Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN AYAM SEBAGAI

SUMBER BIOGAS RUMAH TANGGA


DI KABUPATEN SEMARANG

Usulan Penelitian

Disusun Oleh:
Fajar
Prisila Rozianthi 20180210097
Muhammad Arya Mudawy 2018021009
Hesti Mela Marsellinda 20180210098

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan energi akan semakin bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk
di suatu wilayah. Permintaan energi minyak bumi semakin meningkat sedangkan energi
cadangan minyak dari bahan fosil (tidak terbaharui) semakin menipis. Hal tersebut akan
mengakibatkan percepatan akan krisis energi dan krisis perekonomian di dunia,
Kelangkaan bahan bakar minyak, yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga
minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat
mengatasi masalah energi secara bersama-sama (Kompas, 2008). Menurut data kantor
energi dan sumber daya mineral 2006, cadangan minyak di Indonesia hanya tersisa
sekitar 9 miliyar barel dan apabila cadangan minyak nini teruse dikonsumsi maka
diperkirakaan akan habis dalam 2 dekade mendatang. Pemerintah menerbitkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No.5 tahun 2006 mengenai kebijakan energi
nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagi pengganti bahan bakar
minyak. Menurut Perpres No.5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN)
menurunnya sumber energi minyak dapat diatasi dengan melakukan konversi dan
konservasi energi. KEN bertujuan mewujudkan ketahanan energi dengan sasaran pada
tahun 2025, diperoleh energi yang bersumber dari minyak sebesar 20%, gas 30%, batu
bara 33%, dan energi baru dan terbarukan sebesar 17%. Salah satu sumber energi yang
dapat diperbaharui yaitu biogas (Ditjen PPHP, 2009).
Biogas merupakan gas-gas yang dihasilkan melalui Teknologi Biodigester Anaerob
yang menggunakan bahan-bahan limbah organic seperti : kotoran hewan, kotoran
manusia, sampah biomasa dan limbah organic lainnya dengan bantuan bakteri. Pada
umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun
demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air
kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana (BPTP Balitbang
Sulawesi Selatan). Industri peternakan merupakan industri yang menghasilkan limbah
padat dan cair dalam jumlah yang besar dengan konsentrasi karbon antara 8000-10000
mg (Mahajoeno, 2009), sehingga industri tersebut berpotensi mencemari lingkungan,
jika tidak dilakukan pengelolaan.
Menurut BPS Provinsi Jawa Tengah 20016 mengenai Populasi Unggas, Kota
Semarang mempunyai ayam petelur sebanyak 692.980 ekor dan ayam potong
sebanayak 1.016.960 ekor. Menurut Yunus (1997) satu ekor ayam petelur dalam 1 hari
dapat menghasilkan kotoran sebesar 0,06 kg sedangkan ayam pedaging menghasilkan
0,1 kg. Limbah kotoran yang diperoleh ayam petelur dengan jumlah 692.980 ekor dapat
menghasilkan 41.578,8 kg/hari dan 101.696 kg/hari limbah kotoran ayam potong.
Limbah padat dan cair kotoran ayam yang dibiarkan atau dibuang ke suatu tempat akan
menjadi sumber pencemaran tanah, air maupun udara, namun apabila dilakukan suatu
pengolahan yang benar maka akan menjadi bahan yang berguna seperti bahan penghasil
energi ataupun menjadi pupuk. Beberapa peternak sudah memanfaatkan limbah ayam
yang ada untuk biogas, namun sering terkendala untuk kelangsungannya.

file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/3696-7852-2-PB.pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/1583-5804-1-PB.pdf
http://www.biru.or.id/2018/04/22/3130/peternak-ayam-di-jawa-tengah-bantu-indonesia-
raih-target-energi-terbarukan.html
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/858-876-1-PB.pdf
https://www.google.com/https://lib.unnes.ac.id/22092/1/3211411051-S.pdf
file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/Inpurwanto_S900809009.pdf
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan biogas dari limbah kotoran ayam?
2. Bagaimana nilai ekonomis biogas dari limbah kotoran ayam?

