Petunjuk Ansedfar 2019
Petunjuk Ansedfar 2019
Di susun Oleh:
Praktikum Analisa Sediaan Farmasi merupakan salah satu mata kuliah yang harus
ditempuh oleh mahasiswa s1 Farmasi untuk dapat menyelesaikan pendidikannya. Pelaksanaan
praktikum merupakan tahapan penting bagi mahasiswa sebagai sarana untuk dapat mencapai
kompetensi psikomotorik sesuai dengan kurikulum yang telah disusun. Oleh sebab itu diperlukan
suatu Petunjuk Praktikum sebagai upaya untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tersebut.
Petunjuk praktikum Analisa Sediaan Farmasi ini disusun dengan mengacu pada silabus yang
terangkai dalam Kurikulum Program Studi S1 Farmasi sehingga diharapkan dapat menjadi rambu-
rambu dalam melaksanakan praktikum yang berkualitas.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. Peralatan Praktikum
Tiap mahasiswa/kelompok mahasiswa akan mendapatkan satu set peralatan saat praktikum.
Berdasarkan hal ini, maka setiap mahasiswa/kelompok mahasiswa wajib:
1. Meja kerja dan alat kerja harus selalu bersih. Tidak diperkenankan meninggalkan peralatan
dalam keadaan kotor di meja kerja. Pada akhir kerja, anda harus membersihkan meja kerja
dengan lap kering yang bersih.
2. Jangan meminjam alat dari meja lain. Jika memerlukan peralatan tambahan, harap
meminjam kepada laboran yang bertugas, dan mencatatnya pada buku peminjaman.
3. Jika ada peralatan rusak atau pecah, harus segera dilaporkan untuk diketahui (dicatat dalam
laporan kerusakan alat) dan mendapat gantinya.
4. Mahasiswa wajib mengganti alat yang rusak/pecah maksimal 1 bulan kemudian
5. Peralatan-peralatan untuk pemakaian bersama, seperti: timbangan, spektrofotometer UV-
Vis, shaker, hot plate stirrer, waterbath dll, terletak di luar meja kerja, di dalam ruang
laboratorium. Mahasiswa WAJIB mempergunakan dengan penuh tanggungjawab.
B. Bahan-bahan Kimia
Bahan kimia dipakai bersama dan disimpan pada rak-rak di meja kerja. Reagen-reagen khusus
yang diperlukan dan tidak tersedia akan dijelaskan oleh Laboran/asisten. Pada saat praktikum,
maka mahasiswa wajib memperhatikan hal-hal di bawah ini:
1. Cairan, padatan maupun sisa larutan harus dibuang/dikumpulkan ke dalam wadah limbah
yang sudah disediakan, sesuai dengan labelnya.
2. Ambil secukupnya saja untuk percobaan. Reagen atau bahan kimia yang telah diambil dari
tempatnya tidak boleh dikembalikan ke wadah semula.
3. Botol bahan yang telah dipakai harus dikembalikan ke rak. Tidak boleh dibawa ke tempat
sendiri, karena akan mengganggu pemakaian oleh kelompok lain.
C. Keselamatan saat Praktikum
Laboratorium kimia adalah wilayah kerja yang berbahaya. Tidak dibenarkan bekerja seorang diri
di laboratorium. Berdasarkan hal ini maka mahasiswa wajib memperhatikan hal-hal di bawah ini
demi keselamatan saat praktikum.
1. Setiap aktifitas dan selama berada di laboratorium, wajib berpakaian sewajarnya,
memakai jas laboratorium sebagaimana mestinya, bersepatu, dan bila perlu
menggunakan sarung tangan dan masker.
2. Rambut panjang atau jilbab harus dijepit rapi sehingga tidak mengganggu pekerjaan anda,
menjerat peralatan atau terbakar api.
3. Mengetahui letak kotak PPPK, pintu keluar/darurat dan pemadam kebakaran di area sekitar
laboratorium. Jangan paksakan diri anda bekerja apabila kondisi fisik anda tidak sehat.
