Anda di halaman 1dari 22

RESUME

EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


“KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA,

REPRESENTASI DAN DISPOSISI”

DALA ZULYANI (19205041)

Dosen Pembimbing:

Dr. ALI ASMAR, M.Pd

PROGAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
I. Kemampuan Komunikasi Matematika
A. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematika
Komunikasi matematika adalah kemampuan menyatakan dan
menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau grafik (Depag,
2004).
Menurut National Center Teaching Mathematics (NCTM, 1996;
Broody, 1993; Miriam, dkk, 2000) komunikasi matematika merupakan :
1. Komunikasi dimana ide matematika diekspoitasi dalam berbagai perspektif,
membantu mempertajam cara berpikir siswa dan mempertajam kemampuan
siswa dalam melihat berbagai keterkaitan materi matematika;
2. Komunikasi merupakan alat bantu “mengukur” pertumbuhan pemahaman;
dan merefleksikan pemahaman matematika para siswa;
3. Melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasikan dan
mengkonsolidasikan pemikiran matematika mereka;
4. Komunikasi antar siswa dalam pembelajaran matematika sangat penting
untuk: pengkonstruksian pengetahuan matematika, pengembangan
pemecahan masalah, dan peningkatan penalaran, menumbuhkan rasa
percaya diri, serta peningkatan keterampilan social.
5. “ Writingand talking” dapat menjadi alat yang sangat bermakna (powerful)
untuk membentuk komunitas matematika yang inklusif.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
adalah proses penyampaian suatu informasi dari satu orang ke sehingga mereka
mempunyai makna yang sama terhadap informasi tersebut. Melalui
komunikasi, ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan dan
dikembangkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan komunikasi
matematika siswa adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan dimana
siswa dapat menyatakan ide-ide matematika menggunakan simbol atau bahasa
matematika secara tertulis sebagai representasi dari suatu ide atau gagasan,
dapat melukiskan atau menggambarkan dan membaca gambar, diagram, grafik
maupun tabel, serta pemahaman matematika dimana siswa dapat menjelaskan
masalah dengan memberikan argumen terhadap permasalahan matematika
yang diberikan.
B. Pentingnya Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika
Matematika yang umumnya identik dengan perhitungan angka-angka
dan rumus, telah memunculkan anggapan bahwa skill komunikasi
matematika tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan
ini menurut Greenes dan Schulman tidaklah tepat karena komunikasi
matematika memiliki peran :
1. Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi
matematika.
2. Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam
eksplorasi dan investasi matematika.
3. Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk
memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat,
menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
C. Aspek-aspek Komunikasi Matematika
Baroody (Ansari: 2003) mengatakan bahwa pembelajaran harus dapat
membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek
komunikasi yaitu representing (refresentasi), listening (mendengar),
reading (membaca), discussing (diskusi) dan writing (menulis).
1. Representing (representasi)
Representasi adalah: (1) bentuk baru sebagai hasil translasi dari suatu
masalah atau ide, (2) translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam
simbol atau kata-kata (NCTM, 1989: 26). Misalnya, representasi bentuk
perbandingan ke dalam beberapa model kongkrit, dan representasi suatu
diagram ke dalam bentuk simbol atau kata-kata.
2. Listening (mendengar)
Mendengar merupakan aspek penting dalam suatu komunikasi. Seseorang
tidak akan memahami suatu informasi dengan baik apabila tidak mendengar
yang diinformasikan. Dalam kegiatan pembelajaran mendengar merupakan
aspek penting.Ansari (2003: 23) mengatakan bahwa mendengar merupakan
aspek penting dalam komunikasi. Siswa tidak akan mampu berkomentar
dengan baik apabila tidak mampu mengambil inti sari dari suatu topik
diskusi. Siswa sebaiknya mendengar dengan hati-hati manakala ada
pertanyaan dan komentar teman-temannya.
3. Reading (membaca)
Salah satu bentuk komunikasi matematika adalah kegiatan membaca
matematika.Membaca matematika memiliki peran sentral dalam
pembelajaran matematika.Sebab, kegiatan membaca mendorong siswa
belajar bermakna secara aktif.Istilah membaca diartikan sebagai serangkaian
keterampilan untuk menyusun intisari informasi dari suatu teks.Kemampuan
