Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN

PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA NYATA (PKN) TERPADU

DI RW 12 DESA SETIAMANAH, KECAMATAN CIMAHI TENGAH,

KOTA CIMAHI

Disusun oleh: Kelompok 59

Alfina Rahmawati P17324218034

Tri Rizkia Dewi P17324418026

Angelina Febriyanti S. D P17320118064

Ade Karmila P17320318041

Sabrina Husnul Nadiyya P17334118030

Risa Rahmawati P17331117428

Rifda Aulia P17333117434

Exsa Franciska Berlian M P17335118044

Abdul Wahhab Qaharudin P17336116424

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN

PRAKTEK KERJA NYATA (PKN) TERPADU

DI RW 12 DESA SETIAMANAH, KECAMATAN CIMAHI TENGAH

KOTA CIMAHI

Disusun oleh : Kelompok 59

Alfina Rahmawati P17324218034

Tri Rizkia Dewi P17324418026

Angelina Febriyanti S. D P17320118064

Ade Karmila P17320318041

Sabrina Husnul Nadiyya P17334118030

Risa Rahmawati P17331117428

Rifda Aulia P17333117434

Exsa Franciska Berlian M P17335118044

Abdul Wahhab Qaharudin P17336116424

Telah Diperiksa dan disahkan oleh :

Pembimbing :

Neneng Yetty Hanurawaty, SH.M.Kes

NIP. 196703311993032004

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kegiatan pelaksanaan Praktik Kerja Nyata (PKN) Terpadu sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini kami susun yang berisi tentang Pelaksanaan
Praktek Kerja Nyata (PKN) Terpadu di RW 12 Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi
Tengah Kota Bandung, mulai dari tahap sosialisasi, tahap memasukkan data, analisa data,
pre- reading artikel, webinar, Focus General Disussion, Stadium General, pembuatan media,
role play, praktek belajar lapangan, evaluasi dan tindak lanjut. Kegiatan praktik ini
dilaksanakan pada tanggal 22 Februari sampai dengan 6 Maret 2021.
Penyusunan laporan ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Osman Syarief, MKM sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bandung.
2. Bapak Tarjuman, S.Kp., MNS sebagai Ketua Praktik Kerja Nyata (PKN) Terpadu
3. Ibu Neneng Yetty Hanurawaty, SH.M.Kes sebagai pembimbing Praktik Kerja Nyata (PKN)
Terpadu kelompok 59.
4. Ketua RW 12, Kader, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat RW 12 Kelurahan Setiamanah
Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan
kritik membangun dari semua pihak sangat kami harapkan untuk kemajuan dimasa yang akan
datang. Akhir kata dengan laporan ini semoga bermanfaat.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ v
BAB I ..................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
A. Dasar Pemikiran.......................................................................................................... 1
B. Tujuan ......................................................................................................................... 2
C. Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................... 3
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA NYATA (PKN) TERPADU DI RW 12 KELURAHAN
SETIAMANAH, KECAMATAN CIMAHI TENGAH, KOTA CIMAHI.......................................... 3
A. Gambaran Wilayah RW 12 Kelurahan Setiamanah ..................................................... 3
1. Peta Wilayah ........................................................................................................... 3
2. Data Geografi Kota Cimahi ...................................................................................... 3
3. Data Geografis Kelurahan Setiamanah.................................................................... 4
4. Data Demografis Kelurahan Setiamanah RW 12 ..................................................... 5
B. Pelaksanaan PKN Terpadu di RW 12 Kelurahan Setiamanah..................................... 5
1. Sosialisasi ............................................................................................................... 5
2. Survey Mawas Diri (Pre-reading artikel)................................................................... 6
3. Musyawarah Kesehatan (Webinar, FGD & Stadium General) ................................ 25
4. Pelatihan Kader (Pembuatan Media, Role Play) .................................................... 53
5. Implementasi (Praktek Belajar Lapangan) ............................................................. 57
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut .................................................................................... 62
BAB III ................................................................................................................................. 65
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 67
LAMPIRAN .......................................................................................................................... 69

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pemeriksaan Covid-19…………………………………………………11


Tabel 2.2 Instrumen Pengumpulan Data………………………………………………………13
Tabel 2.3 Planning of Action (POA)………………………………………………………….…21
Tabel 2.1 Susunan Acara Role Play……………………………………………………………56
Tabel 2.5 Waktu, sasaran, materi, tempat Implementasi…………………………………….58
Tabel 2.6 Susunan Acara Praktik Belajar Lapangan …………………………………………60

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kota Cimahi………………………………………………………………….…3


Gambar 2.2 Data Epidemiolodi Covid-19………………………………………………………...7
Gambar 2.3 Kasus Positif Covid-19……………………………………………………………....7
Gambar 2.4 Contoh Hasil Media Leaflet Kelompok 59…………………………………………54
Gambar 2.5 Contoh Hasil Media Power Point Kelompok 59……………………………….….54
Gambar 2.6 Kegiatan Role Play Kelompok 59 dan Dosen Pembimbing………………….….57
Gambar 2.7 Implementasi: Pembukaan Penyuluhan………………………………………......61
Gambar 2.8 Implementasi: Pemaparan Materi melalui Media WhatsApp Group……….......62

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Praktik Kerja Nyata Terpadu (PKN Terpadu) merupakan salah satu mata kuliah
di Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung yang diberikan kepada mahasiswa di
semester akhir sebagai salah satu bentuk pelaksanaan Interprofessional Education
(IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC). Dalam pelaksanaanya diperlukan
pedoman untuk mengakomodir pencapaian tujuan mata kuliah PKN Terpadu dengan
optimal. PKN Terpadu ini dirancang sebagai acuan bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan kemampuan dan keterampilannya secara langsung di lapangan, juga
untuk para dosen pembimbing yang mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan.

PKNT tahun 2021 dilaksanakan dalam rangka mendukung program pemerintah


dalam penanganan Covid-19. Karena kita tahu, pandemi virus corona 2019 (Covid-19)
telah membawa perubahan besar dalam perilaku politik, sosial ekonomi, pendidikan,
dan berbagai aspek lain dalam kehidupan “normal” kita sehari-hari. Di sektor
pendidikan, pola pembelajaran dengan tatap muka langsung di kelas, banyak yang
terhenti karena adanya anjuran physical distancing sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan Covid19. Demikian juga dengan PKNT (Praktek Kerja Nyata
Terpadu), yang semestinya memberikan ruang yang cukup bagi mahasiswa untuk
berinteraksi secara langsung dan belajar bersama dengan masyarakat, mengalami
kendala terkait pelaksanaannya. PKNT merupakan bagian dari perkuliahan yang
memiliki peran strategis dalam mengintegrasikan ranah pengabdian dengan
pendidikan dan penelitian sehingga kepedulian dan kepekaan sosial (Civic
Responsibility) mahasiswa tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, diperlukan
alternatif-alternatif model pelaksanaan PKNT selama masa pandemi Covid-19 untuk
mendorong lahirnya generasi yang bertanggung jawab dan tanggap terhadap kondisi
kekinian masyarakat.

1
2

B. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya PKN Terpadu Tahun 2021 adalah:
1. Mahasiswa mampu melaksanakan Praktik Kerja Nyata Terpadu (PKNT) dengan
menggunakan pendekatan Interprofesional Education (IPE) dalam penanganan
Covid-19 di Kota Cimahi.
2. Memahami konsep Interprofessional Education (IPE) dalam pelayanan kesehatan
3. Memahami kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan
4. Memahami kebijakan pemerintah dalam penanggulangan Covid-19
5. Mengetahui gambaran data penyebaran Covid-19 di Kota Cimahi
6. Memahami konsep penanganan Covid-19 dari berbagai profesi.
7. Melaksanakan PKNT dengan pendekatan IPE

C. Manfaat
1. Manfaat untuk Mahasiswa:
a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan dan meningkatkan ilu yang diperoleh sesuai
dengan profesinya masing-masing.
b. Menambah dan meningkatkan keterampilan serta keahlian mahasiswa
dibidang praktek.
c. Memperoleh pengalaman bekerja secara tim (Interprofesional Collaboration)
dalam menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat.
2. Manfaat untuk Institusi
a. Menambah referensi sumber/ rujukan sarana penelitian di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung.
b. Menambah sarana Pustaka penelitian di Polteknik Kesehatan Kemenkes
Bandung.
c. Memajukan semua jurusan dengan mempublikasikan perencanaan ini.
3. Manfaat untuk Masyarakat Setempat
Kegiatan ini dapat menambah informasi yang berguna mengenai pemahaman
Covid-19 di Wilayah RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA NYATA (PKN) TERPADU DI RW 12 KELURAHAN
SETIAMANAH, KECAMATAN CIMAHI TENGAH, KOTA CIMAHI

A. Gambaran Wilayah RW 12 Kelurahan Setiamanah


1. Peta Wilayah

Gambar 2.1 Peta Kota Cimahi

2. Data Geografi Kota Cimahi


Kota Cimahi secara astronomis, terletak di antara 107°30’30’’–
107°34’30’’ BT dan 6°50’00’’ – 6°56’00’’ LS. Luas wilayah Cimahi menurut Undang-
Undang No.9 Tahun 2001 sebesar 40,2 km² dengan batas-batas administratif sebagai
berikut.:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua, dan
Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat
b. Sebelah Timur : Kecamatan Sukasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan
Cicendo, dan Kec. Andir Kota Bandung
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Marga Asih Kabupaten Bandung, Kecamatan
Batujajar, Kabupaten Bandung Barat ,dan Bandung Kulon Kota Bandung
d. Sebelah Barat : Kecamatan Padalarang, Kecamatan Batujajar dan Kecamatan
Ngamprah Kabupaten Bandung Barat.

3
4

Kota Cimahi termasuk ke dalam wilayah Propinsi Jawa Barat dan meliputi 3
Kecamatan yang terdiri dari 15 Kelurahan, yaitu : Kecamatan Cimahi Utara terdiri dari
4 Kelurahan, Kecamatan Cimahi Tengah terdiri dari 6 Kelurahan dan Kecamatan
Cimahi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan.
Secara geografis, wilayah ini merupakan lembah cekungan yang melandai ke
arah selatan, dengan ketinggian di bagian utara ± 1,040 mdpl (Kelurahan Cipageran,
Kecamatan Cimahi Utara) yang merupakan lereng Gunung Burangrang dan Gunung
Tangkuban Perahu serta ketinggian di bagian selatan sekitar ± 685 mdpl (Kelurahan
Melong, Kecamatan Cimahi Selatan) yang mengarah ke Sungai Citarum.
Luas Kota Cimahi secara keseluruhan mencapai 4.103,73 Ha dengan
penggunaan lahan diperuntukan, pemukiman mencapai 1.609 Ha (39,21%), lahan
militer 375 Ha (9,14%), Industri 700 Ha (17,06%), Pesawahan 326 Ha (7,94%),
Tegalan 382 Ha (9,31%), Kebun Campuran 367 Ha (8,94%), Pusat Perdagangan 140
Ha (3,41%) dan lahan yang dipergunakan untuk lain-lain mencapai 204,73 Ha (4,99%).
Berdasarkan fungsi kota secara umum, Kec. Cimahi Tengah, jenis kegiatannya
diarahkan untuk perdagangan dan jasa, pemerintahan serta pendidikan. Kec. Cimahi
Selatan, jenis kegiatannya diarahkan untuk Industri, perumahan, pendidikan dan
pelayanan umum. Kec. Wilayah Cimahi Utara jenis kegiatannya diarahkan untuk
perumahan, pendidikan dan pelayanan umum.
Wilayah Kota Cimahi meliputi, Kecamatan Cimahi Utara yang terdiri atas 4
kelurahan, 83 RW dan 418 RT. Cimahi Tengah, 6 kelurahan, 107 RW dan 413 RT.
Sedangkan Cimahi Selatan terdiri dari 5 kelurahan, 111 RW dan 628 RT.
Cimahi Tengah adalah sebuah kecamatan di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Baros, Kelurahan
Cigugur Tengah, Kelurahan Kadang Mekar, Kelurahan Padasuka, dan Kelurahan
Setiamanah.

3. Data Geografis Kelurahan Setiamanah


Kelurahan Setiamanah secara geografis merupakan salah satu kelurahan yang
berada di bagian tengah dan sedikit ke bagian barat dari wilayah administrasi Kota
Cimahi. Luas dari Kelurahan Setiamanah adalah 1.51 Km², Kelurahan Setiamanah
terletak diantara 107° 31’ 30’’ – 107° 32’ 30’’ Bujur Timur dan 6° 53’00’’ – 6° 52’ 00’’
Lintang Selatan. Batas-batas administrasi dari Kelurahan Setiamanah adalah sebagai
berikut :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Padasuka dan Kelurahan Cimahi.
b. Sebelah Timur : Kelurahan Karangmekar
c. Sebelah Selatan : Kelurahan Baros dan Kelurahan Cibeber.
d. Sebelah Barat : Kelurahan Padasuka.
5

4. Data Demografis Kelurahan Setiamanah RW 12


Data yang didapatkan dari Ketua RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi, yaitu terdapat
a. Jumlah Kepala Keluarga : 488 KK
b. Jumlah penduduk berdasarkan Jenis kelamin
1) Jumlah Laki-Laki : 686
2) Jumlah Perempuan : 751
c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia :
1) Jumlah Lansia : 190
2) Jumlah Remaja : 93
d. Jumlah Balita Berdasarkan Usia:
1) 0-5 Bulan : 2 orang
2) 6-11 Bulan : 6 orang
3) 12-23 Bulan : 28 orang
4) 24-35 Bulan : 26 orang
5) 36-60 Bulan : 39 orang
e. Jumlah Ibu hamil : 8 orang

B. Pelaksanaan PKN Terpadu di RW 12 Kelurahan Setiamanah


1. Sosialisasi
Menurut David A. Goslin berpendapat “Sosialisasi adalah proses belajar yang
di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-
norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.
Dari pernyataan David A. Goslin tersebut dapat diartikan bahwa seseorang
didalam proses belajar, memahami, menanamkan didalam dirinya untuk memperoleh
pengetahuan ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma agar individu tersebut dapat
diterima serta berperan aktif didalam kelompok masyarakat. Setelah berinteraksi
dengan individu lain yang berada disekitarnya atau bersosialisasi dengan
lingkungannya barulah individu tadi dapat berkembang di sebut sosialisasi.
Sosialisasi terkait kegiatan Praktek Kerja Nyata Terpadu (PKNT) Kelompok 59
dilakukan dengan cara daring melalui Ketua RW 12 dan Kader RW 12 pada selasa
tanggal 23 Februari 2021. Sosialisasi ini dilakukan pertama – tama dengan cara
mendapatkan kontak Ketua RW 12 dan Kader RW 12 dari pihak kampus setelah itu
baru mahasiswa dan dosen pembimbing kelompok melakukan sosialisasi. Media untuk
sosialisasi adalah menggunakan aplikasi whatsapp.
Sosialisasi yang dilakukan adalah memberikan informasi terkait :
a. Sistem Praktek Kerja Nyata Terpadu
b. Data – data yang dibutuhkan ketika Praktek Kerja Nyara Terpadu
6

c. Pelaksanaan praktek belajar lapangan

Tujuan dari Sosialisasi terkait Praktek Kerja Nyata Terpadu (PKNT) ini adalah:
a. Mahasiswa mengenal Ketua RW 12
b. Mahasiswa mengenal Kader RW 12
c. Mahasiswa mengetahui kondisi lingkungan di wilayah RW 12
d. Mahasiswa mengetahui kondisi terkait pencegahan COVID – 19 di RW 12
e. Mahasiswa mengetahui kondisi tekait pengendalian COVID – 19 di RW 12
f. Masiswa mengetahui kondisi terkait penyampaian informasi Vaksinasi di
wilayah RW 12
g. Mahasiswa mengetahui kondisi terkait penyampaian informasi pemeriksaan
COVID – 19 di wilayah RW 12

Hasil dari sosialisasi yang telah dilaksanakan adalah :


a. Pihak RW dan Kader RW 12 Setiamanah memberikan respon positif, izin dan
secara terbuka menerima mahasiswa untuk melakukan praktek kerja nyata
terpadu.
b. Mahasiswa mengenal pihak RW dan Kader RW 12 Setiamanah untuk
keberlangsungan Praktek Kerja Nyata Terpadu yang dilaksanakan.
c. Terjalinnya kerja sama antara Pihak RW 12 dan mahasiswa serta dosen
pembimbing dalam melacarkan kegiatan Praktek Kerja Nyata Terpadu ini.

2. Survey Mawas Diri (Pre-reading artikel)


a. Pre-reading Article
1) Gambaran Umum COVID 19
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit
pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi
saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus ditemukan di Wuhan Cina, pada Desember 2019, diberi nama
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2) dan menyebabkan
penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). Virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia dan telah menyebar secara luas di China dan lebih dari 190
negara. Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.
2) Epidemiologi
Secara epidemiologi, prevalensi coronavirus disease 2019 (COVID-19)
meningkat secara cepat di seluruh dunia. World Health Organization (WHO)
7

menetapkan penyakit COVID-19 sebagai pandemi global. Data Epidemiologi COVID-


19 menurut WHO (Desember 2019) :

Gambar 2.2 Data Epidemiolodi Covid-19

Data epidemiologi COVID-19 di Indonesia di perbarui terakhir 21 Februari 2021

Gambar 2.3 Kasus Positif Covid-19


Dapat dilihat dari jumlah kasus aktif atau pasien yang masih membutuhkan
perawatan, untuk saat ini menurun sebanyak 442 kasus dan jumlah totalnya berkurang
menjadi 158.162 kasus dengan persentasenya menjadi 12,1%. Untuk pasien
meninggal saat ini juga bertambah sebanyak 240 kasus dan kumulatifnya mencapai
35.254 kasus atau persentasenya di angka 2,7% dari pasien terkonfirmasi positif.
Untuk pasien terkonfirmasi positif saat ini masih bertambah sebanyak 7.533 kasus.
Pada penambahan kasus terkonfirmasi positif harian terdapat 5 provinsi dengan angka
tertinggi. yakni :
a) Jawa Barat menambahkan 2.191 kasus dan kumulatifnya 204.706 kasus
b) Diikuti Jawa Tengah menambahkan 1.262 kasus dan kumulatifnya
mencapai 150.598 kasus
c) DKI Jakarta menambahkan 782 kasus dan kumulatifnya 332.658 kasus,
d) Jawa Timur menambahkan 580 kasus dan kumulatifnya 127.593 kasus
e) Kalimantan Timur 423 kasus dan kumulatifnya mencapai 53.760 kasus
8

3) Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


a) Asimptomatik
Pada tahap ini system imun sedikit menurun
b) Gejala Ringan
Meliputi infeksi akut saluran napas. Demam. Fatigue, batuk, anoreksia,
malaise, nyeri tenggorokan, kongesti nasal atau sakit kepala
c) Pneumonia
d) Pneumonia berat
Dengan Gejala demam dan salah satu dari tanda-tanda yaitu frekuensi
pernafasan dan saturasi oksigen mencapai 93%
e) Sepsis
f) Shock sepsis
Berdasarkan hasil penelitian gejala yang umum diderita pasien yaitu
demam, batuk kering dan fatigue. Gejala lain yang dapat ditemukan adalah
batuk produktif, sesak napas, sakit tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia,
menggigil, mual/munta, kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan
kongesti konjungtiva. Serta denam yang dialami bisa hingga 39°C.

