Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

Kelompok 2
Penyusun :
1. A
2. B
3. C
4. D
5. e

PROGRAM STUDI ILMU KEERAWATAN


STIKES dr.SOEBANDI
JEMBER
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas asuhan keperawatm kegawatdaruratan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW  dan semoga dilimpahkan
pula kepada keluarganya, serta kepada para pengikutnya yang setia, ta’at dan patuh kepada ajaran
yang dibawanya sampai hari akhir.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan.
Harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa di STIKES
dr.Soebandi Jember . Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunanya harapan besar kritik dan saran yang membangun tentang makalah ini.

Jember, 28 April 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................

Konsep Dasar
A. Definisi.....................................................................................................................................
B. Epidemiologi............................................................................................................................
C. Klasifikasi.................................................................................................................................
D. Etiologi.....................................................................................................................................
E. Patofisiologi.............................................................................................................................
F. Manifestasi Klinis.....................................................................................................................
G. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................................................
H. Penatalaksanaan......................................................................................................................

Konsep Asuhan Keperawatan (sesuai teori)


A. Asuhan Keperawatan pada Kasus ...........................................................................................
B. Pengkajian : Triage dan Pengkajian ........................................................................................
C. Analisa Data.............................................................................................................................
D. Intervensi ................................................................................................................................
E. Implementasi ..........................................................................................................................
F. Evaluasi....................................................................................................................................

PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................
C. FORMAT ASKEP DAN TRIAGE....................................................................................................
KONSEP DASAR

A. Definisi
Cedera kepala berat adalah kondisi saat seseorang mengalami benturan atau tekanan keras
pada kepala yang menyebabkan cedera berat pada otak. Jika tidak ditangani dengan cepat dan
tepat, kondisi ini dapat berakibat fatal. Trauma kepala berat adalah trauma kepala yang
mengakibatkan penurunan kesadaran dengan skor GCS 3-8, mengalami amnesia >24jam
(Haddad, 2012).
Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa(trauma) yang menimpa struktur
kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan structural dan atau gangguan fungsional jaringan
otak (Sastrodiningrat,2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah
suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
dan dapat menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-
Brown, Thomas, 2006)

B. Epidemiologi
Berdasarkan data dari National Center for Injury Prevention and Control, Centers for Disease
Control and Prevention(CDC), di Amerika Serikat sekitar 1,7 juta penduduk mengalami trauma
kepala dan merupakan penyebab tersering ketiga (30,5%) dari kematian terkait trauma di
Amerika, dengan 52.000 kasus di antaranya meninggal, 275.000 kasus menjalani perawatan di
rumah sakit (CDC, 2010).
Di Inggris, trauma kepala merupakan diagnosis primer pada 77.239 pasien yang datang ke
rumah sakit pada periode 2013-2014 (Hazeldine dkk., 2015). Riskesdas 2013 menunjukkan
insiden trauma kepala di Indonesia sebanyak 4 per 100.000penduduk, dan di Bali dengan angka
kejadian yang lebih tinggi yaitu 6 per 100.000 penduduk. Insiden cedera kepala terutama terjadi
pada kelompok usia produktif antara 15-44 tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013).
Di RSUP Sanglah, penyebab kematian terbanyak oleh karena kecelakaan adalah multiple
trauma (16%), trauma kepala (4%), trauma abdomen (1%) dan trauma thorak (1%) (Yuniarti,
2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS Hasan Sadikin dari tahun 2008-2010
didapatkan trauma kepala sebanyak 3578 kasus, kejadian pada lelaki (79,8%) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (20,2%), dengan kelompok umur tertinggi 18-45 tahun (Zamzami dkk,
2013). Data cedera kepala di Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar pada tahun
2005 berjumlah 861 kasus, tahun 2006 berjumlah 817 kasus, dan tahun 2007 mengalami
peningkatan yaitu berjumlah 1.078 kasus (Rawis dkk,2016).

C. Klasifikasi
Cedera kepala diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale (GCS). Nilai GCS sama
atau kurang dari 8 didefenisikan sebagai cedera kepala berat, cedera kepala sedang memiliki
nilai GCS 9-13, dan cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14-15. Berdasarkan derajat kesadaran
berdasarkan Skala Koma Glasgowdibagi menjadi (PERDOSSI, 2006) :
1. Minimal : Skala Koma Glasgow 15, gambaran klinik tidak terdapat pingsan dan defisit
neurologi, CT Sken kepala normal.
2. Ringan : Skala Koma Glasgow 13-15, gambaran klinik pingsan kurang dari 10 menit, tanpa
defisit neurologi, CT Sken kepala normal.
3. Sedang : Skala Koma Glasgow 9-12, gambaran klinik pingsan lebih dari 10 menit sampai
dengan 6 jam, dengan defisit neurologi, CT sken kepala abnormal.
4. Berat : Skala Koma Glasgow 3-8, gambaran klinik pingsan lebih dari 6 jam, dengan defisit
neurologi, CT Sken abnormal.