mengemukakan ide matematika dari suatu teks, baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan merupakan bagian penting dari standar komunikasi
matematika yang perlu dimiliki siswa. Sebab, seorang pembaca dikatakan
memahami teks tersebut secara bermakna apabila ia dapat mengemukakan
idea dalam teks secara benar dalam bahasanya sendiri.
4. Discussing (diskusi)
Salah satu wahana berkomunikasi adalah diskusi. Dalam diskusi akan
terjadi transfer informasi antar komunikan, antar anggota kelompok diskusi
tersebut. Diskusi merupakan lanjutan dari membaca dan mendengar. Siswa
akan mampu menjadi peserta diskusi yang baik, dapat berperan aktif dalam
diskusi, dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya apabila
mempunyai kemampuan membaca, mendengar dan mempunyai keberanian
memadai.
5. Writing (menulis).
Salah satu kemampuan yang berkontribusi terhadap kemampuan
komunikasi matematika adalah menulis.Dengan menulis siswa dapat
mengungkapkan atau merefleksikan pikirannya lewat tulisan (dituangkan di
atas kertas/alat tulis lainnya). Dengan menulis siswa secara aktif
membangun hubungan antara yang ia pelajari dengan apa yang sudah ia
ketahui.
D. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika
Untuk melihat kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
pembelajaran matematika dapat dilihat dari indikator-indikator kemampuan
komunikasi dalam matematika.Banyak pendapat yang mengemukakan
tentang indikator-indikator komunikasi matematika. Misalnya, Indikator
kemampuan komunikasi matematika yang diungkapkan oleh Sumarmo
(2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa:
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea
matematika.
2. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan
dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika
4. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
5. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi Matematika tertulis
6. Membuat konjektur, menyusun argumen, merumuskan definisi dan
generalisasi
7. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang telah dipelajari.
Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis
pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat
dari:
1. Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis,
dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual.
2. Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide
matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
3. Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika
dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-
hubungan dan model-model situasi.
Tabel 1. Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi
Matematika
Skala
0 1 2 3 4
Respon siswa
- Menghubung- Tidak Ada jawaban, Dapat Dapat Jawaban
kan benda- ada tetapi kurang menghubung menghubung benar, mampu
benda nyata, jawaban tepat dalam kan benda- kan benda- menghubungk
gambar, dan menghubungkan benda nyata, benda nyata, an benda
diagram ke benda-benda gambar, dan gambar, dan nyata, gambar
dalam ide nyata, gambar diagram ke diagram ke dan diagram
matematika dan diagram ke dalam ide dalam ide ke dalam ide
dalam ide matematika matematika matematika
matematika dengan tepat tetapi ada
tetapi sedikit
jawaban kesalahan
salah
Tidak Jawaban ada, Dapat Dapat Jawaban
- Menjelaskan
ada tetapi kurang menjelaskan menjelaskan benar, mampu
situasi dan
jawaban tepat situasi, dan situasi, dan menjelaskan
relasi
menjelaskan relasi relasi ide, situasi,
matematika
situasi, dan matematika matematika dan relasi
secara lisan
relasi secara lisan secara lisan matematik,
atau tulisan
matematika atau tulisan atau tulisan secara lisan
dengan benda
secara lisan atau dengan dengan maupun
nyata,
tulisan dengan benda nyata, benda nyata tulisan,
gambar,
benda nyata, gambar, gambar, dengan benda
grafik dan
gambar , grafik grafik dan grafik nyata, gambar,
aljabar
dan aljabar aljabar maupun grafik dan
dengan tepat aljabar aljabar
tetapi tetapi ada
jawaban sedikit
salah jawaban
yang salah
- Menyatakan Jawaban ada, Dapat Jawaban benar
Tidak Dapat
peristiwa tetapi kurang menyatakan mampu
ada menyatakan
sehari-hari tepat peristiwa menyatakan
jawaban peristiwa
dalam menyatakan sehari-hari peristiwa
sehari-hari
bahasa atau peristiwa sehari- dalam sehari hari
dalam
simbol hari dalam bahasa atau dalam bahasa
bahasa atau
matematika bahasa atau simbol atau simbol
simbol
simbol matematika matematika
matematika
matematika dengan
dengan
tepat, tetapi
tepat, tetapi
ada sedikit
jawaban
jawaban
salah
yang salah
Catatan: Dimodifikasi dari Fauzan, 2012