4) Faktor Resiko
a) Umur ( Usia Lanjut)
Faktor umur erat karenaorang yang lanjut usia adanya proses degeneratif
anatomi dan fisiologi tubuh sehingga rentan terhadap penyakit, imunitas
yang menurun, ditambah seseorang yang mengidap penyakit penyerta
akan menyebabkan kondisi tubuhnya lemah sehingga mudah terinfeksi
COVID 19
b) Jenis Kelamin
Menurut Chen (2020) menyatakan bahwa laki-laki lebih berisiko COVID 19
dikarenakan faktor kromosom dan faktor hormon. Pada perempuan lebih
terproteksi dari COVID 19 dibandingkan laki-laki karena memiliki kromosom
x dan hormon seks seperti progesteron yang memainkan peranan penting
dalam imunitas bawaan dan adaptif
c) Infeksi Nosokomial dari penderita dan Staff Rumah Sakit
Seseorang dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat
ketika berada atau menjalani perawatan di rumah sakit. Infeksi nosokomial
bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau pengunjung
rumah sakit
d) Penyakit Kormoboid Hipertensi
9

Beberapa penelitian menunjukkan penyakit komorbid hipertensi dapat


memperparah prognosis COVID 19 disebabkan karena konsumsi obat ACE
inhibitor dan ARB sebagai intervensi obat hipertensi ternyata dapat
memperparah COVID 19
e) Penyakit Kormobodi Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler merupakan faktor risiko artinya penyakit
kardiovaskuler akan meningkatkan risiko 1,88 kali lebih besar terserang
COVID 19 dibanding yang tidak berpenyakit kardiovaskuler.
f) Penyakit Kormoboid Diabetes Melitus
Penderita COVID 19 dengan diabetes akan meningkatkan gagal ginjal
menyebabkan tidak terkontrolnya diabetes dan hipertensi sebagai komorbid
COVID 19
g) Penyakit Kormoboid Paru Obstruktif Kronik
Data lima pada jurnal lima menunjukkan PPOK (HR 2,97 CI 95% 1,48-5,84)
bahwa orang dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) memiliki risiko
2,97 terserang COVID 19 dibandingkan yang tidak sakit PPOK
h) Merokok
Perokok lebih tinggi kemungkinannya menderita penyakit COVID-19 yang
parah dibandingkan orang yang tidak merokok.

5) Cara Penularan COVID-19


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia mengingatkan penularan penyakit
COVID-19 dapat terjadi melalui tiga cara yakni :
a) Penularan Secara Langsung
Terjadi melalui droplet dari percikan saat batuk, bersin atau berbicara
dengan orang yang terinfeksi dalam jarak 1-2 meter dan kontak fisik
dengan orang yang terinfeksi.
b) Penularan Secara Tidak Langsung
Terjadi melalui tangan yang menyentuh benda terkontaminasi virus Covid-
19. Virus bisa saja menempel di meja, gagang pintu, atau barang lain.
Menyentuh area wajah, hidung, mulut, atau mata tanpa terlebih dahulu
mencuci tangan.
c) Penularan secara airborne (udara)
Terjadi melalui tangan yang menyentuh benda terkontaminasi virus Covid-
19. Virus bisa saja menempel di meja, gagang pintu, atau barang lain.
Menyentuh area wajah, hidung, mulut, atau mata tanpa terlebih dahulu
mencuci tangan.
10

6) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan melaui gerakan 5M sebagai protokol
kesehatan sebagai pelengkap dari 3M. 5M tersebut adalah :
1. Memakai masker
2. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir
3. Menjaga jarak
4. Menjauhi kerumunan
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi
6.
7) Pemeriksaan COVID-19
a) PCR Swab
Swab adalah kapas lidi yang diusapkan pada rongga nasofaring atau
orofaring untuk mendapatkan lendir yang akan digunakan sebagai
sampel.Sedangkan PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah salah satu jenis
pemeriksaan untuk mendeteksi pola genetik (DNA atau RNA) dari suatu sel,
kuman, atau virus, termasuk virus COVID-19. Hingga saat ini, tes PCR
merupakan tes yang paling direkomendasikan oleh WHO untuk mendiagnosis
virus COVID-19. Meskipun hasil dari tes ini memerlukan waktu beberapa hari,
tes PCR memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Swab PCR untuk mengetahui
bahwa di nasofaring atau orofaring seseorang mengandung virus Covid 19.

b) Rapid Test Antibodi


Rapid antibodi test adalah sebuah metode tes menggunakan
alat cartridge dengan bahan darah dari vena di ujung jari kita sebagai
sampel. Rapid antibodi test berfungsi untuk mendeteksi antibodi dalam tubuh
ketika terinfeksi virus. Sesuai dengan namanya, hasil dari rapid test ini dapat
langsung diketahui dalam jangka waktu singkat yang umumnya hanya
membutuhkan sekitar 15 menit. ANTIBODI adalah kekebalan khusus yang
terbentuk dan terdeteksi didalam darah akibat
masuknya mikrooorganisme(virus,Bakteri) yang dikenal dengan nama
Imunoglobulin (Ig).

c) Rapid Test Antigen


Antigen adalah bagian dari tubuh kuman/virus. Rapid Antigen Swab test
berarti pemeriksaan apus hidung untuk mencari bagian2 dari tubuh atau lebih
spesifik protein kuman/virus. Rapid Antigen akan Positif bila tertangkap materi
tubuh dari virus Corona manapun dan tidak bersifat spesifik untuk Covid-19,
hasil positif memerlukan tes konfirmasi PCR untuk memastikan.
11

Untuk mendeteksi virus Covid-19, pemeriksaan tes rapid antigen lebih


tepat daripada rapid antibodi test karena rapid antibodi hanya mendeteksi
reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Meski begitu, tes rapid antigen ini
masih belum bisa mengalahkan keakuratan tes PCR. Berikut perbedaan
pemeriksaan COVID-19

Tabel 2.1 Perbedaan Pemeriksaan Covid-19


Rapid Test
Rapid Test Antigen Swab PCR Test
Antibodi
Materi
Materi genetic
genetic/protein
Antibodi dalam (DNA dan RNA)
Target Deteksi spesifik dari virus
darah dari virus SARS-
tersebut dalam
COV-2
tubuh seseorang
Swab
nasal/nasofaring Swab nasofaring
Sampel Darah sesuai dengan dan swab
jenis antigen yang tenggorok/orofaring
digunakan
1-2 hari setelah
+/- 30 menit di
Durasi 5-10 menit sampel diterima di
Fasnyakes
laboratorium

8) Vaksinasi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2017
tentang Penyelenggraan Imunisasi : “Produk biologi yang berisi antigen berupa
mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh
atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi
toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila
diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu.” Berikut jenis-jenis vaksin yaitu :
(a) Live attenuated vaccines (LAV) yaitu dilemahkan dari virus/bakteri. Contoh
BCG
(b) Killed (inactivated antigen) yaitu dimatikan dengan reaksi kimia atau
pemanasan. Contohnya polio
(c) Toxoid vaccine yaitu toksin yang berbahaya menjadi toxoid. Contohnya
difteri dan tetanus
12

(d) Vaksin rekombinan yaitu rekayasa genetic, target protein diproduksi di


E.coli atau yeast. Contoh : Hepatits B
(e) Vaksin mRNA yaitu mengandung mRNA untuk mengkode antigen, yang
dapat diterjemahkan di sel inang vaksinasi
(f) Vaksin DNA yaitu molekul DNA plasmid yang mengkodekan satu atau
(g) lebih antigen.

Berikut manfaat Vaksinasi, antara lain :


(a) Mencegah penyakit pada masa kanak-kanak
(b) Menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan maupun kematian
(c) Pencegahan jangka panjang
(d) Pemberantasan penyakit di daerah tersebut
(e) Menurunkan tingkat keparahan dari suatu penyakit
(f) Control mortalitas, morbiditas dan komplikasi

9) Isolasi Mandiri dan Kamar Rawat Inap


Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) melaui Dinas Kesehatan
jabar menyiapkan Pusat Isolasi Mandiri COVID-19 dengan memanfaatkan fasilitas
milik Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jabar di Jalan
Kolonel Masturi No 11, Kota Cimahi. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jabar Berli Hamdani, Pusat Isolasi Mandiri dibuat sebagai langkah preventif
sekaligus rehabilitative dalam proses perawatan Orang Dalam Pemantauan
(ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) tanpa gejala.
Selain itu, kata dia, pusat isolasi mandiri juga digunakan untuk ODP (Orang
Dalam Pemantauan), takut menularkan kepada anak, keluarga, jadi bisa di sini
sampai 14 hari.
Pemprov Jabar, kata Berli, pihaknya bekerja sama dengan RSUD Kesehatan
Kerja (RSKK) Provinsi Jabar untuk menyediakan kurang lebih 150 tenaga
kesehatan (nakes) yang akan bersiaga di Pusat Isolasi Mandiri. Selain itu, RSKK
juga akan menunjang peralatan kesehatan yang dibutuhkan.
"Perawat 40 (orang), dokter 13 (orang), juga ada farmasi dan tenaga medis
lainnya. Total 150 orang dari RSKK. Penunjang peralatan medis dan nonmedis
semua dari RSKK," kata Berli. Sementara menurut Kepala BPSDM Provinsi Jabar
Muhamad Solihin, pihaknya siap mendukung upaya Pemprov Jabar dalam
menangani pandemi COVID-19 dengan menyediakan lebih dari 500 kamar untuk
fasilitas Pusat Isolasi Mandiri. Untuk kamar itu ada sekitar 235 kamar. Sementara
untuk bungalow, ada 80 bungalow masing-masing 4 kamar, jadi ada 320 kamar
13

(di bungalow). Jadi pada prinsipnya, kamar-kamar dan fasilitas yang kami siapkan
bisa dipergunakan," papar Solihin.

b. Pengumpulan Data
1) Perkembangan COVID-19 di Kota Cimahi
Per tanggal 21 Februari 2021 di Kota Cimahi, yang terkonfrimasi positif sebanyak
3647, positif aktif 238 orang, isolasi di rumah sakit sebanyak 14 orang, isolasi mandiri
sebanyak 224 orang, sembuh sebanyak 3322 orang dan yang meninggal sebanyak 87
orang. Terkonfirmasi positif COVID-19 di Cimahi beragam usianya kurang dari mulai
kurang dari 5 tahun hingga 70-79 tahun. Terbanyak pada usia 20-29 tahun sebanyak
698 orang.
2) Instrumen Pengumpulan Data
Berikut merupakan hasil instrument pengumpulan data yang diperoleh dari RW 12
Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.

Tabel 2.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ada warga terkonfirmasi a. Ya
positif yang termasuk ke dalam b. Tidak
usia produktif?
2. Jika ya, apakah warga tersebut
merupakan remaja, pasangan usia Pasangan Subur
subur, ibu hamil, atau ibu
menyusui? (dikosongkan jika
jawabannya tidak)
3. Apakah terdapat pasien a. Ya
(pasangan usia subur atau wanita b. Tidak
usia subur) terdampak Covid dan
tidak jujur atau ragu untuk
memberitahu keadaannya?
4. Apakah terdapat warga RW 12 a. Ya
yang takut atau cemas untuk b. Tidak
datang ke klinik bidan mandiri
(takut dilakukan rapid test)
atau klinik swasta, puskesmas
maupun RS? Jika ya, alasannya
karena apa?
14

5. Kapan terakhir pelayanan


Bulan Februari
posyandu dilaksanakan?

a. warga datang langsung dan


6. Bagaimana pelayanan posyandu
mengantri di posyandu
di RW 12?
b. warga datang langsung dan
mengambil nomor urut lalu
pulang dan kembali saat
gilirannya
c. kader sudah
menjadwalkan bagi setiap
anggota posyandu yang
terdaftat di catatan kader
PKK

7. Apakah disediakan masker atau


a. Ya
desinfektan gel gratis di
b. Tidak
posyandu?

8. Alat perlindungan apa saja yang


sarung tangan
dipakai kader dan bidan pada saat
memberikan pelayanan
diposyandu?
(contoh: menggunakan masker)

9. Adakah Kesulitan dalam


a. Ya
Pemenuhan APD (alat pelindung
b. Tidak
Diri) seperti masker dan Bahan
Pencegahan Infeksi karena Sulit
mendapatkannya dan mahal?

10. Apakah terdapat bidan atau dokter


a. Ya
disekitar RW.12 yang memberikan
b. Tidak
pelayanan skrining COVID-19?

11. Apakah ada bidan atau dokter


a. Ya
disekitar RW 12 yang memberikan
b. Tidak
pelayanan tes rapid?
15

12. Apakah mayoritas Rw 12 a. Ya


mempunyai BPJS? b. Tidak
13. Ada berapa jumlah Posbindu pada
RW 12? Kalau ada kapan terakhir 1
aktif?
14. Apakah ibu hamil dan ibu nifas di a. Ya
RW 12 sudah menerapkan b. Tidak
protokol kesehatan?
15. Apakah di RW 12 masih ada ibu a. Ya
hamil, ibu nifas, pasangan usia b. Tidak
subur yang sulit di beri
pengarahan terkait Covid 19?
16. Jika ada bagaimana tanggapan
petugas kesehatan terhadap -
masalah tersebut untuk
pencegahan penularan Covid pada
ibu hamil, ibu nifas dan PUS?
17. Bagaimana cara petugas a. Penyuluhan
kesehatan disana b. Media pamflet,brosur, dll
mensosialisasikan pedoman c. Sosial media
pelayanan KIA, KB & Kespro di era
pandemi dan New Normal?

Penyuluhan

1. Apakah pada saat penyuluhan a. Ya


menggunakan media (misal: b. Tidak
leaflet atau banner atau video atau
dll)?
2. Jika iya, media apa saja yang Leaflet
digunakan? (missal : leaflet atau
banner atau video atau dll)
3. Dalam sehari berapa kali Sebulan sekali
melakukan penyuluhan kelurahan
setiamanah kepada masyarakat
RW 12?
4. Bagaimana sikap masyarakat RW a. Biasa saja
12 tentang COVID-19 yang b. Khawatir
16

ditayangkan melalui media


elektronik, (seperti televisi,
handphone, dll)?
5. Bagaimana peran kader dan a. dilakukan isolasi mandiri
kelurahan dalam penanganan b. dilakukan di rumah sakit
pada pasien yang terkena COVID-
19?

Aktivitas Harian RW 12

1. Apakah masyarakat RW 12 a. Ya
melakukan aktivitas fisik (olahraga) b. Tidak
30 menit dalam seminggu?
2. Apakah warga RW 12 melakukan a. Ya
aktivitas berjemur di pagi hari? b. Tidak
3. Apakah pelaksanaan ibadah
berjamaah seperti sholat wajib a. Ya
atau sholat jum'at tetap b. Tidak
dilakasanakan?
4. Apakah ada anak anak di RW 12 a. Ya
yang masih melakukan aktivitas b. Tidak
bermain diluar rumah?
5. Apakah ada warga RW 12 yang a. Ada
melakukan perjalanan dari luar b. Tidak ada
kota atau luar negeri pada 14 hari
terakhir?

Penerapan 5M di lingkungan RW 12

1. Apakah RW 12 mengetahui a. Ya
tentang 5 M yaitu? b. Tidak
2. Apakah terdapat tempat cuci a. Ya
tangan umum di wilayah anda? b. Tidak
3. Apakah warga RW 12 mencuci a. Ya
tangan menggunakan sabun dan b. Tidak
air mengalir?
4. Apakah warga RW 12 menjauhi a. Ya
kerumunan di lingkungan sekitar ? b. Tidak
5. Apakah masker sekali pakai
(medis) di buang langsung ke a. Ya
17

tempat sampah? Jika tidak, maka b. Tidak


dilakukan apa? (dibakar atau
digunting atau di desinfektan)
6. Berapa kali warga RW 12 a. 3 kali
mengganti masker dalam sehari? b. 5 kali
c. tidak sama sekali

7. Apakah sampah masker milik a. Ya (di angkut atau ambil


pasien Covid yang menjalani oleh tenaga kesehatan)
isolasi mandiri di angkut ke pihak b. Tidak (digabungkan
tenaga kesehatan? dengan sampah seperti
biasa)
8. Faktor apa saja yang sangat kuat
sehingga penularan COVID19 a. Lingkungan
tidak teratasi di RW 12? b. Interaksi langsung
9. Permasalahan rumah sehat yang
dialami oleh warga RW 12? Jika a. Ada
ada, apakah permasalahan itu b. tidak ada
(contoh : ventilasi tidak ada, rumah
lembab, dll)
10. Bagaimana kondisi keberadaan air a. Melimpah airnya
di RW 12? (tercukupi)
b. Tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari hari
11. Berapa jarak klinik terdekat dari a. Kurang dari 5 km
RW 12 Setiamanah? b. Lebih dari 5 Km
12. Berapa jarak puskesmas dari RW a. Kurang dari 5 km
12 Setiamanah? b. Lebih dari 5 Km
13. Berapa jarak rumah sakit terdekat a. Kurang dari 5 km
dari RW 12 Setiamanah? b. Lebih dari 5 Km
Gizi Pada Saat Pandemi
1. Pernahkah mendapatkan edukasi a. Ya
terkait gizi pada kondisi pandemi? b. Tidak
Jika ya, edukasi apa yang
diberikan?
18

2. Apakah ada kesulitan dalam a. Ya


memperoleh makanan pada b. Tidak
kondisi pandemi?
3. Ditengan pandemi ini, bagaimana a. menggunakan herbal
warga RW 12 mempertahankan b. menggunakan vitamin
sistem imun? c. Yang lain: makanan
bergizi
Pemeriksaan COVID-19
1. Apakah masyarakat di RW 12 a. Ya
mengetahui mengenai rapid test b. Tidak
antigen dan antibodi pada
pemeriksaan COVID-19?
2. Apakah masyarakat di RW 12 a. Ya
mengetahui mengenai swab PCR b. Tidak
pada pemeriksaan COVID 19?
3. Apakah masyarakat di RW 12 a. Ya
mengetahui perbedaan diantara b. Tidak
ketiga pemeriksaan COVID-19
tersebut?
4. Apakah masyarakat di RW 12 takut a. Ya
untuk melakukan rapid test dan b. Tidak
swab pada pemeriksaan COVID-
19 ini?
5. Perubahan seperti apa yang ibu PHBS
dan warga inginkan untuk
mengurangi terjadinya penyakit di
RW 12?

