

Tabel 5 18

Tabel 6 20

Tabel 7 23

3
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 13

Grafik 2 14

Grafik 3 17

Grafik 4 19

Grafik 5 21

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan pertumbuhan ekonomi,
yang menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah
perekonomian dalam selang waktu tertentu. Untuk dapat melaksanakan amanat rakyat
serta mewujudkan tujuan berbangsa, pemerintah telah memiliki arah untuk
menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial, yang mengutamakan
kemakmuran masyarakat bukan kemakmuran perorangan. Oleh karena itu, perekonomian
diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Peningkatan tersebut harus didukung dengan kemampuan fiskal yang
memadai agar dapat melaksanakan pembangunan demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat serta partisipasi aktif Indonesia dalam kancah perekonomian dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, tidak dapat diraih apabila tidak didukung dengan kemampuan atau daya
saing dari sebuah negara.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menjadi isu pokok pembangunan
nasional. Pembiayaan anggaran setiap sektor, baik sektor ekonomi, politik, kesehatan,
dan lain sebagainya melalui pembiayaan APBN. Maka, postur APBN dijaga dalam posisi
seimbang antara penerimaan dan alokasinya. Rasio utang terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) menjadi fundamental besaran ukuran ekonomi terhadap Negara. Kenaikan
ukuran ekonomi negara, dapat menunjukan kemampuan negara utuk membayar utang.
Menurut Direktorat Jendral Anggaran, Kenaikan PDB berhubungan dengan kinerja
pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan melalui pajak yang lebih besar, karena
terdapat transaksi ekonomi yang lebih banyak.
Salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional salah satunya adalah pajak. Pajak
menempati posisi terpenting sebagai stabilisator kekuatan ekonomi dan kinerja dalam
sistem pemerintahan negara karena pajak merupakan sumber utama penerimaan dan
sebagai fondasi kekuatan ekonomi suatu negara. Dalam menjalankan pemerintahan serta

5
pembangunan, negara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan
dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa hasil kekayaan
alam maupun iuran masyarakat. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk
dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai
dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang diangkat adalah:
1. Bagaimana penerimaan pemerintah
2. Bagaimana perkembangan penerimaan pemerintah negara Indonesia berdasarkan
neraca APBN dari nota keuangan tahun 2011-2020
3. Bagaimana perkembangan penerimaan pemerintah negara Indonesia berdasarkan data
PDB Triwulan tahun 2011-2020
4. Bagaimana kemampuan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana penerimaan
pajak terhadap basis pajak
5. Bagaimana kemampuan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana proporsi
pajak langsung dan pajak tidak langsung

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penerimaan pemerintah
2. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan pemerintah negara Indonesia
berdasarkan neraca APBN dari nota keuangan tahun 2011-2020
3. Untuk mengetahui perkembangan penerimaan pemerintah negara Indonesia
berdasarkan data PDB Triwulan tahun 2011-2020
4. Untuk mengetahui kemampuan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana
penerimaan pajak terhadap basis pajak
5. Untuk mengetahui kemampuan pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana
proporsi pajak langsung dan pajak tidak langsung

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penerimaan Pemerintah


 Menurut UU RI Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara, pendapatan Negara
dan hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar
negeri.
1. Sumber Penerimaan Pemerintah Pusat
Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat yang dalam
hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak – Departemen Keuangan.
Pajak-pajak Pusat yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi:

a. Penerimaan Perpajakan
Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam
negeri dan pajak perdagangan internasional. Pajak dalam negeri terdiri atas:

 Pajak penghasilan (PPh)


PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Yang
dimaksud dengan penghasilan adlah setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat
digunakan untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka penghasilan itu dapat
berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya.
Diantaranya yaitu pajak penerimaan Migas dan Non Migas
 Pajak pertambahan nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean. Orang Pribadi, perusahaan,
maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-
undang PPN. Tarif PPN adalah tunggal yaitu sebesar 10%. Dalam hal ekspor,
tarif PPN adalah 0%. Yang dimaksud Dengan Pabean adalah wilayah

7
Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, peraian, dan ruang udara
diatasnya.
 Pajak pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM)
Selain dikenakan PPN, atas barang-barang kena pajak tertentu yang
tergolong mewah, juga dikenakan PPn BM. Yang dimaksud dengan Barang
Kena Pajak yang tergolong mewah adalah:
1) Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok
2) Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
3) Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi
4) Barang tersebut dikonsumsi untuk menunjukkan status
5) Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat,
serta mengganggu ketertiban masyarakat.
 Bea Materai
Bea Materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen , seperti surat
perjanjian , akta notaries, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek
yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan.
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah
dan atau bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir
seluruh realisasi penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik
Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
 Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BPHTB adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau
bangunan. Seperti halnya PBB, walaupun BPHTB dikelola oleh Pemerintah
Pusat namun realisasi penerimaan BPHTB seluruhnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan
ketentuan.
Pajak perdagangan Internasional terdiri atas:
 Bea masuk
 Pajak/ pungutan ekspor

8
 Penerimaan Sumber Daya Alam (SDA), terdiri atas migas (minyak bumi dan
gas alam), non migas (pertambangan umum, kehutanan, perikanan, dsb)
 Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lainya.