C. Tujuan
1. Mengetahui proses pembuatan biogas limbah kotoran ayam.
2. Mengetahui nilai ekonomis biogas limbah kotoran ayam.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Biogas
Biogas merupakan hasil dekomposisi bahan organik melalui proses fermentasi
anaerob yang menghasilkan gas bio berupa gas metana (CH4) yang dapat dibakar.
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas yaitu bahan
biodegradable seperti biomassa (bahan organik bukan fosil), kotoran, sampah padat
hasil aktivitas perkotaan dan lain-lain. Salah satu cara menentukan bahan organik yang
sesuai untuk menjadi bahan masukan sistem biogas adalah dengan mengetahui
perbandingan karbon (C) dan nitrogen (N) atau disebut rasio C/N. Untuk menghasilkan
gas metana yang ideal dalam proses dekomposisi anaeraob, diperlikan ratio C/N antara
20-30 (Judoamidjojo,dkk., 1992).
Komponen biogas yang paling penting adalah gas metan, selain itu juga gas-gas lain
yang dihasilkan dalam digester. Menurut Wellinger dan Lindenberg (2000), komposisi
biogas yang dihasilkan sangat tergantung pada jenis bahan baku yang digunakan.
Menurut Kadir (1995) biogas tersusun oleh gas metana (CH 4) 55-80%, karbondioksida
(CO2) 36-45%, Nitrogen (N2) 0-3%, hydrogen (H2) 0-1%, hydrogen sulfide (H2S) 0-1%
dan oksigen (O2) 0-1%. Biogas memiliki nilai kalori sebesar 5500–6700 kcal/m3.
Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas setara dengan elpiji
0,46 kg., minyak tanah 0,62., liter, minyak solar 0,52 liter., bensin 0,80 liter., gas kota
1,50 m3, dan kayu bakar 3,50 kg (Wahyono dan Sudarno, 2012). Apaila biogas
dimanfaatkan sebagai penerangan, energi 1m3 biogas sebanding dengan 60-100W dapat
digunakan selama 6 jam, untuk memasak sebanding dengan memasak 3 jenis makanan
untuk 5-6 orang, sebanding pula dengan menjalankan motor 1 pk selama 2 jam dan
sebanding juga engan 1,25 KWH listrik (Kristoferson dan Bolkaders, 1991).
Biogas memiliki sifat fisik yaitu BM rata-rata 34, titik didih 1 atam -161,490C, titik
beku 1 atm -182,980C. Sedangkan sifat kimianya yaitu tidak berbau, berwarna, tidak
beracun, dan tidak larut dalam air (Muchayat, 2009).
Prinsip pembuatan biogas yaitu dekomposisi bahan organik secara anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar berupa gas
metana (CH4 ) dan karbondioksida (CO2 ). Proses dekomposisi anaerobik dibantu oleh
sejumlah mikroorganisme, terutama bakteri penghasil metan. Teknologi biogas pada
dasarnya memanfaatkan proses pencernaan yang dilakukan oleh bakteri methanogen
yang menghasilkan produk berupa gas methane. Hasil dari pencernaan bakteri tersebut
60% gas metana sedangkan sisanya didominasi gas karbondioksida. Bakteri
methanogen bekerja pada lingkungan tidak ada udara (anaerob) sehingga proses tersebut
dinamakan pencernaan anaerob (digester anaerob).
Reaktor biogas dapat dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan aliran bahan
bakunya :
1. Sistem Curah (Batch)
Pada sistem curah bahan baku isisan reaktor ditempatkan dalam wadah atau
ruang tertentu dari awal hingga selesainya proses pencernaan. Umumnya sistem
ini digunakan pada tahap awal eksperiment untuk mengetahui potensi gas dari
suatu jenis limbah organik. Tipe sistem ini biasanya digunakan untuk limbah
padatan seperti sayuran atau hijauan. Cara kerjanya yaitu tangka tunggal dibuka
dan slurry buangan proses dapat dikeluarkan dan dapat digunakan sebagai pupuk
kemudian bahan baku yang baru dimasukkan lagi kemudian tangka ditutup dan
proses fermentasi dimulai kembali. Gas yang terbentuk akan langsung
disalurkan ke pengepul gas di luar rector berupa kantung yang berbentuk balon.
2. Sistem Mengalir (continue)
Sistem ini terdapat aliran bahan baku atau substrat yang dimasukkan dan residu
yang dikeluarkan pada selang waktu tertentu. Pada proses ini akan menyisihkan
nitrogen pada lumpur buangannya (slurry) dan dapat digunakan sebagai pupuk
prganik. Produksi biogas dapat dipercepat dan konsisten dengan sistem
pemasukan bahan baku/substrat yang kontinyu serja sejumlah kecil buangan
limbah tiap harinya. Hal yang perlu diperhatikan adalah tangka yang digunakan
harus mampu menampung semua bahan yang terus menerus dimasukkan selama
proses pencernaan berlangsung
Perbedaan antara sistem curah dengan sistem mengalir yaitu pada bagaian kontruksi
pengumpul gasnya sedangkan persamaanya mempunyai komponen tangka utama,
saluran pemasukan substrat dan pembuangan residu dan saluran keluarnya gas
(Haryati, 2006).
Perbandingan biaya yang dikeluarkan untuk berbagai jenis bahan bakar
Jenis Bahan Biaya Biaya yang
Jumlah Satuan
Bakar Persatuan (Rp) dikeluarkan (Rp)
3
Biogas 1,00 m
Minyak Tanah 0,62 Liter
LPG 0,46 12 kg
Bensin 0,80 Liter
Kayu Bakar 3,50 Kg