3) Data RW 12 Kelurahan Setiamanah


a) Waktu : 23-25 Februari 2021
b) Jenis data : Sekunder melalui RW/ Kader RW 12 Kelurahan Setiamanah
c) Media : Melalui Whatssap dan Zoom Meeting
d) Deskripsi :
Mahasiswa mendapat data sekunder untuk mengetahui angka kejadian COVID-19
di RW 12 Kelurahan Setiamanah dengan wawancara melalui Whatsapp dan Zoom
Meeting bersama Kader. Lalu dilanjut dengan mewawancarai Pak RW melalui
Whatssapp. Diperoleh data sekunder yaitu terdapat 4 RT di RW 12 Kelurahan
Setiamanah, jumlah kepala keluarga yaitu 476 Kepala Keluarga, RW 12 merupakan
19

kawasan padat penduduk, jumlah Ibu hamil yaitu 4 orang dan sudah menggunakan
fasilitas kesehatan berupa puskesmas terdekat untuk memeriksakan diri.
Kasus terkonfirmasi positif di RW 12 Kelurahan Setiamanah sebanyak 2 orang
namun sudah sembuh. Dengan status positif tanpa gejala dengan rentang usia dewasa
yaitu dibawah 50 tahun tanpa penyakit penyerta. Penanganan yang dilakukan dengan
cara 1 orang di isolasi mandiri dengan pemantauan puskesmas dan 1 orang lainnya
isolasi mandiri tanpa pengawasan. Kasus terkonfirmasi positif COVID-19 pada 24
Februari 2021 di RW 12 Kelurahan Setiamanah yaitu 0 jiwa.
Di RW 12 Kelurahan Setiamanah ini terkait pencegahan COVID-19 sudah cukup
bagus karena terdapat penjagaan dibeberapa titik yang lumayan ketat, 5 M di RW 12
sudah diterapkan, penyemprotan menggunakan desinfektan pun setiap RW sudah
memiliki alatnya dan sudah dilaksanakannya penyuluhan terkait COVID-19 dari gugus
COVID. Untuk penanganan positif COVID-19 yaitu melakukan pelaporan kepada
psukesmas. Dampak COVID-19 yang dirasakan warga RW 12 yaitu pengangguran
meningkat yang menyebabkan penduduk miskin pun meningkat.
Untuk program vaksinasi COVID-19 di RW 12, warga mengetahui program
vaksinasi melalui media massa tetapi penyuluhan vaksinasi belum dilaksanakan
dengan baik dari kelurahan ataupun pemerintah kota. Kemungkinan warga sudah
mengetahui dari berita dan sebagian ada yang sudah mengetahui lewat penyuluhan di
puskesmas. Kader dan warga menerima baik program vaksin COVID-19.
Terkait pemeriksaan COVID-19, banyaknya warga RW 12 yang masih takut atau
cemas untuk dating ke klinik bidan mandiri atau klinik swasta, puskesmas maupun
rumah sakit dengan alasan takut untuk di rapid test. Warga RW 12 pun belum
mengetahui perbedaan dari ketiga metode pemeriksaan COVID-19 yang umum
digunakan yaitu rapid antigen, antibodi dan swab PCR.
Untuk lingkungan di RW 12, pasien isolasi mandiri tidak mengelola masker sekali
pakai dengan benar (langsung dibuang tidak di desinfeksi/dirusak/dibungkus dalam
plastic khusus), air disanapun berbau dikarenakan dari sawah dan tidak bisa diminum.
Pembuangan limbah atau tinja dibuang kesaluran kecil atau gorong-gorong. Terdapat
pengelolaan sampah yang dikelola oleh pihak RW tetapi sampah masih ada yang
berserakan. Sarana dan prasarana seperti tempat cuci tangan telah tersedia di wilayah
RW 12 dan sudah dimanfaatkan dengan baik oleh warga sekitar.
Protokol kesehatan di lingkup keluarga, pasien yang terpapar/positif COVID-19
termasuk kedalam kelompok usia produktif atau pasangan subur yang belum
menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan benar karena mendatangi
keluarganya yang sudah terpapar COVID-19. Ibu hamil dan nifas masih belum
menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-harinya. Adanya anak-anak
yang masih bermain diluar rumah, pasangan usia subur, ibu hamil, ibu nifas dan anak-
20

anak adalah termasuk kedalam lingkup keluarga dan keluarga merupakan klaster
utama dalam kasus COVID-19 saat ini.
Mengenai gizi pada saat pandemi masyarakat sudah pernah mendapat edukasi
gizi tetapi masyarakat hanya mengetahui bahwa makanan yang dikonsumsi harus
makanan yang bergizi tetapi pada masa COVID ada beberapa sumber makanan
spesifik yang sebaiknya dikonsumsi selama pandemi untuk meningkatkan imunitas.
Dan terdapat warga yang memiliki penyakit hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dan jawaban hasil google form maka
masalah yang didapatkan (secara khusus per profesi), yaitu :
a) Kecemasan warga terhadap hasil rapid test
b) Kurangnya pelayanan rapid test dan penyuluhannya
c) Kurangnya pengetahuan mengenai perbedaan pemeriksaan COVID-19
d) Kurangnya pengetahuan warga RW 12 berhubungan dengan belum adanya
sosialisasi vaksin
e) Kurangnya kesadaran keluarga dalam menerapkan protokol kesehatan
f) Kurangnya koordinasi dengan gugus COVID dalam penyuluhan COVID-19
g) Kurangnya pengetahuan tentang gizi yang dibutuhkan pada saat pandemi
untuk meningkatkan imunitas tubuh
h) Pengelolaan sampah dan limbah infeksius isolasi mandiri (khususnya masker
sekali pakai)
Hasil Rumusan Masalah Kolaborasi Kelompok yaitu “Kurangnya Pengetahuan
Masyarakat RW 12 terkait Pencegahan dan Penanganan COVID-19 dengan
menggunakan Pendekatan IPC”
21

Berdasarkan hasil rumusan masalah kolaborasi kelompok yang ada di lingkup RW 12 “Kurangnya pengetahuan masyarakat RW 12
terkait pencegahan dan penanganan COVID-19 dengan menggunakan pendekatan IPE” maka, kami menyusun Plan of Action (POA)
sebagai berikut :

Tabel 2.3 Planning of Action (POA)

Deskripsi Tujuan Umum Strategi kegiatan Sumber daya


intervensi & Khusus Target Rincian
Kegiatan
Personil / Instansi terkait Sasaran Tempat Waktu
Langsung Kegiatan (lama Jenis Asal
Langsung Pendukung keg)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Kegiatan ini Tujuan umum Target I. Persiapan : Pemateri Tokoh Masyaraka Secara 90 Mahasiswa Peralatan
merupakan Meningkatkan 100%: 1. Mempersiapk (mahasiswa) Masyarakat t umum umum menit (penyuluh), berasal dari
kegiatan pengetahuan seluruh an undangan (Kader dan RW 12 melalui Masyarakat mahasiswa
untuk masyarakat masyarakat bagi RW 12) Zoom umum RW POLTEKKES
meningkatkan RW 12 terkait RW 12 masyarakat, Meeting/ 12 (Audien), KEMENKES
pengetahuan pencegahan kader dan Google Peralatan BANDUNG
masyarakat dan Sasaran : pemangku meet/ (materi/leafl
RW 12 terkait penanganan masyarakat kebijakan di Whatsap et,Laptop)
pencegahan COVID-19 umum RW RW 12 untuk p Group
dan 12 masuk ke
22

penanganan whatsaap
COVID-19 Tujuan group.
dengan khusus 2. Mempersiapk
menggunakan -Meningkatkan an lokasi baik
pendekatan pengetahuan room zoom
IPE mengenai 5M meeting atau
video call
-Meningkatkan WhatsApp
pengetahuan 3. Mempersiapk
mengenai an pre-test
vaksinasi dan post-test
4. Mempersiapk
-Meningkatkan an media
pengetahuan yang akan
mengenai digunakan.
perbedaan
pemeriksaan II. Pelaksanaan
COVID 19 Melakukan
penyuluhan
-Meningkatkan dengan metode
pengetahuan ceramah,
gizi pada saat membagikan
pandemi leaflet, dan
23

-Meningkatkan diskusi
pengetahuan mengenai
tentang Pemberian
pengelolaan penyuluhan
sampah atau mengenasi :
limbah 1. Penyuluhan
infeksius mengenai 5M
(masker) ketika 2. Penyuluhan
isolasi mandiri mengenai
(masker sekali vaksinasi
pakai/medis) 3. Penyuluhan
mengenai
pemeriksaan
COVID 19
4. Penyuluhan
mengenai gizi
pada saat
pandemi
5. Penyuluhan
mengenai
pengelolaan
sampah atau
limbah
infeksius
24

ketika isolasi
mandiri
(masker
medis/sekali
pakai)
III.Evaluasi
1. Dilakukan
posttest
dengan
minimal
penilaian 75
2. Penutup
acara
penyuluhan
25

3. Musyawarah Kesehatan (Webinar, FGD & Stadium General)


a. Webinar I
Webinar I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2021, pada pukul 16.00 sampai
dengan 17.00. Webinar ini dihadiri oleh seluruh anggota kelompok, dosen
pembimbing, dan perwakilan kader RW 12. Topik pembahasan pada webinar ini
adalah pengumpulan data umum dan data terkait kondisi lingkungan dan masyarakat
di RW 12. Pada webinar ini, mahasiswa menyampaikan beberapa pertanyaan kepada
ibu kader yang hasil dari wawancara ini akan dijadikan sebagai dasar penetapan
masalah di RW 12. Namun, pada pelaksanaannya dirasa kurang efektif karena
terkendala oleh gangguan sinyal sehingga ada pertanyaan yang belum tersampaikan.
Oleh karena itu, tindak lanjut dari webinar I adalah dibuatnya google form yang berisi
pertanyaan yang belum sempat diawab saat zoom meeting yang kemudian form
tersebut dapat diisi oleh ibu kader sesuai dengan keadaan RW 12.
b. Webinar II
Webinar II dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2021, pada pukul 14.30 sampai
dengan 15.30 WIB. Webinar ini dihadiri oleh mahasiswa dan dosen pembimbing.
Webinar II membahas tentang pemaparan data hasil wawancara dan google form,
analisis hasil wawancara dan penetapan masalah, dan Planning of Action (POA). Pada
webinar ini, terdapat beberapa saran dan masukkan dari dosen pembimbing terkait
penetapan masalah, sehingga tindak lanjut dari Webinar II adalah mahasiswa
diharapkan dapat lebih menggali penyebab masalah sehingga mendapatkan alasan
pemilihan masalah yang lebih tepat.
c. Focus Grup Disscussion (FGD)
FGD dilaksanakan pada tanggal 3 Maret 2021, pada pukul 13.00 sampai 14.30
WIB. FGD dihadiri oleh seluruh anggota kelompok dan dosen pembimbing. Pada FGD
ini mahasiswa menjelaskan terkait Satuan Acara Penyuluhan (SAP) sesuai dengan
materi penyuluhan yang sudah disusun, media penyuluhan (leaflet), dan soal
pretest/postest. Hasil SAP dan media penyuluhan dirasa sudah cukup sehingga tidak
ada koreksi, sedangkan untuk pertanyaan pretest/postest ada beberapa yang harus
dikoreksi, yaitu penggunaan kata kurang tepat sehingga mengakibatkan pertanyaan
menjadi rancu dan jumlah jawaban pilihan ganda tidak seragam. Sehingga, tindak
lanjut dari FGD ini adalah perbaikan pretest/postest.
d. Stadium General (SG)
Stadium General (SG) dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 Februari 2021 pada
pukul 13.00 – 17.00 WIB. Materi yang mahasiswa dapatkan pada kegiatan SG ini
26

adalah materi terkait profesinya masing-masing dalam mengatasi Covid sesuai


keprofesian dan IPC. Terdapat 8 materi yang disampaikan dalam kegiatan ini, yaitu:

1) Keperawatan
Topik : Peran Tenaga Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis Interprofesional
Colaborations (IPC)
Narasumber : Ani Rasiani D, S.Kp, Ners, M.K (Ketua DPP PPNI Kota Bandung)

A. Sistem Kesehatan Mampu Mengatasi Lonjakan Kasus (KMK 413 / 2020 ttg Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
1. Semua pasien Covid-19 diberikan tata laksana sesuai standar nasional.
2. Semua pasien selain Covid-19 diberi tata laksana sesuai standar nasional sehingga
harus menggunakan APD
3. Tidak ada peningkatan kematian di RS akibat gangguan selain Covid-19
4. Sistem kesehatan dapat menangani peningkatan 20% beban kasus Covid-19
5. Terdapat 1 tenaga PPI terlatih purna waktu per 250 TT di semua fasyankes dan
Kab/Kota.
6. Semua fasyankes memiliki skrining Covid-19.
7. Semua fasyankes memiliki mekanisme untuk mengisolasi suspek Covid-19.

B. Tingkat Keswapadaan Covid 19


1. Kewaspadaan level 1 : Sebagian besar aktivitas normal dapat dilanjutkan dengan
kewaspadaan dan pedoman kesehatan yang diikuti setiap saat populasi bersiap untuk
peningkatan tingkat kewaspadaan jika perlu
2. Kewaspadaan level 2: Jarak fisik dan pembatasan pada waktu luang dan aktivitas
sosial untuk mencegah kebangkitan virus
3. Kewaspadaan level 3: Pembatasan pada banyak aktivitas termasuk di tempat kerja
dan secara sosial untuk mengatasi risiko penularan yang tinggi
4. Kewaspadaan level 4 : Tindakan pencegahan ekstrim untuk membatasi penyebaran
dan wabah komunitas sambil membiarkan beberapa aktivitas dilanjutkan
5. Kewaspadaan level 5 : Tindakan drastis untuk menahan penyebaran virus dan
menyelamatkan nyawa
27

C. Kewajiban Mematuhi Protokol Kesehatan Bagi Individu Berdasarkan Inpres Ri No.6 Tahun
2020,Se Menkes NO.HK.02.01/MENKES/335/2020
1. Jaga kebersihan tangan sering cuci tangan dengan sabun air mengalir/ handsanitizer
2. Menggunakan pakaian khusus kerja dan mengganti pakaian saat selesai kerja
3. Pastikan kondisi sehat,jika ada gejala demam/batuk/ pilek/sakit tenggorokan istirahat
di rumah
4. Jaga jarak minimal 1 meter saat berhadapan rekan kerja
5. Mewajibkan staf, pasien dan pengunjung menggunakan masker
6. Bersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainya dengan cairan desinfektan
7. Gunakan masker saat berangkat dan pulang dari tempat kerja serta selama berada di
tempat kerja
8. Hindari menyentuh mata, hidung atau mulut dalam keadaan tangan tidak bersih

D. Dalam pelayanan kesehatan, terutama dalam kondisi wabah Covid-19 saat ini, perawat
mempunyai beberapa peran:
1. Sebagai caregiver yang merupakan peran utama dimana perawat akan terlibat aktif
selama 24 jam dalam memberikan asuhan keperawatan ditatanan layanan
klinis seperti di rumah sakit.
2. Selain itu, perawat juga mempunyai peran sebagai edukator, dimana berperan
sebagai tim pendidik yang memberikan edukasi kepada masyarakat. Perawat
berperan dalam memperkuat pemahaman masyarakat terkait, pencegahan dan
penularan, serta bagaimana meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda
dan gejala Covid-19
3. Perawat juga berperan dalam advokat dimana perawat akan membantu mengurangi
stigma bagi pasien dan keluarga yang terindikasi Covid positif.
4. Secara umum, perawat mempunyai peran yang sangat penting baik dari segi promotif,
preventif, dan pelayanan asuhan keperawatan dalam kondisi wabah Covid-19.

E. Manajemen Pelayanan Keperawatan pada Pandemi : Tantangan Bagi Perawat Manajer


1. Planning : Regulasi/kebijakan, Pedoman/panduan pelayanan, SPO/intruksi
Kerja/alur
2. Organizing : Membentuk struktur/tim koordinasi, Mengidentifikasi, merinci dengan
jelas, dan menetapkan Tugas /peran, Tanggung jawab, Otoritas /wewenang, Kegiatan
mulai dari ka instalasi,koordinat,kepala ruangan,ketua tim,hingga perawat pelaksana
3. Directing
28

4. Staffing
5. Controling, pengendalian/menjamin mutu dan keselamatan

F. Alur pelayanan pasien Covid-19


1. Triase lalu klinik atau igd, bila berart dan membutuhkan ventilator masuk ke icu saat
sembuh ke pinere atau penyakit infeksi new emergency
2. Triase lalu klinik atau igd, bila berart dan tidak membutuhkan ventilator masuk ke ruang
rawat inap isolasi Covid sembuh ke pinere atau penyakit infeksi new emergency
3. Triase lalu klinik atau igd bila rinngan atau sedang bisa dipulangkan dengan
karantinamandiri dan juga kontol ke poli atau rawat inap di ruang isolasi kopid sembuh
ke pinere atau penyakit infeksi new emergency
G. Pengelolaan SDM/Ketenagaan
1. Pemetaan SDM keperawatan yang tersedia
2. Di lakukan seleksi tenaga perawat yang memiliki comorbid
3. Indentifikasi fit for work untuk setiap staf keperawatan
4. Penetapan jumlah perawat dan perbandingan perawat pasien
2) Kebidanan
Topik : Peran Tenaga Bidan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis Interprofessional
Collaboration (IPC)
Narasumber : Ade Ana Asmara SST., MPH (Upelkes Prov. Jabar)

A. Indikator Pembangunan Nasional


1. Penyebab Kematian Ibu, Neonatal dan Bayi
a. Penyebab Kematian Ibu: hipertensi, perdarahan, komplikasi non obstetri,
komplikasi obstetri, infeksi pada kehamilan, dan lain-lain.
b. Penyebab Kematian neonatal: Komplikasi kejadian intrapartum, gangguan
respiratori dan kardiovaskuler, BBLR dan prematur, kelainan kongenital, tetanus
neonatorum, dan lainnya.
c. Penyebab Kematian bayi: komplikasi neonatal, pneumonia, kelainan kongenital,
diare, kecelakaan, dan lainnya.
2. Tempat Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
a. Angka kejadian kematian terbesar pada kasus kematian ibu diperoleh dari
besarnya angka kematian ibu di Rumah Sakit sebanyak (77%), Rumah (15.6%),
29

Perjalanan menuju ke RS atau Faskes (4.1%), Faskes lain (2,5%) dan tempat
lainnya (0.8%)
b. Tempat kematian Neonatal atau balita diperoleh data sebagai berikut : Rumah
sakit (68% dan 62.8%), Rumah (16% dan 24,4%), perjalanan ke RS atau faskes
(2% dan 3.9%), faskes lainnya (13% dan 6.5%) dan tempat kejadian kematian
lainnya (1% dan 2.5%)
3. Tempat ANC dan Persalinan (Riskesdas 2018)
a. 29% bersalin di rumah Bidan dan 18% bersalin di RS Swasta
b. 16% bersalin dirumah pasien dan 15% bersalin di RS Pemerintah
c. 12% Puskesmas atau Pustu atau puslin dan 5% melahirkan di klinik
d. 4% bersalin di polindes atau poskesdes dan 1% di praktek dokter
4. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Menerapkan strategi implementasi guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi
dengan cara:
a. Melakukan akses layanan bagi ibu dan bayi yaitu dengan cara meningkatkan
jumlah kunjungan ANC dari 4x menjadi 6x, persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan, meningkatkan kunjungan PNC dari 3x menjadi 4x
b. Melakukan peningkatan kualitas layanan kesehatan dengan cara melakukan
penguatan antenatal care, persalinan dan postnatal termasuk pelayanan KB PP,
pelayanan kesehatan bayi sesuai standard dan peningkatan kapasitas dokter
umum terkait yankes ibu dan bayi
c. Melakukan pemberdayaan masyarakat. Yaitu pemanfaatan buku kesehatan ibu
dan anak, pemberdayaan masyarakat dalam persiapan kehamilan, kelas ibu
hamil dan ibu balita, posyandu, pemanfaatan dana desa, peran PKK,
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
d. Penguatan tata kelola yaitu dengan cara meningkatkan penguatan upaya
promotif dan preventif di puskesmas, pelacakan-pencatatan-pelaporan kematian
ibu dan bayi, audit maternal neonatal (AMP).