Glasgow Coma Scale


Eye opening Score
Mata terbuka spontan 4
Mata membuka terhadap bicara 3
Mata membuka sedikit setelah dirangsang nyeri 2
Tidak membuka mata 1

Motor Response Score


Menurut perintah 6
Dapat melokalisir nyeri 5
Reaksi menghindar 4
Gerakan fleksiabnormal 3
Gerakan ekstensiabnormal 2
Tidak ada gerakan 1

Verbal ResponseScore
Berorientasi 5
Biacara kacau / disorientasi 4
Mengeluarkan kata-kata yang tidak tepat/ tidak membentuk kalimat 3
Mengeluarkan suara tidak ada artinya 2
Tidak ada jawaban 1

Klasifikasi trauma kepala berdasarkan patologi : (PERDOSSI, 2006)


1. Komosio serebri
2. Kontusio serebri
3. Laserasio serebri

Klasifikasi berdasarkan lokasi lesi : (PERDOSSI, 2006)


1. Lesi difus
2. Lesi kerusakan vaskuler otak
3. Lesi fokal
a. Kontusio dan laserasi serebri.
b. Hematoma intracranial
1. Hematoma ekstradural (epidural)
2. Hematoma subdural
3. Hematoma intraparenkimal
a. Hematomasubarachnoid
b. Hematoma intraserebral
c. Hematoma intraserebellar
D. Etiologi

Cedera kepala berat dapat terjadi akibat pukulan, tekanan, penetrasi, atau sentakan keras ke
kepala. Beberapa kejadian umum yang dapat menyebabkan cedera kepala berat adalah:
1. Jatuh
2. Cedera saat berolahraga
3. Kecelakaan lalu lintas
4. Kekerasan fisik
5. Ledakan bahan peledak atau bahan lainnya
Cedera kepala berat dapat terjadi pada siapa saja, tetapi kondisi ini umumnya lebih berisiko
terjadi pada:
1. Pria
2. Anak-anak, terutama yang berusia kurang dari 4 tahun
3. Dewasa muda, terutama yang berusia 15–24 tahun
4. Lanjut usia, berusia 60 tahun ke atas

E. Patofisiologi
Cedera kepala didasarkan pada proses patofisiologi dibagi menjadi dua yang didasarkan
pada asumsi bahwa kerusakan otak pada awalnya disebabkan oleh kekuatan fisik yang lalu
diikuti proses patologis yang terjadi segera dan sebagian besar bersifat permanen. Dari tahapan
itu, dikelompokkan cedera kepala menjadi dua (Youmans,2011) :
1. Cedera Otak Primer
Cedera otak primer adalah akibat cedera langsung dari kekuatan mekanik yang
merusak jaringan otak saat trauma terjadi (hancur, robek, memar, dan perdarahan).
Cedera ini dapat berasal dari berbagai bentuk kekuatan/tekanan seperti akselerasi rotasi,
kompresi, dan distensi akibat dari akselerasi atau deselerasi. Tekanan itu mengenai tulang
tengkorak, yang dapat memberi efek pada neuron, glia, dan pembuluh darah, dan dapat
mengakibatkan kerusakan lokal, multifocal atau pundifus (Valadka,1996).
2. Cedera Otak Sekunder
Cedera otak sekunder merupakan lanjutan dari cedera otak primer yang dapat
terjadi karena adanya reaksi inflamasi, biokimia, pengaruh neurotransmitter, gangguan
autoregulasi, neuro-apoptosis dan inokulasi bakteri. Melalui mekanisme Eksitotoksisitas,
kadar Ca++ intrasellular meningkat, terjadi generasi radikal bebas dan peroxidasilipid.
F. Manifestasi Klinis
Gejala cedera kepala berat umumya meliputi:
1. Kehilangan kesadaran. Kondisi pingsan bisa terjadi dengan singkat (beberapa menit) maupun
lama (beberapa jam).
2. Gegar otak. Gejala ini bisa ditandai oleh kehilangan fungsi mental secara tiba-tiba dalam
jangka waktu pendek setelah mengalami benturan pada kepala.
3. Kejang-kejang.
4. Masalah dengan panca indera, seperti gangguan pendengaran atau penglihatan ganda.
5. Gangguan pada kemampuan berbicara, contohnya mendadak cadel.
6. Tidak bisa bangun dari tidur.
7. Sakit kepala yang tidak kunjung sembuh atau semakin memburuk.
8. Muntah atau mual yang terjadi berulang kali.
9. Darah atau cairan bening yang keluar dari telinga atau hidung.
10. Kehilangan memori (amnesia).
11. Bengkak atau memar di sekitar mata maupun belakang telinga.
12. Pupil yang membesar pada salah satu atau kedua mata.
13. Kelemahan atau mati rasa pada jari tangan atau jari kaki.
14. Kesulitan berjalan atau gangguan koordinasi.
15. Gejala kognitif atau mental lainnya, seperti linglung, kegelisahan, hingga koma.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk cidera kepala menurut Rosjidi & Nurhidayat (2007) yaitu :
1. MRI dan CT Scan untuk mengidentifikasi adanya hematoma epidural, menentukan ukuran
intra ventrikuler, kontusio danperdarahan jaringan otak, edema serebri, pergeseran
jaringan otak, fraktur cranium.
2. Angiografi serebral untuk menunjukkan kelainan sirkulasi serebral sepertipergesran
jaringanotak, perdarahan
3. EEG untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis.
4. Sinar x untuk mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur
dari garis tengah, adnya fragmen tulang.
5. BAER (Brain Auditory Evoked Respons) untuk menentukan fungsi korteks dan batang otak.
6. PET ( Positron Emision Tomography) menunjukkan perubahan aktivitas metabolisme pada
otak.
7. Pungsi Lumbal, Cairan Serebrospinal dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subaraknoid
8. GDA (Gas Darah Arteri ) mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan
menigkatnya tekanan intracranial.
9. Kimia / elektrolit darah untuk mengetahui ketidakseimbangan yang berperan yang
berperan dalam peningkatan tekanan intracranial.
10. Pemeriksaan toksikologi untuk mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab
terhadap penurunan kesadaran.
11. Kadar antikonvulsan darah untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup untuk mengatasi.
H. Penatalaksanaan
Kunci manajemen kasus pada cedera beratadalah pada waktu tunggu ABC sehingga
cederasekunder dapat dikurangi. Tindak lanjut padapasien cedera kepala berat rujukan
bersifatdiagnostik karena RS Panti Nugroho belum memiliki CT Scan dan fasilitas ruang
perawatan ICU yang memadai (1 ruang) namun demikian persentase rujukan kasus 13% lebih
rendahdibanding rujukan triwulan I 17,8% hal ini dapat disebabkan oleh prosedur
penatalaksanaan yang sudah terintegrasi dengan triase sehingga prog-nosis pasien dapat
diketahui serta ditindaklanjuti dengan observasi di ruang perawatan.
Dari kasus cedera kepala berat 9% dalam penelitian ini, lebih dari separuh pasien cedera
kepala berat akhirnya meninggal dunia. Kematian tidak ditemukan pasien dengan cedera kepala
ringan maupun sedang.
Kasus Kematian yaitu 4 (5%) dapat dibedakanberdasar prosesnya yaitu:
1). Pasien yang meninggal dalam perjalanan
2). Pasien dalam kriteria Do Not Ressusitation(DNR) 4 kasus, 2 kasus meninggal
beberapasaat di IGD dan 2 kasus meninggal setelah diobservasi di ruang perawatan. Kriteria
pasien DNR yaitu apnea, dilatasi pupil denganpenatalaksanaan ABC yaitu pemasanganEndo
Tracheal Tube (ETT) ternyata munculpermasalahan etika yaitu sampai kapan pasienharus
mendapatkan resisutasi.
Pelaksanaan pertolongan berdasar prinsip ABC yang langsung disertai tindakan resusitasi
dikenal dengan nama initial assessment dalam artisempit. Sedangkan initial assessment dalam
artiluas meliputi tahap persiapan pertolongan sampaipasien siap untuk tindakan definitive atau
dirujuk.
Konsep Asuhan Keperawatan (sesuai teori)

A. Asuhan Keperawatan pada Kasus

B. Pengkajian : Triage dan Pengkajian


Nama : Tn X
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal lahir : 13 april 1989
Tanggal/kedatangan :

C. Analisa Data

D. Intervensi

E. Implementasi

F. Evaluasi
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cedera kepala adalah serangkaian kejadian patofisiologik yangterjadi setelah trauma kepala
yang dapat melibatkan kulit kepala ,tulang dan jaringan otak atau kombinasinya.Cedera kepala
diklasifikasikan berdasarkan nilai Glasgow Coma Scale(GCS). NilaiGCS sama atau kurang dari 8
didefenisikan sebagai cedera kepala berat, cedera kepala sedang memiliki nilai GCS 9-13, dan
cedera kepala ringan dengan nilai GCS 14-15. Tatalaksana pasien cedera kepala dilakukan secara
terpadu meliputi primary surveydan secondary survey.
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Tn. A 30th dengan trauma kepala berat
di ruang IGD RS Sumber Waras disimpulkan :
1. .
2. .

B. Saran

C. Format Askep dan Triage

Anda mungkin juga menyukai