E. Contoh Soal Kemampuan Komunikasi Matematika


Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Kelas/Semester : VIII/ I
Standar Kompetensi : Memahami sistem persamaan linear dua variabel
dan menggunakannyadalammenyelesaikan
masalah
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Indikator komunikasi No.
Kompetensi matematis Soal
2. 1  Menjelaskan  Menyatakan peristiwa sehari- 1
Menyelesaikan SPLDV dalam hari dalam bahasa atau
sistem persamaan berbagai bentuk simbol matematika
linear dua variabel dan variabel

2.3 Menyelesaikan  Menyelesaikan  Menjelaskan ide situasi dan 2


model SPLDV dengan relasi matematika secara
matematika dari menggunakan lisan atau tulisan dengan
masalah yang grafik garis lurus benda nyata, gambar dan
berkaitan grafik
dengan sistem
persamaan
linear dua
variabel dan
penafsirannya

1. Reni, Fitri, Ran, Hani pergi ke toko buku. Reni membeli 5 pensil dan 5
penghapus dengan harga Rp. 35.000,00. Fitri membeli 3 pensil dan 7 buku
dengan harga Rp. 27.000. Ran membeli 5 penghapus dan 4 penggaris
dengan harga Rp. 25.000, sedangkan Hani membeli 2 kotak pensil dan 1
rautan dengan harga Rp. 5.000. Tuliskanlah kalimat tersebut ke dalam
bahasa matematika ! kemudian dari jawaban yang ananda berikan,
analisislah perbedaan Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) dan Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) !
Penyelesaian :
Misal :
 Pensil dimisalkan dengan a
 Penghapus dimisalkan dengan b
 Buku dimisalkan dengan c
 Penggaris dimisalkan dengan d
 Kotak pensil dimisalkan dengan e

 Rautan dimisalkan dengan f


Maka,
 Reni membeli 5 pensil dan 5 penghapus Rp35.000
 5a+5b = 35.000
 Fitri membeli 3 pensil dan 7 buku dengan harga Rp 27.000
 3a +7c = 27.000
 Ran membeli 5 penghapus dan 4 penggaris dengan harga Rp25.000
 5b+4d = 25.000
 Hani membeli 2 kotak pensil dan 1 rautan dengan harga Rp 5.000
 2e +f = 5.000
Misal :
 5a +5b = 35.000
 3a +7c = 27.000
 Dst…
disebut dengan PLDV yaitu persamaan yang mandiri, yaitu penyelesaian
PLDV itu tidak terkait dengan PLDV yang lain.
Misal :

3e +3f = 18.000
2e +f = 5.000
merupakan SPLDV terdiri dari dua PLDV yang saling terkait, dalam arti
penyelesaiannya dari SPLDV harus sekaligus memenuhi kedua PLDV
pembentukannya.