B. Kerangka Pendekatan Multisektor


1. Intervensi Kesehatan yaitu dengan cara :
a. ANC sesuai standar
b. KB
c. Rumah tunggu kelahiran
d. Jampersal
30

e. PONED dan PONEK


f. Regionalisasi system rujukan
g. UTD dan Bank Darah
h. Ketersediaan SDM, sarpras obat dan vaksin
i. ASI ekslusif, imuniasai dasar lengkap
j. JKN
2. Intervesi Multisektor yaitu dengan pendekatan
a. Wajib belajar 12 tahun
b. Pencegahan pernikahan anak
c. Peningkatan peran perempuan dalam ekonomi
d. Kespro remaja dan catin
e. Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama dan public figure
f. Pengasuhan anak
g. Air bersih, udara bersih dan jamban keluarga
3. Dalam kerangka pendekatan multisektor, adapula yang disebut dengan 5 pilar,
diantaranya :
a) Pilar 1 = komitmen dan Visi pimpinan
b) Pilar 2 = komvergensi dan koordinasi program pusat, daerah dan masyarakat
c) Pilar 3 = peningkatan akses dan kualitas yankes
d) Pilar 4 = peningkatan kesehatan gender dan pemberdayaan perempuan
e) Pilar 5 = pemantauan dan evaluasi
4. PIS-PK dan SPM di Bidang Kesehatan
a. Indikator program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga
1) Keluarga mengikuti KB
2) Ibu bersalin di faskes
3) Bayi mendapat imunisasi lengkap
4) Bayi diberi ASI ekslusif selama 6 bulan
5) Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita tiap bulan
6) Penderita TB paru berobat sesuai standar
7) Penderita hipertensi berobat teratur ke fasilitas kesehatan
8) Gangguan jiwa berat tidak ditelantarkan
9) Tidak ada anggota keluarga yang merokok didalam rumah
10) Keluarga memiliki akses air bersih
11) Keluarga memiliki jamban sehat
12) Sekeluarga menjadi anggota JKN atau askes
31

b. Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM)


1) Pelayanan kesehatan ibu hamil
2) Pelayanan kesehatan ibu bersalin
3) Pelayanan kesehatan BBL
4) Pelayanan kesehatan balita
5) Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
6) Pelayanan kesehatan pada usia produktif
7) Pelayanan kesehatan pada lansia
8) Pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi
9) Pelayanan kesehatan penderita DM
10) Pelayanan kesehatan ODGJ berat
11) Pelayanan Kesehatan orang terduka TBC
12) Pelayanan kesehatan orang dengan risiko tertular HIV atau AIDS

C. Pelayanan Kebidanan
Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan baik didalam negri maupun diluar negri yang diakui secara sah oleh pemerintah
pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan. Pelayanan
kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari system pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi
dan atau rujukan.
1. Peran dan Fungsi Bidan di Gasilitas Pelayanan atau Kesehatan
a. Layanan Kesehatan Tersier
1) Persiapan (skrinning) awal kasus dan stabilisasi
2) Kolaborasi penanganan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal neonatal
kompleks (TIM PONEK)
3) Asuhan lanjut paska tindakan medis pada kasus komplikasi maternal neonatal
yang kompleks (Interprofessional health care)
b. Layanan kesehatan Sekunder
1) Penampisan (Skrinning) kasus dan stabilisasi
2) Kolaborasi penanganan komplikasi dan kegawatdaruratan maternal neonatal
kompleks (TIM PONEK)
3) Asuhan lanjut paska tindakan medic pada kasus komplikasi maternal neonatal
yang kompleks (Interprofessional health care)
c. Layanan Kesehatan Primer (Tempat Praktik Mandiri Bidan)
32

1) Pelayanan kebidanan essesnsial normal, otonomi, mandiri dan pendelegasian


2) Promotif dan prefentif
3) Deteksi dini maternal dan neonatal
4) PPGDON (stabilisasi pra rujukan dan rujukan)
5) Kebidanan Komunitas
6) Pembina Posyandu dan UKBM
7) Kolaborasi TIM PONED (Interprofessional)
d. Jaga Kesehatan Masyarakat (Upaya Promotif)
1) Pelayanan kebidanan essensial (otonomi atau mandiri)
2) Promotif dan prefentif
3) Deteksi dini resti maternal neonatal
4) Stabilisasi pra rujukan dan merujuk
2. Regulasi Pelayanan Kebidanan
a. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehtaan
b. UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
c. UU No.36 tahun 2014 tentang Tenaga kesehatan
d. UU Mo.4 tahun 2009 tentang Kebidanan
e. Kepmenpan No.36 tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Bidan
f. Kepmenkes No.46 tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
g. Permenkes No.97 tahun 2014 tentang pelayanan kesehatan masa sebelum
hamil, masa hamil, persalinan dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi serta pelayanan kesehatan seksual
h. Permenkes No.11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di Fasyankes
i. Permenkes No.27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI) di Fasyankes
j. Permenkes No.28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
k. Kepmenkes No.320 tahun 2020 tentang Standar Profesi Bidan
l. Kepmenkes No,938 tahun 2007 tentang Standar Asuhan kebidanan
m. Draft Kepmenkes tentang Standar Pelayanan Kebidanan (saat ini sedang
dalam proses harmonisasi di Biro Hukum)
n. Draft Revisi Permenkes tentang Komite Keperawaran dan Kebidanan di
Rumah Sakit (saat ini sedang dalam proses harmonisasi di Biro Hukum)
3. Standar Pelayanan Kebidanan
1. Umum
33

Persiapan kehamilan, persalinan dan periode nifas yang sehat dan


pendokumentasian.
2. Pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
1) Asuhan pada perdarahan dalam kehamilan (<22 minggu) dan usia 22
minggu, asuhan pada preeklampsia dan eklampsia
2) Asuhan pada partus lama atau macet. Gawat janin, retensio plasenta,
sepsis puerperalis dan asfiksia neonaturum
3. Kesehatan Ibu dan Anak
1) Pelayanan ibu hamil, pelayanan ibu bersalin
2) Pelayanan kesehatan anak
4. Pelayanan Kespro dan KB
Kesehatan Reproduksi Perempuan, Konseling dan Persetujuan Tindakan
Medis, Pelayanan Kontrasepsi Pil, suntik, AKBK, dan AKDR
4. Tantangan Pelayanan Kebidanan Pada Masa Pandemi COVID-19
a. Pengetahuan ibu dan keluarga terkait COVID-19 dan pelayanan kesehatan bagi
ibu dan bayi baru lahir di era pandemi
b. Belum semua bidan tersosialisasi pedoman pelayanan KIA, KB, Kespro di era
pandemi dan New Normal
c. Di era pandemi COVID-19, fasilitas kesehtan baik promer atau tempat PMB
maupun rujukan harus betul siap dalam pemenuhan APD, sarpras dan SDM
d. Keselamatan bidan dan pasien harus dilindungi, diperlukan penyesuaian
pelayanan agar terhindar dari penularan
e. Akses pelayanan kebidanan di era pandemi COVID-19 mengalami perubahan
faskes primer atau PMB membatasi pelayanan
f. Tingginya penderita COVID-19 yang dirawat di RS rujukan, berpengaruh
terhadap penanganan pelayanan rujukan maternal dan neonatal
5. Permasalahan
a) Tanpa disadari banyak OTG beraktifitas seperti biasa, beresiko menularkan
pada ibu hamil-belum ada skrining Covid bagi ibu hamil-rapid test
b) Banyak sekali informasi terkait COVID-19 (WhatsApp atau Internet) belum tentu
semuanya benar
c) Masih beragamnya pemahaman masyarakat terhadap Covid-19
d) Tingkat kecemasan masyarakat cukup tinggi termasuk ibu hamil
e) Kepatuhan masyarakat masih rendah
f) Pelayanan Kesehatan Pada Era New Normal (Tatanan Baru)
34

6. Fasilitas Kesehatan Dalam Pelayanan Di Era New Normal :


a) Fasilitas kesehatan yang memberikan layanan pada paien Covid-19 dan non
Covid, menerapkan prosedur skrinning, triase, testing dan tracking kasus
b) Melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna
layanan dengan penerapan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi
(PPI), penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di unit kerja dan
pemenuhan ketersediaan APD
c) Fasilitas kesehatan tingkat pertama dan rujukan menyediakan fasilitas
perawaran terutama ruang siolasi untuk pasien Covid-19
d) Seluruh fasilitas kesehatan terintegrasi dalam system penanganan Cocid-19 di
daerah masing-masing sehingga terbentuk system pelacakan kasus dan
penerapan mekanisme rujukan yang efektif
7. Pelayanan KIA saat Pandemi COVID-19
a. Ibu Hamil
1) Pemeriksaan kehamilan normal minimal 6x, pemeriksaan pertama oleh
dokter, sesuai zona.
2) ANC 5 pada trimester 3 harus dilakukan dengan tatap muka 1 bulan
sebelum HPL.
3) Manfaatkan Buku KIA sebagai media KIE.
4) Ibu hamil, keluarga dan kader berperan aktif dalam memantau tanda
bahaya kehamilan
5) Buat janji jika ada keluhan atau kondisi yang membutuhkan
pemeriksaan,penanganan
6) Pengisian stiker P4K dan pelaksanaan kelas ibu hamil sesuai zona.
b. Ibu bersalin
1) Rujukan persalinan terencana untuk ibu hamil berisiko
2) Segera ke Fasilitas Kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan.
3) IMD dan rawat gabung tidak direkomendasikan untuk bayi lahir dari ibu
suspek atau terkonfirmasi COVID-19
4) Lakukan KB pasca salin sesuai prosedur
5) Menjamin ketersediaan masker bagi ibu bersalin,nakes menggunakan
APD
c. Ibu Nifas dan BBL
1) Perawatan bayi baru lahir termasuk imunisasi tetap diberikan sesuai
rekomendasi PP IDAI*).
35

2) Melaksanakan SHK (Skrining Hipotiroid Kongenital)


3) Kunjungan nifas & kunjungan bayi baru lahir dilakukan oleh Nakes
4) Segera ke fasyankes bila ada tanda bahaya pada ibu nifas dan bayi baru
lahir (Baca di Buku KIA**)
5) Kunjungan 1 dilakukan di Fasyankes, Kunjungan 2, 3, 4 dilakukan sesuai
zona dengan metode kunjungan rumah atau media online
6) Pelayanan KB tetap sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan
petugas, diutamakan MKJP
d. Ibu Menyusui
1) Konseling menyusui : ditekankan upaya pencegahan penularan COVID
19
2) Konseling meliputi :
a) Cuci tangan sebelum menyentuh bayi, payudara, atau pompa ASI
b) Gunakan masker saat menyusui
c) Bersihkan pompa ASI setiap kali dipakai
d) Ibu positif atau suspek dianjurkan memerah ASI
5. Bayi Balita
1) Wilayah PSBB atau COVID positif:
a) Pelayanan balita di posyandu ditiadakan
b) Pemantauan tumbuh kembang mandiri di rumah dengan buku KIA,
(kunjungan rumah untuk balita berisiko)
c) Pelayanan imunisasi di faskes dengan janji temu
2) Wilayah tidak PSBB atau tidak ada COVID positif:
a) Pemerintah Daerah menentukan bisa atau tidaknya pelayanan posyandu
b) jika bisa maka diterapkan pencegahan infeksi dan physical distancing
c) jika tidak maka pelayanan balita seperti pada wilayah PSBB
6. Pelayanan KB
WUS menunda dan merencanakan kehamilan dengan baik sampai kondisi
pandemi berakhir dengan memperhatikan:
a) Layak hamil
b) Kemudahan akses mendapatkan pelayanan yang berkualitas
Peran pemberi pelayanan KB:
1) Petugas Kesehatan dapat memberikan pelayanan KB dengan syarat
menggunakan APD sesuai standar, dengan membuat perjanjian terlebih
dahulu bagi:
36

a) Akseptor yang mempunyai keluhan


b) Akseptor IUD atau Implan yang sudah habis masa pakainya,
c) Akseptor Suntik yang datang sesuai jadwal.
2) Petugas Kesehatan tetap memberikan pelayanan KBPP sesuai program
yaitu dengan mengutamakan metode MKJP (IUD Pasca Plasenta atau
MOW)
3) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan Kader untuk minta
bantuan pemberian kondom kepada klien yang membutuhkan yaitu :
a) Bagi akseptor AKDR atau Implan yang sudah habis masa pakainya,
tetapi tidak bisa kontrol ke petugas kesehatan
b) Bagi akseptor Suntik yang tidak bisa kontrol kembali ke petugas
Kesehatan sesuai jadwal
4) Petugas Kesehatan dapat berkoordinasi dengan PL KB dan Kader
untuk minta bantuan pemberian Pil KB kepada klien yang membutuhkan
yaitu: Bagi akseptor Pil yang harus mendapatkan sesuai jadwal
5) Pemberian Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
serta pelaksanaan konseling terkait kesehatan reproduksi dan KB
dapat dilaksanakan secara online atau konsultasi via telpon
7. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin
1) Pelayanan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin yang ditunda selama
masa awal pandemi, dapat dilakukan kembali pada daerah yang sudah
menerapkan tatanan hidup baru (new normal) dengan membuat perjanjian
terlebih dahulu dan memperhatikan pencegahan penularan COVID 19
2) Materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait kesehatan reproduksi
calon pengantin dapat diperoleh secara online atau konseling via telepon.
8. Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak
(KTP atau A)
1) Penguatan tim dan jejaring dalam upaya mencegah dan menangani KTP atau
A mengingat kemungkinan terjadi peningkatan kasus, terutama pada
kelompok rawan seperti keluarga yang dulunya pernah mendapat KDRT,
keluarga yang mempunyai masalah ekonomi.
2) Mensosialisasikan adanya pelayanan bagi korban KtP atau A.
3) Kasus rujukan dari jejaring penanganan dilakukan dengan membuat
perjanjian terlebih dahulu.
37

4) Dukungan psikososial dan konseling lanjutan kasus KtP atau A dapat


dilakukan secara online, lewat telepon, atau melalui media sosial
lainnyapemeriksaan kehamilan selanjutnya dapat dengan tatap muka atau
tele-konsultasi
8. Peran Praktik Mandiri Bidan (PMB)
1) Membantu melakukan sosialisasi informasi dan edukasi terkait Kesehatan
reproduksi di masa pandemi Covid 19 kepada masyarakat dengan
mengoptimalkan media elektronik
2) Tetap memberikan pelayanan Kesehatan reproduksi dengan menggunakan
APD sesuai standar dan memperhatikan protokol Kesehatan dan
pengaturan pasien dengan tele registrasi dan triase
3) Melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan PMB yang lain, termasuk
koordinasi dengan puskesmas, kader dan PLKB, supaya memberikan
pelayanan yang optimal dalam situasi pandemi
4) Mempersiapkan sarana pelayanan PBM sesuai protokol kesehatan di masa
pandemi Covid 19.

3) Farmasi
Topik : Peran Tenaga Farmasi Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis IPC
Narasumber : Apt. Sani Nuraeni, S.Farm
A. Pendahuluan
Kesalahan dalam pembuatan resep di Indonesia tinggi (sebanyak 98,69%),
kesalahan tersebut dalam penulisan resep dokter, apoteker resep dokter, apoteker tidak
tepat dalam penyiapan dan pemberian informasi mengenai obat (Eastom, 2009). Data 6%
kasus yang terjadi di rumah sakit disebabkan karena efek samping obat dan kesalahan
selama perawatan. (National Prescribing Service Australia) Hal ini muncul karena
buruknya kolaborasi antar profesi kesehatan (Perwitasari, 2010). 70-80% keselahan yang
terjadi di pelayanan kesehatan diakibatkan oleh buruknya komunikasi dan kurangnya
pemahaman anggota tim. Kolaborasi tim yang baik dapat mengurangi masalah patient
safety. Terdapat 70-80% kesalahan yang terjadi di pelayanan kesehatan diakibatkan oleh
buruknya komunikasi dan kurangnya pemahaman anggota tim. Kolaborasi yang baik
dapat mengurangi masalah patient safety.
Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan kemitraan antara orang dengan
latar belakang profesi yang berbeda dan berkerja sama untuk memecahkan masalah
38

kesehatan dan menyediakan pelayanan kesehatan (Morgan et al, 2015). Menurut WHO,
IPC terjadi saat berbagai profesi kesehatan berkerja sama dengan pasien, keluarga dan
komunitas untuk menyediakan pelayanan komprehensif dan berkualitas tinggi (WHO,
2010). IPC sangat penting untuk memecahkan berbagai permasalahan tentang
pengobatan untuk mencapai tujuan dan memberi manfaat bersama. Kuncinya ialah
komunikasi efektif dan menciptakan kolaboratif yang baik. Sesuai pada PMK 11 tahun
2017, dasar Hukum Apotekker di Puskesmas ialah :
a) Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
b) Undang-Undang Tenaga Kesehatan No.36 th 2014
c) Peraturan Pemerintah No.51 tahun 2009
d) Peraturan Menteri Kesehatan No.26 tahun 2019

B. Pelayanan Kefarmasian
Berdasarkan PP No 51 tahun 2009 tentang Pekejaan Kefarmasian, Kriteria
Pelayanan kefarmasian ialah suatu pelayanan yang diberikan oleh apoteker maupun TTK
secara langsung (bukan tatap muka) zoom juga tetap langsung, bertanggung jawab
terhadap pasien, berkaitan dengan sediaan farmasi (obat, kosmetik, alat kesehatan),
mencapai hasil yang pasti, meningkatkan mutu kehidupan pasien. Adanya kriteria tersebut
dapat meningkatkan patien outcome (sehat dan produktif kembali), output (meningkatkan
kualitas hidup atau mutu kehidupan pasien), meningkatkan mutu pelayanan kesehatan,
menekan biaya kesehatan, meningkatkan kepercayaan masyarakat. Pelayanan
Kefarmasian terdiri dari beberapa perubahan paradigma dari product oriented ke patient
oriented (object), terdapat asas Pharmaceutical yakni meningkatkan mutu kesehatan
pasien.
Berdasarkan Permenkes 74 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas, dibagi menjadi 2, yakni:
a) Pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat tradisional)
dan BMHP (Bahan medis habis pakai), vaksin yang berkaitan dengan mutunya harus
baik (penyimpanan obat, distribusi obat dan lainnya harus berefikasi dan aman).
b) Pelayanan Farmasi Klinik, banyak hal seperti keterampilan khusus, pemberian
informasi obat.

C. Pengolaan sediaan farmasi dan BMHP


Alur pengelolaan sediaan farmasi (obat, bahan obat, kosmetik maupun obat
tradisional) dan BMHP (Bahan medis habis pakai) terdiri dari perencanaan, permintaan,
39

penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian sediaan farmasi dan BMHP,


pencatatan dan pelaporan, monitoring dan evaluasi obat, tidak hanya farmasis namun
peran kolaborasi tenaga kesehatan lainnya.

D. Seleksi Perencanaan Obat


Berdasarkan KMK No. 813 tahun 2019 terdapt seleksi perencanaan obat. Rencana
kebutuhan obat menggunakan RKO atau LPLPO. Rencana Kebutuhan Obat yang
menggunakan fornas atau formularium puskesmas. Pengisian kebutuhan obat
didasarkan pada formularium nasional (FORNAS) adapun berdasarkan tingkatan
pelayanan kesehatan, keanggaran menggunakan formularium puskesmas yang mana
formularium puskesmas ini dibuat oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dari berbagai
profesi berkolaborasi (Penanggung jawab farmasi, Program dokter, dokter gigi,
perawatan, bidan, jaringan).

E. Permintaan
Dilakukan tiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam bentuk Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Sumber LPLPO :
a) Rekap pemakaian bulanan
b) LPLPO Sub Unit (R. Pelayanan umum, R. KIA, R. Kesehatan Gigi, R. NTBS dan
sebagaiannya).

F. Pengadaan Obat menggunakan BLUD


Pengadaan obat menggunakan BLUD yaitu perencanaannya sendiri tapi ada juga
yang disuplai dari pemerintah. Kegiatan ini dilakukan oleh puskesmas itu sendiri namun
berdasarkan verifikasi dari Dinkes, laporan bisa dapat di terima dan di tolak, jika diterima
pengadaan dapat dilakukan dengan dengan sistem e-katalog berbasis e-purchasing
maupun non e-katalog berbasis manual (HPS).

G. Distribusi Obat
a) Individual Prescreption yaitu distribusi obat pada pasien rawat jalan melalui resep
doktar
b) Sub unit, LPLPO subunit, bisa masuk berbagai ruangan (R. Pelayanan Umum, Kesga,
R. Tindakan, R. Pela Gimul, R. Pelayanan Gawat Darurat).
c) Komunitas, posyandu, posbindu, sekolah
40

H. Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik terdiri dari 8 yakni pengkajian dan pelayanan resep,
Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visit pasien, Pemantauan Terapi Obat (PTO),
evaluasi penggunaan obat, pelayanan kefarmasian di rumah, monitoring efek samping
obat.
1. Pengkajian, Pelayanan Resep dan Pemberian Informasi Obat
Pelayanan resep dan Pemberian Informasi Obat (PIO) dapat memungkinkan
terjadinnya kesalahan interpretasi obat yang berujung pada medication error. Peran
farmasi memastikan kebenaran dalam penulisan resep atau prescribing (dokter).
Pengkajian dapat dilakukan secara administrative (siapa yang menuliskan, siapa yang
menerima) seperti nama dokter, paraf, alamat, SIP, usia pasie. Kemudian secara
farmasetik (mencakup pengkajian tidak ada nama obat, tidak ada bentuk sediaan, tidak
ada kekuatan tidak ada aturan pakai) dan secara klinis yakni memastikan tidak ada
kesalahan dalam interpretasi obat
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan menjawab pertanyaan mengenai obat
memberikan pustaka, memberi informasi atau edukasi, rekomendasi dan pemecahan
masalah seperti pemberian informasi obat, apa saja macam macamnya, dan
penggunaannya yang bijak. Output atau pemberian informasi yang dilakukan yaitu secara
langsung dan tidak langsung. Aplikasi PIO ini dapat dilakukan pada saat visit dengan tim
kesehatana lainnya yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim, pemantauan terapi
obat, (PTO) home care dan konseling. Contoh: SOAP (subjektif objectif dan assessment
pasien) dapat dituangkan dalam rekam medis dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi), dapat diakses oleh semua tenaga kesehatan dan dapat membantu
peningkatan atau percepatan kesehatan pasien melalui komunikasi.

I. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan Gema Cermat


Terdapat empat hal yakni edukasi, pemberdayaan masyarakat, komunikasi dan
pubulikasi, serta optimalisasi peran tenaga kesehatan. Kegiatannya terdiri dari bekerja
sama dengan tenaga gizi, promkes semisalnya jika melakukan penyuluhan gizi, vitamin.
Penyuluhan oleh kader kelurahan, Tim PKK kecamatan, siswaa sekolah, mahasiswa,
instransi pemerintgahan, organisasi kepemudaan. Medianya terdiri dari berbagai macam
seperti radio, instagram, whatsapp, blog, website, vlog, dan lain-lain.

J. Pelayanan Farmasi Dimasa Pandemi


41

1. Membuat sop pelayanan farmasi di era pandemi pada:


a) Sanitasi ruangan pelayanan farmasi
b) Perlindungan diri personil
c) Pelayanan kepada pasien selama pandemi
d) Sarana edukasi pencegahan Covid-19
e) Alur pekayanan pasien positif Covid-19
2. Pemberian informasi obat dengan sekat akrikik
3. Melakukan contoh inovasi telefarmasi (dalam konseling obat atau pemberian
informasi obat)
4. Pemeriksaan protokol kesehatan fasyankes
5. Implementasi kegiatan (apotekker guru tamu disekolah sekolah)
6. Pertemuan dengan lintas sektor bekerjasama dengan lintas program
7. Menulis buat komik dan blog yang edukatif

4) Keperawatan Gigi
Topik : Peran Terapis Gigi dan Mulut dalam Memberikan Pelayanan
Kesehatan pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis
Interprofesional Colaboration (IPC)
Narasumber : Zaeni Dahlan, S.SiT., MPH (Sekretaris Umum DPP PTGMI)

A. Peran dan kompetensi terapis gigi dan mulut di AKB


Dahulu dikenal perawat gigi, ternyata kata-kata perawat kurang tepat karena tidak
berasal dari profesi nurse tapi profesi sendiri dari dokter gigi yaitu dr. Alfred father of dental
hygiene. Dental hygienist (D3) dan dental therapist (D4, berkembang di amerika bisa
membuka klinik mandiri atau professional) itu berbeda tetapi disamakan menjadi oral
health therapist di Indonesia. Di Indonesia dental assistant bisa dari dental therapist juga.
Kompetensi yang harus dimiliki terapis gigi dilandasi keilmuan dan softskill, bukan hanya
terampil dalam praktik klinis.
B. Peraturan Perundang-undangan
Diatur permenkes 2018 mengenai pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan IPE yang umumnya dilaksanakan oleh mahasiswa, dan IPC yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
C. IPE dan IPC
Konsep dari WHO terkait IPE dan IPC bertujuan agar mahasiswa yang nantinya
menjadi tenaga kesehatan terbiasa melakuka kolaborasi saat telah bekerja. IPE
merupakan wahana melakukan kolaborasi di komunitas
42

D. Panduan pelkes gigi


Harus ada 5-1 proses pengkajian-dokumentasi dengan pendekatan berbeda di
klinik (bio psiko kultural) atau di komunitas (ada skiring komunitas). Di AKB tidak bisa
pengkajian atau skiring pemeriksaan masak yg menimbulkan resiko penularan COVID-19,
kalaupun dilaksanakan perlu dilaksanakan prokes yang tepat dengan melibatkan PPI
dengan panduan. Dalam pelaksanaan IPE tidak berbicara tentang kompetensi atau
kewenangan klinis profesi di IPE tapi bagaimana berbagai mahasiswa bisa berkomunikasi
bekerjasama dan saling mengenal bersama-sama mengassest di konteks masyarakat
(dalam kondisi pandemi) dan bagaimana mahasiswa bisa menanggulangi persoalan
kesehatan yang dihadapi masyarakat dimana praktik tersebut dilakukan. Jika ada
permasalahan atau persoalan tentang gigi dan mulut bisa dikolaborasikan dengan
pembimbing dan mahasiswa di prodi lain. Dalam asuhan kesehatan gigi dan masyarakat
itu bagaimana meningkatkan upaya promotif dan pencegahan kesehatan gigi dan mulut.
Fokus terapis gigi terhadap dua kewenangan yaitu peningkatan kesehatan gigi dan mulut
dan pencegahan penyakit.

5) Analis Kesehatan
Topik : Pemeriksaan Lab COVID 19 dan Follow Up Vaksinasi COVID Berbasis
IPC
Narasumber : Neneng Tuti Susilawati, S.Si., MMRS (Ka. Lab Pramita- Moch Toha
Bandung)
A. COVID-19 adalah nama penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV-2
1. Virus ini merupakan virus berselubung (enveloped) dengan RNA (asam ribonukleat)
untai tunggal.
2. Virus ini terlebih dahulu menempel pada reseptor ACE-2 untuk masuk dalam sel
Presentasi klinik infeksi SARS-CoV-2 berkisar dari infeksi tanpa gejala hingga penyakit
parah
3. Test diagnostik dilakukan dengan mendeteksi virus itu sendiri atau respon imun tubuh
terhadap infeksi (antibodi atau penanda biologis lainnya)
4. COVID-19 terutama ditransmisikan melalui droplet (tetesan kecil) yang dihasilkan saat
orang yang terinfeksi batuk, bersin, atau mengembuskan nafas
B. Cara Penularan :
1. Terhirup droplet
2. Kontak pribadi (menyentuh dan berjabatan tangan)
3. Menyentuh benda permukaan terkontaminasi(2-9 Hari)
43

4. 1 pasien menstranmisikan 1 - 4 orang


5. Memiliki daya penyebaran 20 kali lebih tinggi dibandingkan virus SARS

C. Gejala penyakit
1. 70% penderita mengalami gejala
2. 20% bergejala sedang-berat
3. 80% bergejala ringan yang sangat berpotensi sebagai silent transmitter

D. Pemeriksaan Covid 19
Pemeriksaan laboratium COVID-19 digunakan untuk diagnosis, terapi, survilent,
epidemiologi, progmosis dan lainnya. Pemeriksaan lab dibagi menjadi 3 yaitu
1. Virologi yaitu berbasis molekuler yaitu NAAT dan Antigen Rapid
2. Antibodi test (serologi test) berupa rapid test, serologi-instrument based test
(menggunakan alat yang besar)
3. Test pendukung yang digunakan untuk melihat kelanjutan penyakitnya biasanya
dibutuhkan oleh dokter yang biasanya untuk monitoring terapi

E. Perjalanan virus
1. 5 hari pertama sejak terpapar belum terdapat gejala
2. Hari 5-7 sudah terdapat gejala dan pada waktu hari ke 7-8 (hari ke 7-10 paling efektif
karena paling kecil kemungkinan menunjukan negatif palsu) efektif digunakan test
dengan test virologi.
3. Kemudian pada hari ke 10 efektif test antigen.

F. Spesimen RT-PCR SARS-CoV-2


Prinsip utama dalam pengambilan spesimen mikrobiologi adalah memperoleh agen
target semaksimal mungkin. Kualitas spesimen sangat dipengaruh :
1. Jenis specimen
2. Lokasi
3. Waktu
4. Teknik
5. Ketelusuran
6. Presentasi mendapatkan agen
7. Integeritas dan keamanan
44

G. Sample SARS CoV 2


1. SARS-COV-2 ANTIGEN TEST
Tes ini mendeteksi keberadaan protein virus SARS-CoV-2. Efektifitas deteksi paling
tinggi dalam minggu pertama gejala. Saat ini, pemeriksaan antigen test menjadi salah
astu syarat untuk melakukan perjalanan antar wilayah di Indonesia
2. SARS-CoV-2 RNA (RT-PCR)
Tes konfirmasi standard untuk infeksi SARS-CoV-2 adalah dengan mendeteksi RNA
virus melalui tes amplifikasi asam nukleat (NAAT), termasuk didalamnya real time
reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR), tersedia berbagai pilihan
methode SARS-CoV-2 RNA seperti Test Cepat Molekuker (TCM)
Menggunakan methode RT-PCR, mendeteksi RNA virus secara kualitatif (negatip
atau positip) dengan nilai rasio, yang bisa menggambarkan konsentrasi RNA virus
dalam specimen. Hasil pemeriksaan diperoleh pada hari yang sama (jika swab
dilakukan sebelum jam 13.00)
3. SARS-CoV-2 RNA (Test Cepat Molekuler – NEAR)
Menggunakan methode Isothermal Amplifikasi, mendeteksi RNA virus secara
kualitatif (negatif atau positif). Hasil pemeriksaan diperoleh pada hari yang sama jika
swab dilakukan sebelum jam 14.00).

H. False Negatif
Satu atau lebih hasil negatif tidak selalu menyingkirkan kemungkinan infeksi SARS-
CoV2. Sejumlah faktor dapat menimbulkan hasil negatif pada orang yang terinfeksi,
seperti:
1. kualitas spesimen yang buruk karena berisi terlalu sedikit material pasien;spesimen
yang diambil terlalu lama dalam perjalanan penyakit
2. Spesimen yang diambil dari bagian tubuh yang tidak mengandung virus pada waktu
diambil: penanganan dan atau pengiriman spesimen yang tidak tepat;
3. Alasan-alasan teknis di dalam tes, seperti hambatan PCR atau mutasi virus

I. Interpretasi hasil pemeriksaan


1. Membaca Hasil Pemeriksaan
RT-PCR SARS-COV-2 adalah pemeriksaan kualitatif, yang harus dibaca sebagai
terdeteksi atau tidak terdeteksi (Negatif atau Positif), pembacaan didasarkan pada:
a. Nilai CT (cycle threshold) atau Cp (crossing point) atau CQ (cycle of quantification),
terhadap cut off yang digunakan
45

b. Efesiensi reaksi amplifikasi (curve kinetic amplifikasi : sigmoid atau non sigmoid)
c. Nilai flouresence
d. Kontrol (Positif, negatif dan internal kontrol)

2. Cycle Threshold (CT)


a. Nilai CT (Cycle Threshould) adalah siklus (urutan atau nomer siklus) dimana
amplifikasi PCR mulai menunjukan fase eksponensial atau sinyal flouresensi probe
memotong ambang batas
b. Nilai yang praktis untuk menggambarkan konsentrasi virus
c. Berbanding terbalik konsentrasi DNA atau RNA virus bukan nilai absolut
d. Bisa berbeda antar reagen atau kit
Cara pembacaan:
1. Tidak terdeteksi diinterpretasikan sebagai Negatif
2. Nilal CT di atas cut-off, diinterpretasikan sebagai Negatif,
3. Nilai CT di bawah cut-off, diinterpretasikan sebagai Positif, bila persyaratan kurve
kinetic amplifikasi dan persyaratan lainnya terpenuhi

6) Promosi Kesehatan
Topik : Peran Tenaga Promkes dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan
pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Berbasis Interprofesional
Colaborations (IPC)
Narasumber : Dra. Hj. Tuti Surtimanah., MKM (Ketua PPPKMI Jawa Barat)

A. Strategi Penanggulangan COVID-19:


1. Memperlambat dan menghentikan laju transmisi atau penularan, dan menunda
penyebaran penularan
2. Menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien, terutama kasus krisis
3. Meminimalkan dampak dari pandemi COVID-19 terhadap sistem kesehatan
Strategi lain:
1. Identifikasi kasus baru
2. Mengelola dan memberikan intervensi pada kasus-kasus baru
3. Upaya pencegahan dan pelaksanaan protokol kesehatan
Pilar penanggulangan:
1. Surveilans epidemiologi dan upayapenemuan kasus secara aktif
2. Pemeriksaan laboratorium
46

3. Manajemen klinis
4. Pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Pencegahan penularan masyarakat
6. Komunikasi risiko da pemberdayaan masyarakat
7. Pelayanan kesehatan esensial

B. Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat (KRPM)


1. Membantu mencegah infodemic
2. Membangun kepercayaan public
3. Meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola isu atau hoaks
4. Mengubah perilaku masyarakat

C. Strategi perubahan perilaku:


1. Sanksi
2. Rekayasa lingkungan
3. KIE

D. Strategi Komunikasi:
1. Strategi Promosi Kesehatan:
a. Advokasi kepada pembuat kebijakan untuk mendapat dukungan, kepedulian, dan
tindakan
b. Kemitraan bersama organisasi, lembaga swadaya masyarakat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, untuk mendapat pemahaman dan keterlibatan masyarakat
c. Pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kemandirian dalam pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan

2. Sasaran Promosi Kesehatan:


a. Primer: individu atau anggota keluarga
b. Sekunder: lintas sektor dan lintas program
c. Tersier: pemangku kebijakan

3. Pemberdayaan masyarakat dalam siklus pemecahan masalah:


a. Analisis situasi
b. Identifikasi masalah
c. Prioritas masalah
47

d. Tujuan
e. Alternative pemecahan masalah
f. Rencana operasional
g. Pelaksanaan dan penggerakan
h. Pemantauan
i. Pengawasan dan pengendalian
j. Evaluasi

7) Gizi
Topik : Peran Tenaga Gizi Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Pada
Masa AKB Melalui Pendekatan IPC
Narasumber : Fitri Hudayani, S.ST., M.Gz., MKM (Ahli Gizi RSCM dan pengurus DPP
Persagi)

A. Interprofessional Collaboration (IPC)


IPC adalah kemitraan antara orang dengan latar belakang profesi yang berbeda dan
bekerja sama untuk memecahkan masalah kesehatan dan menyediakan pelayanan IPC
sudah bisa digambarkan dari cara pendokumentasian, dimana IPC sasaran utamanya
adalah:
1. Kesehatan Meningkatkan keselamatan pasien : Supaya tidak memberikan asuhan
masing-masing agar tidak ada duplikasi intervensi atau berkontradiksi satu sama
lain
2. Komunikasi efektif antar tenaga Kesehatan: saling berkomunikasi dalam
pendokumentasian, untuk pengkajian sudah dalam satu formulir dan membuat
benang merah antara tenaga Kesehatan.
3. Mencegah dan mengatasi Malnutrisi di Rumah Sakit: Dalam gizi IPC sangat
membantu menghilangkan malnutrisi di RS.
Contoh IPC adalah penanganan malnutrisi awalnya di bantu perawat lalu di skrining
gizi. Malnutrisi meningkatkan biaya perawatan, angka kematian tinggi dan beban ekonomi
meninggi Titik berat malnutrisi tidak hanya di RS tapi di masyarakat. Tentunya ahli gizi
tidak bekerja sendiri mulai dari skrining gizi lalu assessment dan dischare Planning saat
pemulangan dan harus berkolaborasi dari segala tenaga Kesehatan. Mulai diagnosis
harus dikomunikasikan, rencana asuhan (die) harus dikomunikasikan dengan profesi lain
untuk implementasi pada pasien. Harus ada kerja sama untuk monitoring evaluasi.
48

Profesional Pemberi Asuhan : sasaran pada pasien dan keluarga tenaga


Kesehatan secara langsung memberikan asuhan kpd pasien, a.l. dokter, perawat, bidan,
ahli gizi, apoteker, psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb. PPA Tugas Mandiri,
Tugas Kolaboratif, Tugas Delegatif. Semua tenaga Kesehatan harus mempunya
kopmpetensi yang sama dan optimal. Dalam tahapan pelayanan Gizi, kita harus
berkolaborasi dengan tenaga lainya. Skrining, Assessment, intervensi dan rencana
pemulangan. Contoh kolaborasi adalah saat pasien disfagia selain dengan dokter dan
perawat kita berkolaborasi dengan terapis terkait pola makan yang dikonsumsi.
B. Dasar Hukum
1. UU 36 tahun 2014 telah menetapkan tenaga gizi terdiri dari Nutrisionis dan
Dietisien
2. Permenkes 26 tahun 2013 tentang pekerjaan dan praktek tenaga gizi
3. Permenkes 78 tahun 2013 mengenai pedoman pelayanan gizi rumah sakit
4. Kompetensi yang harus dicapai sama seperti kewenangan di SK Menkes 26 tahun
2013.
C. Penanganan Pasien
Saat menangani pasien, ahli gizi biasanya melakukan diskusi tim untuk
perencanaan gizi mulai dari perencanaan transplantasi ginjal sampai selesai, evaluasi
dilakukan dengan profesi lain. Pencatatan data pasien harus diketahui oleh semua
tenaga Kesehatan dan kita sebagai tenaga Kesehatan harus disinkronkan dan
dilakukan penyesuaian intervensi. Pengecekan diet, dimasa pandemi ada
penyesuaian prosedur saat pengecekan Bed side teaching tetap dilakukan namun
dimasa pandemi ini disesuaikan dan menggunakan APD lengkap. Diskusi kasus
dilakukan oleh semua Tenaga Kesehatan membahas kasus dan masing-masing
melaporkan progress, menyampaikan perencanaan dan mengkolaborasikan
perencanaan. Dimasa pandemi dilakukan daring. Edukasi Gizi pada keluarga pasien
dilakukan saat pasien pulang, dilakukan oleh 4 profesi yaitu Gizi, Keperawatan, dokter
spesialis dan dokter spesialis Jiwa. Oleh ahli Gizi diberikan diet untuk pasien yang
mempunyai masalah Kesehatan khusus. Edukasi in juga berkolaborasi dengan
petugas kesehatan lainnya.

8) Kesehatan Lingkungan
Topik : Peran Tenaga Kesehatan Lingkungan dalam Memberikan
Pelayanan Kesehatan pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Berbasis Interprofesional Colaboration (IPC)
49

Narasumber : Yuntina Erdani, SKM., MH.Kes (Kepala Seksi Kesehatan


Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Kesehatan Olahraga Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat)

A. Indikator Kesehatan Lingkungan Tahun 2020 – 2024


1. Presentase desa atau kelurahan stop babs
2. Jumlah kabupaten atau kota sehat
3. Presentase sarana air minum yang diawasi atau diperksa kualitasi air minumnya
sesuai standar
4. Jumlah fasyankes yang melaksanakan pengelola limbah medis sesuai standar
5. Presentase tempat pengelolaan pangan yang memenuhi syarat sesuai standar
6. Presentase tempat dan fasiliras umum yang dilakukan pengawasan sesuai
standar.

B. Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan


1. Permukiman
2. Tempat Rekreasi
3. Tempat Dan Fasilitas Umum
4. Tempat Kerja
5. Tempat Penyelolaan Pangan
Standar baku mutu kesehatan lingkungam berdasarkan media antara lain media air,
udara, pangan, vektor dan binatang penyakit, sampah, dan limbah. Program penyehatan
antara lain penyehatan air, udara, pangan yang dimana di dalamnya terdapat
pengawasan, pelindungan dan peningkatan. Sementara untuk media tanah melakukan
pemantauan sebagi berikut. Pengamanan dalam pengawasan limbah di dalamnya
adalah limbah cair, padat dan gas sesuai dengan peraturan yang berlaku serta
pengamanan dan perlindungan dalam kesehatan masyarakat yaitu :
1. Sampah Tidak Diolah
2. Zat Kimia Berbahaya
3. Gangguan Fisika
4. Pestisida
5. Gangguan Fisika Udara
6. Radiasi Pengion
Pelayanan Kesehatan Lingkungan di puskesmas Berlandaskan Peraturan
Menteri kesehatan No.13 tahun 2015. Pelayanan kesehatan lingkungan ini
50

adalah kegiatan mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi maupun sosisal guna mencegah penyakit atau gangguan
kesehatan. Kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan merupakan setiap puskesmas
wajib menyelenggarakan pelayanan kesehatan lingkungan. Kegiatan ini antara lain
konseling, inspeksi kesehatan lingkungan, dan intervensi kesehatan lingkungan.
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan
paripurna yang diberikan kepada pasien.
1. Konseling kesehatan, terjadinya komunikasi antara tenaga kesehatan lingkungan
dengan pasien atau klien untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan
yang dihadapi.
2. Inspeksi kesehatan lingkunga, kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan dalam rangka mengawasi media lingkungan
apakah masih memenuhi standar, baku mutu atau norma yang berlaku.
Penyelenggaran Kesehatan Lingkungan.