4. Bila bahan kimia jatuh mengenai kulit, segera bilas kulit dengan air mengalir dan laporkan
ke Laboran/asisten. Bila bahan kimia jatuh mengenai pakaian, lepaskan dan cuci kulit di
bawahnya dengan air.
5. Jangan membaui campuran reaksi secara langsung. Kurangi keterpaparan diri anda oleh
uap bahan kimia secara langsung. Jika ingin membaui sesuatu kipaslah uap tersebut
dengan tangan ke muka anda.
6. Bekerjalah di lemari asam bila menggunakan konsentrasi yang pekat dan bahan berbahaya.
Jebak uap beracun yang keluar dari reaksi ke dalam air atau bahan yang sesuai atau
lakukan percobaan dalam lemari asam.
7. Untuk mengencerkan asam, tuang asam pekat ke dalam air, tidak sebaliknya.
8. Jangan menggosok-gosok mata atau anggota badan lain dengan tangan yang mungkin
sudah terkontaminasi bahan kimia.
9. Dilarang menggunakan HP/laptop, makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
iv
D. Pelaksanaan Praktikum
Demi kelancaran praktikum di Laboratorium Kimia Analisa Obat IIK BW Kediri, maka:
1. Mahasiswa dituntut untuk dapat bekerja mandiri maupun berkelompok.
2. Mahasiswa wajib hadir di ruang praktikum sesuai jadwal praktikum yang sudah
ditetapkan.
3. Selama di ruang praktikum, mahasiswa mengenakan baju praktikum dan hanya
diperkenankan membawa peralatan tulis/hitung dan kelengkapan praktikum.
4. Tas diletakkan di tempat yang sudah disediakan, jangan lupa amankan barang–barang
anda, misalnya HP, uang, dll.
5. Mahasiswa wajib mengikuti instruksi tim laboratorium, bekerja dengan tenang, dan
mengerjakan laporan secara individual.
6. Sebelum melaksanakan praktikum mahasiswa wajib melakukan inventarisasi alat dan
melaporkan jika ada alat yang tidak sesuai kondisinya.
7. Selama pelaksanaan praktikum mahasiswa tidak diperkenankan meninggalkan praktikum
tanpa ijin dosen atau pembimbing praktikum.
8. Mahasiswa wajib membuang sampah praktikum sesuai ketentuan yang berlaku di
laboratorium.
9. Setelah selesai praktikum, mahasiswa wajib membersihkan, merapikan, peralatan dan
tempat praktikum serta mengiventarisasi kembali alat yang sudah digunakan.
10. Mahasiswa wajib mencatat seluruh hasil praktikum, serta meng-acc-kan data kepada
Dosen.
11. Hanya mahasiswa yang tidak hadir karena: sakit (surat ijin dari dokter), ada anggota
keluarga yang meninggal dan mendapat tugas dari Prodi/Fakultas/Institut, yang
diperkenankan untuk mengikuti praktikum susulan (inhall), pada kelas yang lain.
12. Sanksi akan diberikan apabila mahasiswa melanggar instruksi ataupun melakukan kegiatan
di luar aktifitas praktikum contoh mengerjakan tugas kuliah lain selama kegiatan
praktikum, melakukan kegiatan yang membahayakan diri sendiri maupun praktikun
lainnya, dll.
v
PERCOBAAN 1
I. Tujuan Percobaan:
1. Menentukan panjang gelombang (lamda) maksimum kalium permanganat (KMnO4).
2. Menentukan operating time kalium permanganat (KMnO4).
II. Landasan Teori
Dalam analisis spektrofotometri UV-Vis, apabila sinar polikromatis maupun
monokromatis mengenai suatu media, maka intensitasnya akan berkurang. Berkurangnya
intensitas sinar terjadi karena adanya serapan oleh media tersebut dan sebagian kecil
dipantulkan atau dihamburkan. Dalam percobaan ini, intensitas sinar diukur setelah melalui
larutan. Intensitas sinar yang diserap dapat ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar tanpa adanya serapan dan intensitas dengan serapan. Larutan yang tidak menyerap
sinar disebut dengan larutan blanko, yaitu merupakan larutan yang tidak mengandung analit.