b. Hibah
Hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal dari sumbangan swasta
dalam negeri, sumbangan swasta dan pemerintah luar negeri. Penerimaan hibah
yang dicatat di dalam APBN merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari
negara-negara asing, lembaga/badan nasional, serta perorangan yang tidak ada
kewajiban untuk membayar kembali. Perkembangan penerimaan negara yang
berasal dari hibah ini dalam setiap tahun anggaran bergantung pada komitmen
dan kesediaan negara atau lembaga donatur dalam memberikan donasi (bantuan)
kepada Pemerintah Indonesia.

c. Penerimaan Bukan Pajak


Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) adalah semua penerimaan yang diterima oleh
negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam,bagian pemerintah atas
laba badan usaha milik negara, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.
Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, PNBP memiliki peran yang cukup
penting dalam menopang kebutuhan pendanaan anggaran dalam APBN walaupun
sangat rentan terhadap perkembangan berbagai faktor eksternal. PNBP juga
dipengaruhi oleh perubahan indikator ekonomi makro, terutama nilai tukar dan
harga minyak mentah di pasar internasional. Hal ini terutama karena struktur
PNBP masih didomiinasi oleh penerimaan sumber daya alam (SDA), khususnya
yang berasal dari penerimaan minyak bumi dan gas alam (migas), yang sangat
dipengaruhi oleh perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah, dan
tingkat lifting minyak.
2. Sumber Penerimaan Daerah
Jenis-jenis sumber penerimaan pemerintah daerah diklasifikasikan menjadi dua
yaitu pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah merupakan hak
pemerintah derah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun bersangkutan termasuk dalam kelompok ini yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

9
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah dengan peraturan perundang –undangan.
Sumber-sumber PAD:
1) Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada derah tanpa imblan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan peraturan prrundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah. Jenis-jenis pajak daerah yaitu:
 Pajak daerah yang dipungut oleh propinsi, meliputi:
a) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
c) .Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan
 Pajak daerah yang dipungut oleh Kabupaten /Kota meliputi:
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g) Pajak Parkir
2) Retribusi Daerah
Retribusi Daerah adalah pungutan pemerintah daerah kepada orang atau badan
berdasarkan norma-norma yang ditetapkan retribusi berhubungan denagan jasa
timbal (kontraprestasi) yang diberikan secara langsung atas permohonan dan
atau kepentingan orang atau badan yang memerlukan, baik prestasi yang
berhubungan dengan kepentingan umum maupun yang diberikan oleh
pemerintah.
3) Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang Sah

10
Meliputi: hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, jasa giro,
pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing, komisi, potongan, ataupun bentuk lain akibat dari penjualan /
pengadaan barang/jasa oleh daerah.
b. Dana Perimbangan
Adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk menandai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi dan dana perimbangan terdiri atas:
1) Dana bagi hasil,yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah berdasarkan persentase untuk menandai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
2) Dana alokasi umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengn tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
3) Dana alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk memab
c. Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima
dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut
dibebani kewajiban untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka
pendekyang lazim terjadi dalam perdagangan.
d. Lain-lain Penerimaan yang sah
Bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh pendapatan selain
pendapatan dari PAD, dana perimbangan, dan pinjaman daerah. Lain-lain
pendapatn terdiri dari hibah dan dana darurat. Hibah adalah penerimaan daerah
yang berasal dari pemerintah Negara asing, badan/lembagaasing, badan/lembaga
internasional, pemerintah, badan/ lembaga dalam negri atau perseorangan, baik
dalam bentuk devisa, rupiah maupun barang/jasa, termasuk tenaga ahli dan
pelatihan yang tidak perlu dibayar sama sekali. Edangkan dana darurat adalah
dana yang dibayar kembali. Sedangkan dana darurat adalah dana yang berasal
dari APBN yang dialokasikan kepada daerah yang mngalami bencana nasional,
peristiwa luar biasa, dan atau krisis solvabiliti.

11
2.2 Perkembangan Penerimaan Pemerintah Negara Indonesia Berdasarkan Neraca
APBN dari Nota Keuangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
Pemerintah negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi dalam
struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu pengaturan mengenai
keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini, khususnya dalam bab VIII
Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan penerimaan pemerintah, maka
dilakukan analisis berdasarkan data dari neraca APBN berdasarkan harga konstan dalam
nota keuangan untuk 10 tahun (2011-2020). Hasilnya dapat dilihat pada tabel dan grafik
berikut ini.

Uraian Penerimaan APBN (berdasarkan harga konstan) Tahun 2011-2020


(triliun Rupiah)
URAIAN 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
PENDAPATAN DALAM NEGERI 1.20 1.33 1.49 1.63 1.49 1.54 1.65 1.92 2.02 2.23
5,3 2,3 7,5 3,0 6,0 6,9 4,7 8,1 9,4 2,7
PenerimaanPerpajakan 873, 980, 1.14 1.24 1.24 1.28 1.34 1.51 1.64 1.86
9 5 8,4 6,1 0,4 5,0 3,5 8,8 3,1 5,7
PendapatanPajakDalam Negeri 819, 930, 1.09 1.18 1.20 1.24 1.30 1.47 1.60 1.82
8 9 9,9 9,8 5,5 9,5 4,3 2,9 3,3 3,1
PendapatanPajakPenghasilan 431, 465, 538, 569, 602, 666, 646, 750, 818, 929,
1 1 8 8 3 2 8 0 6 9
PendapatanPajakPertambahan 277, 337, 423, 47 423, 412, 480, 537, 592, 685,
Nilai 8 6 7 5,5 7 2 7 3 8 9
PendapatanPajakBumi dan 29,9 29,0 27,3 21,7 29,3 19,4 16,8 19,4 18,9 18,9
Bangunan
PendapatanCukai 77,0 95,0 104, 117, 144, 143, 153, 159, 165, 180,
7 4 6 5 3 6 8 5
PendapatanPajakLainnya 3,9 4,2 5,4 5,1 5,6 8,1 6,7 6,6 7,3 7,9
PendapatanPajakPerdaganganIntern 54,1 49,7 48,4 56,2 34,9 35,5 39,2 45,9 39,8 42,6
asional
Pendapatan Bea Masuk 25,3 28,4 30,8 35,6 31,2 32,5 35,1 39,1 37,5 40,0
Pendapatan Bea Keluar 28,9 21,2 17,6 20,6 3,7 3,0 4,1 6,8 2,3 2,6
Penerimaan Negara BukanPajak 331, 351, 349, 386, 255, 262, 311, 409, 386, 367,

