Anda di halaman 1dari 15

PERTEMUAN 4

PENULISAN SEJARAH SASTRA DI


INDONESIA
 Ada berbagai aspek untuk penyusunan
Sejarah Sastra:
 Meneliti estetika resepsi atau resepsi
tanggapan.
 Penyusunan rangkaian perkembangan
sastra dari periode ke periode atau dari
angkatan ke angkatan
 Penulisan Secara Sinkronik:
membicarakan karya sastra dalam
sebuah periode tertentu.
 Penulisan Secara Diakronis:
membicarakan sejarah sastra dalam
berbagai tingkat perkembangannya,
dari sejak lahirnya hingga
perkembangan yang terakhir
 dapat dilakukan dari sudut tinjauan
perkemangan dari sudut tinjauan
perkembangan puisi Indonesia
modern, sejarah perkembangan alur,
diksi, dan gaya bahasa puisi Indonesia,
dan sebagainya.
Beberapa model Penulisan
Sejarah Sastra
Abad ke-19:
 pada zaman Romantik timbul perhatian
terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan masa lampau.
 teks-teks kuno dikumpulkan.
 Dipengaruhi oleh filsafat positivistik.
Sejarawan Sastra Hypolyte Taine
 Pandangannya dipengaruhi positivistik
yang bertolak pada prinsip kausalitas.
 K.S dapat diterangkan secara tuntas, jika
ditelusuri kembali sejarah terjadinya.
 Tiga faktor: ras, lingkungan, momen.
 Bila diketahui fakta tentang ras,
lingkungan, dan momen dapat
disimpulkan iklim rohani suatu kebudayaan
yang melahirkan pengarang dan karyanya.
Wilhelm Scherer (Jerman)
Menggunakan tiga faktor:
 das Ererbte (warisan)
 das Erebte (pengalaman)
 das Erlente (hasil proses belajar).
Elaborasi disiplin ilmu: fisiologi, psikologi,
linguistik: Seorang Sejarawan Sastra harus
menyerupai seorang berkepala sepuluh.
Ferdinand Bruntiere (Prancis): Suatu
jenis penulisan dilahirkan, menjadi
besar, mencapai puncaknya, mundur,
dan akhirnya mati.
Zaman positivistik ditulis sejarah sastra
pertama: dihubungkan dengan sejarah,
politik, dan sosial, tetapi cenderung
pada riwayat pengarang (biografisme)
Formalisme
Sejarawan Sastra:
1. Sjklovski
2. Tynjanov
Keduanya menekankan pada perkembangan
intern karya sastra. Prinsip mereka
adalah prosede-prosede baru.
Sjklovski
 Sjklovski (1916) mencanangkan Seni
sebagai suatu prosede.
 dia betitik tolak dari pengalaman
umum bahwa pengamatan berkaitan
dengan semacam otomatisme.
 perkembangan sastra merupakan
suatu perubahan terus-menerus dalam
mengadakan penyulapan.
 Pengarang harus mendobrak dan
menyimpang dari norma literer yang
sedang berlaku.
Sjklovoski: sejarah sastra merupakan
proses penggantian otomatisasi dan
pengasingan yang terus-menerus
Sejarah Sastra: sejarah pengasingan
terhadap peyulapan.
Sejarah Sastra dengan metode
Estetika Resepsi
Dipusatkan pada pembac a sastra sebagai
penyambut sastra.
Karya sastra mendapatkan sambutan
pembaca dari waktu ke waktu dan penilaian
kembali.
Akan tetapi, strukturnya berubah melalui
proses sejarah melalui pikiran-pikiran para
pembacanya, kritikus, dan sastrawan.
Sejarah Sastra: sebuah proses resepsi dan
produksi estetis yang terjadi dalam
pelaksanaan teks-teks sastra yang
dilakukan secara terus –menerus oleh
pembaca, kritikus, dan sastrawan.
Sejarah sastra
 diteliti tanggapan-tanggapan
pembaca, konsep-konsep tetang sastra,
norma-norma sastra, yang semuanya
itu menentukan penilaiannya terhadap
sebuah karya sastra atau karya sastra
pada umumnya.
 sejarah sastra merupakan sejarah
karya sastra dari periode atau sejarah
resepsi dari periode ke periode.
Perunutan Perkembangan
Karya Sastra
 karya sastra disusun dalam kelom[ok-
kelompok besar atau kecil,sesuai dengan
kepengarangan atau jenis-jenis sastra, tipe
gaya dan tradisi kebahasaan.
 tidak semua karya sastra dapat
dimasukkan dalam rangkaian sejarah sastra.
Jika sebuah karya sastra tidak menunjukkan
adanya perkembangan dari k.s periode
sebelumnya , tidak dapat dimasukkan .

Anda mungkin juga menyukai