Agar diperoleh hasil yang sempurna, sinar yang digunakan haruslah sinar
monokromatis dan dipilih yang benar-benar diserap oleh larutan analit. Panjang gelombang
(lamda) yang digunakan untuk analisis adalah panjang gelombang maksimum, yaitu
panjang gelombang yang memiliki serapan (absorbansi) maksimal. Hal ini didasari oleh
beberapa alasan, yaitu:
1. Perubahan absorbansi karena perubahan konsentrasi lebih sensitif dan lebih cepat
teramati.
2. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi linier, sehingga
memenuhi hukum Lambert-Beer.
3. Jika dilakukan pengukuran ulang, akan menghasilkan hasil yang cukup konstan.
Operating time atau waktu operasional merupakan waktu yang dibutuhkan suatu
senyawa untuk bereaksi dengan senyawa lain hingga terbentuk senyawa produk yang stabil.
Kestabilan senyawa produk diketahui dengan mengamati hubungan antara waktu
pengukuran dengan absorbansi larutan. Cara penentuan operating time adalah dengan
melakukan pengukuran absorbansi larutan selama beberapa waktu, misalnya 30 menit,
dengan interval tertentu hingga diperoleh absorbansi yang tetap (stabil). Pengukuran
serapan ini dilakukan pada panjang gelombang maksimal.
1
Cara kerja:
1. Ditimbang KMnO4 sebanyak 50 mg
2. Masukkan ke Beaker glass dan tambahkan aquades
3. Aduk hingga KMnO4 larut sempurna lalu masukkan ke labu ukur 100 mL
4. Tambahkan aquades hingga garis batas labu ukur lalu kocok hingga homogen
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan awal
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
M1 = Konsentrasi larutan awal
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Cara Kerja:
1. Dipipet 20 mL larutan baku induk KMnO4 500 ppm, lalu masukkan ke dalam labu ukur
100 mL
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen
1. Dipipet 4 mL larutan baku induk KMnO4 100 ppm, lalu masukkan ke dalam labu ukur
100 mL
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen
2
4. Atur panjang gelombang dan absorbansi blanko di-blank-kan lalu baca nilai absorbansi
larutan uji dengan menarik tuas pada spektrofotometer UV-Vis
5. Ulangi langkah kerja no 4 untuk mengukur absorbansi larutan uji pada panjang
gelombang yang lain.
6. Tentukan panjang gelombang max, yaitu panjang gelombang yang memiliki nilai
absorbansi tertinggi.
F. Hasil Percobaan
a. Data penentuan lamda (λ) maksimal
9 530
10 540
11 550
12 560
13 570
14 580
15 590 λ (nm)
3 5 menit
(A)(A)
4 7 menit
5 10 menit
6 12 menit
7 15 menit
dst Waktu (menit)
3
PERCOBAAN 2
I. TUJUAN :
1. Mahasiswa dapat menentukan persamaan kurva baku KMnO4
2. Mahasiswa dapat menentukan konsentrasi sampel yang mengandung KMnO4
V1 x M1 = V2 x M2
Keterangan :
V1 = Volume larutan yang harus dipipet
V2 = Volume larutan yang akan dibuat
4
M1 = Konsentrasi larutan awal
M2 = Konsentrasi larutan yang akan dibuat
Cara Kerja:
1. Dipipet 20 mL larutan baku induk KMnO4 500 ppm, lalu masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen
1. Dipipet 2 mL larutan baku induk KMnO4 100 ppm, lalu masukkan ke dalam labu ukur
100 mL
2. Tambahkan aquades sampai tanda batas lalu kocok hingga homogen
3. Lakukan langkah kerja no 1 dan 2 untuk pembuatan larutan baku seri KMnO4 4, 6, 8 dan
10 ppm dengan menghitung volume yang harus dipipet terlebih dahulu
5
3. Atur panjang gelombang pada panjang gelombang maksimal KMnO4, absorbansi blanko
di-blank-kan lalu baca nilai absorbansi larutan sampel dengan cara menarik tuas pada
spektrofotometer UV-Vis.
4. Tentukan konsentrasi sampel, yaitu dengan mensubstitusikan nilai absorbansi larutan
sampel ke dalam persamaan kurva baku yang diperoleh pada langkah kerja D.
6
PERCOBAAN 3
I. TUJUAN
1. Membuat kurva baku vitamin C untuk mendapatkan persamaan regresi linier
2. Menentukan kadar vitamin C dalam sediaan injeksi
V1 C1 V2 C 2
25 mL . 5 ppm V2 .100 ppm
25 mL . 5 ppm
V2
100 ppm
V2 1,25 mL
- Mengambil 1,25 mL larutan baku induk dengan pipet ukur kemudian diad kan 25
mL dengan labu ukur
- Begitu pula dengan perhitungan dan pengenceran kadar 10 ppm, 25 ppm, 50 dan
80 ppm
B. PREPARASI SAMPEL
- Siapkan satu sediaan injeksi vitamin C, buka wadah dan ambil cairannya
menggunaan spuit 3 cc
7
- Masukkan ke labu ukur 100 mL bilas dan ad kan hingga batas tanda
- Ambil 1 mL larutan kemudian, masukkan labu ukur 100 mL, ad kan hingga tanda
240
241
242
243
244
245
10
20
50
80
8
Data dari konsentrasi dan absorbansi kemudian dibuat persamaan regresi linear dan
tentukan nila R2
Y= a + bx
X Vs
% Kadar sampel FP 100%
1000 Ms
Keterangan :
X : konsentrasi larutan sampel (ppm)
Vs : volume sampel
Ms : massa sampel
FP : Faktor Pengenceran
9
PERCOBAAN 4
I. TUJUAN
1. Membuat kurva baku asetosal untuk mendapatkan persamaan regresi linier
2. Menentukan kadar asetosal dalam sediaan tablet
III.CARA KERJA
A. PEMBUATAN LARUTAN BAKU ASETOSAL
- Siapkan timbang 100 mg asetosal, gerus kemudian tambahkan 10 ml NaOH 1M
pada beaker glass, goyangkan tanpa diaduk
- Panaskan larutan hingga mendidih dan kemudian dinginkan
- Masukkan ke labu ukur 250 ml, bilas dan ad kan dengan aquadest
- Buat larutan baku seri dengan kadar 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, 50 ppm dan 80 ppm
Sebanyak 25 ml, kemudian diencerkan dengan larutan FeCl3 0,02 M hingga garis
tanda
10
- Perhitungan larutan baku 5 ppm
V1 C1 V2 C 2
25 mL . 5 ppm V2 .100 ppm
25 mL . 5 ppm
V2
100 ppm
V2 1,25 mL
- Mengambil 1,25 ml larutan baku induk dengan pipet ukur kemudian diad kan 25
ml dengan labu ukur
- Begitu pula dengan perhitungan dan pengenceran kadar 10 ppm, 25 ppm, 50 dan
80 ppm
517
518
519
520
521
522
11
VII. PEMBUATAN KURVA BAKU DAN PENENTUAN REGRESI LINEAR
- Analisis tiap seri kadar larutan baku ppm pada panjang gelombang maksimum
yang didapat
- Masukkan aquadest pada kuvet blanko, bilas 1x sebelumnya
- Masukkan seri kadar larutan baku, bilas 1 x sebelumnya
- Running spektrofotometer sesuai panjang gelombang maksimum
- Didapat nilai absorbansi dari tiap seri kadar larutan baku
10
20
50
80
Data dari konsentrasi dan absorbansi kemudian dibuat persamaan regresi linear dan
tentukan nila R2
Y= a + bx
X Vs
% Kadar sampel FP 100%
1000 Ms
Keterangan :
X : konsentrasi larutan sampel (ppm)
Vs : volume sampel
Ms : massa sampel
FP : Faktor Pengenceran
12
PERCOBAAN 5
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar asetosal dalam sampel tablet
O OH
+ CH CCONa
O C CH 3 3
→ COONa
+ NaOH
COONa
13
III. METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan adalah: buret, Erlenmeyer, gelas beker, pipet volume, pipet
tetes, mortar-stamper, push ball, gelas ukur, statif.