1. Pengamatan fisik media lingkungan


2. Pengukuran media lingkungan di tempat
3. Uji laboratorium
4. Analisis risiko kesehatan lingkungan

C. Intervensi kesehatan lingkungan merupakan tindakan penyehatan, pengamanan, dan


pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang baik dari aspek fisika, kimia
biologi dan sosial. Dapat berupa komunikasi, informasi, dan edukasi hingga rekayasa
lingkungan
Kegiatan ukm kesehatan lingkungan
1. Pelayanan konseling, melakukan konseling atau konsulatsi kepada pasien yang
menderita penyakit akibat risiko lingkungan
2. Intervensi kesehatan lingkungan, berupaka kie dan pemberdayaan, perbaikan dan
pembangunan sarana, pengembangan teknologi tepat guna dan rekayasa
lingkungan.
3. Pemberdayaan masyarakat, melakukan pemicuan 5 pilar stbm. Pendampingan untuk
peningkatan kualitas lingkungan.
4. Peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas bagi petugas, masyarakat, kader dan
pihak terkait lainnya.
Penularan Covid – 19 menyebar melalui manusia, yaitu secara kontak langsung
dalam jarak 1,5 – 2 meter atau melaui droplet orang yang terinfeksi pada saat batuk dan
51

bersin. Pencegahan Covid–19 dapat dilakukan dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) dan lingkungan sehat.
Pemenuhan akses sarana air bersih -> keluarga harus memiliki sarana air bersih
Pemenuhan akses jamban sehat -> keluarga mempunyai akses menggunakan jamban
sehat.
Skenario untuk mempercepat penangan Covid – 19 dalam aspek kesehatan dan sosial
ekonomi dengan cara yaitu tidak menambah penularan atau memperluas penularan atau
semaksimalkan mengurangi penularan.

D. Upaya Kesehatan Lingkungan Dalam Penanggulangan Covid – 19 :


1. Tetap melakukan konseling
2. Tetap melakukan intervensi kesehatan lingkungan.
3. Tetap melakukan intervensi inspeksi kesehatan lingkungan
4. Tetap melakukan intervensi pengelolaan limbah.
Aspek yang harus diperhatikan:
1. Memastikan bahwa setiap area dan fasilitas umum memiliki sarana prasarana yang
memadai
2. Memastikan bahwa sop pencegahan Covid -19 terpampang jelas dan dipatuhi
3. Memastikan bahwa petugas di setiap area dan fasilitas melakukan pengawasan
internal (ikl secara berkala)
4. Memastikan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan adaptasi
aktifitas new normal
E. Langkah Menuju AKB Program Kesling :
1. Upaya penyehatan air dan sanitasi dasar dilakukan dengan pendekatan sanitasi dasar
total berbasis lingkungan
2. Upaya pembinaan penyehatan tempat pengelolaan pangan
3. Upaya penyehatan udara, dan tanah dalam penyehatan tempat dan fasilitas umum
4. Mematuhi protokol kesehatan di bioskop, toilet umum, restoran, toko atau
supermarket dan sekolah
5. Pengamanan limbah dan radiasi

F. Penerapan IPE Dan IPC dari Jenis Tenagah Kerja di Puskesmas


Contoh Kegiatan Kolaborasi
1. Melakukan STBM dalam penanggulangan stunting berkolaborasi dengan ahli gizi
2. Pelacakan kasus Covid – 19 bergabung dengan epidemiolog, perawat
52

3. Limbah medis penangan pasien Covid berpedan bersama dokter dan perawat
4. Limbah medis vaksin

Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan ukm esensial puskesmas yang wajib


diselenggarakan oleh setiap puskesmas, yang dimana bentuk kegiatan kesehatan
lingkungan di puskesmas di sesuaikan dengan kondisi bio-psiko-sosio-kultural masyarakat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan
Puskesmas diharapkan melaksanakan program kesehatan lingkungan dengan
baik dan opimal serta berkolaborasi dengan program lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Program kesehatan lingkungan harus dilakukan dengan baik dan berkerja sama
dengan berbagai unsur lapisan masyarakat agar dapat mencegah penularan COVID-19
mulai dari penyehatan air dan sanitasi, penyehatan tempat pengelolaan makanan,
penyehatan tempat dan fasilitas umum.
53

4. Pelatihan Kader (Pembuatan Media, Role Play)

a. Pembuatan Media
Media yang dibuat oleh mahasiswa berbentuk leaflet dan power point. Hal ini
berdasarkan hasil survey yang dilakukan kepada pihak kader terkait media apa yang
digunakan di RW 12 dan power point di persiapkan agar para peserta penyuluhan dapat
lebih nyaman membaca materi yang disajikan oleh pemateri. Pembuatan media ini diawali
dengan pembuatan satuan acara penyuluhan (SAP) yang bertujuan agar dapat menyusun
konsep sistem implementasi dalam bentuk penyuluhan secara terarah dan sistematik
serta para pemateri dapat mengetahui materi apa saja yang disajikan satu sama lain
sehingga dapat saling membantu.
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) yang disusun ada lima, sesuai dengan lima topik
yang diangkat untuk mencegah dan penanggulangi COVID – 19 dengan berbasis IPE,
yaitu:
1) Satuan Acara Penyuluhan Gizi Pada Masa Pandemi
2) Satuan Acara Penyuluhan Pengetahuan Seputar Vaksin Covid – 19
3) Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Masker Ketika Isolasi Mandiri
4) Satuan Acara Penyuluhan Metode Pemeriksaan Covid – 19
5) Satuan Acara Penyuluhan Penerapan Protokol Kesehatan 5M
Setelah pembuatan satuan acara penyuluhan dari masing – masing topik lalu yang
dilakukan adalah pembuatan media. Pembuatan media ini menggunakan berbagai macam
aplikasi desain yang ada di komputer dan menggunakan materi yang sebelumnya telah
disusun terlebih dahulu dari satuan acara penyuluhan yang dibuat. Media leaflet yang
dibuat adalah leaflet atau brosur dengan sistem atau model lipat tiga sehingga dari lima
topik yang diangkat dirangkum kembali dan digabungkan menjadi tiga leaflet. Hal ini
dilakukan untuk mengurangi terlalu banyaknya media yang digunakan sehingga ada
kemungkinan peserta menjadi bingung bila terlalu banyak materi atau media yang
digunakan. Leaflet yang telah jadi setelah itu di berikan kepada peserta melalui daring
menggunakan aplikasi whatsapp ketika pelaksaanan Praktek Belajar Lapangan (PBL)
atau implementasi dilakukan yaitu pada hari Jum’at, lima Maret 2021. Selain melalui daring
media leaflet ini juga di cetak dan di distribusikan kepada RW 12 Setiamanah sebagai
bentuk agar informasi ini tersampaikan kepada seluruh warga yang ada di RW 12.
Selain berupa leaflet media yang digunakan adalah power point. Power point ini
digunakan hanya ketika pelaksanaan PBL yang bertujuan agar para peserta dapat merasa
lebih nyaman dalam membaca materi yang telah dipersiapkan dan power point ini
54

berjumlah lima agar para peserta tidak terlalu mendadak ketika membaca materi yang
diberikan.

Gambar 2.4 Contoh Hasil Media Leaflet Kelompok 59

Gambar 2.5 Contoh Hasil Media Power Point Kelompok 59

b. Role Play
Bermain peran (role playing) adalah cara menyajikan suatu bahan pelajaran atau
materi pelajaran dengan mempertunjukkan, mempertontonkan, atau memperlihatkan
suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, cara atau tingkah laku dalam
hubungan sosial. Jadi dengan kata lain bermain peran (role playing) adalah metode
mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik mendapat tugas dari guru untuk
mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem atau masalah,
agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari suatu situasi
sosial tersebut (Mansyur, 1996:104)
Role Play yang dilakukan adalah sebuah kegiatan bermain peran dimana memiliki
tujuan agar mahasiswa mengetahui sistem pelaksaanaan yang sebenarnya sebelum
kegiatan dimulai. Role Play ini dilaksanakan satu hari sebelum kegiatan atau acara
dilaksanakan dan dengan persiapan yang telah lengkap seperti materi yang ingin
dibawakan, media yang digunakan, susunan acara kegiatan, panitia yang bertugas ketika
55

hari pelaksanaan dan persiapan – persiapan lainnya. Lalu dilakukan bermain peran seolah
– olah sedang melaksanakan acara yang dimaksud. Hal ini memiliki manfaat agar
pembawa materi dan pemandu acara memiliki kesiapan mental dan mengetahui
bagaimana mereka harus berbicara dan mengatur waktu yang tepat serta meminimalisir
segala kemungkinan adanya hambatan walaupun kemungkinan perubahan sistem selalu
dapat terjadi.
1) Persiapan
a) Memahami maksud dan tujuan kegiatan Role Play
b) Menyiapkan media untuk pelaksanaan
c) Menyiapkan pretest – postest
d) Menyiapkan susunan acara
e) Melakukan koordinasi dengan seluruh panitia
f) Melakukan koordinasi dengan dosen pembimbing
g) Menyiapkan zoom meeting atau google meet (sebagai tempat role play)
2) Pelaksanaan
a) Tempat : Google Meet
b) Hari, Tanggal : Kamis. 04 Maret 2021
c) Metode : Ceramah dan diskusi
d) Susunan acara :
Susunan Acara
Tabel 2.1 Susunan Acara Role Play
Tanggal/ Jam Kegiatan Pemateri PJ
4 Maret 2021
Pre- Test - Panitia
16.00
5 Maret 2021
Registrasi Peserta - Panitia
08.30
09.00 ▪ Pembukaan
▪ Sambutan-sambutan
09.10 - Ketua pelaksana Ketua Panitia
09.15 - Perwakilan Kader Perwakilan kader MC
09.20 - Ketua RW 12 Ketua RW 12
Penerapan Protokol
09.25 Mahasiswa Panitia
Kesehatan 5M
Pengetahuan Seputar
09.40 Mahasiswa Panitia
Vaksin COVID-19
56

Metode Pemeriksaan
09.55 Mahasiswa Panitia
COVID-19
10.10 Gizi pada masa Pandemi Mahasiswa Panitia
Pengelolaan Limbah
Infeksius Ketika Isolasi
10.25 Mahasiswa Panitia
Mandiri (Masker Medis Atau
Sekali)
10.35 Pos Tes - Panitia
10.40 Penyerahan Leaflet Ketua pelaksana Panitia
10.45 Penutupan - Panitia

3) Evaluasi :
a) Pemateri melakukan penambah latihan untuk meningkatkan kepercayaan
diri dan cara penyampaian
b) Membuat rencana cadangan bila rencana awal tidak berjalan dengan
mulus
c) Selalu kontak Pak RW dan Kader RW 12 untuk keberlangsungan acara
d) Melakukan revisi dari materi yang ada di power point. Mengubah
kalimatnya menjadi kalimat yang mudah dimengerti oleh semua orang
tanpa mengubah arti dan maksud sebenarnya.
e) Dokumentasi Kegiatan Role Play Kelompok 59 PKNT Tahun 2021

Gambar 2.6 Kegiatan Role Play Kelompok 59 dan Dosen Pembimbing


57

5. Implementasi (Praktek Belajar Lapangan)


Praktek Belajar Lapangan merupakan sarana aplikasi antara teori dan praktik yang
memberikan kemampuan mahasiswa untuk memahami dan menganalisis fenomena-
fenomena dan perkembangan terbaru dalam dunia kerja yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat.
Pemberdayaan (empowerment) merupakan suatu proses tindakan lancar yang
dilakukan baik oleh individu, keluarga, kelompok, masyarakat maupun organisasi
pendamping untuk mencapai lingkungan perubahan dan kualitas hidup yang lebih baik
(Peterson & Hughey, 2004). Kesehatan memandang upaya pemberdayaan sebagai lancar
intervensi kesehatan masyarakat, bahkan seringkali pemberdayaan dianggap sebagai
variable antara (mediating variable) bagi implementasi program kesehatan dan luaran
program kesehatan (Minkler et all, 2001).
Kegiatan Praktek Belajar Lapangan (PBL) diikuti oleh mahasiswa tingkat akhir D3/D4
Poltekkes Kemenkes Bandung dari 8 Jurusan, yaitu: Keperawatan, Kebidanan, Farmasi,
Keperawatan Gigi, Analis Kesehatan, Promosi Kesehatan, Gizi, dan Kesehatan
Lingkungan. Kegiatan dilaksanakan secara daring selama 1 hari, mahasiswa dalam
kelompok diwajibkan mengikuti ketentuan dan peraturan didalam praktek. Seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa harus seizin dan sepengetahuan dosen
pembimbing.
1) Persiapan
a) Memahami pre planning implementasi.
b) Menyiapkan undangan.
c) Menyiapkan materi dan media.
(1) Leaflet dan PowerPoint Penerapan Protokol Kesehatan 5M
(2) Leaflet dan PowerPoint Informasi Seputar Vaksin Covid-19
(3) Leaflet dan PowerPoint Pemeriksaan Skrining Covid-19
(4) Leaflet dan PowerPoint Gizi Masa Pandemi
(5) Leaflet dan PowerPoint Cara Penanganan Masker saat Isolasi Mandiri
d) Menyiapkan kepanitian.
Ketua Pelaksana : Abdul Wahhab Qaharudin
Moderator : Angelina Febriyanti Saragi Dabutar
Pemateri 1 : Ade Karmila
Pemateri 2 : Alfina Rahmawati
Pemateri 3 : Exsa Franciska Berlian Megananda
Pemateri 4 : Tri Rizkia Dewi
58

Pemateri 5 : Sabrina Husnul Nadiyya


Pemateri 6 : Risa Rahmawati
Pemateri 7 : Rifda Aulia
e) Melakukan koordinasi dengan Ketua RW dan kader untuk keberlangsungan
kegiatan.
f) Waktu, Sasaran, Materi dan Tempat

Tabel 2.5 Waktu, sasaran, materi, tempat Implementasi


Tanggal Sasaran Materi Tempat
5 Maret Kader RW 12 Desa Penerapan Protokol WhatsApp
2021 Setiamanah Kesehatan 5M Group
1. Memakai masker
2. Mencuci Tangan
3. Manjaga Jarak
4. Menjauhi Kerumunan
5. Menhindari Mobilisasi
5 Maret Kader RW 12 Desa Informasi Seputar WhatsApp
2021 Setiamanah Vaksin Group
1. Perbedaan Vaksin
dan vaksinasi
2. Perbedaan Imun
dan Imunitas
3. Perbedaan Vaksin
dan Obat
4. Vaksin yang
digunakan di
Indonesia
5. Dosis dan Cara
Pemberian Vaksin
6. Daftar Prioritas
Penerima Vaksin
Covid-19
7. Keamanan Vaksin
Sinovac
8. Web Informasi
59

resmi terkait
Vaksinasi
5 Maret Kader RW 12 Desa Pemeriksaan Skrining WhatsApp
2021 Setiamanah Covid-19 Group
1. Pengertian
Pemeriksaan
2. Perbedaan
berbagai Test
Covid-19
5 Maret Kader RW 12 Desa Gizi di Masa Pandemi WhatsApp
2021 Setiamanah 1. 10 Pesan Gizi Group
Seimbang
2. Zat Gizi untuk
Meningkatkan
Imunitas
5 Maret Kader RW 12 Desa Penanganan Masker WhatsApp
2021 Setiamanah Medis Sekali atau Group
Masker Kain Pakai untuk
Pasien Isolasi Mandiri
1. Pentingnya
Penggunaan
Masker saat Isolasi
Mandiri.
2. Cara Penanganan
Masker Pakai
Ulang.
3. Cara Penanganan
Masker Sekali
Pakai.

2) Pelaksanaan
a) Tempat : WhatsApp Group
b) Hari, Tanggal : Jumat. 05 Maret 2021
c) Metode : Ceramah dan diskusi
d) Susunan acara :
60

Tabel 2.6 Susunan Acara Praktik Belajar Lapangan


Jam Kegiatan Pemateri PJ
09.00
WIB Presensi - Panitia

10.00
Pre test - Panitia
WIB
13.00
Pembukaan - Moderator
WIB
13.02 Penerapan Protokol
Mahasiswa Panitia
WIB Kesehatan 5M
13.13 Pengetahuan Seputar
Mahasiswa Panitia
WIB Vaksin COVID-19
13.29 Metode Pemeriksaan
Mahasiswa Panitia
WIB COVID-19
13.39
Gizi pada masa Pandemi Mahasiswa Panitia
WIB
Pengelolaan Limbah
14.00 Infeksius Ketika Isolasi
Mahasiswa Panitia
WIB Mandiri (Masker Medis
Atau Sekali)
14.08
Tanya Jawab - Moderator
WIB
16.02
Post Test - Panitia
WIB
16.03
Penutupan - Moderator
WIB
61

DOKUMENTASI PELAKSANAAN IMPLEMENTASI DI RW 12 KELURAHAN SETIAMANAH

Gambar 2.7 Implementasi: Pembukaan Penyuluhan

Gambar 2.8 Implementasi: Pemaparan Materi melalui Media WhatsApp Group


62

6. Evaluasi dan Tindak Lanjut


a. Evaluasi
1) Tujuan
Setelah dilakukan post test, maka :
a) Diketahui partisipasi kader dan warga dalam kegiatan post-test
b) Diketahui pengetahuan warga RW 12 Kecamatan Setiaamanah mengenai
penanganan pencegahan dan pengendalian COVID-19
2) Waktu
Kegiatan post-test dilakukan pada Jumat 05 Maret 2021 pukul 16.00 WIB
3) Tempat
Link post-test dikirim melalui WhatsApp Group dan diisi menggunakan
Handphone masing-masing peserta
4) Peserta
Peserta post-test adalah kader dan warga RW 12 Kelurahan Setiaamanah yang
telah mengikuti penyuluhan
5) Kepanitiaan
Ketua Pelaksana : Abdul Wahhab Qaharudin
Anggota : Ade Karmila
Alfina Rahmawati
Angelina Febriyanti Saragi Dabutar
Exsa Franciska Berlian Megananda
Rifda Aulia
Risa Rahmawati
Sabrina Husnul Nadiyya
Tri Rizkia Dewi
6) Langkah Pencapaian Tujuan
a) Persiapan
(1) Mempelajari pre planning
(2) Menyiapkan soal
(3) Membuat google form untuk pengisian soal post test
b) Pelaksanaan
Pelaksanaan post-test dilakukan setelah selesai penyampaian materi
dan diskusi, yaitu pada hari Jumat, 05 Maret 2021 pukul 16.00 WIB, dengan
susunan acara :
(1) Mengirimkan link google form ke WhatsApp Group
(2) Pengisian post test oleh kader dan warga RW 12
63

(3) Pengurutan skor tertinggi dari hasil pengisian post test


c) Metode
Metode dalam kegiatan ini berupa pengisian post-test dalam bentuk google
form
d) Media
Media yang digunakan yaitu Google form
6) Hasil Evaluasi
1) Evaluasi struktur
(a) Pre planning telah dipahami
(b) Soal post-test telah disiapkan dan dijaga kerahasiaanya
(c) Link Google form telah disiapkan
2) Evaluasi proses
(a) Kegiatan pengisian post-test berjalan dengan lancar
(b) Tidak adanya hal-hal yang mengganggu jalannya kegiatan post-test
3) Evaluasi hasil
(a) Peserta penyuluhan mengisi post test yang sudah dikirimkan oleh
panitia ke grup WhatsApp Group
(b) Terpilih skor tertinggi hasil pengisian post-test.

b. Tindak Lanjut
1) Tujuan
Setelah diberikan leaflet adanya peningkatan pengetahuan dan kesadaran
warga RW 12 Kecamatan Setiaamanah mengenai penanganan pencegahan
dan pengendalian COVID-19
2) Waktu
Kegiatan penyerahan leaflet dilakukan pada Jumat 05 Maret 2021 pukul 16.15
WIB
3) Tempat
Leaflet dikirim melalui WhatsApp Group dalam bentuk Soft file dan dikirim
langsung ke perwakilan kader RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi dalam bentuk Hard file.
4) Peserta
Kader dan warga RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi.
5) Kepanitiaan
Ketua Pelaksana : Abdul Wahhab Qaharudin
Anggota : Ade Karmila
Alfina Rahmawati
64