12
5 8 2 9 6 0 2 3 3 0
PendapatanSumberDayaAlam 213, 225, 203, 241, 101, 64,9 111, 180, 152, 160,
8 8 7 1 0 1 6 2 4
PendapatandariKekayaan 28,2 30,8 36,5 40,0 37,6 37,1 43,9 45,1 79,7 49,0
Negara yang Dipisahkan
PNBP Lainnya 69,4 73,5 85,5 84,9 81,7 118, 108, 128, 103, 100,
0 8 6 8 9
Pendapatan BLU 20,1 21,7 23,5 20,8 35,3 41,9 47,3 55,1 50,7 56,7
PENERIMAAN HIBAH 5,3 5,8 4,5 2,3 12,0 9,0 11,6 15,6 1,3 0,5
PENDAPATAN NEGARA 1.21 1.33 1.50 1.63 1.50 1.55 1.66 1.94 2.03 2.23
0,6 8,1 2,0 5,3 8,0 5,9 6,4 3,7 0,8 3,2
(Tabel 1)

PENERIMAAN APBN (BERDASARKAN HARGA KONSTAN) TAHUN 2011-2020


2,500.00

2,000.00
(triliun) Rupiah

1,500.00

1,000.00

500.00

0.00
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

PENDAPATAN NEGARA

(Grafik 1)

Analisis perkembangan penerimaan pemerintah berdasarkan data dari neraca APBN


(berdasarkan harga konstan) dalam nota keuangan untuk 10 tahun (2011-2020)
menunjukkan bahwa penerimaan pemerintah mengalami peningkatan yakni dari 1.210,6
pada tahun 2011 menjadi 1.635,3 pada tahun 2014. Walaupun pada tahun 2015 terjadi
sedikit penurunan tetapi tidak signifikan yakni 1.508,0. Kemudian pada tahun 2016
meningkat lagi menjadi 1.555,9 hingga pada tahun 2020 jumlahnya mencapai 2.233,2.
Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa penerimaan pemerintah selama 10 tahun

13
terakhir cukup baik. Sedangkan analisis PDB Per Kapita selama 10 tahun (2011-2020)
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut.

PDB Per Kapita Tahun 2011-2020


(juta Rupiah)

Tahun PDB Per Kapita


2011 30,8
2012 33,3
2013 36,5
2014 41,8
2015 45,2
2016 47,9
2017 51,9
2018 56
2019 59,1
2020 56,9
(Tabel 2)

PDB PER KAPITA TAHUN 2011-2020


70

60

50
juta (Rupiah)

40

30

20

10

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

PDB PER KAPITA

(Grafik 2)

Analisis perkembangan PDB Per Kapita berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
untuk 10 tahun (2011-2020) menunjukkan bahwa selama 9 tahun PDB Per Kapita terus
mengalami peningkatan dari tahun 2011 yakni sebesar 30,8 juta Rupiah hingga tahun
2019 yakni sebesar 59,1 juta Rupiah tetapi, pada tahun 2020 mengalami penurunan
menjadi 56,9 sebagai akibat dari pandemic Covid-19 yang melanda dunia yang juga

14
berdampak bagi Indonesia. Berdasarkan informasi ini dapat disimpulkan bahwa
perkembangan PDB Per Kapita Indonesia cukup baik walaupun terjadi sedikit penurunan
pada tahun terakhir karena terjadinya pandemic.

2.3 Perkembangan Penerimaan Pemerintah Negara Indonesia Berdasarkan Data PDB


1. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Pulau di
Indonesia Tahun 2011-2020
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di
suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor
produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah
nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup
komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan
nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto
dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar
harga pasar. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan penerimaan pemerintah,
maka dilakukanan alisis berdasarkan PDB menurut provensi tahun 2011-2020.
Hasilnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini.

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga


Konstan 2010 Menurut Provinsi (Persen), 2011-2020

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
ACEH 3,28 3,85 2,61 1,55 -0,73 3,29 4,18 4,61 4,14 -0,37
SUMATERA UTARA 6,66 6,45 6,07 5,23 5,1 5,18 5,12 5,18 5,22 -1,07
SUMATERA BARAT 6,34 6,31 6,08 5,88 5,53 5,27 5,3 5,14 5,01 -1,6
RIAU 5,57 3,76 2,48 2,71 0,22 2,18 2,66 2,35 2,81 -1,12
JAMBI 7,86 7,03 6,84 7,36 4,21 4,37 4,6 4,69 4,37 -0,46
SUMATERA
SELATAN 6,36 6,83 5,31 4,79 4,42 5,04 5,51 6,01 5,69 -0,11
BENGKULU 6,85 6,83 6,07 5,48 5,13 5,28 4,98 4,97 4,94 -0,02
LAMPUNG 6,56 6,44 5,77 5,08 5,13 5,14 5,16 5,23 5,26 -1,67
KEP. BANGKA
BELITUNG 6,9 5,5 5,2 4,67 4,08 4,1 4,47 4,45 3,32 -2,3
KEP. RIAU 6,96 7,63 7,21 6,6 6,02 4,98 1,98 4,47 4,84 -3,8
63,3 60,6 53,6 49,3 44,8 43,9 -
SUMATERA 4 3 4 5 39,11 3 6 47,1 45,6 12,52

15
DKI JAKARTA 6,73 6,53 6,07 5,91 5,91 5,87 6,2 6,11 5,82 -2,36
JAWA BARAT 6,5 6,5 6,33 5,09 5,05 5,66 5,33 5,65 5,07 -2,44
JAWA TENGAH 5,3 5,34 5,11 5,27 5,47 5,25 5,26 5,3 5,4 -2,65
DI YOGYAKARTA 5,21 5,37 5,47 5,17 4,95 5,05 5,26 6,2 6,59 -2,69
JAWA TIMUR 6,44 6,64 6,08 5,86 5,44 5,57 5,46 5,47 5,52 -2,39
BANTEN 7,03 6,83 6,67 5,51 5,45 5,28 5,75 5,77 5,29 -3,38
37,2 37,2 35,7 32,8 32,6 33,2 -
JAWA 1 1 3 1 32,27 8 6 34,5 33,69 15,91
BALI 6,66 6,96 6,69 6,73 6,03 6,33 5,56 6,31 5,6 -9,31
NUSA TENGGARA
BARAT -3,91 -1,54 5,16 5,17 21,76 5,81 0,09 -4,5 3,9 -0,64
NUSA TENGGARA
TIMUR 5,67 5,46 5,41 5,05 4,92 5,12 5,11 5,11 5,24 -0,83
BALI - NUSA 10,8 17,2 16,9 17,2 10,7 -
TENGGARA 8,42 8 6 5 32,71 6 6 6,92 14,74 10,78
KALIMANTAN
BARAT 5,5 5,91 6,05 5,03 4,88 5,2 5,17 5,07 5,09 -1,82
KALIMANTAN
TENGAH 7,01 6,87 7,37 6,21 7,01 6,35 6,73 5,61 6,12 -1,4
KALIMANTAN
SELATAN 6,97 5,97 5,33 4,84 3,82 4,4 5,28 5,08 4,08 -1,81
KALIMANTAN
TIMUR 6,47 5,48 2,76 1,71 -1,2 -0,38 3,13 2,64 4,74 -2,85
KALIMANTAN
UTARA - - - 8,18 3,4 3,55 6,8 5,36 6,9 -1,11
25,9 24,2 21,5 25,9 19,1 27,1 23,7
KALIMANTAN 5 3 1 7 17,91 2 1 6 26,93 -8,99
SULAWESI UTARA 6,17 6,86 6,38 6,31 6,12 6,16 6,31 6 5,65 -0,99
20,5
SULAWESI TENGAH 9,82 9,53 9,59 5,07 15,5 9,94 7,1 6 8,83 4,86
SULAWESI
SELATAN 8,13 8,87 7,62 7,54 7,19 7,42 7,21 7,04 6,91 -0,7
SULAWESI 10,6 11,6
TENGGARA 3 5 7,5 6,26 6,88 6,51 6,76 6,4 6,5 -0,65
GORONTALO 7,71 7,91 7,67 7,27 6,22 6,52 6,73 6,49 6,4 -0,02
10,7
SULAWESI BARAT 3 9,25 6,93 8,86 7,31 6,01 6,39 6,26 5,67 -2,42
53,1 54,0 45,6 41,3 42,5 52,7
SULAWESI 9 7 9 1 49,22 6 40,5 5 39,96 0,08
MALUKU 6,34 7,16 5,24 6,64 5,48 5,73 5,82 5,91 5,41 -0,92
MALUKU UTARA 6,8 6,98 6,36 5,49 6,1 5,77 7,67 7,86 6,1 4,92
PAPUA BARAT 3,64 3,63 7,36 5,38 4,15 4,52 4,02 6,25 2,66 -0,77
PAPUA -4,28 1,72 8,55 3,65 7,35 9,14 4,64 7,32 -15,75 2,32
19,4 27,5 21,1 25,1 22,1 27,3
MALUKU - PAPUA 12,5 9 1 6 23,08 6 5 4 -1,58 5,55
(Tabel 3)
Catatan:

16
• Data 2019: Angka sementara
• Data 2020: Angka sangat sementara

Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga


Konstan 2010 Menurut Pulau (Persen), 2011-2020

Provinsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
63,3 60,6 44,8
SUMATERA 4 3 53,64 49,35 39,11 3 43,96 47,1 45,6 -12,52
37,2 37,2 32,6
JAWA 1 1 35,73 32,81 32,27 8 33,26 34,5 33,69 -15,91
BALI – NUSA 10,8 17,2
TENGGARA 8,42 8 17,26 16,95 32,71 6 10,76 6,92 14,74 -10,78
25,9 24,2 19,1 23,7
KALIMANTAN 5 3 21,51 25,97 17,91 2 27,11 6 26,93 -8,99
53,1 54,0 42,5 52,7
SULAWESI 9 7 45,69 41,31 49,22 6 40,5 5 39,96 0,08
19,4 25,1 27,3
MALUKU – PAPUA 12,5 9 27,51 21,16 23,08 6 22,15 4 -1,58 5,55
(Tabel 4)
Catatan:
• Data 2019: Angka sementara
• Data 2020: Angka sangat sementara

