Anda di halaman 1dari 11

Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk

meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya

Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya

Mayzumrotul Hasanah
Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Fivemay@ymail.com

Prof. Dr. Rusijono, M.Pd

Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Modul merupakan media pembelajaran yang bersifat self-instructional yang memuat satu konsep atau unit dari
bahan pembelajaran. Berdasarkan hasil studi observasi awal di SMK Ipiems Surabaya, pembelajaran pada mata
pelajaran gambar bentuk belum memiliki sumber belajar baik LKS maupun buku paket sehingga pembelajaran kurang
maksimal serta siswa hanya terpaku pada guru dalam menerima materi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini yakni
menghasilkan produk modul sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan modul didasarkan pada
karakteristik modul yang bersifat mandiri, dimana siswa tidak tergantung pada guru dalam menerima sebuah informasi
atau materi.

Langkah-langkah pengembangan menggunakan model Rowntree. Dengan menggunakan teknik pengumpulan


data berdasarkan angket untuk ahli materi dan ahli media, sedangkan pengumpulan data berbentuk angket dan tes untuk
siswa. Uji coba dilakukan di SMK Ipiems Surabaya dengan menggunakan sampel siswa kelas X DKV. Untuk
mengetahui keefektifan modul, maka dilakukan pree test dan post test yang kemudian dijadikan bahan perbandingan.
Jika t hitung lebih besar dari t table, maka hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Kajian produk yang dihasilkan menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak untuk dipakai. Hasil uji
coba kelompok besar menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara pree test dan post test yaitu 15.73 >
2.04, dimana t hitung lebih besar dari t table. Sehingga dapa disimpulkan bahwa penggunaan modul dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV SMK Ipiems Surabaya.

Key words: Modul, Gambar bentuk


MODULE DEVELOPMENT ON COURSE OF FORM SKETCH DRAW MATERY SKETCH TO
IMPROVE STUDENT’S LEARNING ACHEVEMENT GRADE X DKV ON SMK IPIEMS SURABAYA

By : Mayzumrotul Hasanah

ABSTRACT

The module is a self instructional medium learning process containing single concept or unit of study


materials. Be based on observe studyresult in SMK Ipiems Surabya the learning on drawing form isn’t yet has a task
book, so the learning is not affectively an the student just see teacher as a only base in learning. That’s why the purpose
of this experiment is to produce a module in self instructinaly, where the student doesn’t depent on teacher to recelving
an information.

Development step in rowntree, by using data collection technique based on angket from media and matery
expert, while data collection based on angket and student rest, experiment holds on SMK Ipiems Surabayaby using
student sample on grade X, to know the module effectiveness there are pre test and post test. Where it used to be a base
on comparation. If tbbigger than t table so this shows us that student has improved their learning result/achievement.

Study that produced on chapter IV shows that module deserve to develop and big group test result is 15.73
>2.04 where t count bigger than t table so can be contact used that using this module an improve student’s learning
achievement.

