Presus Cts Neuro-Dikonversi
Presus Cts Neuro-Dikonversi
Diajukan Oleh:
1. Definisi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah penekanan saraf medianus pada
pergelangan tangan yang menimbulkan rasa nyeri, paresthesia, numbness, dan
kelemahan sepanjang perjalan saraf medianus (Chung dkk., 2010). Neuropati ini
disebabkan oleh terperangkapnya saraf medianus pada area carpal tunnel, yang
dibatasi oleh tulang-tulang carpal dan juga transverse carpal ligament. Di area
carpal tunnel terjadi peningkatan tekanan sehingga terjadi penurunan fungsi saraf
medianus pada tingkatan tersebut (Ibrahim dkk., 2012). Keluhan yang timbul
berupa kesemutan pada jari jari tangan I sampai setengah jari IV bagian telapak
tangan, numbness, nyeri, dan kelemahan otot. Angka kejadian CTS sekitar 90%
dari berbagai neuropati lainnya. Setiap tahunnya kejadian CTS mencapai 267 dari
100.000 populasi dengan prevalensi 9,2% pada perempuan dan 6% pada laki-laki.
Di Inggris, angka kejadinnya mencapai 6%-17% yang lebih tinggi dari pada
Amerika yaitu 5% (Ibrahim dkk., 2012). Penderita umumnya usia 40-60 tahun,
perempuan tiga kali lebih beresiko daripada laki-laki (Wipperman dan Potter,
2012).
2. Struktur Anatomi dan biomekanik tangan
Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang , otot, struktur persendiandan
diinervasi oleh beberapa saraf.
a. Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
Wrist joint merupakan sendi yang dibentuk oleh os radius dan ulna bagian
distal, ossa carpal. Sedangkan hand terdiri dari ossa carpal, ossa metacarpal dan
phalanges. Hand dibentuk oleh 29 sendi, 27 tulang dan lebih dari 30 otot dan
tendon yang bekerja bersama-sama untuk menghasilkan gerakan pada sendi.
Anatomi wrist joint dan hand meliputi tulang, soft tissue, persarafan, pembuluh
darah dan biomekaniknya. Pada wrist joint dan hand, area terjadinya CTS yaitu
pada carpal tunnel. Carpal tunnel merupakan sebuah terowongan yang dibentuk
oleh flexor retinaculum sebagai atap dan carpal sulcus sebagai dasar. Tulang
pembentuknya terdiri dari os hamatum, pisiformis, os scapoideum, os trapezoid
dan tendon flexor carpi radialis. Kemudian dilapisi oleh kapsul dan anterior
radiocarpal ligament. Nervus medianus memasuki area terowongan tersebut yang
dikelilingi oleh empat tendon dari superficial flexors, empat tendon dari deep
flexors dan long flexor (Chammas dkk., 2014).
Fleksor wrist 3 5
Ekstensor wrist 3 5
Ulna deviator 5 5
Radial deviator 5 5
6. Kemampuan fungsional
Terdapat nyeri tekan pada area carpal tunnel dan nyeri gerak ketika gerak
dorsal dan palmar wrist kanan, penurunan lingkup gerak sendi wrist kanan dan
terdapat penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor wrist kanan.
- Functional limitation
Pada kasus CTS yang ringan dengan terapi konservatif umumnya prognosa
baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi hanya
dilakukan pada pasien yang lama menderita CTS penyembuhannya relatif
bertahap. Kesembuhan yang paling cepatt dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri
yang kemudian diikuti dengan perbaikan sensorik. Sekalipun prognosa CTS
dengan terapi konservatif maupun operatif cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh
kembali masih tetap ada (Wipperman dan Potter, 2012).
IX. Pelaksanaan terapi
1. Ultrasound
a. Persiapan alat : Memastikan tidak ada kabel yang lecet, menyambungkan
kabel dengan stop kontak dan pastikan alat siap untuk digunakan.
menyiapkan gel dan tisuue
b. Persiapan pasien : Pasien tidur terlentang di atas bed dengan posisi tangan
kanan supinasi dan diletakkan di samping badan, test sensibilitas pasien
panas dan dingin, memastikan pasien bebas dari kontra indikasi.
c. Pelaksanaan : Menentukan titik nyeri, membersihkan area yang diterapi
dengan alkohol dan tissue, menentukan dosis: a) Waktu terapi : 3 menit b)
Intensitas : 1,0 W/cm2 c) Frekuensi : 1 MHz, memberikan gel US pada
pergelangan tangan pasien (area carpal tunnel), meletakkan tranduser
diatas gel pada pergelangan tangan pasien, tekan tombol start sambil tetap
menggerakkan tranduser, gerakan tranduser ritmis dan dinamis.