Bahan yang dibutuhkan: akuades, sampel tablet aspirin, larutan NaOH 0,1 N, larutan
asam oksalat 0,05 N, indikator PP 1%, etanol netral.
B. Prosedur Kerja
B.1. Standardisasi larutan NaOH 0,1 N dengan asam oksalat (H2C2O4) 0,05 N.
1. Pipet 10 mL H2C2O4, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
2. Tambahkan 3 tetes indikator PP 1%.
3. Menitrasinya dengan NaOH sampai larutan berubah menjadi merah muda
konstan.
4. Titrasi diulang sebanyak 3 kali.
A. Hasil Pengamatan
Standardisasi
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
14
Penetapan kadar:
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Rata-rata
Perhitungan:
V N NaOH V N H 2 C 2 O4
V N H 2C2O4
N NaOH
V NaOH
Rata-rata
15
Vsampel N NaOH
mL ~ N ~
Kadar asetosal (b/b) =
mg ~ 100%
M 1000
Ket: Vsampel = Volume NaOH yang digunakan saat titrasi sampel (mL)
NNaOH = Normalitas NaOH hasil standardisasi (N)
mL~ = Volume kesetaraan (mL)
N~ = Normalitas kesetaraan (N)
mg~ = massa kesetaraan (mg)
M = massa sampel (g)
16
PERCOBAAN 6
I. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar NaCl dalam infus
Ag+ + X- AgX(p)
REAKSI :
a. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl
AgNO3 + NaCl AgCl (end putih) + NaNO3
2 AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 (end merah bata) + 2KNO3
ALAT : Buret, Erlenmeyer, gelas beaker, pipet volume, gelas ukur, batang pengaduk,
tabung reaksi, pipet tetes
BAHAN : infus NS; NaCl 0,05 N; AgNO3 0,1 N; K2CrO4; Akuades
PROSEDUR :
1. Standarisasi AgNO3 dengan NaCl
a. Pipet 10,0 mL NaCl 0,05 N, masukkan ke dalam Erlenmeyer
b. Tambah 3 tetes indikator K2CrO4
c. Titrasi dengan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata.
2. Penetapan Kadar (3x PK)
a. Pipet 5 mL sampel Infus NaCl, masukkan ke dalam Erlenmeyer
17
b. Tambah 3 tetes indikator K2CrO4
c. Titrasi dengan AgNO3 sampai terbentuk endapan merah bata.
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
2. Penetapan kadar:
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Rata-rata
18
Perhitungan:
V N AgNO3 V N NaCl
V N NaCl
N AgNO3
V AgNO3
Rata-rata
Perhitungan:
V N AgNO3
mL ~ N ~
Kadar NaCl dalam Infus (b/v) =
mg ~ 100%
V 1000
19
PERCOBAAN 7
I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar Vitamin C dalam sampel
tablet
Bahan yang dibutuhkan: akuades, sampel tablet vitamin C, larutan KIO3 0,05 N,
Na2S2O3 0,1 N, I2 0,1 N, KI 5%, indikator amilum 1%, H2SO4 2N
B. Prosedur Kerja
B.1. Standardisasi larutan Na2S2O3 dengan KIO3 0,05 N.
Pipet 10 mL KIO3, masukkan ke dalam Erlenmeyer.
Tambahkan 5 mL larutan KI 5%
Tambahkan 2 mL H2SO4 2N, lalu tutup dengan plastik
20
Titrasi dengan Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning muda
Tambahkan 6 tetes indikator amilum 1%
Titrasi lagi dengan Na2S2O3 hingga larutan berwarna jernih/bening
Ulangi pengambilan data 3X
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
2. Standardisasi I2
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
21
3. Penetapan kadar:
Hasil Pengamatan
Perlakuan
Sebelum Sesudah
Rata-rata
Perhitungan:
V N Na2S2O3 V N KIO3
V N KIO3
N Na2 S2O3
V Na2 S2O3
Rata-rata
Perhitungan:
V N I 2 V N Na2 S2O3
V N Na2S2O3
N I2
V I2
22
6. Penentuan kadar Vitamin C
Rata-rata
Vsampel N I 2
mL ~ N ~
Kadar Vitamin C (b/b) =
mg ~ 100%
M 1000
23
PERCOBAAN 8
I. TUJUAN
Untuk mengetahui ada atau tidaknya Antalgin dalam obat tradisional sediaan padat
II. PRINSIP
Prinsip percobaan ini adalah analisa kualitatif Antalgin secara KLT setelah diekstraksi dari
cuplikan
24
inflamasi. Metode KLT dapat digunakan untuk identifikasi awal ada atau tidaknya
antalgin dalam obat tradisional sehingga dalam percobaan ini akan dilakukan uji kualitatif
antalgin menggunakan metode KLT.
