Kelompok 3
Dosen Pengampu:
KOTA MADIUN
2021/2022
B. Dasar Teori
1. Sistem Kontrol
Secara umum sistem pengendalian adalah susunan komponen -
komponen fisik yang dirakit sedemikian rupa sehingga mampu mengatur
sistem nya sendiri atau sistem diluarnya. Sistem kontrol adalah proses
pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel,
parameter) sehingga berada pada suatu harga range tertentu. Istilah lain
sistem kontrol atau teknik kendali adalah teknik pengaturan, sistem
pengendalian, atau sistem pengontrolan.
2. Kontroler PID
Kontroler PID (Proportional–Integral–Derivative controller)
merupakan kontroler untuk menentukan presisi suatu sistem instrumentasi
dengan karakteristik adanya umpan balik pada sistem tesebut (Feedback).
Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara pengaturan yaitu kontrol P
(Proportional), D (Derivative) dan I (Integral), dengan masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk mempercepat respon maka
dibutuhkan pengendali derivative, sehingga kekurangan yang ada pada
pengendali integral dapat ditutupi. Setiap kekurangan dan kelebihan dari
masing masing pengontrol P, I dan D dapat saling menutupi dengan
menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol proporsional
plus integral plus diferensial (pengontrol PID). Dalam perancangan sistem
kontrol PID yang perlu dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar
tanggapan sinyal keluaran sistem terhadap masukan tertentu sebagaimana
yang diinginkan.
Elemen-elemen pengontrol P, I dan D masing-masing secara keseluruhan
bertujuan untuk :
Mempercepat reaksi sebuah sistem mencapai set point-nya
Menghilangkan offset
Menghasilkan perubahan awal yang besar dan mengurangi overshoot
3. Arduino Uno
Arduino Uno adalah arduino board yang menggunakan
mikrokontroler ATmega328. Arduino Uno memiliki 14 pin digital (6 pin
dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input analog, sebuah 16 MHz
osilator kristal, sebuah koneksi USB, sebuah konektor sumber tegangan,
sebuah header ICSP, dan sebuah tombol reset. Arduino Uno memuat segala
hal yang dibutuhkan untuk mendukung sebuah mikrokontroler. Hanya dengan
menghubungkannya ke sebuah komputer melalui USB atau memberikan
tegangan DC dari baterai atau adaptor AC ke DC sudah dapat membuanya
bekerja. Tampak atas dari Arduino Uno dapat dilihat pada Gambar berikut :
Gambar Arduino Uno
5. Mosfet
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor)
adalah sebuah perangkat semionduktor yang secara luas di gunakan sebagai
switch dan sebagai penguat sinyal pada perangkat elektronik. MOSFET
adalah inti dari sebuah IC ( integrated Circuit ) yang di desain dan di fabrikasi
dengan single chip karena ukurannya yang sangat kecil.
Gambar Mosfet
MOSFET bekerja secara elektonik memvariasikan sepanjang jalur
pembawa muatan (electron atau hole). Muatan listrik masuk melalui Saluran
pada Source dan keluar melalui Drain. Lebar Saluran di kendalikan oleh
tegangan pada electrode yang di sebut dengan Gate atau gerbang yang
terletak antara Source dan Drain. ini terisolasi dari saluran di dekat lapisan
oksida logam yang sangat tipis. Kapasitas MOS pada komponen ini adalah
bagian Utama nya.
Mosfet memiliki dua mode, mode pertama adalah depletion mode dan
Enhancement Mode.
1. Depletion Mode
Ketika tidak ada tegangan pada Gate maka kondusi channel berada pada
kondisi maksimum. Karena tegangan pada gerbang positif atau negative
konduksi pada channel menurun.
2. Enhancement Mode
Ketika tidak ada tegangan pada Gate, MOSFET tidak akan bersifat
konduksi. Tegangan yang meningkat pada Gate, maka sifat konduksi pada
Channel semakin lebih baik.
7. Heater
Electrical Heating Element (elemen pemanas listrik) banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari. Baik didalam rumah tangga atau pun peralatan
dan mesin industri. Bentuk dan type dari electrical heating element ini
bermacam-macam disesuaikan dengan fungsi, tempat pemasangan dan media
yang akan dipanaskan. Panas yang dihasilkan oleh elemen pemanas listrik ini
bersumber dari kawat ataupun pita bertahanan listrik tinggi (Resistance Wire)
biasanya bahan yang digunakan adalah niklin yang dialiri arus listrik pada
kedua ujungnya dan dilapisi oleh isolator listrik yang mampu meneruskan
panas dengan baik hingga aman jika digunakan.
Gambar Heater
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Simulator Proteus
Simulator Arduino Uno IDE
2. Bahan
Sinyal Control PWM
Serial Monitor
Resistor LED Hijau
Mosfet
Saklar
Heater
Output Sensor Suhu
D. Langkah Kerja
1. Pertama, membuat rangkain pada simulator Proteus.
2. Membuat coding PID pada software Arduino IDE.
3. Selanjutnya, memberikan nilai gain KP, KI, dan KD untuk mengetahui
karakteristik
4. Coding dari Arduino IDE dimasukkan ke rangkaian proteus setelah itu dilihat
dari serial monitor.
5. Mencari nilai gain KP, KI, dan KD dengan mencoba random nilainya lalu di
analisis untuk menapatkan respon yang ideal.
6. Setelah menemukan respon yang ideal, salin respon ke exel untuk dianalisis
responnya.
E. Gambar rangkaian dan coding
Rangkaian heater dengan PID :
Dari hasil perolehan settling time dapat dinilai sistem masih bisa dipercepat
maka kami menambah nilai KP,KI, dan KD dengan harapan respon lebih
cepat dari percobaan pertama. Namun pada percobaan ini tidak terdapat eror
steady state dan max overshootnya hanya 2% saja
2. Percobaan kedua
Karena di percobaan pertama dinilai respon masih kurang cepat maka kami
menambahkan nilai ketiga gain PID sebagai berikut :
KP = 1.9
KI = 1.1
KD = 1.7
Dari hasil tuning kedua didapatkan data settling time sebagai berikut :
- Pada 98 derajat C : looping ke 46
- Pada 102 derajat C : looping ke 54
Dari hasil perolehan didapat respon yang lebih cepat disbanding dengan
percobaan pertama. Namun pada percobaan kedua terdapat beberapa
kelemahan yaitu nilai overshoot yang terlalu tinggi yaitu 4% serta eror steady
state sebesar 1 derajat C. karena dirasa masih kurang ideal kami mencoba lagi
tuning ke 3 dengan mengurangi nilai KP dan menambah nilai KD untuk
mengurangi overshoot sistem, selain itu kami mengurangi sedikit nilai KI
karena penambahan KI pada percobaan kedua menyebabkan eror steady state.
3. Percobaan ketiga
Pada percobaan ketiga kami memperbaiki respon pada percobaan kedua
dengan mengatur nilai gain PID sebagai berikut :
KP = 1.817
KI =1
KD = 1.74
Pada percobaan ketiga didapatkan hasil sebagai berikut :
- Pada 98 derajat C : looping ke 49
- Pada 102 derajat C : looping ke 60
Pada percobaan ini didapatkan hasil settling time yang sedikit lebih lambat
disbanding percobaan ketiga namun didapatkan max overshoot yang bagus
sebesar 2% dan error steady state 0.
Dari hasil ketiga percobaan dengan nilai gain PID yang berbeda beda,
setiap percobaan memiliki respon yang berbeda serta memiliki kekuangan
dan kelebihan masing masing. Dari hasil analisis ketiga tuning diatas
percobaan ketiga dinilai paling ideal dan stabil disbanding dengan percobaan
lainnya. Percobaan ketiga mendapatkan respon yang cukup cepat, overshoot
yang kecil, dan tanpa ada error steady state.
Gain Gain Gain Error Steady State Settling Time Error RMS
KP KI KD ¿ ¿) (looping ke : ) ¿ ¿)
1.817 1 1.74 100-100=0 98 0 C =49
1020 C =60
Analisa Grafik
Grafik Respon
120
100
80
Respon Suhu
60
40
20
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96 101 106 111 116
Looping
Grafik respon :
Dari hasil grafik respon diatas dapat dilihat jenis grafik tersebut adalah
underdump karena masih memiliki overshoot sebelum mencapat steady state.
Grafik dimulai dengan start suhu sebesar 25 derajat Celcius dan memiliki set
poin sebesar 100 derajat Celcius
Grafik Error
80
70
60
50
Error Suhu
40
30
20
10
0
1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76 81 86 91 96 101 106 111 116
-10
Looping
Grafik Error :
Dari hasil grafik eror didapatkan eror dapat dihilangkan sehingga tidak terjadi
steady state error. Error dimulai dari suhu 75 derajat Celsius hingga 0 derajat
celcius.
Karakteristik respon transien