Key words: development, media modules, sketch draw

1. PENDAHULUAN proses belajar mengajar mereka, Seperti yang


Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi diutarakan Arif S. Sadiman (2006:6) media adalah
manusia, dimana dengan adanya pendidikan dapat perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
mengubah sikap dan tata laku seseorang atau penerima. dalam praktiknya sering kali guru tidak
sekolompok orang dalam usaha mendewasakan dilengkapi dengan media dan bahan ajar yang kurang
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. memadai dan ini menjadi kekurangan dalam proses
Berdasarkan penjelasan Undang-Undang SISDIKNAS belajar mengajar yang berlangsung.
No.20 tahun 2003:71 Pendidikan adalah usaha sadar Dalam studi awal yang dilakukan di SMK
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar IPIEMS Surabaya kelas X DKV ditemukan adanya
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif permasalahan siswa dan guru dalam proses belajar
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki mengajar pada mata pelajaran gambar bentuk materi
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, gambar sketsa, diantaranya yaitu: (1) Dalam proses
kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta belajar mengajar Guru sudah menggunakan alat peraga
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. untuk menyampaikan materi, namun tidak adanya buku
Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang paket ataupun LKS sebagai sumber belajar
saling berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik mengakibatkan kurang adanya materi sebagai panduan
dan subjek didik. Subjek-subjek itu tidak harus selalu dalam mengajar, guru mengembangkan materi hanya
manusia, tetapi dapat berupa media atau alat-alat dari silabus yang disediakan. Ini menjadi kendala
pendidikan. Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi tersendiri dalam proses pembelajaran. (2) Materi
antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai gambar sketsa yang diajarkan tiap tahun ke tahun
tujuan pendidikan. mengalami perbedaan karena tidak adanya buku
panduan. (3) Dipihak siswa kendala terjadi dalam
Penggunaan media dalam proses proses belajar mandiri, karena guru tidak memberikan
pembelajaran adalah salah satu bagian yang tak buku panduan untuk siswa yang berisi materi dan
terpisahkan. Karena dengan adanya suatu media dapat tugas-tugas sehingga menghambat proses belajar
mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh mengajar. (4) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
para peserta didik. Media dalam proses belajar menajar materi gambar sketsa yaitu dengan standart nilai 75,
saat ini merupakan salah satu bagian tak terpisahkan sedangkan didapatkan 60% dari jumlah siswa dikelas
dan menjadi alat bantu bagi guru untuk menunjang memperoleh nilai dibawah standart yaitu 70.
Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh
dokumentasi proses pembelajaran dikelas X DKV, siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh
wawancara dengan wakil kepala sekolah bagian siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Anwar
kurikulum bapak Fatihuddin,S.Pd disimpulkan bahwa
(2010) menyatakan bahwa modul adalah bahan ajar
siswa kelas X DKV SMK IPIEMS Surabaya
mengalami kesulitan belajar pada mata pelajaran yang disusun secara sistematis dan menarik yang
Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa. mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat
Sehingga dibutuhkan sebuah media yang mampu digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi
membantu siswa dalam proses belajar. Salah satu yang diharapkan.
media yang efektif, efisien, dan mengutamakan Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan
kemandirian adalah media berbasis cetak modul. bahawa media berbasis modul adalah alat atau
Modul yang akan dikembangkan adalah
perantara yang disusun secara sistematis guna
modul inti yang disusun berdasarkan dari kurikulum
dasar, yang merupakan tuntutan dari pendidikan dasar membantu guru dalam menyampaikan materi dan bagi
umum yang dilakukan oleh seluruh warga Negara. peserta didik modul dapat membantu dalam belajar
Mata pelajaran gambar bentuk materi gambar sketsa mandiri karena terdapat isi materi, metode dan evaluasi
mempelajari tentang konsep, fungsi, apresiasi, proses sehingga mengetahui hasil belajar peserta didik secara
membuat/praktek, dan evaluasi sketsa gambar, mandiri.
sehingga peserta didik membutuhkan kemampuan Gambar bentuk adalah gambar yang dibuat