II. Kemampuan Representasi Matematika


A. Pengertian Kemampuan Representasi Matematika
Menurut NCTM (dalam Teacher Professional Development and
Classroom Resaurces Across the Curriculum), representasi membantu
menggambarkan, menjelaskan, atau memperluas ide matematika dengan
berfokus pada fitur-fitur pentingnya. Representasi meliputi simbol,
persamaan, kata-kata, gambar, table, grafik, objek manipulatif, dan tindakan
serta mental cara internal berpikir tentang ide matematika. Representasi
adalah alat berpikir yang kuat, namun bagi banyak siswa, kekuatan ini tidak
dapat diakses kecuali mereka menerima bimbingan terarah dalam
mengembangkan repertoar mereka.
Semakin banyak terlibat belajar matematika, siswa dapat
memperluas pemahaman ide matematika atau hubungan dengan berpindah
dari satu jenis representasi ke representasi yang berbeda dari hubungan yang
sama. Ini adalah salah satu alasan bahwa penting bagi siswa untuk
menggunakan berbagai bahan manipulatif, yang selanjutnya berkaitan
dengan metode untuk memecahkan masalah.
Terdapat beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkenaan
tentang representasi yaitu:
1. Representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematik yang
bersangkutan (Cai, Lane, & Jacabcsin dalam Syarifah Fadillah).
2. Representasi didefinisikan sebagai aktivitas atau hubungan dimana satu
hal mewakili hal lain sampai pada suatu level tertentu untuk tujuan
tertentu dan yang kedua oleh subjek atau interpretasi pikiran.
Representasi menggantikan atau mengenai penggantian suatu obyek,
penginterpretasian pikiran tentang pengetahuan yang diperoleh dari
suatu obyek, yang diperoleh dari pengalaman tentang tanda representasi
(Parmentier dalam Syarifah Fadillah).
3. Representasi merupakan proses pengembangan mental yang sudah
dimiliki seseorang, yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai
model matematika, yakni: verbal, gambar, benda konkret, tabel, model-
model manipulatif atau kombinasi dari semuanya (Steffe, Weigel,
Schultz, Waters, Joijner, & Reijs dalam Syarifah Fadillah).
4. Dalam psikologi umum, representasi berarti proses membuat model
konkret dalam dunia nyata ke dalam konsep abstrak atau simbol. Dalam
psikologi matematika, representasi bermakna deskripsi hubungan antara
objek dengan simbol (Hwang, Chen, Dung, & Yang dalam Syarifah
Fadillah).
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi
adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematika yang ditampilkan siswa
sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang
digunakan untuk menemukan solusi dari masalah yang sedang dihadapinya
sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Suatu masalah dapat
direpresentasikan melalui gambar, kata-kata (verbal), tabel, benda konkrit,
atau simbol matematika.
B.    Jenis-Jenis Kemampuan Representasi Matematika
Hiebert dan Carpenter (dalam Syarifah Fadillah) mengemukakan
bahwa pada dasarnya representasi dapat dinyatakan sebagai representasi
internal dan representasi eksternal. Berpikir tentang ide matematika yang
kemudian dikomunikasikan memerlukan representasi eksternal yang
wujudnya antara lain: verbal, gambar dan benda konkrit. Berpikir tentang
ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar
ide tersebut merupakan representasi internal.
Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara
langsung karena merupakan aktivitas mental dari seseorang dalam
pikirannya (minds-on). Tetapi representasi internal seseorang itu dapat
disimpulkan atau diduga berdasarkan representasi eksternalnya dalam
berbagai kondisi; misalnya dari pengungkapannya melalui kata-kata (lisan),
melalui tulisan berupa simbol, gambar, grafik, tabel ataupun melalui alat
peraga (hands-on).
Dengan kata lain terjadi hubungan timbal balik antara representasi
internal dan eksternal dari seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu
masalah. Schnotz (dalam Gagatsis, 2004) membagi representasi eksternal
dalam dua kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive.
Representasi descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai struktur
sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana
dengan makna dari suatu konvensi, yakni teks, sedangkan representasi
depictive termasuk tanda-tanda ikonik yang dihubungkan dengan isi yang
dinyatakan melalui fitur struktural yang umum secara konkret atau pada
tingkat yang lebih abstrak, yaitu, display visual.
C.    Representasi dalam Pembelajaran Matematika
Vergnaud (dalam Syarifah Fadillah) menyatakan representasi
merupakan unsur yang penting dalam teori belajar mengajar matematika,
tidak hanya karena pemakaian sistem simbol yang juga penting dalam
matematik dan kaya akan kalimat dan kata, beragam dan universal, tetapi
juga untuk dua alasan penting yakni: (1) matematika mempunyai peranan
penting dalam mengkonseptualisasi dunia nyata; (2) matematika membuat
homomorphis yang luas yang merupakan penurunan dari struktur hal-hal
lain yang pokok.
Menurut NCTM (dalam dalam Principle and Standard for
Mathematics Education, program pembelajaran matematika sebaiknya
menekankan pada representasi matematis untuk membantu perkembangan
pemahaman matematis sehingga siswa mampu:
1. Membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan
mengomunikasikan ide-ide.
2. Mengembangkan suatu bentuk perwujudan dari representasi matematis
yang dapat digunakan dengan tujuan tertentu, secara fleksibel dan tepat
3. Mengomunikasikan representasi untuk memodelkan dan
menginterpretasikan fenomena fisik, social, dan matematis.
Bentuk- bentuk opersional representasi matematik beragam adalah sebagai
berikut:
No Representasi Bentuk Operasional
1 Visual,berupa :         Menyajikan kembali data atau informasi