Berdasarkan tabel di atas, berikut ini merupakan laju pertumbuhan PDRB menurut
pulau Tahun 2011-2020 yang dijelaskan pada
Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Pulau Tahun 2011-2020
70
60
50
40
30
PDRB
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
-10
-20
Tahun
Sumatera Jawa Bali-Nusa Tenggara
Kalimantan Sulawesi Maluku-Papua

(Grafik 3)

17
Sumber: BPS Seri 2010 Produk Domestik Regional Bruto (Lapangan Usaha)

Berdasarkan data BPS terlihat nilai PDRB atas dasar harga kostanta menurut
pulau mengalami perlambatan sejak awal tahun 2011. Namun PDRB di pulau
Maluku-Papua mengalami Peningkatan dari 2011 hingga tahun 2018 yakni sebesar
27,34 persen. Sementara di pulau Bali-Nusa Tenggara peningkatan PDRB juga
terjadi sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 sebesar 17,26 persen. Pertumbuhan
ekonomi di pulau Sulawesi terjadi perlambatan di tahun 2014 dan kembali
meningkat sejak tahun 2015 dan 2018 yakni mencapai 52,75 persen. Pertumbuhan
PDRB di pulau Kalimantan juga kembali meningkat dari tahun 2015 hingga tahun
2019, yakni sebesar 26,93 persen. Secara kuartal, nilai PDRB menurun ector di
tahun 2020, tak terkecuali pulau Maluku-Papua yakni sebesar 5,55 persen.
Jika dilihat secara keseluruhan, pulau Sumatera sangat berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan PDRB pada tahun 2011 yakni sebesar 63,34 persen. Hal
tersebut terjadi karena sumber daya alam yang melimpah dan lahan pertanian yang
luas. Pada Tahun 2020, laju pertumbuhan PDRB yang menurun akibat pendemi
Covid-19 yang melemahkan perekonomian negara. Karena ini, ada penurunan
produksi barang dan jasa di sepanjang tahun akibat dari beragam kebijakan
penanggulangan Covid-19, termasuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB),
sedangkan pengeluaran pemerintah lebih banyak dari penerimaan.
2. Perkembangan Penerimaan Pemerintah Negara Indonesia Berdasarkan Data PDB
Triwulan-I, 2011-2020
PDB triwulanan adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi atau sektor ekonomi/lapangan usaha yang beroperasi di wilayah suatu
negara selama satu triwulan tertentu. Angka laju pertumbuhan yang disajikan dalam
publikasi laju pertumbuhan triwulanan terhadap triwulan yang sama tahun
sebelumnya (y-on-y) dari tahun 2011 sampai tahun 2020. Adapun data PDB dari
tahun 2011 sampai tahun 2020 akan dijelaskan sebagai berikut.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan penerimaan pemerintah, maka
dilakukan analisis berdasarkan data dari neraca APBN dalam nota keuangan untuk
10 tahun (2011-2020). Hasilnya dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut ini.

Tahun ProdukDomestikBruto (PDB) (%)


2011 6,5
2012 6,3

18
2013 6,02
2014 5,12
2015 4,83
2016 4,94
2017 5,01
2018 5,06
2019 5,07
2020 2,79
(Tabel 5)

Berdasarkan tabel di atas, berikut ini merupakan pertumbuhan PDB triwulan-I tahun
2011-2020, yang dijelaskan pada

PDB Triwulan I Tahun 2011-2020

Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Triwulan-I tahun 2011-2016

76.5
6.3
6.02
6
5.12 4.94 5.01 5.06
4.83
5 5.07
4
PDB (%) 2.97
3

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

(Grafik 4)
Sumber: BPS Ekonomi Triwulan-I Indonesia Tahun 2011-2020

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014


mencapai 5,12 persen, lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2012 yakni 6,3
persen. Jika dilihat secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 juga
melambat dari triwulan I 2018 yang sebesar 5,06 persen. Kemudian pertumbuhan
ekonomi triwulan I 2020 mengalami penurunan yang sangat drastis yakni sebesar
2,97 persen. Penurunan PDB di tahun 2020 tak lepas dari efek pandemi Covid-19
yang melemahkan aktivitas perekonomian Indonesia. Karena ini, ada penurunan
19
produksi barang dan jasa di sepanjang tahun akibat dari beragam kebijakan
penanggulangan Covid-19, termasuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha,
pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 10,73
persen.

2.4 Kemampuan Pemerintah Indonesia Dalam Menghimpun Dana Penerimaan Pajak


Terhadap Basis Pajak
Upaya pajak (tax effort) adalah upaya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah
yang diukur melalui perbandingan antara hasil penerimaan (realisasi) sumber-sumber PAD
dengan potensi sumber-sumber PAD. Menurut Asmawanti, Elvandari, dan Baihaqi (2016),
bahwa upaya pajak (tax effort) adalah jumlah pajak yang sungguh-sungguh dikumpulkan
oleh kanto rpajak yang dibandingkan dengan potensi pajak (tax capacity = tax potential)
yaitu sejumlah pajak yang seharusnya mampu dikumpulkan dari dasar pajak (tax base).

Realisasi penerimaan pajak dan persentasenya terhadap PDB (tax ratio) sering
digunakan untuk mengukur upaya pajak. Namun, indikator ini hanya akan sesuai untuk
kajian terhadap negara-negara yang memiliki kemiripan struktur ekonomi dan memiliki
tingkat pendapatan yang sama (Le et al. 2008).

