KOMPLEMENTER
WET CUP THERAPY
Oleh :
B 13- A
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas Waranugraha
Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Wet Cup Therapy” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak yang membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL……………………………………..………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………..………………… ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk menangani
berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai pengobatan
alternatif. Terapi komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat
komersial yang diproduksi secara masal, namun biasanya menggunakan berbagai jenis
terapi dan obat herbal. Keberhasilan obat alternatif komplementer telah teruji oleh
penelitian yang membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit
dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah teruji melalui penelitian.
Perkembangan terapi komplementer akhir- akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta o rang
yang mengunjungi prakt ik konvensional (Smith et al., 2004).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien
ingin terlibat unt uk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualit as
hidup dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek
samping dari pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi
komplementer (Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah
satu pilihan pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak
sedikit klien bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan
seperti dokter ataupun perawat. Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan
terapi alternatif (Smith et al., 2004). Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan pilihannya, sehingga apabila keinginan terpenuhi akan
berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat menjadi peluang bagi perawat untuk
berperan memberikan terapi komplementer.
1
Kebutuhan masyarakat yang meningkat dan berkembangnya penelitian t erhadap
terapi komplementer menjadi peluang perawat untuk berpartisipasi sesuai kebutuhan
masyarakat. Perawat dapat berperan sebagai konsultan untuk klien dalam memilih
alternatif yang sesuai ataupun membantu memberikan terapi langsung. Namun, hal ini
perlu dikembangkan lebih lanjut melalui penelitian (evidence-based practice) agar dapat
dimanfaatkan sebagai terapi keperawatan yang lebih baik.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang
telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan
dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawat an yang memandang
manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual). Prinsip holistik
pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam menguasai berbagai
bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan terapi
komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang mendasari
praktik keperawatan. Misalnya teo ri Rogers yang memandang manusia sebagai sistem
terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat
mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi,
chikung, dan reiki.
Pengobatan alternatif/pengobatan tradisional semakin banyak diminati oleh
masyarakat. Selain di Indonesia, pengobatan alternatif juga banyak diminati oleh
masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003), penggunaan pengobatan
komplementer dan alternatif (CAM= Complementary and Alternative Medicine) akhir-
akhir ini menjadi lebih populer di masyarakat dan mendapatkan kredibilitas dalam dunia
Biomedis kesehatan. Survei menunjukkan bahwa penggunaan CAM ada sekitar sepertiga
dari penduduk Inggris (Ernst, 1996) dan sedikit lebih tinggi di Amerika Serikat (Wootton
dan Sparber, 2001).
PEMBAHASAN
Titik tersebut terletak di puncak kepala, Karena letaknya di puncak, maka titik
ini sangat bagus untuk mengeluarkan panas yang berlebih. Karena panas selalu
menjulang ke atas dan bergerak ke luar. Baik dilakukan bekam basah pada kasus
panas ekses. Jika dingin defisien pun titik ini juga sangat bagus untuk memasukkan
unsur YANG ke dalam tubuh kita dengan teknik moksa. Titik ini secara Thibbun
Nabawi sering digunakan untuk menajamkan penglihatan, menguatkan ingatan dan
memperbaiki hafalan. Bekam sinergi memandang permasalahan ini benar jika seorang
itu kondisinya panas sehingga panasnya darah mengganggu penglihatannya bahkan
panasnya bisa menguras Xue (darah) Hati atau Yin Hati.
2. Da Zhui (GV. 14 Tulang Belakang Besar) atau Al Kaahil
Lokasi :di bawah garis batas rambut kepala belakang Sekitar otot
sternocleidomastoideus dan platysma, atau di sekitar vena jugularis interna
Indikasi : Pusing, Punggung & leher kaku (nyeri), TBC, Muka bengkak karena
angina, Tenggorokan nyeri radang, Amandel, Pharingitis, Rahang kaku,
Radang tulang mastoid (Mastoiditis), Gondongan
4. Jian Jing (G.B. 21 Sumur di Pundak)/ Katifain
Lokasi : pada lekukan di atas bahu
Indikasi :leher kaku, nyeri bahu pundak, lengan tak dapat diangkat, mastitis
(radang kelenjar susu) Masuk angina, Batuk pilek, Stroke dll
5. Feishu / titik belakang paru
Karena merupakan titik Shu (belakang organ Paru) maka kebanyakan penyakit
yang bisa ditangani adalah penyakit Paru misalnya: batuk, rasa penuh di dada,
asma, TBC, panas tinggi, keringat malam hari, batuk darah, radang tenggorok.
