Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

Asuhan Keperawatan Distress Spiritual

Dosen Pembimbing : Herliawati, S.Kp., M. Kes.

Disusun Oleh :

Rani Ayu Putri Utami (04021181320015)

FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan karunia-
Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Jiwa yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Distress Spiritual” dengan baik.

Dengan keterbatasan pengetahuan yang ada, kami tidak akan dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada

1. Dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa yang senantiasa memberikan apresiasi berupa
saran, kritik dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan.
2. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat yang tinggi.
3. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan
pemikiran dan apresiasi dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan berkat, imbalan, serta karunia-Nya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuannya yang tidak ternilai.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan penulisan di kemudian hari.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, pembaca, serta
masyarakat luas terutama dalam hal menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Indralaya, November 2016

2
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan...................................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

A. Definisi Distress Spiritual.....................................................................................................6

B. Mekanisme Koping dari Distress Spiritual...........................................................................6

C. Karakteristik Distress Spiritual.............................................................................................7

D. Etiologi Distress Spiritual.....................................................................................................9

E. Patofisiologi Distress Spiritual...........................................................................................10

F. Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual..............................................................................10

G. Terapi Aktivitas Distress Spiritual......................................................................................11

BAB III..........................................................................................................................................12

PENUTUP.....................................................................................................................................12

A. Kesimpulan.........................................................................................................................12

B. SARAN...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang dalam hidupnya pasti akan menghadapi yang namanya masalah, sikap
seseorang dalam menghadapi sangat ditentukan oleh keyakinan mereka masing-masing.
Keyakinan yang dimiliki setiap orang selalu dikaitkan dengan kepercayaan atau agama.
Spiritual, keyakinan dan agama merupakan hal yang berbeda namun seringkali diartikan
sama. Penting sekali bagi seorang perawat memahami perbedaan antara spiritual, keyakinan
dan agama guna menghindarkan salah pengertian yang akan mempengaruhi pendekatan
perawat dengan pasien.

Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.Berdasarkan konsep


keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan,
kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa
perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya
sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan
intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang
memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan
prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey &
Guzzetta, 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Distress spiritual?
2. Bagaimana mekanisme koping dari distress spiritual ?
3. Bagaimana karakteristik Distress spiritual?
4. Apa saja etiologi dari Distress spiritual?

5. Bagaimana patofisiologi Distress spiritual?

4
6. Bagaimana strategi pelaksanaan Distress spiritual?

7. Apa saja terapi aktivitas Distress spiritual?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui tentang Distress spiritual.

2. Mahasiswa mengerti mekanisme koping dari distress spiritual.

3. Mahasiswa memahami karakteristik Distress spiritual.

4. Mahasiswa mengetahui etiologi dari Distress spiritual.

5. Mahasiswa memahami patofisiologi Distress spiritual.

6. Mahasiswa memahami strategi pelaksanaan Distress spiritual.

7. Mahasiswa mengetahui terapi aktivitas Distress spiritual.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Distress Spiritual


Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang
lain, seni, music, literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri
sendiri (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).

Distress spiritual juga didefinisikan sebagai gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang yang diintegrasikan secara biologis dan psikososial
(EGC, 2011). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa distress psiritual adalah kegagalan
individu menemukan arti atau kebermaknaan kehidupannya.

Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari
seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.(Wilkinson,
Judith M., 2007: 490)

Menurut Monod (2012) Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak
terpenuhi, sehingga dalam menghdapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan
marah kepada tuhan. Distress spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri
sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya (Mesnikoff, 2002 dalam Hubbell et al, 2006).

B. Mekanisme Koping dari Distress Spiritual


Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang
positif (Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu
dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
(Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya
psikologis yang penting, diantaranya adalah:
a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)

6
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana
teori dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan
untuk mengatasi masalah yg dihadapi.
b. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri
dan situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya
dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan
mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).

2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)


Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres dalam
mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi situasi
stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara terus
terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa masalah
tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan berakhir
dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian akan
menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan semua
permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri kepada
sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam mengatasi
situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam
menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan aktivitas yang
dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara teratur, makan
seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi sekunder secara teratur,
tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi obat-abat yang
memperparah keadan sakitnya.