a.       Diagram, grafik, dari suatu representasi ke presentasi


atau tabel diagram, grafik atau tabel.
        Menggunakan representasi visual untuk
b.      Gambar menyelesaikan masalah
        Membuat gambar pola geometri
        Membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalh dan memfasilitasi
penyelesaiannya
2 Persamaan atau        Membuat persamaan, model matematika
ekpresi atu representasi dari representasi lain yang
matematika diberikan
        Membuat konjektur dari suatu pola
hubungan
        Menyelesaikan masalah dengan melibatkan
ekspresi matematika
3 Kata-kata atau        Membuat situasi masalah berdasrkan data
teks tertulis atau representasi yang diberikan
        Menuliskan interpretasi dari suatu
representasi
        Menuliskan langkah-langkah penyelesaian
masalah metematika dengan kata-kata
        Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu
representasi yang disajikan
        Menjawab soal dengan menggunakan kata-
kata atau teks tertulis

D.  Rubrik Pada Kemampuan Representasi Matematika


Asesmen merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi dan
mengambil keputusan berdasarkan informasi tersebut dengan tujuan
tertentu. Asesmen kemampuan matematis siswa berarti assessment yang
digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan matematis
siswa meliputi : kemampuan pemacahan masalah, penalaran, komunikasi,
koneksi dan representasi, yang bertujuan memutuskan sejauhmana tingkat
kemampuan matematis siswa.  Untuk mengevaluasi kemampuan matematik
siswa dapat menggunakan rubric penskoran atau pembobotan skor.
Rubrik penskoran yang digunakan untuk melihat kemampuan
matematika dengan melihat tingkat kemampuan matematika siswa, strategi
dan komunikasi, rubrik penskoran dapat berbentuk :
Aspek Indikator Skor
Pengetahuan Menunjukkan pemahaman tentang semua konsep dan prinsip 4
Matematika matematis yang terkandung di dalam masalah yang harus
dipecahkannya.
Menggunakan istilah dan notasi matematis yang sesuai
Melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap dan
benar
Menunjukkan bahwa siswa memahami hampir semua konsep 3
dan prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang
harus dipecahkannya.
Menggunakan istilah dan notasi matematis hampir betul.
Melaksanakan algoritma yang relevan dengan lengkap, tetapi
ada kesalahan kecil dalam hitungan.
Menunjukkan bahwa siswa memahami sebagian konsep dan 2
prinsip matematis yang terkandung di dalam masalah yang
harus dipecahkannya.
Berbuat kesalahan yang agak serius dalam hitungan
Tampak bahwa pemahamannnya sangat terbatas tentang 1
konsep dan prinsip matematika yang terkandung di dalam
masalah yang harus dipecahkannya.
Keliru atau tidak dapat menggunakan istilah atau notasi
matematis sebagaimana yang seharusnya.
Berbuat kekelruan parah dalam hitungan
Tidak memahami konsep dan prinsip matematis yang 0
terkandung di dalam masalah yang harus dipecahkannya.
Aspek Indikator Skor
Strategi Menggunakan informasi yang relevan dari luar rumusan 4
masalah yang harus dipecahkannya.
Berhasil mengidentifikasi semua unsur penting di dalam
masalah, dan menunjukkan bahwa siswa tahu hubungan yang
ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan sistematik
dalam memecahkan masalah.
Penyelesaian masalah yang digunakan jelas dan lengkap
prosesnya.
Menggunakan informasi yang relevan dari luar rumusan 3
masalah yang harus dipecahkannya.
Berhasil mengidentifikasi sebagian besar unsur penting di
dalam masalah, dan menunjukkan bahwa siswa tahu hubungan