Kinerja penerimaan pajak setiap negara akan lebih baik jika diukur dengan
menggunakan suatu rasio tax effort. Ini merupakan rasio antara penerimaan pajak yang
diperoleh terhadap estimasi penerimaan pajak yang seharusnya dapat diperoleh atau
potensi penerimaan pajak (Stotsky dan Wolde-Mariam, 1997).

Kinerja Penerimaan Nasional 2010-2017

(Triliun Rupiah)

No Uraian Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 PDB Atas 6,864. 7,831. 8,615. 9,546. 10,569 11,526 12,406 13,588
dasar Harga 13 73 70 13 .71 .33 .77 .80
Berlaku
2 Pajak Pusat 722.5 873.8 980.5 1,074. 1,146. 1,240. 1,284. 1,343.
(Triliun) 4 5 1 55 87 42 97 53

20
3 Penerimaan 165.3 209.8 221.7 222.2 236.18 95.85 59.85 105.6
SDA (Triliun) 8 6 5
  Migas 152.7 193.4 205.8 203.6 216.88 78.17 44.09 81.84
3 9 2 3
  Pertambangan 12.65 16.37 15.88 18.62 19.3 17.68 15.76 23.76
Mineral dan
Batubara

Tax Ratio
4 Pajak 12.9 13.8 14 13.6 13.1 11.6 10.8 10.7
Pusat+SDA/PD
B
(Tabel 6)

Berdasarkan publikasi OECD, ternyata tax ratio Indonesia dalam beberapa waktu
terakhir malah turun. Pada tahun 2017 kala tax ratio Indonesia adalah sebesar 11,5%
(terendah di Asik Pasifik), ternyata ada penurunan sebesar 0,5 persentase poin jika
dibandingkan dengan posisi tahun 2016. Pada tahun 2016, tax ratio berada di level 12%.

Tax Ratio Indonesia, 2010-2017


16
14
12
10 Tahun
8
6
4
2
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(Grafik 5)

Namun, metode perhitungan yang dilakukan oleh OECD untuk data tax ratio dari
setiap negara yang masuk dalam cakupannya adalah sama sehingga data tersebut bisa
dibandingkan (comparable). Kalau angka tax ratio dari OECD disandingkan dengan data
resmi dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia, sejatinya kembali perbedaan yang
jauh.

21
Data resmi dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia mencatat bahwa tax ratio
Indonesia merosot sejak tahun 2015. Tax ratio pernah mencapai 13,7% yakni pada tahun
2014, namun kemudian terus menurun dalam kurun waktu 3 tahun berikutnya. Pada tahun
2015, tax ratio Indonesia anjlok ke angka 11,6% sebelum kemudian embali turun menjadi
10,8% pada tahun 2016. Pada tahun 2017, tax ratio embali turun ke angka 10,7%.
Diperkirakan pada tahun 2018, tax ratio tercatat berada di level 11,5%.

Pemerintah sendiri sejatinya mengakui bahwa posisi tax ratio saat ini terbilang
rendah. Berdasarkan artikel yang berjudul “Mengenal Rasio Pajak Indonesia” yang
dipublikasikan di halaman resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Direktur
Jenderal Pajak Robert Pakpahan menjelaskan bahwa angka ideal untuk tax ratio jika
mengacu ke standar internasional adalah 15%.

2.5 Kemampuan Pemerintah Indonesia dalam Menghimpun Dana Proporsi Pajak


Langsung dan Pajak Tidak Langsung
Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib
pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain misalnya: pajak
penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan, dapat
dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka waktu tertentu baik masa pajak
maupun tahun pajak.
Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeserkan
kepada pihak lain sehingga sering disebut juga sebagai pajak tidak langsung. Contohnya
:Pajak pertambahan nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Dalam pajak ini beban
pajak digeserkan dari produsen/penjual kepembeli/konsumen, karena pergeseran ini searah
dengan arus barang yaitu dari produsen ke konsumen maka pergeserannya disebut
pergeseran ke depan (forward shifting). Di samping itu ada juga yang disebut dengan
pergeseran kebelakang (backward shifting) yaitu pergeseran pajak yang berlawanan
dengan arus barang.
Pajak yang dikelolah pemerintah pusat, dalam hal ini yang dikelolah oleh direktorat
jenderal pajak antar lain.
 Pajak Penghasilan (PPh)
 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
 Pajak Penjualanbarang yang tergolongmewah (PPnBM)

22
 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) perkebunan, perhutanan, dan pertambahan.
 Bea Materi

Pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah yang dalam hal ini dikelolah oleh Dinas
Pendapatan Daerah yaitu antara lain:

1. Provinsi
 Pajak Kendaraan
 Bea Balik nama kendaraan bermotor
 Pajak Bahan Bakar Bermotor
 Pajak Rokok
2. Kabupaten
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral bukan logam dan batuan
 Pajak Parkir, dll.