Angelina Febriyanti Saragi Dabutar


Exsa Franciska Berlian Megananda
Rifda Aulia
Risa Rahmawati
Sabrina Husnul Nadiyya
Tri Rizkia Dewi
6) Langkah Pencapaian Tujuan
a) Persiapan
(1) Mempelajari pre planning
(2) Menyiapkan leaflet
(3) Penentuan jumlah leaflet yang dibutuhkan
(4) Mencetak leaflet
b) Pelaksanaan
Penyerahan leaflet dilakukan setelah selesai penyampaian materi, diskusi dan
post test, yaitu pada hari Jumat, 05 Maret 2021 pukul 16.15 WIB, dengan
susunan acara :
(1) Penyiapan leaflet
(2) Penyerahan leaflet, dikirim melalui WhatsApp Group
c) Metode
Leaflet dikirim melalui WhatsApp Group dalam bentuk Soft file dan dikirim
langsung ke perwakilan kader RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi dalam bentuk Hard file.
d) Media
Media yang digunakan yaitu leaflet dalam bentuk soft file dan hard file
e) Evaluasi
(a) Evaluasi struktur
(1) Pre planning telah dipahami
(2) Leaflet telah disiapkan
(3) Jumlah leaflet sudah ditentukan sebanyak 30 lembar leaflet.
(b) Evaluasi proses
(1) Kegiatan penyerahan leaflet berjalan dengan lancar
(2) Tidak adanya hal-hal yang mengganggu jalannya penyerahan leaflet
(c) Evaluasi hasil
Leaflet terdistribusi di wilayah RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan
Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Telah dilakukan sosialisasi antara mahasiswa Poltekkes Bandung kelompok 59
dengan ketua RW dan Kader RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi
Tengah, Kota Cimahi, secara daring pada tanggal 23 Februari 2021.
2. Telah dilakukan pengumpulan dan pengolahan data pada tanggal 23-26 Februari
2021 di RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi,
dengan menggunakan data dan hasil wawancara.
3. Terdapat delapan masalah di RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi
Tengah, Kota Cimahi, yaitu:
a) Kecemasan warga RW 12 terhadap hasil rapid
b) Kurangnya pelayanan test rapid dan penyuluhan
c) Kurangnya pengetahuan mengenai perbedaan pemeriksaan Covid-19
d) Kurangnya pengetahuan warga RW 12 berhubungan dengan belum ada
sosialisasi vaksin
e) Kurangnya kesehatan keluarga dalam menerapkan protokol kesehatan
f) Kurangnya koordinasi dengan gugus Covid dalam penyuluhan Covid-19
g) Kurangnya pengetahuan tentang gizi yang dibutuhkan pada saat pandemi
untuk meningkatkan imunitas tubuh
h) Kurangnya pengelolaan sampah dan limbah infeksius isolasi mandiri
(khususnya masker sekali pakai).
4. Telah disusunnya planning of action (POA) sesuai dengan masalah yang
didapatkan dan dilakukan webinar melalui Google Meet bersama dosen
pembimbing.
5. Telah disusunnya Satuan Acara Penyuluhan (SAP) sesuai dengan topik masalah
prioritas yang diambil pada tanggal 2 Maret 2021 dan didiskusikan besama dosen
pembimbing melalui Google Meet.
6. Telah dilakukan pembuatan media leaflet dan PowerPoint (PPT) pada tanggal 2-3
Maret 2021 dan didiskusikan besama dosen pembimbing melalui Google Meet.
7. Telah dilaksanakan implementasi Praktik Belajar Lapangan (PBL) pada tanggal 5
Maret 2021 menggunakan WhatsApp Group dengan respon audiens yang cukup
baik.
8. Telah adanya rencana pembagian hardfile media leaflet sebagai tiindak lanjut
untuk masyarakat RW 12 Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah,
Kota Cimahi.

65
66

B. Rekomendasi
1. Diperlukan upaya kerjasama tenaga kesehatan untuk mengubah perilaku
masyarakat menuju peningkatan derajat kesehatan di RW 12 Kelurahan
Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
2. Diharapkan masyarakat dan seluruh pihak yang terkait untuk lebih berpartisipasi
dalam kegiatan mahasiswa di lapangan dalam menggunakan sistem dalam
jaringan (daring) maupun luring (luar jaringan).
3. Diharapkan persiapan untuk program Praktik Kerja Nyata (PKN) terpadu lebih
matang dan terperinci.
DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, T. (2020). 5M Dimasa Pandemi Covid 19 di Indonesia.


http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2021/02/01/46/5-m-dimasa-pandemi-
Covid-19-di-indonesia.html (diakses tanggal 23 Februari 2021).
Bunga rampai Covid – 19: Buku kesehatan mandiri untuk sahabat #dirumahaja . Edisi 1 maret
2020. Pd prokami kota depok.
Fajar. (2020). Alasan Jaga Jarak Bisa Cegah Penyebaran.
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201002131627-260-553628/alasan-
jaga-jarak-bisa-cegah-penyebaran-corona (diakses tanggal 23 Februari 2021).
Kandari. N, dkk. 2020. Penyuluhan Physical Distancing Pada Anak Di Panti Asuhan Al Fakri.
Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis 2 (1) 2020: 37-41.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat. (2020). Tips Cegah Coviid-19 Hindari
Kerumunan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Edukasi Masyarakat Umum.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/537/2020
tentang pedoman pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan dan limbah
dari kegiatan isolasi atau karantina mandiri di masyarakat dalam penanganan
coronavirus disease 2019 (Covid-19).
Komite Penanganan Covid-19 dan Penyuluhan Ekonomi Nasional. (2021). Cara Memakai
Masker yang Benar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Edukasi Masyarakat
Umum.
Menteri Kesehatan RI 2017. Permenkes No.12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Vaksin
Menteri Kesehatan RI. 2020. Permenkes NO.84 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi
dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
Mohammed Iddir, et al. 2020. Strengthening the Immune System and Reducing Inflammation
and Oxidative Stress through Diet and Nutrition: Considerations during the COVID-19
Crisis. Nutrients 2020(12).
Sharma, O., Sultan, A. A., Ding, H., & Triggle, C. R. (2020). A Review of the Progress and
Challenges of Developing a Vaccine for COVID-19. Frontiers in Immunology,
11(December 2019), 1–17. https://doi.org/10.3389/fimmu.2020.585354
Yuningsih, R. (2020). Uji Klinik Coronavac dan Rencana Vaksinasi COVID-19 Massal di
Indonesia. Puslit BKD DPR RI, vol.XII(16), 13–18.
Panduan cuci tangan pakai sabun : Kesmas.kemenkes.go.id .
Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19 di RT/RW/ Desa.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman
Gizi Seimbang.
WHO dan The Wall Street Journal .

67
Zhang, Y., Zeng, G., Pan, H., Li, C., Hu, Y., Chu, K., Han, W., Chen, Z., Tang, R., Yin, W.,
Chen, X., Hu, Y., Liu, X., Jiang, C., Li, J., Yang, M., Song, Y., Wang, X., Gao, Q., &
Zhu, F. (2021). Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2
vaccine in healthy adults aged 18–59 years: a randomised, double-blind, placebo-
controlled, phase 1/2 clinical trial. The Lancet Infectious Diseases, 21(2), 181–192.
https://doi.org/10.1016/S1473-3099(20)30843-4.

68
LAMPIRAN

69
LAMPIRAN DAFTAR HADIR PERTEMUAN DENGAN KADER

No Tanggal/Waktu Nama Kader Paraf


1 Selasa, 23 Iis Karyani
Februari 2021
08.49- 9.42
2 Rabu, 24 Februari Iis Karyani
2021
08.21- 15.52
3 Kamis, 25 Iis Karyani
Februari 2021
08.32 – 12.03
4 Kamis, 25 Iis Karyani
Februari 2021
19.00- 19.45
5 Jumat, 26 Iis Karyani
Februari 2021
08.56 – 11.00
6 Rabu, 3 Maret Iis Karyani
2021
10.48
7 Rabu, 3 Maret Iis Karyani
2021
14.48-15.35

70
LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
VAKSIN

Topik : Pengetahuan Seputar Vaksin COVID-19


Hari/Tanggal : Jum’at / 5 Maret 2021
Waktu : 15 menit
Tempat : Zoom Meeting
Peserta : Masyarakat RW 12 Desa Setiamanah.

1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penatalaksanaan vaksin COVID-19
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui mengenai pengertian vaksinasi
b. Mengetahui mengenai tujuan dan manfaat vaksinasi
c. Mengetahui vaksin COVID-19
d. Mengetahui kriteria dan prioritas penerimaan vaksin COVID-19
e. Mengetahui efektivitas dan keamanaan vaksin COVID-19
f. Mengetahui kebijakan terkait vaksin COVID-19
3. MATERI
a. Pengertian vaksinasi
b. Tujuan dan manfaat vaksinasi
c. Vaksin COVID-19
d. Kriteria dan prioritas penerimaan vaksin COVID-19
e. Efektivitas dan keamanaan vaksin COVID-19
f. Kebijakan terkait vaksin COVID-19
2. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab.
3. MEDIA
Leaflet DAN PowerPoint
4. STRATEGI PENYULUHAN
a. Pembukaan : 1.5 menit
b. Pelaksanaan : 12 menit
c. Penutup : 1.5 menit

71
5. KBM
Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Persiapan 1. Mendengarkan
- Perkenalan
- Tujuan
- Manfaat
2. Pelaksanaan 2. Mendengarkan, memperhatikan,
- Menjelaskan terkait pengertian vaksin dan bertanya, menjawab
vaksinasi
- Menjelaskan tujuan dan manfaat vaksinasi
- Menjelaskan vaksin COVID-19
- Menjelaskan kriteria dan prioritas penerimaan
vaksin COVID-19
- Menjelaskan efektivitas dan keamanaan
vaksin COVID-19
- Menjelaskan kebijakan terkait vaksin COVID-
19
- Diskusi – tanya jawab
- Evaluasi
3. Penutup 3. Menyimpulkan bersama penyuluh
Menyimpulkan materi seputar vaksin

6. EVALUASI
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan :
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan dan menyiapkan daftar hadir.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Zoom Meeting
c. Pengorganisasian penyelenggaran dilakukan kepada Masyarakat RW 12
Setiamanah.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi ceramah tanya jawab.
b. Peserta mengikuti jalannya ceramah tanya jawab sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta mengikuti secara aktif ketika tanya jawab.
e. Peserta dapat mengetahui mengenai vaskinasi

72
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui tentang vaksin
b. Peserta menjelaskan tentang vaksin

LAMPIRAN MATERI
INFORMASI SEPUTAR VAKSINASI
1. Pengertian Vaksin dan Vaksinasi
Berdasarkan Permenkes No.12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Vaksin, Vaksin
adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau
masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Vaksinasi adalah proses di
dalam tubuh, dimana seseorang menjadi kebal atau terlindungi dari suatu penyakit
sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut maka tidak akan sakit atau
hanya mengalami sakit ringan,biasanya dengan pemberian vaksin.

2. Tujuan dan Manfaat Vaksin


Vaksin bertujuan mencegah penyakit sedangkan obat bertujuan menyembuhkan
ketika terjangkit penyakit. Tujuan utama vaksinasi COVID-19 adalah mengurangi penularan
COVID-19 dan melindungi masyarakat dari COVID-19 agar tetap produktif secara sosial
dan ekonomi. Selain itu, bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari Covid-19,
menurunkan angka morbiditas, angka mortalitas dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dalam jangka panjang akan berdampak mengurangi dampak sosial dan ekonomi yang
ditimbulkan akibat pandemi Covid-19 (Yuningsih, 2020).

3. Vaksin COVID-19
Vaksin COVID-19 yang digunakan adalah vaksin Sinovac yang termasuk jenis
inactivated virus yang dilakukan pengujian pada fase I dan II di Tiongkok dan fase III di
Indonesia, Brazil, dan Turki (Zhang et al., 2021). Inactivated virus merupakan virus yang
dimatikan dengan reaksi kimia, radiasi, atau pemanasan (Sharma et al., 2020).

4. Kriteria dan Periotas Penerimaan Vaksin Sinovac COVID-19


Berdasarkan Permenkes Ri No. 84 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), kriteria dan
prioritas vaksin COVID-19, sebagai berikut :

73
a. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya
b. tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah
kecamatan, perangkat desa, dan perangkat rukun tetangga/rukun warga.
c. guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, atau setingkat/sederajat, dan
perguruan tinggi
d. aparatur kementerian/lembaga, aparatur organisasi perangkat Pemerintah Daerah,
dan anggota legislatif
e. masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi
f. masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.

5. Efikasi dan keamanan Vaksin Sinovac COVID-19


BPOM telah menerbitkan izin efikasi SINOVAC sebasar 65,3% di Indonesia yang
didasari hasil uji klinis terhadap 1600 relawan di Bandung dengan 25 kasus (7 kasus vaksin
dan 18 kasus plasebo). Dengan evaluasi zero-positive yaitu 14 hari pasca penyuntikan
menunjukkan hasil yang baik yaitu 99,74% dan 3 bulan pasca penyuntikan dalam
pemberian vaskin kedua dengan presentasi subjek yaitu 99,23%. Selain itu, hasil uji klinis
dari negara Brasil yaitu 78% dengan 13000 relawan dan negara Turki yaitu 91,25%. Selain
itu, Sinovac memiliki keamanan yang baik dengan efek samping ringan-sedang (1%) antara
lain nyeri, kemerahan, bengkak, iritasi, nyeri otot, fatigue, dan demam.

6. Info Vakin Sinovac COVID-19


a. Sudah mendapat sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia)
b. Sudah mendapat persetujuan penggunaan dalam kondisi darurat atau Emergency Use
Authorization (EUA) dari BPOM (Badan Pengawas Obat Dan Makanan)

74
SATUAN ACARA PENYULUHAN
METODE PEMERIKSAAN COVID 19

Topik : Metode Pemeriksaan COVID 19


Subtopik :
1. Tujuan Pemeriksaan COVID 19
2. Perbedaan Metode Pemeriksaan COVID 19
Hari/Tanggal : Jum’at 5 Maret 2021
Waktu : 15 menit
Tempat : Zoom meeting
Peserta : Masyarakat RW 12

1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan terkait metode pemeriksaan Covid 19, diharapkan
masyarakat lebih memahami pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi Covid 19.
2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tujuan dan perbedaan pada metode
pemeriksaan COVID 19
3. Materi
a. Tujuan Pemeriksaan COVID 19
b. Perbedaan antara Rapid Antigen, Antibodi dan Swab menggunakan RT PCR
4. Metoda
Ceramah dan diskusi
5. Media
a. Power Point
b. Laptop
c. Leaflet
6. Strategi Penyuluhan
a. Pembukaan : 1,5 menit
b. Pelaksanaan :12 menit
c. Penutup : 1.5 menit
7. KBM
Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Persiapan 1. Menjawab sapaan
- Sapaan dan Perkenalan 2. Peserta
- Tujuan penyuluhan - Mendengarkan
2. Pelaksanaan - Memperhatikan

75
- Menjelaskan tujuan pemeriksaan
Covid 19
- Menjelaskan perbedaan pada
metode pemeriksaan Covid 19
- Diskusi – tanya jawab
- Evaluasi - Bertanya
3. Penutup - Menjawab
Menyimpulkan materi perbedaan pada
metode Pemeriksaan Covid 19 3. Menyimpulkan bersama penyuluh

8. Evaluasi
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan kriteria evaluasi.
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir pada zoom meeting yang disediakan dan mengisi daftar hadir.
b. Penyelenggaraan penyuluhan pada zoom meeting
c. Pengorganisasian penyelenggaran dilakukan kepada mahasiswa Poltekkes
Bandung
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi ceramah tanya jawab.
b. Peserta mengikuti jalannya ceramah tanya jawab sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta mengikuti secara aktif ketika tanya jawab.
e. Peserta dapat mengetahui mengenai perbedaan metode pemeriksaan Covid 19
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui mengenai perbedaan pada metode pemeriksaan Covid 19

LAMPIRAN MATERI
Pemeriksaan COVID 19
a. COVID-19
- Ditemukan di Wuhan, Hubei, Tiongkok pada Desember 2019
- Disebabkan oleh beta coronavirus: SARS CoV2
- WHO menetapkan COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020
- Di Indonesia pertama kali ditemukan kasus pada 2 Maret 2020
- Masa inkubasi: 2-14 hari (rata-rata 5-6 hari)
- Antigen masih dapat terdeteksi sampai 12 minggu
- Antibodi setelah terinfeksi selama 3-12 bulan

76
Karena tingkat infeksi yang tinggi, metode diagnostik yang cepat dan akurat
sangat diperlukan untuk mengidentifikasi, mengisolasi dan merawat pasien sesegera
mungkin guna mengurangi angka kematian dan risiko penyebaran infeksi di populasi.
Dalam melakukan diagnosis diperlukannya uji diagnostic yang memiliki tingkat
sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi. Hal tersebut sangatlah penting dan untuk
mendeteksi dan mengendalikan infeksi COVID-19 dan juga berguna sebagai
implementasi dalam penilaian, kontrol dan membatasi terjadinya penyebaran wabah
Terdapat berbagai pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis
penyakit ini. Pemeriksaan mencakup anamnesis mengenai klinis pasien serta riwayat
berpergian dan juga beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan radiologis, dan
pemeriksaan laroratorium (uji antigen, antobodi, serologi dan molekuler)

Serologi Test Virologi Test


Molekuler Test
Rapid Test Antibodi Rapid Test Antigen
(RT PCR)
Molekul yang dinilai Antibodi serologis Protein virus Molekul DNA/RNA
(IgG dan IgM) (Antigen)

Spesimen Darah Swab Nasofaring Swab Nasofaring,


sputum, feses

Lama pemeriksaan 15-60 menit 15-30 menit 1 hari atau lebih

Waktu Pengambilan Mulai 5-7 hari dari Awal Minggu


timbul gejala
(optimal> 14 hari)
Interpretasi hasil : Positif : telah Positif : sedang Positif : sedang
terbentuk terjadi infeksi terjadi infeksi
antibody(dikonfirmasi (dikonfirmasi Negatif : tidak
menggunakan RT menggunakan RT sedang
PCR) PCR) terinfeksi, virus tidak
Negatif : belum Negatif : tidak terjadi terdeteksi, kualitas
terbentuk antibodi infeksi atau antigen sampel rendah
tidak terdeteksi

77
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GIZI PADA MASA PANDEMI

Topik : Gizi pada Masa Pandemi


Sub Topik :
1. Pesan Gizi Seimbang
2. Gizi untuk imunitas

Hari/Tanggal : Jum’at/ 5 Maret 2021


Waktu / Jam : 18 menit
Tempat : Zoom Meeting
Peserta : Masyarakat RW 12 Desa Setiamanah.