B. Limbah Kotoran Ayam


Limbah kotoran ternak adalah salah satu jenis limbah yang dihasilkan dari kegiatan
peternakan, limbah ini mempunyai andil dalam pencemaran lingkungan. Dari sekian
banyak kotoran ternak yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang
belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian di antaranya terbuang begitu saja,
sehingga sering merusak lingkungan yang akibatnya akan menghasilkan bau yang tidak
sedap.
Menurut Yunus (1997) satu ekor ayam petelur dalam 1 hari dapat menghasilkan
kotoran sebesar 0,06 kg sedangkan ayam pedaging menghasilkan 0,1 kg. Sedangkan
menurut Fontenot et al., (1983) menjelaskan bahwa rata-rata produksi buangan segar
ternak ayam petelur 0,06 kg/hari/ekor dan kandungan bahan keringnya sebanyak 26%
sedangkan kotoran ayam pedaging sebanayk 0,1 kg/hari/ekor dan kandungan bahan
keringnya 25%. Kandungan kotoran ayam yaitu sisa pakan dan serats selulosa yang
tidak dicerna serta mengandung karbohidrat, protein, lemak dan senyawa organic
lainnya. Komposisi kotoran ayam sangat berfariasi tergantung pada jenis ayam, umur,
keadaan individu ayam, jenis makanan. Menurut Malone (1992) dalam Fauziah (2009)
berdasarkan bobot basah kandungan rata-rata unsur pada kotoran ayam petelur adalah
padatan 92%, total N=5,8%, NH4-N=1,48%, P2O5=6,14%, K2O=4,26%, Ca=6,22 ppm ,
Mg=1,37 ppm, sulfida1,05 ppm, Mn=579,00 ppm, Zn=583,00 ppm dan Cu=634,00
ppm. Kandungan protein pada kotoran ayam merupakan sumber nitrogen dan bentuk
nitrogen anorganik lainnya. Penumpukan unsur nitrogen dan sulfide yang terkandung
dalam kotoran ayam akan emngalami dekomposisi oleh mikroorganisme sehingga
membentuk ammonia, nitrat, nitrit, dan gas sulfide yang dapat menimbulkan bau
menyengat (Svensson, 1990). Kandungan C/N kotoran ayam berkisar 10 hal tersebut
menyebabkan produksi ammonia tinggi dan apabila di proses menjadi biogas
memerlukan waktu yang relative lama, sedangkan ratio optimum C/N yaitu antara 20-30
(Demuynck et al., 1984). Sehingga memerlukan tambahan bahan yang mengandung
karbon (C) agar produksi biogas maksimum, bahan tambahan berupa bahan organic
seperti eceng gondok, seresah dan sambah organik.
Konversi kotoran hewan ternak ke biogas
Jumlah Hewan Hasil Biogas Konvensi ke
Ternak (m2) Minyak (liter)
1 sapi/kerbau 2 1,24
2 kuda 2 1,24
8 babi 2 1,24
20 kambing/domba 2 1,24
620 ayam 2 1,24
Sumber : Said, 2007

III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Alat dan Bahan
Berbagai jenis bahan dan ukuran peralatan biogas telah dikembangkan sehingga
dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis, jumlah dan pengelolaan kotoran
ternak. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas (Pambudi 2009).
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung
gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang
paling banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan
organiknya dilakukan secara kontinyu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung
pada kotoran ternak yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan
yang diperlukan sekitar 16 m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan
seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa
prolon.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu limbah kotoran ayam dari ternak
Bapak Yanto Desa Andapraja Kecamatan Sumedang Kabupaten Bandung.
Gambar 1. Pembuatan Biogas
Lokasi yang akan dibangun sebaiknya dekat dengan kandang sehingga kotoran
ternak dapat langsung disalurkan kedalam digester. Disamping digester harus dibangun
juga penampung slurry (lumpur) dimana sluryy tersebut nantinya dapat dipisahkan dan
dijadikan pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

B. Proses Pembuatan Biogas

Tahap Persiapan
Persiapan Alat dan Bahan

Kotoran Ayam dan Air


Dicampur dengan
perbandingan 1:3

Memasukan bahan ke dalam


digester

Biogas

Pengisian Kembali Bahan


Biogas dan Slurry (lumpur)
Secara Otomatis Akan Keluar
Skema Pembuatan Biogas
Adapun cara pengoperasian reaktor biogas skala rumah tangga:
1. Buat campuran kotoran ternak ayam dan air dengan perbandingan 1:1 (bahan
biogas).
2. Masukkan bahan biogas ke dalam digester melalui tempat pengisian selanjutnya
akan berlangsung proses produksi biogas ke dalam digester.
3. Setelah kurang lebih 10 hari air yang ada di dalam manometer akan terlihat naik
karena adanya biogas yang dihasilkan. Biogas sudah dapat digunakan sebagai
bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4. Sekali-sekali water drain dibuka untuk membuang air yang ada di dalam digester
agar terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah
naik ke atas tanpa ada penghalang.
5. Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap pagi dan sore. Sisa
pengolahan bahan biogas berupa slurry (lumpur) secara otomatis akan keluar
dari digester setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa 36 hasil
pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk
organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.

Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk
memasak juga mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat
dan pupuk organik cair dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan
terhadap pemakaian bahan bakar minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
IV. ANALISIS KEUANGAN
A. Modal Awal

No Bahan Harga Kuantitas Total


1. Kotoran Ayam Rp. 500 500 Kg Rp.250.000
2. Seresah Daun Rp 600 162kg Rp 97.200
Total Rp 347.200
No. Biaya Investasi Harga Kuantitas Total
Material Rp.6.000.000 - Rp. 6.000.000
Material Instalasi Rp.1.000.000 - Rp. 1.000.000
Peralatan Rp.150.000 - Rp 150.000
Jasa Tukang Rp 150.000 @2orang Rp 300.000
Total Rp 7.450.000
Jumlah Total Rp. 7.797.200

B. Pengeluaran Per/Bulan

No Operasional Harga Kuantitas Total


Karyawan Rp. 500.000 @ 2 Orang Rp. 1.000.000
Transportasi Rp. 20.000 @ 30 hari Rp. 600.000
Biaya Penyusutan Rp. 115.000 - Rp. 115.000
Digester
Perlengkapan Rp. 1.450.000 @ 3 kali Rp. 4.350.000
Tarif Listrik Rp 150.000 - Rp 150.000
Jumlah Rp 6.215.000

C. Omset Per/Bulan

No Barang Harga Kuantitas Total


Biogas Rp. 18.000 240L (8x30 Rp. 4.320.000
hari)
Pupuk Kompos Rp. 40.000 135kg Rp 5.400.000
Jumlah Rp 9.720.000

Laba bersih per/bulan = Omset per/bulan - pengeluaran per/bulan


= Rp. Rp 9.720.000- Rp 6.215.000
= Rp. 3.505.000

Laba bersih per/bulan = Laba bersih per/bulan x 12


= Rp. 3.505.000 x 12
= Rp. 42.060.000
Modal 1 tahun = Biaya Investasi +(jumlah pengeluaran x 12)
= Rp 7.450.000 +( 6.215.000 x 12)
=Rp 82.030.000

D. Payback Periode (PP)

Cash -R 42.060.00 42.060.00 42.060.00 42.060.00 42.060.00


Flo 82.030.00 0 0 0 0 0
w 0
Year 0 Year 1 Year 2 Year 3 Year 4 Year 5
- - 44.150.00 86.210.00 128.270.00
82.030.00 39.970.00 2.090.000 0 0 0
0 0

Rp 42.060.000
-Monthly case flow in Year 2 = =R 3.505.000
12 months

-Amount needed for payback in Year 2 = R 31.582.000 (Closing balance in Year 1)

R 39.970 .000
-Payback month = = 11,4 months
R 3.505 .000

-Payback period is 1 year and 11,4 months.

E. Return on Investment (ROI)

  Description Calculation
a Aliran Dana - Tahun 1 42,060,000
b Aliran Dana - Tahun 2 42,060,000
c Aliran Dana - Tahun 3 42,060,000
d Aliran Dana - Tahun 4 42,060,000
e Aliran Dana - Tahun 5 42,060,000
f Total Pendapatan (jml a - e) 210.300.000
g Investasi 82.030.000
h Keuntungan (f - g) 128.270.000
i Tahun 5
j Keuntungan pertahun (h / i) 25.654.000
k ROI (j/g x 100%) 31,3%
Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan tingkat ROI adalah sebesar 31,3%.
Seringkali kita hanya berfokus pada margin keuntungan atas produk atau jasa. Tetapi
kita seharusnya juga menghitung ROI secara akurat untuk mendapatkan kepastian dan
keyakinan bahwa bisnis yang dijalankan mampu berkembang. Dalam menjalankan
bisnis, seorang pengusaha harus memerhatikan jumlah dana yang harus diinvestasikan
dalam mencapai target penjualan, jumlah margin keuntungan yang diperoleh, dan
bagian dari margin keuntungan tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan
bisnis. Apabila investasi yang dilakukan hanya menghasilkan margin keuntungan yang
sedikit, maka bisnis tersebut akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa yang
akan datang dan bahkan dalam jangka panjang akan mengalami kegagalan.