menyebutkan atau menjelaskan kembali. Maka modul
sesuai dengan kondisi aslinya. (Rustarmadi, 2005:11),
merupakan media yang tepat untuk mata pelajaran
gambar bentuk materi gambar sketsa karena modul dan dalam proses pembelajaran Menggambar bentuk
sebagai bahan ajar yang bisa menstimulus siswa untuk adalah suatu proses pernyataan kembali hasil
belajar mandiri dimana didalam modul terdapat materi, pengamatan suatu objek gambar yang indah pada
metode dan evaluasi yang digunakan untuk mengukur bidang gambar. Menggambar bentuk secara umum
hasil belajar siswa sesuai dengan kompetensi yang merupakankegiatan menggambar yang objek
diharapkan dan dapat membantu pendidik dalam gambarnya berupa bentuk benda. Di dalam
menyampaikan materi pembalajaran.
penggambarannya, objek benda tersebut hendaklah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
maka dapat ditarik suatu rumusan masalah bahwa digambar seobjektif mungkin. Dalam artian, bentuk
diperlukan “Pengembangan media modul mata benda digambarkan secara tepat sesuai dengan
pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar keadaannya baik bentuk ataupun warnanya.
sketsa untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
DKV di SMK IPIEMS Surabaya’. gambar bentuk adalah gagasan bentuk yang
Tujuan pengembangan ini adalah untuk untuk diwujudkan diatas bidang gambar melalui kemahiran
menghasilkan media modul sehingga dapat tangan dengan media titik, garis, bidang, bentuk,
meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa warna, tekstur, dan gelap terang yang dibuat
belajar secara mandiri, karena dengan adanya modul denganmemerhatikan ketepatan bentuk dan perspektif,
siswa dapat mengerjakan lembar kerja secara individu
proporsi, serta komposisi sehingga menghasilkan karya
serta dapat menjadikan modul sebagai buku panduan
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. yang indah.Dengan perkataan lain, menggambar
bentuk sama halnya dengan memotret bentuk benda
Pengembangan adalah proses penerjemahan dengan kemampuan pengelihatan dan kemahiran
spesifikasi desain ke dalam bentuk fisiknya (Seels &
tangan.
Richey, 1994:38). Dalam Seels & Richey, (1994:33),
juga menjelaskan tentang “pengembangan adalah
Dari penjelasan diatas peneliti bertujuan
proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-
untuk pengembangan ini adalah untuk untuk
bahan pembelajaran”. Dalam hal ini yang dimaksud
menghasilkan media modul sehingga dapat
pengembangan adalah pembuatan media pembelajaran
meningkatkan hasil belajar siswa dan membantu siswa
yang digunakan guru sebagai alat bantu dalam
belajar secara mandiri, karena dengan adanya modul
memberikan suatu materi kepada siswa untuk
siswa dapat mengerjakan lembar kerja secara individu
merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat
serta dapat menjadikan modul sebagai buku panduan
kemampuan siswa sehingga terjadi proses belajar.
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan.
media berasal dari bahasa latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium yang 2. KAJIAN PUSTAKA
secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media Teknologi pendidikan adalah proses kompleks
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke yang terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan,
penerima pesan (Sadiman, 2007:6).Menurut Winkel sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
(2009:472), bahwa modul merupakan satuan program merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola
pemecahan masalah dalam segala aspek belajar pada
manusia (AECT, 1986:1). Teknologi pendidikan dunia nyata. Performance (kinerja) berkaitan dengan
merupakan pengembangan, penerapan dan penilaian kesanggupan peserta didik untuk menggunakan dan
sistem, teknik dan alat bantu untuk memperbaiki dan mengaplikasikan kemampuan yang baru
meningkatkan kualitas belajar manusia. didapatkannya. Creating (penciptaan) mengacu pada
Teknologi Pendidikan di atas menjelaskan penelitian, teori dan praktek dalam pembuatan materi
bahwa pemecahan masalah tampak dalam bentuk pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan sistem
semua sumber belajar yang didesain, dipilih atau pembelajaran dalam beberapa setting yang berbeda,
dimanfaatkan, dikembangkan, dikelola dan dievaluasi. formal dan nonformal. Using (pemanfaatan) mengacu
Sumber belajar adalah asal yang mendukung terjadinya pada teori dan praktek yang terkait dengan membawa
belajar, termasuk sistem pelayanan, bahan peserta didik berhubungan dengan kondisi dan sumber