2. Stretching exercise
a. Posisi pasien berdiri, gerakan pergelangan tangan dorsi fleksi dengan
shoulder fleksi 900 dan elbow ekstensi. Tekan/ dorong dengan tangan kiri
selama 8x hitungan dan diulang sebanyak 5x.
b. Posisi pasien masih sama seperti gerakan pertama tapi posisi pergelangan
tangan mengepal dan gerakkan seperti gerakan sebelumnya begitu juga
dosis pengulangan seperti gerakan pertama.
c. Posisi pasien duduk dengan telapak tangan supinasi, pegangan terapis pada
area telapak tangan yang segaris dengan radius dan ulna, lalu terapis
memberikan tekanan dan melalukan gerakan seperti membuka.
3. Resisted exercise
a. Posisi pasien tidur terlentang, posisi tangan pronasi. Terapis
memberikan tahanan pada punggung pasien dan pasien diminta untuk
melawan tahanan yang diberikan oleh terapis. Dilakukan gerakan
hingga 8- 12x.
b. Posisi pasien tidur terlentang dan tangan pasien supinasi. Terapis
memberikan tahanan pada telapak tangan pasien dan pasien diminta
untuk melawan tahanan yang diberikan oleh terapis. Dilakukan
gerakan hingga 8-12x.
X. Evaluasi
1. Nyeri dengan VDS
Jenis nyeri T1 T6
Ekstensor 3 5
Fleksor 3 5
Gerakan T1 T6
Aktf S=60-0-45 S=O70-0-60
Pasif S=65-0-50 S= 75-0-65
Pasein dengan nama Gista berusia 16 tahun dengan diagnose CTS dekstraa telah
dilakukan fisioterapi sebanyak 6 kali dengan modalitas us, ir, dan terapi latihan
dan sudah terdapat penurunan nyeri, peningkatan lgs dan peningkatan kemampuan
fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
1. Helmi, N.Z. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal.Jakarta:Salemba
Medika.
2. Fry, AC. 2004. The Role of Resistance Exercise Intensity on Muscle Fibre
Adaptations. Sports Med. Vol 24. Page 663-679.
3. Kisner, C dan Colby, LA. 2007. Terapeutic Exercise. 5 th Ed.
Philadelphia: Davis Company
4. Bilgici, A., Canturk., F., Kuru, O., dan Uluroy, H. 2010. The Comparation
of Ultrasound Treatment and Local Steroid Injection Plus Splinting in the
Carpal Tunnel Syndrome: Randomized Controlled Trial. Journal Citatium.
Vol 111. Page 659-665.
5. Chang, YW., Chen, HL., Horng, YS., Hsieh, SH., Lee, KC., dan Horng,
YS. 2014. Comparative Effectiveness of Ultrasound and Paraffin Therapy
in Patients With Carpal Tunnel Syndrome: A Randomized Trial. BMC
Musculoskeletal Disorders. Vol 15. Page 1-7.
6. Depkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
80 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Fisioterapis. Jakarta: Depkes RI.
7. Drapper, DO dan Prentice, WP. 2002. Terapeutic Modalities for Physical
Therapists.2 th Ed. Philadelphia: McGraw Hill Medical Publishing
Division.
8. Ibrahim, I., Goddard, N., Khan, WS., dan Smitham, P. 2012. Carpal
Tunnel Syndrome: A Review of The Recent Literature. The Open
Orthopaedics Journal. Vol 6. Page 69-76.
9. Wipperman,J dan Potter, L. 2012. Carpal Tunnel Syndrome-Try These
Diagnostic Maneuvers. The Journal of Family Practice. Vol 61. No 12.
Page726- 732.
10. Chammas, M., Boretto, J., Burmannc, LM., Ramosc, RM., Netoc FCDS.,
Silvac, JB. 2014. Carpal tunnel syndrome – Part I (Anatomy, Physiology,
Etiology and Diagnosis). Revista Brasileria de Orthopedia. Vol 49. No 5:
Page 429–436.
11. Putz, R dan Pabst, R. 2012. Atlas Anatomi Manusia Sobata.
Dialihbahasakan oleh Y Joko S. Jakarta: EGC.
12. Edmond, SL. 2006. Joint Mobilization/ Manipulation. 2 th Ed.
Philadelphia: Mosby Elsevier.
13.