F. Net Present Value (NPV)


Interest rate 45% cash flow DCF Discounted Cash Flow
year 0 R-82,030,000 1 R-82,030,000
year 1 42,060,000 0,6897 29.008.782
year 2 42,060,000 0,4756 20.003.736
year 3 42,060,000 0,3283 13.808.298
year 4 42,060,000 0,2262 9.513.972
year 5 42,060,000 0,1560 6.561.360
Net Present Value 3.133.852
The NPV of R 3.133.852at a 45% hurdle rate is even closer to a NPV of zero than the
hurdle rate 30%. Consequently we can say that IRR is between 30% and 45% but closer
to 30%.

Interest rate 30% cash flow DCF Discounted Cash Flow


year 0 R-82,030,000 1 R-82,030,000
0,769
year 1 42,060,000 2 32.352.552
0,591
year 2 42,060,000 7 24.886.902
0,455
year 3 42,060,000 1 19.141.506
year 4 42,060,000 0,35 14.721.000
0,269
year 5 42,060,000 3 11326758
Net Present Value -20.398.718
The NPV of R 20.398.718 at a 30% hurdle rate, although negative is closer to zero.

NB: () = -
Dari hasil perhitungan diatas, nilai bersih Net Present Value (NPV) adalah
Positif dengan nilai sebesar Rp. 3,13 juta. Ini berarti Mesin Produksi yang bersangkutan
dapat menghasilkan sekitar Rp. 3,13 juta setelah melunasi biaya pembelian mesin dan
juga biaya bunga. Sesuai dengan perhitungan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa
rencana investasi usaha pembuatan energi dari limbah cair tahu dan kotoran sapi dapat
dilanjutkan. Pada suku bunga ketika 30% yang terjadi adalah kerugian, sehingga
perkiraan suku bunga yang ideal sekitar 45%.

G. Internal Rate of Return

IRR (Internal Rate of Return)


Rp12,000,000

Rp10,000,000

Rp8,000,000

Rp6,000,000

Rp4,000,000 Y-Values

Rp2,000,000

Rp-
44% 45% 46% 47% 48% 49% 50% 51%
Rp(2,000,000)

Rp(4,000,000)

Rp(6,000,000)

H. Score For Each Project

Factor Succes Weight Score Weighted Score


1. Profit maximisation 0.25 8 2
2. Untilisation of workforce 0.02 2 0.04
3. Utntilitasion of resoure 0.03 8 0.24
4. Increase of market share 0.08 7 0.56
5. Ability to enter new market 0.10 6 0.6
6. Improvement of the company 0.12 8 6
image
7. Satisfaction of stakeholder 0.20 7 1.4
need
8. Dagree of certainty 0.05 8 0.4
9. Congruence with company 0.10 7 0.7
expertise and ability
10. Ease of achieving outcome 0.05 8 0.4
TOTAL 1 69 12.34

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, I. K. 1988. Seluk Beluk Mengenai Kotoran Sapi serta Manfaat


Praktisnya. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

BPPT, 1997a. Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter


Anaerob dan Aerob. http://www.enviro.bppt.go.id/-Kel-1/

EMDI-Bapedal 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia. Sumber


Pengendalian dan Baku Mutu. EMDI-BAPEDAL.

Latifatur Rosyidah, 2016. BIOLITA (BIOgas Limbah CaIr TAhu) Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat di Dusun Dempok, Desa Grogol Kecamatan Diwek,
Kabupaten Jombang dalam Bidang Energi Terbarukan.

Madaniyah. 2013. Skrining Bakteri Fibrinolitik Asal Tanah pada Pembuangan Limbah
Tahu. Skripsi Tidak Diterbitkan. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Jember.

Wahyono, E. H., dan N, Sudarno. 2012. Biogas : Energi Ramah Lingkungan.Yapeka :


Bogor.

Wellinger, A. and Lindenberg, 2000, Biogas Upgrading and Utilization–IEA Bioenergy,


International Bioenergy, France.

Anda mungkin juga menyukai