Angin panas menyerang Paru-paru, dengan bekam basah pada titik ini
digabung dengan DU 14 dan GB 21.
Angin dingin menyerang Paru-paru, dengan bekam api pada titik ini digabung
dengan DU 14 dan GB 21.
Lembab dingin terkumpul di Paru-paru, dilakukan moksa pada titik ini dengan
ditambah titik ST 36, SP 6, REN 12, REN 4 dan REN 6.
Angin kering menyerang Paru-paru, maka dilakukan beekam kering pada titik
ini serta kombinasi dengan DU 14 serta GB 21 serta diberikan Tonik Yin
Paru-paru seperti : ophiopogon, bunga lily, dan gamat.
Qi Paru-paru lemah, maka titik ini dilakukan penusukan (akupuntur) dengan
mengkombinasinya dengan titik LU 9, LU 1, REN 17, SP 6 dan KI 3.
6. Titik tengah dada
Indikasi : sesak nafas, nyeri dada, jantung berdebar, dada terasa sumpek tidak
longgar , batuk dll
7. Titik depan paru
Lokasi : 8 cun di atas mata kaki luar (titik tengah antara lutut luar dan mata
kaki luar dua jadi diuar tulang betis)
Sifat : menghilangkan dan melancarkan reak yang bersifat lembab,
menyembuhkan penyakit jiwa bersifat panas.
Indikasi : mengeluarkan dan menghilangkan reak, nyeri pegal di kaki, bengkak
, pusing
Moksa : batang 5 – 10 menit
12. Titik yes point
Titik dimana ada sakit atau nyeri maka disitu dilakukan pembekaman. Asal
bukan pada daerah yang dilarang atau kondisi yang dilarang
2.4 Teknik Wet Cup Theraphy
Beragam catatan sejarah yang berbeda menunjukkan prosedur dan metode bekam
yang bervariasi. Hal ini tidak bias dilepaskan dari sejarah asal dan budayanya. Menurut El
Sayed SM (2014), secara umum bekam terbagi menjadi dua jenis bekam yaitu bekam
kering (Dry Cupping) dan bekam basah (Wet Cupping). Kedua jenis bekam ini diyakini
dapat mengeluarkan cairan dan toksin, membantu peredaran darah pada otot dan kulit
serta mampu menstimulasi system saraf tepi. Dama penelitian terkait metode bekam,
bekam kering dan basah jijabarkan dalam beberapa perbedaan mendasar. Salah satu poin
yang dijabarkan adalah langkah-langkah yang digunakan dalam praktek perlakuan bekam
kering dan basah. Pada perlakuan bekam kering langkah yang dilakukan hanya terdiri dari
penghisapan atau penyedotan pada titik yang telah ditentukan, sedangkan pada bekam
basah terdiri dari penghisapan atau penyedotan disertai oleh perlukaan area tersebut.
a. Bleeding Cupping (Wet Cupping) Therapy
Prosedur yang dilakukan pada Wet Cupping atau bekam basah terdiri dari 2 langkah
yaitu melakukan bekam kering dahulu/penghisapan pada permukaan kulit kemudian
dilanjutkan dengan perlukaan yang menjadi jalan keluarnya cairan darah. Melukai permukaan
kulit dengan jarum tajam, (Lancet) atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu di
sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah kotor
dari dalam tubuh. Bekam jenis ini banyak dilakukan oleh mayoritas muslim di dunia dan
dikenal dengan istilah hijamah.
1. Membuang dan membersihkan darah kotor (racun yang berbahaya) dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit.
2. Mengurangi darah kental pada bagian meridian tubuh agar Qi tubuh menjadi
lancer.
3. Mengatasi tekanan darah yang tidak normal (aterokslerosis), mengurangi
permeabilitas pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, mengurangi sakit
bahu, dan pinggang, melancarkan haid pada wanita, mengeluarkan angin/toksik,
mengurangi nyeri pinggang, sinutisis/ gangguan peradangan.
4. Dengan melakukan penghisapan, terbentuklah tekanan negatif di dalam kop
sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin,
menghilangkan perlengketan jaringan ikat, mengalirkan darah bersih ke
permukaan kulit jaringan otot yang mengalami kemacetan Qi, serta merangsang
system saraf perifer.