yang ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok dan sistematik
dalam memecahkan masalah..
Penyelesaian masalah yang digunakan jelas dan hampir
lengkap prosesnya.
Berhasil mengidentifikasi beberapa unsur penting di dalam 2
masalah, tetapi tampak bahwa siswa hampir tidak tahu
hubungan yang ada antara unsur-unsur itu.
Mencerminkan penggunaan strategi yang cocok, tetapi
pemecahan masalah yang dilakukannya tidak sistematis dan
tidak lengkap.
Menggunakan informasi yang toidak relevan. 1
Tidak mampu mengidentifikasi unsur-unsur penting di dalam
masalah yang harus dipecahkannya.
Menggunakan strategi yang tidak cocok.
Tidak ada kejelasan tentang strategi yang digunanaknnya. 
Penyelesaian masalah yang dibuatnya tidak sistematik dan
tidak selesai.
Aspek Indikator Skor
Ada usaha menggunakan informasi yang tidak relevan. 0
Tidak mampu mengidentifikasi unsur-unsur penting dalam
masalah yang harus dipecahkannya.
Mungkin menulis masalah yang harus dipecahkannya.  Tetapi
tidak mampu berusaha memecahkannya.
Komunikasi Memberikan tanggapan yang lengkap, serta uraian yang jelas 4
dan tidak meragukan.
Membuat ganbar atau diagram yang cocok dan lengkap.
Menyampaikan gagasannya dengan jelas.
Menggunakan argumen yang logis dan lengkap.
Memberikan contoh atau contoh-kontra.
Memberikan tanggapan yang agak lengkap, serta uraian yang 3
jelas.
Membuat ganbar atau diagram yang cocok dan agak lengkap.
Menyampaikan gagasannya dengan jelas.
Menggunakan argumen yang logis, tetapi agak kurang
lengkap.
Membuat langkah yang benar dalam memecahkan masalah, 2
tetapi belum selesai.  Di samping itu, penjelasannya agak tidak
jelas.
Membuat gambar atau diagram yang salah atau tidak jelas.
Uraian yang dibuatnya tidak jelas, atau sukar dipahami.
Argumennya tidak lengkap atau kurang logis.
Membuat sedikit langkah yang benar dalam memecahkan 1
masalah.  Langkah yang lain sulit diikuti.
Membuat diagram atau ganmabar yang salah (tidak relevan
dengan masalah yang harus dipecahkannya)
Tidak dapat mengutarakan maksudnya. Kalimatnya tidak 0
menggambarkan masalah yang harus dipecahkannya.
Membuat gambar yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan
masalah yang harus dipecahkannya.
Berikut adalah salah satu bentuk rubrik penilaian pada kemampuan
representasi matematika:
Kompetensi dasar           : Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika
Indikator                        :Menggunakan konsep barisan dan deret dalam
menyelesaikan masalah dan mengidentifikasikan
masalah.
Contoh soal :
Pada malam pertunjukkan dalam rangka membantu korban bencana alam,
ruangan tempat duduk untuk para penonton dibagi atas beberapa baris.
Masing-masing baris terdiri dari 200 tempat duduk. Harga karcis baris
terdepan Rp. 150.000,00 per orang dan harga kacis baris paling belakang
sebesar Rp. 50.000,00 per orang. Selisih harga karcis untuk tiap baris itu
sama. Jika semua karcis habis terjual maka panitia berharap akan
memperoleh uang sebesar Rp. 120.000.000,00. Berapakah harga karcis per
orang dari sebelum baris paling belakang?
Jawab :
Karena selisih harga karcis untuk tiap baris selalu sama maka masalah itu
akan diselesaikan menggunakan deret aritmatika. Perolehan uang dari karcis
kelompok paling depan sebagai suku pertama (a) dan perolehan uang dari
karcis kelompok paling belakang sebagai suku terakhir (Un).
a    = (200)(150.000) = 30.000.000
Un = (200)(50.000) = 10.000.000
Sn = 120.000.000
Ruangan tempat duduk dibagi atas 6 kelompok, maka harga karcis sebelum
kelompok paling belakang adalah merupakan suku kelima (U5).