B. PROSEDUR
Pembuatan Larutan Uji (A)
Dua gram cuplikan dimasukkan dalam Erlenmeyer, tambahkan 20 mL metanol,
distirer selama 5 menit kemudian saring. Filtrat ditampung di atas cawan porselen
dan diuapkan di atas waterbath sampai volume 5 mL.
Identifikasi KLT
Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan di KLT sbb:
Fase diam : silika gel GF 254
Fase gerak : 1. Etil asetat : asam asetat glasial ( 24 : 1)
2. kloroform – aseton ( 4 : 1)
Penjenuhan : dengan kertas saring
Volume penotolan : larutan A dan B masing-masing 15 uL
Penampak bercak : lampu UV 254 nm.
25
PERCOBAAN 9
I. TUJUAN :
Melakukan identifikasi ada atau tidaknya paracetamol dalam obat tradisional sediaan
padat
II. PRINSIP :
Analisis kualitatif paracetamol secara kromatografi lapis tipis setelah diekstraksi.
26
identifikasi awal ada atau tidaknya parasetamol dalam jamu sehingga dalam
percobaan ini akan dilakukan uji kualitatif parasetamol menggunakan metode KLT.
Bahan:
Jamu pegal linu, Kertas saring, aluminium voil, baku pembanding parasetamol,
etanol, kloroform, metanol, amonia dan etil asetat.
V. CARA KERJA
A. Pembuatan Larutan Uji
Dua gram sampel jamu ditambahkan 50 mL etanol, kemudian dihomogenkan
menggunakan shaker selama kurang lebih 30 menit dan disaring. Diuapkan pada suhu
70 °C, di atas penangas air hingga kering dan sisa penguapan ditambahkan 5 mL
etanol. (A)
B. LARUTAN BAKU:
Dibuat dengan paracetamol 0,1% b/v dalam etanol P. (B)
C. IDENTIFIKASI :
Larutan A dan B ditotolkan secara terpisah dan dilakukan kromatografi lapis tipis
sebagai berikut :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : i. Etil asetat : etanol : amonia (85 : 10 : 5)
ii. kloroform – methanol (90 : 10)
Penjenuhan : dengan kertas saring
Volume penotolan : larutan A dan B masing-masing 10 μL
Jarak rambat : 10 cm
Penampak bercak : i. Cahaya ultraviolet 254 nm.
ii. Campuran sama banyak larutan besi (III) klorida 2% b/v
dengan larutan kalium ferisianida 1% b/v, bercak warna
biru.
27
Lampiran 1. Format Laporan Praktikum
PERCOBAAN 1
JUDUL PERCOBAAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. DASAR TEORI
III. ALAT DAN BAHAN
IV. CARA KERJA
V. HASIL PERCOBAAN
VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN
VIII. DAFTAR PUSTAKA
IX. LAMPIRAN (Berisi : perhitungan, dokumentasi percobaan dan
pengolahan data)
Catatan:
b. Prosedur kerja dibuat dalam bentuk diagram alir atau berupa narasi menggunakan kalimat
pasif.
c. Hasil percobaan: data sampel dan hasil percobaan dapat disajikan dalam bentuk tabel,
grafik atau gambar. Hasil pengamatan yang berupa kromatogram harus diberi judul dan
keterangan yang lengkap.
d. Pembahasan: membahas tentang metode-metode yang akan dipraktekkan, hasil yang
diamati, alasan pengambilan kesimpulan dan informasi lain yang terkait langsung dengan
kesimpulan
e. Laporan ditulis tangan menggunakan tinta berwarna hitam
28