Berikut ini contoh penerimaan pajak DKI Jakarta. Pemprov DKI Jakarta menerima
pemasukan pajak terbesar dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Nilainya mencapai
Rp6,32 triliun. Jika dirincikan, angka tersebut setara dengan seperempat nilai total pajak
yang dapat dikumpulkan. Selain penerimaan pajak melalui PBB, berikut ini besaran
penerimaan dari pajak lainnya:

JenisPajak Nominal PenerimaanPajak


Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Rp 5, 69 Triliun
Bea Balik Nama KendaraanBermotor (BBNKB) Rp 3,69 Triliun
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan Rp 2,72 Triliun
(BPHTB)
Pajak Restoran Rp 2,09 Triliun
Pajak Perhotelan Rp 1,11 Triliun
PajakBahan Bakar Kendaraan Bermotor Rp 798,64 Miliar
(PBBKB)
Pajak Reklame Rp 689 Miliar
Pajak Hiburan Rp 548,99 Miliar
Pajak Penerangan Jalan (PPJ) Rp 510,8 Miliar

23
Pajak Rokok Rp 358,58 Miliar
Pajak Parkir Rp 348,51 Miliar
Pajak Air Tanah (PAT) Rp, 67,89 Miliar
Pajak Bumu dan Bangunan (PBB) Rp 6,32 Triliun
(Tabel 7)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerimaan pemerintah dapat diartikan sebagai penerimaan pemerintah dalam arti
yang seluas-luasnya yaitu meliputi penerimaan pajak langsung dan tidak langsung,
Produk Domestik Bruto, Produk Domestik Regional Bruto. Produk Domestik Bruto
diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari
produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri

24
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari
suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai
faktor produksi dalam negeri atau tidak.
Upaya pajak (tax effort) adalah upaya peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah
yang diukur melalui perbandingan antara hasil penerimaan (realisasi) sumber-sumber
PAD dengan potensi sumber-sumber PAD. Dari data-data yang tersedia, maka dapat
disimpulkan perkembangan penerimaan pemerintah sebagai berikut:
1. Analisis perkembangan penerimaan pemerintah berdasarkan data dari neraca APBN
(berdasarkan harga konstan) dalam nota keuangan untuk 10 tahun (2011-2020)
menunjukkan bahwa penerimaan pemerintah mengalami peningkatan yakni dari
1.210,6 pada tahun 2011 menjadi 1.635,3 pada tahun 2014. Walaupun pada tahun 2015
terjadi sedikit penurunan tetapi tidak signifikan yakni 1.508,0. Kemudian pada tahun
2016 meningkat lagi menjadi 1.555,9 hingga pada tahun 2020 jumlahnya mencapai
2.233,2. Dari informasi ini dapat disimpulkan bahwa penerimaan pemerintah selama
10 tahun terakhir cukup baik.
2. Analisis perkembangan PDB Per Kapita berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
untuk 10 tahun (2011-2020) menunjukkan bahwa selama 9 tahun PDB Per Kapita
terus mengalami peningkatan dari tahun 2011 yakni sebesar 30,8 juta Rupiah hingga
tahun 2019 yakni sebesar 59,1 juta Rupiah tetapi, pada tahun 2020 mengalami
penurunan menjadi 56,9 sebagai akibat dari pandemic Covid-19 yang melanda dunia
yang juga berdampak bagi Indonesia. Berdasarkan informasi ini dapat disimpulkan
bahwa perkembangan PDB Per Kapita Indonesia cukup baik walaupun terjadi sedikit
penurunan pada tahun terakhir karena terjadinya pandemic.
3. Berdasarkan data BPS terlihat nilai PDRB atas dasar harga kostanta menurut pulau
mengalami perlambatan sejak awal tahun 2011. Namun PDRB di pulau Maluku-Papua
mengalami Peningkatan dari 2011 hingga tahun 2018 yakni sebesar 27,34 persen.
Sementara di pulau Bali-Nusa Tenggara peningkatan PDRB juga terjadi sejak tahun
2011 hingga tahun 2015 sebesar 17,26 persen. Pertumbuhan ekonomi di pulau
Sulawesi terjadi perlambatan di tahun 2014 dan kembali meningkat sejak tahun 2015
dan 2018 yakni mencapai 52,75 persen. Pertumbuhan PDRB di pulau Kalimantan juga
kembali meningkat dari tahun 2015 hingga tahun 2019, yakni sebesar 26,93 persen.
Secara kuartal, nilai PDRB menurun drastis di tahun 2020, tak terkecuali pulau
Maluku-Papua yakni sebesar 5,55 persen.

25
Jika dilihat secara keseluruhan, pulau Sumatera sangat berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan PDRB pada tahun 2011 yakni sebesar 63,34 persen. Hal
tersebut terjadi karena sumber daya alam yang melimpah dan lahan pertanian yang
luas. Pada Tahun 2020, laju pertumbuhan PDRB yang menurun akibat pendemi Covid-
19 yang melemahkan perekonomian negara. Karena ini, ada penurunan produksi
barang dan jasa di sepanjang tahun akibat dari beragam kebijakan penanggulangan
Covid-19, termasuk pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sedangkan pengeluaran
pemerintah lebih banyak dari penerimaan.
4. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 mencapai
5,12 persen, lebih rendah jika dibandingkan triwulan I 2012 yakni 6,3 persen. Jika
dilihat secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 juga melambat dari
triwulan I 2018 yang sebesar 5,06 persen. Kemudian pertumbuhan ekonomi triwulan I
2020 mengalami penurunan yang sangat drastis yakni sebesar 2,97 persen. Penurunan
PDB di tahun 2020 tak lepas dari efek pandemi Covid-19 yang melemahkan aktivitas
perekonomian Indonesia. Karena ini, ada penurunan produksi barang dan jasa di
sepanjang tahun akibat dari beragam kebijakan penanggulangan Covid-19, termasuk
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong
oleh hampir semua lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha
Jasa Lainnya yang tumbuh 10,73 persen.
5. Berdasarkan publikasi OECD, ternyata tax ratio Indonesia dalam beberapa waktu
terakhir malah turun. Pada tahun 2017 kala tax ratio Indonesia adalah sebesar 11,5%
(terendah di Asik Pasifik), ternyata ada penurunan sebesar 0,5 persentase poin jika
dibandingkan dengan posisi tahun 2016. Pada tahun 2016, tax ratio berada di level
12%.
6. Data resmi dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia mencatat bahwa tax ratio
Indonesia merosot sejak tahun 2015. Tax ratio pernah mencapai 13,7% yakni pada
tahun 2014, namun kemudian terus menurun dalam kurun waktu 3 tahun berikutnya.
Pada tahun 2015, tax ratio Indonesia anjlok ke angka 11,6% sebelum kemudian
kembali turun menjadi 10,8% pada tahun 2016. Pada tahun 2017, tax ratio kembali
turun ke angka 10,7%. Diperkirakan pada tahun 2018, tax ratio tercatat berada di level
11,5%.