Jadi harga karcis per orang pada baris sebelum baris paling belakang adalah
Rp. 70.000,00.
Alasan :
1. Siswa dapat melakukan perhitungan dan representasi dalam menyelesaikan
masalah dengan meggunakan konsep barisan dan deret.
2. Siswa dapat menemukan pola dan hubungan antara permasalahn dengan
konsep barisan dan deret.
III. Disposisi Matematis
A. Definisi Disposisi Matematis
Pembelajaran matematika tidak hanya ditujukan untuk mencapai
tujuan kognitif saja melainkan mencapai tujuan afektif pula. Salah satu
faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran matematika yaitu disposisi peserta didik terhadap matematika
itu sendiri. Disposisi sendiri sebenarnya merupakan suatu kata resapan yang
berasal dari bahasa Inggris yakni disposition yang berarti watak, pembagian,
penempatan, penyusunan, pengaturan, atau kecondongan. Sumarno (dalam
Herlina, 2013) mendefinisikan disposisi matematis sebagai keinginan,
kesadaran, kecenderungan dan dedikasi yang kuat pada diri siswa atau
mahasiswa untuk berpikir dan berbuat secara matematis. NCTM (dalam
Trisniawati, 2013) menyatakan disposisi matematis adalah keterkaitan dan
apresiasi terhadap matematika yaitu suatu kecenderungan untuk berpikir dan
bertindak dengan cara yang positif.
Disposisi matematis peserta didik merupakan faktor utama dalam
menentukan kesuksesan pendidikan. Hal tersebut karena secara tidak
langsung sikap disposisi matematis sangat mempengaruhi nyaman atau
tidaknya seorang peserta didik dalam belajar matematika dengan rasa
percaya dirinya. Ketika peserta didik merasa kapabel dalam belajar
metamatika dan menggunakannya dalam memecahkan masalah, maka
peserta didik tersebut akan mampu mengembangkan kemampuan
keterampilan menggunakan prosedur dan penalaran adaptifnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa disposisi matematis yaitu
kecenderungan sikap positif serta kebiasaan peserta didik untuk melihat,
memahami dan menyelesaikan masalah matematika sebagai sesuatu yang
logis dan memandang bahwa apa yang dilakukannya dalam proses
pembelajaran matematika berguna bagi kehidupannya.
B.       Komponen Disposisi Matematis
Disposisi matematis memiliki beberapa komponen yang menjadi
cirri khas atau karakter dari sikap tersebut. Menurut Maxwell (dalam
Trisniawati, 2013) disposisi terdiri dari kecenderungan (inclination),
kepekaan (sensitivity), kemampuan (ability) dan kesenangan (enjoyment).
Yang dimaksud dengan kecenderungan yaitu bagaimana sikap peserta didik
terhadap tugas-tugas. Sedangkan kepekaan yaitu bagaimana kesiapan
peserta didik dalam menghadapi suatu tugas yang diberikan, dan
kemampuan sendiri merupakan bagaimana peserta didik dapat fokus dalam
menyelesaiakn tugas secara lengkap. Komponen terakhir yakni kesenangan
yaitu bagaimana tingkah laku peserta didik dalam menyelesaikan tugas.
Dengan melihat penjelasan tersebut maka tentu saja keempat komponen
disposisi matematis saling berkaitan satu sama lain.
Menurut National Council of Teachers of Mathematics/NCTM
(dalam Mulyana, tanpa tahun) disposisi matematika memuat tujuh
komponen. Adapun komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
1)      Percaya diri dalam menggunakan matematika.
2)      Fleksibel dalam melakukan kerja matematika (bermatematika).
3)      Gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika.
4)      Penuh memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika.
5)      Melakukan refleksi atas cara berpikir.
6)      Menghargai aplikasi matematika.
7)      Megapresiasi peranan matematika.