2.5 Indikasi dan Kontraindikasi Wet Cup Theraphy
A. Indikasi Wet Cupping Theraphy
Pada pasien yang memiliki gout, anak dengan dehidrasi, sakit kepala, sakit
gigi, sakit tenggorokan, bintik- bintik di wajah, jerawat, vertigo, stroke, melancarkan
peredaran darah.
B. Kontraindikasi Wet Cupping Therapy
Pada pasien yang memiliki ambang batas nyeri yang rendah, tetapi bekam
dapat menimbulkan ketiaknyamanan minimal akibat sedikit intervensi pada kulit
pasien, efek samping ringan lainnya yang mungkin terjadi adalah rasa sedikit
berkunang-kunang setelah melakukan terapi. Tetapi bekam tidak boleh dilakukan
pada kulit yang meradang (luka, borok, edema) area terdapat pembuluh darah besar,
daerah abdomen, pasien dengan demam tinggi dan kejang, area sacrum pada wanita
hamil, pasien dengan perdarahan spontan/ menstruasi, pasien kanker (metastasis),
pasien dengan patah tulang, serta perdarahan karena trauma.
2.6 Evaluasi wet Cup Therapy
Bekam merupakan pengobatan yang usianya kurang lebih mencapai hitungan
abad. Hingga sampai ke Indonesia, ternyata belum banyak masyarakat yang tahu
metode pengobatan ini. Sementara itu belum ada data statistik yang
menggambarkan berapa prosentase masyarakat yang tahu dan paham tentang
metode pengobatan bekam. Dalam bab ini penulis mencoba untuk
menggambarkan beberapa sisi mengenai bekam. Untuk lebih mudah memahami
bekam, maka pembahasan akan dimulai dari sejarah, jenis bekam, alat-alat dalam
bekam, tata cara berbekam, pembekam, dan beberapa hal tentang bekam lainnya.
Cupping theraphy merupakan salah satu terapi non farmakologis yang terbukti
efektif untuk menurunkan nyeri. Bekam basah adalah metode pengobatan alternatif
dengan cara mengeluarkan darah yang terkontaminasi toksin atau oksidan dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit ari. Pengobatan ini banyak digunakan oleh masyarakat
karena lebih murah, langsung, dan bersahabat, serta pola pikir masyarakat yang
menganggap bahwa pengobatan dengan bahan kimia sintetis selain dapat mengobati
suatu penyakit, juga menimbulkan penyakit bawaan yang lain sebagai efek samping
buruk dari bahan kimia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk
menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai
pengobatan alternatif. Terapi komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah
dan obat komersial yang diproduksi secara masal, namun biasanya menggunakan
berbagai jenis terapi dan obat herbal. Keberhasilan obat alternatif komplementer telah
teruji oleh penelitian yang membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu
menghilangkan rasa sakit dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah
teruji melalui penelitian.
Cupping therapy mempunyai beberapa sebutan, seperti canduk, canthuk, kop,
atau membakar di Eropa disebut fire bottle, dalam bahasa Mandarin disebut pa hou
kuan dalam bahasa Arab disebut hijamah. Kata ini berasal dari kata al-hijm yang
berarti pekerjaan menghisap aatau menyedot, yaitu membekam.
3.2 SARAN
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pengetahuan untuk dapat
menerapkan wet cup therapy.
DAFTAR PUSTAKA
Ziyin, S & Zellin, C (2014). Traditional Chinese medicine cupping Therapy (3rded). Elsevier
Ltd
Masyarakat Bekam Inggris: “Sedikit Penjelasan mengenai Terapi Bekam” (British Cupping
Society: “A Brief Overview of Cupping Therapy.” )
Jurnal Kedokteran New England. “Resiko Bekam” (The New England Journal of Medicine.
“Consequences of Cupping.”)
Cao, et al. “Sebuah Bahasan Lanjutan dari Keberhasilan Terapi Bekam” Perpustakaan
Kedokteran Nasional Amerika Serikat, Lembaga Kesehatan Nasional (Cao, et al. “An
Updated Review of the Efficacy of Cupping Therapy.” US National Library of Medicine,
National Institutes of Health.)
Cao, et al. “Bukti Penelitian Klinis dari Terapi Bekam di Tiongkok: Sebuah bahasan
kepustakaan sistematis”. Pusat BioMed .(Cao, et al. “Clinical research evidence of cupping
therapy in China: A systematic literature review.” BioMed Central.)