1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan terkait gizi pada masa pandemi, diharapkan pengetahuan
warga terhadap makanan yang baik dikonsumsi selama masa pandemi akan meningkat
sehingga dampak akhirnya adalah meningkatkan imunitas masyarakat RW 12.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit masyarakat RW 12 Setiamanah
mampu:
a. Mengetahui dan menyebutkan Pesan Gizi Seimbang
b. Mengetahui dan menyebutkan makanan yang dapat berguna untuk meningkatkan
imunitas tubuh
3. MATERI
a. Pesan Gizi Seimbang
b. Gizi untuk meningkatkan imunitas tubuh
4. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab.
5. MEDIA
a. Leaflet
b. Power point
6. STRATEGI PENYULUHAN
a. Pembukaan : 1.5 menit
b. Pelaksanaan : 15 menit
c. Penutup : 1.5 menit
7. KBM

78
Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Persiapan 1. Mendengarkan
- Perkenalan
- Tujuan
- Manfaat
2. Pelaksanaan 2. Peserta
- Pemaparan materi terkait Pesan Gizi - Mendengarkan
Seimbang
- Pemaparan materi Gizi untuk - Memperhatikan
imunitas
- Diskusi – tanya jawab - Bertanya
- Evaluasi - Menjawab
3. Penutup
Menyimpulkan materi tentang gizi pada saat Menyimpulkan bersama
pandemi penyuluh

8. EVALUASI
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan :
1. Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan dan menyiapkan daftar hadir.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Zoom Meeting
c. Pengorganisasian penyelenggaran dilakukan kepada Masyarakat RW 12
Setiamanah.
2. Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi ceramah tanya jawab.
b. Peserta mengikuti jalannya ceramah tanya jawab sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta mengikuti secara aktif ketika tanya jawab.
e. Peserta dapat mengetahui gizi pada saat pandemi
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui dan menyebutkan Pesan Gizi Seimbang
b. Peserta mengetahui dan menyebutkan makanan yang dapat berguna untuk
meningkatkan imunitas tubuh
LAMPIRAN MATERI
GIZI MASA PANDEMI
A. Pesan Gizi Seimbang

1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan

79
Setiap makanan memiliki kandungan zat gizi unggulannya masing-masing. Oleh
karena itu, konsumsi makanan beraneka ragam perlu dilakukan agar seluruh zat gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Selain itu, perlu diperhatikan juga keamanan
pangan pada setiap makanan yang dikonsumsi. Cara penerapan pesan ini adalah dengan
menggunakan “Isi Piringku”

2. Banyak makan sayur dan cukup buah – buahan


Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan konsumsi sayuran dan
buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah 400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g
sayur (setara dengan 2 ½ porsi atau 2 ½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan
150 g buah, (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1 ½ potong pepaya
ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan
konsumsi sayuran dan buahbuahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak
usia sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang dewasa.
3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
Kebutuhan pangan hewani 2-4 porsi, setara dengan 70-140 g (2-4 potong) daging sapi
ukuran sedang; atau 80-160 g (2-4 potong) daging ayam ukuran sedang; atau 80-160 g (2-
4 potong) ikan ukuran sedang sehari. Kebutuhan pangan protein nabati 2-4 porsi sehari,
setara dengan 100-200 g (4-8 potong) tempe ukuran sedang; atau 200-400 g (4-8 potong)
tahu ukuran sedang
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang Pencantuman Informasi
Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan
Pangan Siap Saji menyebutkan bahwa konsumsi gula 50 g (4 sendok makan), natrium lebih
dari 2000 mg (1 sendok teh) dan lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per
orang per hari

6. Biasakan Sarapan
7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman
80
8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat badan normal
Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik atau olah
raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu
B. GIZI UNTUK IMUNITAS
1. Zat Gizi Makro
a. Protein
Makanan yang mengandung protein tinggi yang dapat dikonsumsi seperti telur, ikan,
lean meat, dan whey protein dapat meningkatkan antibodi tubuh. Rantai asam amino
yang ada dapat meningkatkan level imunitas intestinal, mengatur metabolisme dan
sistem imun
b. Lemak
Makanan tinggi omega 3 dan omega 6 baik dikonsumsi untuk meningkatkan imunitas
tubuh. Omega 3 dan 6 didapatkan dari ikan dan makanan laut lainnya
c. Karbohidrat dan Dietary fiber
Makanan yang dapat dikonsumsi adalah sayuran, buah, kacang, whole grains, biji
bijian, oatmeal
2. Zat Gizi Mikro
a. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk pembentukan epitel, keratinisasi, diferensiasi, dan maturasi
sel, front line defense patogen. Vitamin A ada dalam struktur mukus (respiratori dan
intestine) meningkatkan imunitas non spesifik. Makanan yang dapat dikonsumsi adalah
ubi jalar, wortel, brokoli, bayam, paprika merah, telur, atau makanan fortifikasi
b. Vitamin D
Didapatkan dari ikan, telur, susu fortifikasi, jamur, dan dapan disintesis oleh sinar
matahari.
c. Vitamin E
Sebagai antioksidan, dapat menetralkan radikal bebas dan meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh. Makanan : sereal, kuaci, almond, minyak sayur, sayuran hijau,
kacang-kacangan, suplemen
d. Vitamin C
Antioksidan, vitamin C juga dapat menstimulasi netrofil untuk melindungi jaringan dari
kerusakan. Makanan : jeruk, pepaya, tomat, paprika, jambu
e. Vitamin B
B2, B6, B9, B12. Makanan : ikan, daging, telur, kerang, sayuran ,kacang-kacangan,
suplemen
f. Seng
81
Membantu terbentuknya sistem kekebalan tubuh. Makanan: daging tanpa lemak,
makanan laut, susu, gandum, kacang-kacangan, biji-bijian
g. Zat besi
Berfungsi dalam diferensiasi, perkembangan, dan fungsi sel dan membantu fungsi sel
imun dalam melawan virus dan bakteri
h. Tembaga
Contoh makanan sumber tembaga adalah sayuran, tahu, jamur, daging, kentang, dan
sereal
i. Selenium
Contoh makanan sumber selenium adalah kuaci, daging, dan ikan salmon

82
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pengelolaan Limbah Infeksius Ketika Isolasi Mandiri (Masker Medis Atau Sekali)

Topik : Pengelolaan Limbah Infeksius Ketika Isolasi Mandiri


Sub Topik : Cara penanganan masker medis sekali atau masker kain pakai untuk Pasien
Isolasi Mandiri
Hari/Tanggal : Jum’at/ 5 Maret 2021
Waktu : 7 menit
Tempat : Zoom Meeting
Peserta : Masyarakat RW 12 Desa Setiamanah.

1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan terkait Cara menangani masker medis sekali pakai untuk
Pasien Isolasi Mandiri dan masker kain diharapkan tidak ada lagi pasien isolasi mandiri
yang membuang masker medis langsung ke tempat sampah dan atau mencuci masker
kain dengan benar agar tidak terjadi peningkatan risiko penularan COVID – 19.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama lima menit masyarakat RW 12 Setiamanah
mampu:
a. Menyebutkan tentang cara menangani masker medis yang benar ketika isolasi mandiri
b. Menyebutkan tentang cara menangani masker kain yang benar ketika isolasi mandiri.
3. MATERI
a. Cara menangani masker medis yang benar untuk pasien isolasi mandiri.
b. Cara menangani masker kain yang benar ketika isolasi mandiri.
4. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab.
5. MEDIA
Leaflet dan PowerPoint
6. STRATEGI PENYULUHAN
a. Pembukaan : 1.5 menit
b. Pelaksanaan : 5 menit
c. Penutup : 1.5 menit
7. KBM
Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Persiapan 1. Mendengarkan
- Perkenalan
- Tujuan 2. Peserta

83
- Manfaat - Mendengarkan
2. Pelaksanaan - Memperhatikan
- Menjelaskan terkait penggunaan - Bertanya
masker pakai ketika isolasi mandiri - Menjawab
- Menjelaskan cara penanganan
masker sekali pakai ketika isolasi
mandiri
- Menjelaskan cara penangan masker
kain ketika isolasi mandiri
- Diskusi – tanya jawab
- Evaluasi
3. Penutup 3. Menyimpulkan bersama
Menyimpulkan materi cara penanganan penyuluh
masker sekali pakai dan masker kain ketika
isolasi mandiri

8. EVALUASI
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan:
Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat penyuluhan dan menyiapkan daftar hadir.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Zoom Meeting
c. Pengorganisasian penyelenggaran dilakukan kepada Masyarakat RW 12
Setiamanah.
Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi ceramah tanya jawab.
b. Peserta mengikuti jalannya ceramah tanya jawab sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta mengikuti secara aktif ketika tanya jawab.
e. Peserta dapat mengetahui mengenai penanganan masker sekali pakai dan masker
kain ketika isolasi mandiri .
Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui tentang cara penanganan masker medis atau sekali pakai
ketika isolasi mandiri.
b. Peserta menjelaskan tentang cara penanganan masker medis atau sekali pakai
ketika isolasi mandiri.

84
LAMPIRAN
Materi Cara Penanganan Masker Sekali Pakai Dan Masker Pakai Ulang Ketika Isolasi
Mandiri

A. Penggunaan Masker ketika Isolasi mandiri


Berdasarkan Bunga Rampai COVID – 19 : Buku Kesehatan Mandiri Untuk Sahabat.
Salah satu hal yang harus dilakukan saat isolasi diri sendiri di rumah adalah menggunakan
masker selama masa isolasi diri. Isolasi diri ini dilakukan ketika seseorang sedang sakit
(demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan gejala penyakit pernafasan lainnya). Orang
dalam pemantauan yang memiliki gejala demam/gangguan pernafasan dengan riwayat
dari daerah transmisi lokal atau tidak bergejala tetapi pernah kontak erat dengan pasien
positif Covid-19.
Masker bekas digunakan oleh orang yang melakukan karantina atau isolasi mandiri
termasuk ke dalam Limbah B3 padat. Sehingga diperlukan adanya pengelolaan limbah
medis.
B. Cara Penangan Masker pakai ulang, yaitu :
1. Dilakukan pemanasan atau rebus dengan air panas pada suhu sekurang-kurangnya
60℃
2. Dicuci dengan deterjen dan air.
3. Jangan lupa masker di gosok agar kotorannya tidak ada di masker
4. Bilas masker hingga bersih, lalu jemur di bawah sinar matahari atau keringkan dengan
pengering panas
5. Dan setrika dengan suhu panas agar bakteri dan virus mati.
6. Setelah kering, sarung tangan dan masker dapat digunakan kembali.
C. Cara Penanganan Masker Sekali Pakai, yaitu :
1. Disinfeksi dengan menyemprotkan disinfektan mengandung klor 1%,
2. Kemudian dirusak atau dirobek,
3. Masukkan ke dalam wadah atau kantong plastik khusus,
4. Kemudian masukkan ke dalam wadah atau dropbox yang disediakan di wilayah
masing-masing.
5. Dalam hal belum tersedia wadah, maka setiap wilayah dapat menentukan langkah-
langkah yang harus dilakukan agar tidak dibuang di sembarang tempat

85
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Penerapan Protokol Kesehatan 5M

Topik : Pencegahan dan Pengendalian Penyebaran Covid-19


Sub Topik : Penerapan Protokol Kesehatan 5M
Hari/Tanggal : Jum’at/ 5 Maret 2021
Waktu / Jam : 15 menit
Tempat : Zoom Meeting
Peserta : Masyarakat RW 12 Desa Setiamanah.

1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti penyuluhan terkait penerapan protokol kesehatan 5M diharapkan
masyarakat RW 12 Desa Setiamanah dapat menerapka protokol kesehatan dengan baik
dan benar agar tidak terjadi peningkatan risiko penularan COVID – 19.
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit masyarakat RW 12 Setiamanah
mampu:
a. Menyebutkan cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Memakai masker
b. Menyebutkan cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Mencuci tangan
c. Menyebutkan cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Menjaga jarak
d. Menyebutkan cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Menghindari kerumunan
e. Menyebutkan cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Mengurangi mobilisasi
3. MATERI
a. Cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Memakai masker
b. Cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Mencuci tangan
c. Cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Menjaga jarak
d. Cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Menghindari kerumunan
e. Cara menerapkan protokol kesehatan 5M: Mengurangi mobilisasi
4. METODA
Ceramah Dan Tanya Jawab.
5. MEDIA
a. Leaflet
b. Powerpoint
6. STRATEGI PENYULUHAN
a. Pembukaan : 1.5 menit
b. Pelaksanaan : 12 menit
c. Penutup : 1.5 menit

86
7. KBM
Kegiatan Penyuluh Peserta
1. Persiapan 1. Mendengarkan
- Perkenalan
- Tujuan
- Manfaat
2. Pelaksanaan 2. Peserta

- Menjelaskan Pentingnya - Mendengarkan


Menerapkan Protokol Kesehatan 5M - Memperhatikan
- Menjelaskan cara penerapan protokol - Bertanya
kesehatan 5M yang baik dan benar - Menjawab
- Diskusi – tanya jawab
- Evaluasi
3. Penutup 3. Menyimpulkan bersama
Menyimpulkan materi cara
penerapan penyuluh
protokol kesehatan 5M yang baik dan benar.

8. EVALUASI
Dilakukan setelah ceramah diberikan dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan:
Evaluasi struktur
a. Peserta hadir ditempat Zoom meeting dan mengisi daftar hadir pada link G-form yang
sudah diberi panitia.
b. Penyelenggaraan penyuluhan di Zoom meeting.
c. Pengorganisasian penyelenggaran dilakukan kepada Masyarakat RW 12 Desa
Setiamanah.
Evaluasi proses
a. Peserta antusias terhadap materi ceramah tanya jawab.
b. Peserta mengikuti jalannya ceramah tanya jawab sampai selesai.
c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
d. Peserta mengikuti secara aktif ketika tanya jawab.
e. Peserta dapat mengetahui cara penerapan protokol kesehatan 5M dengan baik dan
benar.
Evaluasi Hasil
a. Peserta mengetahui cara penerapan protokol kesehatan 5M dengan baik dan benar.
b. Peserta menjelaskan kembali tentang cara penerapan protokol kesehatan 5M dengan
baik dan benar.

87
LAMPIRAN MATERI
Penerapan Protokol Kesehatan 5M
a. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
1. Cara mencuci tangan pakai sabun : dilakukan dalam waktu 40-60 detik
a. Basahi tangan, gosok sabun pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut dengan arah memutar
b. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
c. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih
d. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci
e. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
f. Letakkan ujung jari ketelapak tangan kemudian gosok perlahan. Bilas dengan air
bersih dan keringkan.
2. Cara membersihkan tangan menggunakan cairan antiseptik:
Mencuci tangan menggunakan cairan antiseptik dilakukan dalam situasi tertentu
dimana sabun dan air bersih tidak tersedia. Agar hasilnya efektif cairan antiseptik yang
digunakan hendak nya mengandung minimal 60% alkohol.
a. Oleskan cairan pembersih tangan ke salah satu telapak tangan.
b. Gosok kedua tangan
c. Gosokkan cairan keseluruh telapak tangan, punggung tangan, dan jari sampai
cairan pada tangan mengering. Lakukan tahap ini selama sekitar 20 detik.
b. Menggunakan Masker
Cara menggunakan masker yang tepat :
a. Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal
20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal
alkohol 60%).
b. Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela
antara wajah dan masker.
c. Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai sabun
dan air mengalir minimal 20 detik atau bila tidak ada, cairan pembersih tangan
(minimal alkohol 60%)
d. Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Masker medis hanya
boleh digunakan satu kali saja. Masker kain dapat digunakan berulang kali.
e. Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Jangan sentuh bagian depan
masker; Untuk masker 1x pakai, buang segera di tempat sampah tertutup atau
kantong plastik. Untuk masker kain, segera cuci dengan deterjen. Untuk
memasang masker baru, ikuti poin pertama.
Sesuai rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah:
88
b. Untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19, semua orang WAJIB
menggunakan masker kain jika berada di luar rumah
c. Gunakan masker kain minimal 3 lapis yang dapat dicuci
d. Penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam, bila lebih ganti dengan yang baru
e. Apabila basah ganti dengan yang baru
C. Menjaga jarak
Tentunya terdapat alasan medis mengapa menjaga jarak harus dilakukan untuk
mencegah penularan virus, berikut di antaranya:
a. Covid-19 Menular Lewat Udara
b. Menghentikan Laju Penularan Covid-19
c. Virus Mampu Menular dari Jarak Dekat
D. Menjauhi Kerumunan
Dalam rangka upaya penanggulangan, maka dilakukan penyelenggaraan
kekarantinaan kesehatan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Salah satu tindakan kekarantinaan
kesehatan berupa Pembatasan Sosial (Social Distancing) (Nur Rohim Yunus, 2020).
Pembatasan sosial adalah pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu
wilayah. Pembatasan sosial ini dilakukan oleh semua orang di wilayah yang diduga
terinfeksi penyakit.
Pemerintah mengarahkan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah
penularan Covid-19 adalah hindari kerumunan. Karena dalam kerumunan tersebut
tidak diketahui siapa yang tertular Covid-19, apalagi tanpa gejala. Pemerintah juga
menegaskan, Hindari kerumunan, hindari tempat berkumpul, karena ini memiliki risiko
yang lebih besar bagi penularan COVID-19. Meski pemerintah sudah memberlakukan
physical distancing, masih banyak masyarakat yang melanggar (Natalia et al., 2020)
Dengan menghindari kerumunan sama dengan melindungi orang rentan seperti
Lansia dan orang dengan penyakit kronis. Sebab jika orang rentan tersebut tertular
virus corona akan berakibat fatal. Tidak hanya itu, menghindari kerumunan harus
diiringi dengan jaga jarak dengan orang lain, memakai masker jika keluar rumah, dan
rajin mencuci tangan pakai sabun. (Kemenkes,2020)
E. Mengurangi Mobilitas
Jika tidak ada keperluan yang mendesak, tetaplah berada di rumah. Meski
sehat dan tidak ada gejala penyakit, belum tentu Anda pulang ke rumah dengan
keadaan yang masih sama. Selalu ingat, virus corona bisa menyebar dan menginfeksi
seseorang dengan cepat. Mengurangi mobilitas artinya mengurangi perpindahan dari
satu tempat ke tempat lainnya. interaksi penduduk yang tinggi, dan keramaian
kerumunan merupakan hal yang memicu semakin banyaknya orang yang tertular
penyakit saat pandemi terjadi di suatu wilayah.
89
LAMPIRAN SOAL EVALUASI PENYULUHAN MELALUI GOOGLE FORMULIR

1) Berapa lama maksimal masker kain dipakai?


a. 8 jam
b. 6 jam
c. 4 jam
d. 2 jam
2) Berapa lama waktu yang di butuhkan untuk mencuci tangan pakai sabun ?
a. 20 detik
b. 20-30 detik
c. 40-60 detik
d. 30-40 detik
3) Berikut ini yang bukan cara penularan dari COVID-19 adalah....
a. Tidak memakai masker
b. Interaksi social zoom meeting
c. Berkerumun
d. Kurangnya pengetahuan
4) Dalam 5M ada point menjauhi kerumunan, apakah tujuan dari menjauhi kerumunan?
a. Untuk menghindari macet
b. Unutk memutuskan rantai penularan karena dalam kerumun tersebut kita tidak tahu
siapa yang tertular
c. Untuk menghemat waktu
d. Untuk mempermudah diskusi
5) Manakah yang bukan termasuk point 5M dibawah ini
a. Menjaga jarak
b. Menjauhi kerumunan
c. Mencuci tangan
d. Memakai pakaian yang bersih dan rapih
6) Bagaimanakah cara penanganan limbah medis sekali pakai ketika Isolasi mandiri?
a. Buang masker langsung ke tempat sampah - cuci tangan
b. Rusak masker - buang ke tempat sampah - cuci tangan
c. Desinfeksi masker - rusak masker - bungkus masker dengan plastik khusus - buang
ke tempat sampah
d. Desinfeksi masker - rusak masker - buang ke tempat sampah
7) Kandungan dalam makanan yang dapat meningkatkan imunitas tubuh, adalah
a. Vitamin A, Vitamin K, Iodium
b. Vitamin A, Vitamin C , Vitamin E
c. Vitamin B, Zat Besi, Vitamin K

90
d. Zat besi, Seng, Vitamin K
8) Setiap melakukan rapid test, jika hasilnya reaktif maka harus di konfirmasi lagi. Test
apa yang digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa seseorang terinfeksi virus Sars-
CoV-2 ?
a. Rapid test antigen
b. Rapid test antibody
c. Test Swab dengan RT PCR
d. Pemeriksaan Genose
9) Berikut ini yang bukan termasuk tujuan vaksinasi yaitu….
a. Melindungi masyarakat agar tetap produktif secara sosial dan ekonomi
b. Menurunkan angka kematian dan meningkatkan kesehatan masyarakat
c. Menyembuhkan ketika terjangkit penyakit
d. Meningkatkan angka kematian

91
LAMPIRAN DOKUMENTASI SELAMA PEMBELAJARAN ONLINE

92

Anda mungkin juga menyukai