Penjelasan lebih lanjutnya bahwa percaya diri dalam menggunakan


matematika biasanya termuat dalam suatu proses penyelesaian masalah,
mengkomunikasikan ide matematis dan memberikasn argumentasi. Berpikir
fleksibel sendiri merupakan salah satu komponen dari disposisi matematis
dimana dalam mengeksplorasi ide matematis dan mencoba metode alternatif
dalam penyelesaian masalah akan tercermin.
C.       Indikator Disposisi Matematis
Sikap disposisi matematis dapat diukur dengan melihat beberapa
indikator yang menjadi cirri khas dari sikap tersebut. Polking (dalam
Herlina, 2013) mengemukakan beberapa indikator disposisi matematis di
antaranya yaitu sebagai berikut ini.
1) Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan
masalah, memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan.
2) Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematis dan berusaha
mencari metoda alternative dalam memecahkan masalah.
3) Tekun mengerjakan tugas matematika.
4) Minat rasa ingin tahu (curiosity), dan daya temu dalam melakukan tugas
matematika.
5) Cenderung memonitor, merepleksikan performance dan penalaran
mereka sendiri.
6) Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam matematika dan
pengalaman sehari-hari.
7) Apresiasi (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai
matematika sebagai alat dan sebagai bahasa.

Indikator yang telah diungkapkan oleh Polking tidaklah jauh berbeda


dari komponen diposisi matematis yang dicetuskan oleh NCTM. Adapun
pendapat lain dari Killpatrick, Swafford dan Findell (dalam Syaban, 2009)
bahwa indikator disposisi matematis dapat dirinci sebagai berikut.
1)      Menunjukkan gairah dalam belajar matematika.
2)      Menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar.
3)      Menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan.
4)     Menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan
masalah.
5)      Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi.
6)      Menunjukkan kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.

Beberapa indikator yang telah disebutkan tersebut harus termuat dan


terukur dalam pembelajaran matematika sebagai monitor dari ketercapaian
disposisi matematis yang diharapkan dalam pembelajaran matematika.
D. Cara Mengukur Pengembangan Disposisi Matematis
Disposisi matematis sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan prestasi hasil belajar peserta didik perlu diukur
ketercapaiannya. Sikap disposisi peserta didik sebenarnya dapat diukur
melalui pengamatan atau observasi guru terhadap peserta didik dan skala
disposisi dimana hal tersebut tentunya merujuk kembali kepada beberapa
indikator yang telah dibahas sebelumnya. Adapun skala disposisi matematis
yang dapat digunakan harus memuat beberapa pernyataan-pernyataan
masing-masing komponen dari disposisi matematis itu sendiri yang secara
tidak langsung menjadi indikator disposisi matematis. Untuk lebih jelasnya
berikut ini disajikan contoh skala disposisi matematis menurut Wardani
(dalam Trisniawati, 2013) yang bila dilihat dan dikaji lebih dalam dapat
digunakan sebagai alat dalam mengukur indikator yang telah diungkapkan
olehnya pada bagian sebelumnya.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pendapatmu!
SS : sangat setuju S : setuju
TS :tidak setuju STS : sangat tidak setuju
No Respon
Pernyataan
. SS S TS STS
Belajar matematika menjadikan saya
1
percaya diri.
Saya suka belajar matematika dari
2
berbagai sumber
Saya percaya saya akan dapat
3
menyelesaikan semua tugas.
Belajar matematika mendorong saya
4
berpikir bebas.
5 Belajar matematika itu membosankan
Saya percaya mampu menyelesaikan
6
soal yang kompleks.
Soal yang kompleks bagus menantang
7 saya untuk menunjukkan kemampuan
saya.
Belajar matematika membuat saya
8
cemas.

Selain dengan menggunakan skala sikap telah disebutkan bahwa


untuk mengukur disposisi matematis dapat dilakukan dengan observasi atau
pengamatan. Melalui pengamatan, disposisi peserta didik dapat diketahui ada
tidaknya perubahan pada saat peserta didik memperoleh atau mengerjakan
tugas atau masalah matematika yang diberikan. Misalnya pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung dapat dilihat apakah peserta didik tersebut
dalam menyelesaiakn soal matematika yang sulit benar-benar berusaha
sehingga memperoleh jawaban yang benar atau hanya mencari jawaban
seadanya dan mudah putus asa.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/16943583/Kemampuan_Komunikasi_Matematis(diaks
es 27 Maret 2019, pukul 03.54 WIB) Indonesia.
Majid, A. (2015). Strategi pembelajaran. Cetakan Keempat. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
NCTM (1989).Principles and Standard for School Mathematics. Reston, VA :
The National Council of Teacher Mathematics, Inc.

Prayitno & Amti, E. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Cetakan


Kedua. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Samani, M. & Hariyanto. (2012). Konsep dan model pendidikan karakter.
Cetakan Kedua. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Siregar, E. & Nara, H. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia.
Sobandi, dkk. (2014). Makalah pendidikan karakter. Sumedang: Tidak
Dipublikasikan.
Sumarmo, Uteri. 2003.”Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika Pada
Siswa Sekolah Menengah Dan Calon Guru”.Makalah disajikan dalam
seminar Nasional Pendidikan MIPA, FPMIPA, Bandung.
Syaban, M. (2009). Menumbuh kembangkan daya dan disposisi matematis siswa
sekolah menengah atas melalui pembelajaran investigasi. [Online].
Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/
Vol._III_No._2-Juli_2009/08_Mumun_Syaban.pdf

Anda mungkin juga menyukai