C. Karakteristik Distress Spiritual


Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1. Hubungan dengan diri

7
a. Ungkapan kekurangan

1) Harapan

2) Arti dan tujuan hidup

3) Perdamaian/ketenangan

b. Penerimaan

c. Cinta

d. Memaafkan diri sendiri

e. Keberanian

1) Marah

2) Kesalahan

3) Koping yang buruk

2. Hubungan dengan orang lain

a. Menolak berhubungan dengan tokoh agama

b. Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga

c. Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

d. Mengungkapkan pengasingan diri

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

a. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan


musik, menulis)

b. Tidak tertarik dengan alam

8
c. Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

a. Ketidakmampuan untuk berdoa

b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

e. Tiba-tiba berubah praktik agama

f. Ketidakmampuan untuk introspeksi

g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

D. Etiologi Distress Spiritual


Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik digunakan untuk melihat keadaan fisik pada klien. Pengkajian
fisik biasanya digunakan pada korban tindak penganiayaan, contohnya seperti
abuse
b. Pengkajian Psikologis
Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan, makna
nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan
(Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya
Dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).

1. Faktor Predisposisi

9
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang.

Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,


okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.

2. Faktor Presipitasi

a. Kejadian Stresfull

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan


tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi.

b. Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres


spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan
dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.

E. Patofisiologi Distress Spiritual.


Kozier (2004) juga mengidentifikasi beberapa faktor yang berhubungan dengan
distres spiritual seseorang meliputi masalah-masalah fisiologis antara lain diagnosis
penyakit terminal, penyakit yang menimbulkan kecacatan atau kelemahan, nyeri,
kehilangan organ atau fungsi tubuh atau kematian bayi saat lahir, masalah terapi atau
pengobatan antara lain anjuran untuk transfusi darah, aborsi, tindakan pembedahan,
amputasi bagian tubuh dan isolasi, masalah situasional antara lain kematian atau penyakit

10
pada orang-orang yang dicintai, ketidakmampuan untuk melakukan praktek spiritual
(Carpenitto, 2002 dalam Kozier et al, 2004).

F. Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual.


Tindakan Psikoterapeutik
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien:
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.
c. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
d. Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau
perubahan spiritual dalam kehidupan.
e. Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.
f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
2. Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap spiritual yang
diyakininya.
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan.
e. Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang
dianut oleh pasien.
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
h. Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau
kegiatan spiritual lainnya.

G. Terapi Aktivitas Distress Spiritual.


1. Psikofarmako

a. Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.

11
b. Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan
dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di
Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan secara jelas abuah masuk kedalam
aksis satu, dua, tiga, empat atau lima.
c. Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

d. Mengukur vital sign secara periodik.

2. Manipulasi Lingkungan
a. Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.
c. Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distress spiritual adalah gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan
makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, seni, music,
literature, alam, dan/atau kekuatan yang lebih besar dari pada diri sendiri.

Distress spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual tidak terpenuhi, sehingga dalam
menghdapi penyakitnya pasien mengalami depresi, cemas, dan marah kepada Tuhan. Distress
spiritual dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan Tuhannya.

B. SARAN
Kita sebagai perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan tokoh
masyarakat (ustadz) untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang
mengalami distress spiritual selain obat yang di berikan di rumah sakit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC) (6th ed.). Yogyakarta: Elsevier.
Dochterman, J. M and Bulecheck, G. M., 2004, Nursing Interventions Clasification (NIC),
Mosby: St. Louis, Missouri

Doenges, M. E., Moorhouse. M. F., Geisler. A. C., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC: Jakarta
Hamid, Achir Yani, 1999, Buku ajar Aspek Spiritual dalam Keperawatan, Widya medika:
Jakarta.
Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practice.(7th ed). New
Jersey: Prentice -Hall, Inc.
Nanda Internasional.(2005). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:
EGC.
Nanda Internasional.(2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta:
EGC.
Potter, P. A., Perry, A. G.,.2004. Fundamental Keperawatan, Salemba medika: Jakarta

S, P. A. Y., & Hamid, Mn, Dns. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
EGC. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai