Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN STERIL
VALIDASI STERILISASI

Disusun Oleh :
Kelompok 10

Gina Aulia Istiqomah 11194761920090


Maria Theresa 11194761920098
Nur Ayu Amelia 11194761920111

Nurfaizah Jaiyuprilia 11194761920114


Putri Aulia Safitri 11194761920116
Raudatul Jannah 11194761920117

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
A. Sterilisasi ..................................................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 8
A. Alat .............................................................................................................. 8
B. Bahan........................................................................................................... 8
C. Produksi ...................................................................................................... 8
BAB IV ................................................................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 10
A. Hasil ........................................................................................................... 10
B. Pembahasan .............................................................................................. 11
BAB V ................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................ 13
A. KESIMPULAN ......................................................................................... 13
B. SARAN ...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14
JAWABAN PERTANYAAN.............................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya.Secara
pengertian mikro biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri,
hanya saja kata “mikro” yang melekat pada mikrobiologi menimbulkan
pengertian terhadap organisme yang memiliki ukuran kecil atau
mikroskopi. Mikroba adalah jasad hidup yang ukurannya kecil sering
disebut mikroorganisme atau jasad renik. Sterilisasi dalam mikroba ialah
suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di
dalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umumnya dipakai dalam
sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan
penyaringan atau filtrasi. Sumber panas yang digunakan apabila bersama –
sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban
maka disebut sterilisasi kering (Hadioetomo, 1993).
Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang harus
diketahui dan dikuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan –
kegiatan kefarmasian selanjutnya. Obyek yang terbebas dari mikroba
disebut dengan steril. sterilisasi sangat diutamakan baik alat – alat yang siap
pakai maupun medianya. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang
farmasi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi karena merupakan dasar –
dsar kerja dalam laboratorium mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi,
diperlukan teknik teknik agar sterilsasi dapat dilakukan secara sempurna,
dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi media.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum
sterilisasi alat guna memberikan pemahaman tentang hal hal yang berkaitan
dengan sterilisasi serta menambah pengetahuan dan keterampilan tentang
teknik atau tata cara sterilisasi

1
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum sterilisasi alat sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tahapan – tahapan dalam proses validasi alat – alat
sterilisasi.
2. Untuk mengetahui dan memahami hal – hal penting yang harus
diperhatikan sebelum dan sesudah melakukan sterilisasi pralatan dalam
pengamatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau
memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda
atau lingkungan. Peranan sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu
berfungsi untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
microorganism dan memperpanjang waktu simpan (Purnawijayanti, 2001).
Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan
pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya.
Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat
mencemari produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi.
Mikroorganisme pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, khamir (yeast)dan
kapang (jamur) (Hiasinta, 2001).
Macam-macam sterilisasi, menurut (Fauzi, 2013):
a) Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &
pemijaran.
1. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L dan lain-lain
2. Sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan ovenumumnya pada suhu160-
170°C selama 1-2 jam. Sterilisasi panas kering cocok untuksterilisasi
serbuk yang tidak stabil terhadap uap air,alat yang terbuat dari kaca
misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain.
Sterilisasi uap panas, konsep ini mirip dengan mengukus. Sterilisasi
dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan dengan menggunakan
autoklaf. Pada sterilisasi ini umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam
waktu 15 menit dengan suhu 121°C.
b) Sterilisasi Kimia
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya di pergunakan

3
dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Proses sterilisasi antiseptik
kimia ini biasanya dilakukan dengan cara langsung memberikan pada alat
atau media yang akan disterilisasi. Pemilihan antiseptik terutama tergantung
pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.
c) Sterilisasi Mekanik (Filtrasi)
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel
dan lain-lain, bahwa setiap bahan, proses, kegiatan, system, perlengkapan
atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pegawasan akan
senantiasa mencapai hasil yang diinginkan (Voight, 1995).
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang fungsinya untuk
mensterilkan suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi
biasanya suhu yang digunakan 121°C dan bertekanan 15 kg/cm 2 yang
dilakukan selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf
tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan
meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan
membunuh mikroorganisme. Autoklaf ditujukan untuk membunuh
endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan
terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik.

Gambar 1. Autoklaf
Prinsip kerja autoklaf yaitu mensterilkan bahan dengan
menggunakan tekanan uap optimum untuksterilisasi pada suhu 121°C dan
tekanan 15 kg/cm2. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf
lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara
yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan

4
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf
naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses
sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah
proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tunggu tekanan dalam
kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan
(jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). (Fitri Rahmayanti,
2013)
Keunggulan autoklaf adalah dapat mensterilkan alat dan bahan
hingga tidak ada organisme yang hidup lagi. Autoklaf memerlukan waktu
yang singkat untuk sterilisasi. Autoklaf menggunakan suhu dan tekanan
tinggi sehingga memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh
sel dibandingkan dengan udara panas biasa. Autoklaf memiliki kelebihan
yaitu alat perebus yang bertekanan tinggi. (Permatasari dkk., 2013).
Kekurangan autoklaf adalah harus menggunakan air mendidih
karena uapnya memenuhi kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari
klep pengaman. Autoklaf membutuhkan sumber panas yang terus menerus.
Autoklaf membutuhkan peralatan yang butuh perawatan terus menerus
(fardias, 1992).
Laminar Air Flow ( LAF ) adalah suatu alat untuk penyaringan dan
petunjuk aliran udara pada daerah produksi untuk sediaan-sediaan steril
yang berguna dalam menurunkan kemungkinan pengotoran (Ansel, 2005).
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan
steril, menurut (Depkes RI, 2009):
1. Aliran Udara Horizontal (Horizontal Air Flow).
Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi
dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini
digunakan untuk pencampuran obat steril non-sitostatika.
2. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow).
Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga
memberikan lingkungan kerja yang lebih aman.

5
Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan LAF vertikal
Biological Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara di
dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara di ruangan.

Gambar 2. Laminar Air Flow

Prinsip Kerja dari Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai berikut,
menurut (Lifepatch, 2012):
1. Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan
inokulasi/ penanaman.
2. Laminar Air Flow mengutamakan adanya hembusan udara steril yang
digerakkan oleh blower yang disaring oleh HEPA Filter.
3. Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow harus dinyalakan minimal 30
menit dan harus dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan
ruang kerja tersebut terjamin kesterilannya.
4. Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang
berfungsi sebagai penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.
5. Agar Laminar Air Flow dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan
perawatan alat harus selalu dilakukan.
Oven merupakan sebuah peralatan berupa ruang termal terisolasi yang
digunakan sebagai pengeringan suatu bahan. Pengeringan menggunakan
oven lebih cepat dibandingkan dengan pengeringan menggunakan panas
matahari. Akan tetapi, kecepatan pengeringan tergantung dari tebal bahan
yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya digunakan untuk skala kecil.
Oven yang kita gunakan adalah elektrik oven yaitu oven yang terdiri dari

6
beberapa tray didalamnya, serta memiliki sirkulasi udara didalamnya. (
Saputra A, 2010 )

Gambar 3. Oven

Kelebihan dari oven yaitu produk yang dihasilkan akan lebih higienis
karena dalam prosesnya alat pengering oven memiliki ruang termal yang
terisolasi sehingga proses pencemaran dari lingkungan luar bisa dihindari,
selain itu juga suhu dan kondisi operasi pengeringan dapat diatur, sehingga
kondisi cuaca tidak berpengaruh terhadap proses pengeringan
menggunakan alat pengering oven (Harrison,2000).
Prinsip kerja oven adalah menghancurkan mikroorganisme
menggunakan udara panas kering dengan cara mengoksidasi komponen sel
ataupun mendenaturasi enzim, suhu yang biasa digunakan untuk sterilisasi
menggunakan oven sekitar 170°C selama ± 2 jam. (pratiwi,2008).

7
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Alat
1. Cawan petri
2. Inkubator
3. Masker
4. Laminar air flow (LAF)
5. Lampu spiritus
6. Ose
7. Oven
8. Autoklaf
9. Penutup kepala
10. Sarung tangan
11. Stopwatch
12. Vial

B. Bahan
1. Aqua pro injeksi (aqua steril)
2. Nutrien agar (NA)

C. Produksi

a) Validasi Autoklaf

Dibuat dua buah sediaan berupa aquadest dan vial

Masing-masing sediaan di autoklaf dengan suhu yang sama dengan waktu yang
berbeda

Dicek sterilitas aquadest dalam masing-masing wadah dengan media nutrien agar
(di prepasi dalam ruang aseptis)

Media nutrien agar yang sudah diisi sampel sediaan inkubasi selama 2x24 jam

8
b) Validasi Laminar Air Flow (LAF)

Laminar air flow dinyalakan, tekanan diatur

Setelah alat dinyalakan, ditunggu 30 menit

Cawan petri yang berisi media nutrien agar dimasukkan ke dalam laminar
air flow dengan posisi tutupnya terbuka

Stopwatch dihidupkan dan ditunggu selama 30 menit

Cawan dikeluarkan dan diinkubasi selam 2x24 jam

c) Validasi Oven

Wadah vial tanpa tutup dibungkus dengan alumunium foi dan disterilkan
dalam oven dengan suhu 70ͦ C dengan waktu 30 menit

Wadah dibilas dengan aqua steril pada bagian di dalamnya dan hasil bilasan
diinokulasi dalam media nutrien agar

Diinkubasi selama 2x24 jam

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Alat yang Keterangan Jumlah Steril Gambar


digunakan Bakteri /
Tidak
Streril
1 Autoklaf 1 15 menit 135 Tidak
steril

2 Autoklaf 2 15 menit 147 Tidak


steril

3 Autoklaf 3 15 menit 160 Tidak


steril

10
4 Oven 1 70 ℃ 164 Tidak
steril

5 Oven 2 160 ℃ 140 Tidak


steril

B. Pembahasan
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh
mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam bahan
makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan makanan sampai
temperature 121 ℃, selama waktu 15 menit. Salah satu contoh alat untuk
melakukan sterilisasi adalah Autoklaf. Tujuan sterilisasi untuk memproses
validasi alat-alat sterilisasi mutlak tidak adanya kontaminasi mikroba.
Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab sebagai berikut
sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan
cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau benda-benda
asing berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah
penanaman dan ketika diletakkan di ruangan. (Agalloco and Carleton, 2008;
Irby, 1994)
Dalam menggunakan alat-alat labotarium kita perlu memperhatikan
alat yang akan kita pakai, untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan
mikroorganisme pathogen termasuk spora yang mungkin telah ada
dipelaratan, karena jika kita menggunakan suatu media dan pelaratan yang
tidak steril kemungkinan media yang kita gunakan tumbuh jasad mikro lain

11
yang seharusnya tidak diinginkan. Dalam mensterilkan alat-alat labotarium,
cara kerjanya harus sesuai dengan alat yang disterilkan ( Yalun,2009)
Pada percobaan pembuatan talkum steril ini alat yang digunakan
untuk mensterilisasi adalah oven dan autoklaf, oven merupakan alat
sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas kering sedangkan autoklaf
merupakan alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas basah. Yang kami
lakukan pada praktikum yang pertama melakukan sterilisasi dengan
membungkus alat-alat yang akan digunakan dengan kertas dan memasukan
ke dalam alat sterilisasi yaitu autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121 ℃
dan oven dengan suhu 70 ℃ dan 80 ℃ dengan waktu 30 menit. Sedangkan
kita Buat nutrient agar 25 gram dalam 500 ml kemudian dituangkan ke
cawan petri secukupnya lalu diamkan sampai nutrien agar menjadi media
bakteri yang baik. Selanjutnya masukan 5 ml aquades injeksi kedalam vial
yang sudah disterilkan lalu di kocok-kocok diamkan lalu masukan 1 ml ke
media nutrien agar pada cawan petri dan masukkan ke dalam inkubator
didiamkan 1× 24 jam. Setelah selesai semua baru ambil cawan petri di
inkubator ke counter coloni untuk menghitung jumlah koloni bakteri yang
ada dalam cawan petri yang sudah di isi dengan nutrient agar. Pada
praktikum kali mendapatkan hasil praktium sterilisasi dari autoklaf pada
suhu 121℃ selama 15 menit yaitu vial 1 hasilnya 135, vial 2 hasilnya 147,
dan vial 3 hasilnya 160, sedangkan vial yang telah disterilisasi
menggunakan Oven dengan suhu 70 ℃ hasilnya 164 dan vial pada oven
dengan suhu 180 ℃ hasilnya 147. Hasil praktikum yang kami lakukan tidak
steril semua karena beberapa factor karena pada saat mengoven cawan petri
listriknya mati dan oven nya juga mati jadi cawan petri di dalam oven tidak
steril, serta alat yang sudah disterilisasi terbuka kertasnya jadi menyebabkan
terkontaminasi , dan juga tutup vial tidak disterilkan jadi mengakibatkan
tutup vial sudah terkontaminasi, saat sudah disterilkan kami lambat
melakukan percobaan yang selanjutnya karena menunggu nutriet agar yang
di buat ulang, nutrient agar yang lama tidak berhasil karena terlalu encer.
Tidak memakai APD yang lengkap atau yang dipersyaratkan dan ruangan
yang kurang steril atau memadai untuk melakukan sterilisasi.