3.2 Saran

26
Meningkatnya pendapatan pemerintah memang suatu prestasi yang baik. Akan tetapi
bukan berarti kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakat mengikuti begitu saja.
Untuk itu pemerintah harus lebih memaksimalkan pemerataan dalam mendistribusikan
pendapatan, agar tidak terjadi gap (kesenjangan) di dalam tingkat kehidupan masyarakat
yang berakibat munculnya suatu ketegangan. Berharap agar pemerintah Indonesia
tanggap terhadap nasional di negara kita.
Dengan penjelasan yang dapat penulis jabarkan, semoga bermafaat untuk kita
semua. Besar harapan penulis kepada para pembaca untuk dapat memahami dan mampu
untuk mengaplikasikannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia, 2020. PDB Indonesia Triwulan 2015-2019. Jakarta Pusat :
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015. Produk domestik Bruto Indonesia Triwulanan 2011-
2015. Jakarta Pusat : Badan Pusat Statistik
Karo, Lusinda Natalya Debora; dkk 2019. Analisis Upaya Pajak, Efektivitas, Dan Kontribusi
Pajak Daerah Di Kawasan Ekonomi Khusus Pada Badan Pengelola Pajak Dan
Retribusi Daerah Kota Bitung. Manado : Universitas Sam Ratulangi

27
Matei, Perikles and Anneke Wangkar, 2019. Analisis Tingkat Pencapaian Tax Effort
Efektivitas Kontribusi Dan Pertumbuhan Pajak Daerah Di Kabupaten Talaud.
Manado : Universitas Sam Ratulangi
Akses web Wikipedia di
https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Negara_Indone
sia
Akses web di etheses.uin-malang.ac.id/1986/6/10520001_Bab_2.pdf · PDF file
Maulida, Rani 2018. Pajak DKI: Ini Sumber Utama Pemasukan Jakarta. Jakarta : Pajak
Online

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Provensi Provensi Di Indonesia Menurut Lapangan
Usaha 2010-2011

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Provensi Provensi Di Indonesia Menurut Lapangan
Usaha 2012-2014

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Provensi Provensi Di Indonesia Menurut Lapangan
Usaha 2015-2017

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Provensi Provensi Di Indonesia Menurut Lapangan
Usaha 2018-2020

Atau bisa dilihat di https://www.bps.go.id/indicator/52/291/1/-seri-2010-laju-pertumbuhan-


produk-domestik-regional-bruto-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-provinsi.html

Artikel PDB Tahun 2014-2019. Atau bisa dilihat di


https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/produk-domestik-bruto-pdb-tahun-2014-
2019-1564991355

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2011. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2011/05/05/910/ekonomi-indonesia-triwulan-i-
2011-tumbuh-6-5-persen.html

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2012. Atau bisa dilihat di html
https://www.bps.go.id/pressrelease/2012/05/07/57/ekonomi-indonesia-triwulan-i-2012-
tumbuh-6-3-persen.html

BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2013. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2014/02/05/222/pertumbuhan-pdb-2013-mencapai-
5-78-persen.html

28
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2014. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2014/05/05/223/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
triwulan-i-2014-mencapai-5-21-persen.html
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2015. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2015/05/05/1143/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
triwulan-i-2015-tumbuh-4-71-persen.html
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2016. Atau bisa dilihat di
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ekonomi-indonesia-2016-tumbuh-5-02-
persen/
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2017. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/05/05/1364/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-
triwulan-i-2017.html
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2018. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/05/07/1520/ekonomi-indonesia-triwulan-i-
2018-tumbuh-5-06-persen.html
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2019. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/05/06/1620/ekonomi-indonesia-triwulan-i-
2019-tumbuh-5-07-persen.html
BPS. Produk Domestik Regional Bruto Triwulan I 2020. Atau bisa dilihat di
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/05/05/1736/ekonomi-indonesia-triwulan-i-
2020-tumbuh-2-97-persen.html
Nota Keuangan APBN 2011 sampai 2020
Website resmi Badan Pusat Statistik: bps.go.id
https://www.bps.go.id/indicator/52/286/4/-seri-2010-produk-domestik-regional-bruto-.html
https://www.bps.go.id/indicator/52/291/1/-seri-2010-laju-pertumbuhan-produk-domestik-
regional-bruto-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-provinsi.html
https://www.pajak.go.id/id/86-rasio-pajak-tax-ratio-dari-masa-ke-masa

29

Anda mungkin juga menyukai