12
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan pada percobaan
kali ini dengan menggunakan alat oven, oven merupakan alat sterilisasi
dengan cara fisik yaitu panas kering. Sterilisasi dilakukan selama 15 menit
dengan suhu 70℃ dan 160℃, kemudian di dapatkan hasil dengan suhu
160℃ pada vial 1 hasilnya 135, vial 2 hasilnya 147, vial 3 hasilnya 160,
sedangkan pada Oven dengan suhu 70℃ hasil yang didapatkan 164 dan
oven 2 hasilnya 147. Hasil praktikum yang kami lakukan tidak steril semua
dikarenakan beberapa factor yaitu pada saat mengoven cawan petri
listriknya mati dan oven nya juga mati jadi cawan petri di dalam oven tidak
steril, serta alat yang sudah disterilisasi terbuka kertasnya jadi menyebabkan
terkontaminasi , dan juga tutup vial tidak disterilkan jadi mengakibatkan
tutup ampul sudah terkontaminasi, selanjutnya karena saat sudah disterilkan
kami terlambat melakukan percobaan yang selanjutnya karena menunggu
nutriet agar yang di buat ulang , nutrient agar yang lama tidak berhasil
karena terlalu encer.

B. SARAN
Sebaiknya untuk uji selanjutnya dilakukan secara aseptis lagi
misalnya menggunakan APD saat masuk ruangan dan melakukan uji agar
hasil yang di dapatkan sesuai dengan keinginan dan literature.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pedoman Dasar
Dispensing Sediaan Steril. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Fauzi, Hikmah . 2013. Sterilisasi dan Macam-macamnya .Lembaga Sumber
Daya Informasi, IPB, Bogor.

Ferdias, S., 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


Harrison, 2000, Preserving Food Drying fruit and vegetable, University of
Geordgia

Hiasinta A. Purnawijayanti. 2001. Sanitasi Hygiene dan Keselamatan


Kerja dalam Pengolahan Makanan. Yogyakarta: Kanisius
Permatasi,dkk.,2013. Uji Pembuatan Marning Jagung dengan
Menggunakan Autoclave. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem.
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

Saputra A dan Ningrum DK, 2010. Pengeringan Kunyit Menggunakan


Microwave dan Oven, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro Semarang

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh


Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.

14
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan sterilisasi dan sebutkan macam-macam uji


sterilisasi ?
Jawab :
Sterilisasi adalah pembebasan suatu material bahan ataupun alat dari
berbagai mikroorganisme hidup atau stadium istirahatnya. Sel –sel vegetatif
bakteri dan fungi dapat dimatikan pada suhu 60 °C dan dalam waktu 5 – 10
menit. Namun spora fungi dapat mati pada suhu di atas 80 °C dan spora
bakteri baru mati di atas suhu 120 °C selama 15 menit. Sterilisasi dan
pasteurisasi dapat di capai dengan cara pemanasan lembab, pemanasan
kering, filtrasi, penyinaran, atau bahan kimia. Semakin tinggi tingkat
kontaminasi mikroorganisme pada suatu alat ataupun bahan maka jumlah
spora semakin banyak yang termos resisten sehingga di perlukan waktu
pemanasan yang lebih lama (Schlegel, 1994).
Macam-macam sterilisasi ada 3 yaitu :
1) Sterilisasi Kimiawi
2) Sterilisasi Fisik
3) Sterilisasi Mekanik

2. Jelaskan mekanisme kerja dari alat-alat sterilisasi seperti, autoklaf, laminar


air flow (LAF), dan oven !
Jawab :
a) Autoklaf : mekanisme kerjanya dimulai dengan pengeluaran udara.
Proses ini berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum
tercipta, uap dimasukkan ke dalam autoklaf. Akibat kevakuman
udara, uap segera berhubungan dengan seluruh permukaan benda,
kemudian terjadi peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi
berlangsung.
b) Laminar air : mekanisme Kerja Laminar Air Flow secara singkat
adalah dengan cara meniupkan udara yang steril secara terus
menerus dan juga konsisten. Sehingga dapat membuat tempat kerja

15
menjadi terbebaskan dari kotoran, debu, dan juga jamur jamur
selama proses penanaman
c) Oven : mekanisme kerjanya dimulai dengan menyalakan dan
suhunya diatur. Untuk sterilisasi biasanya menggunakan suhu 100-
121oC selama 2 jam. Setelah sterilisasi selesai oven dapat
dimatikan, kemudian alat-alat dibiarkan tetap dalam oven selama
beberapa waktu hingga suhu menjadi lebih rendah dan alat-alat
tersebut dapat dikeluarkan

16

Anda mungkin juga menyukai