pembelajaran dan lingkungan (AECT, 1994:13). belajar. Managing (pengelolaan) berkaitan dengan
Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan manajemen perorangan dan manajemen informasi
alat yang digunakan dalam proses pembelajaran, yang mengacu pada masalah pengorganisasian orang-
melainkan juga tenaga, biaya dan fasilitas. Sumber orang dan perencanaan, pengendalian, penyimpanan
belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk dan pengolahan informasi. Technological (teknologi)
membantu siswa untuk belajar dan menampilkan mengandung arti aplikasi sistematis atau ilmu atau
kompetensinya. pengetahuan yang terorganisir untuk tugas-tugas
Sedangkan Definisi Teknologi Pendidikan dari praktis. Processes (proses) dapat didefinisikan sebagai
AECT Tahun 2008 merupakan pengembangan dari serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasil yang
kawasan sebelumnya, dan tiap kawasan melanjutkan spesifik. Resources (sumber daya) telah diperluas
perkembangannya. Definisi 2008 sudah lebih spesifik dengan inovasi teknologi dan dengan pengembangan
karena menekankan pada studi & etika praktek. Berikut pemahaman baru mengenai bagaimana alat-alat
definisi Teknologi Pendidikan dari AECT Tahun 2008 teknologi dapat membantu peserta didik belajar.
“Educational Technology is the study an d ethical Definisi-definisi yang dikeluarkan AECT
practice of facilitating learning and improving adalah saling berkaitan dan berhubungan, sehingga
performance by creating, using, and managing ketika definisi baru dikeluarkan bukan berarti definisi
appropriate technological process and resources”.
sebelumnya sudah tidak layak digunakan. Dari
Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek
untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan penjelasan definisi dan domain di atas, maka penelitian
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan ini lebih tepat masuk ke dalam domain creating
pengaturan proses dan sumber daya teknologi. (penciptaan/pengembangan). Sehingga dapat
Teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika memberikan pengaruh yang baik terhadap peningkatan
praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan hasil belajar siswa, untuk menerima materi pelajaran
meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
dan pengaturan proses dan sumber daya teknologi
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat
(Januszewski & Molenda, 2008). Sementara pada
definisi Teknologi Pendidikan menurut AECT (2008), ditarik kesimpulan penilitian kali ini termasuk pada
mengandung beberapa kata kunci, yaitu: Study (studi) kawasan creating / pengembangan yang menjadi salah
merupakan pemahaman teoritis yang diperlukan dalam satu kawasan teknologi pendidikan.
praktek teknologi pendidikan untuk konstruksi dan Dalam hal ini, akan didesain sebuah media
perbaikan pengetahuan melalui penelitian dan refleksi berdasarkan kebutuhan dari sekolah yang telah
praktek pendidikan. Etichal Practice (etika praktek) dilakukan studi pendahuluan sebelumnya yang dalam
mengacu pada standar etika praktis sebagaimana yang pengembangannya mengikuti langkah-langkah
didefinisikan oleh Komite Etika AECT tentang apa saja pengembangan yang telah ditetapkan. Pengembangan
yang harus dilakukan oleh praktisi teknologi akan menghasilkan produk termasuk pada
pendidikan. Fasilitating (fasilitasi) hadir sebagai akibat pengembangan teknologi cetak. Pengembangan akan
adanya pergeseran paradigma pembelajaran yang menghasilkan sebuah produk media yang digunakan
memberikan peran dan tanggung jawab lebih besar sebagai cara-cara untuk mengirim pesan atau materi
kepada peserta didik sehingga peran teknologi dengan menggunakan sumber-sumber yang didasarkan
pendidikan berubah menjadi pemfasilitasi. Learning pada media cetak berupa buku.
(pembelajaran) selain berkenaan dengan ingatan juga 3. METODE PENGEMBANGAN
berkenaan dengan pemahaman. Tugas pembelajaran A. Model Pengembangan
dapat dikategorikan berdasarkan pada berbagai Metode penelitian pengembangan memiliki
taksonomi. kedudukan yang paling vital dan berperan penting
Pengertian pembelajaran saat ini sudah dalam sebuah penelitian. Pemilihan metode yang tepat
berubah dari beberapa puluh tahun yang lalu. akan menghasilkan dan memperoleh data yang valid
Improving (peningkatan) berkaitan dengan dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
peningkatan kualitas produk yang menyebabkan (Sugiyono: 2010). Maka pada bab ini akan
pembelajaran lebih efektif, perubahan dalam menguraikan metode pengembangan diantaranya
kapabilitas yang membawa dampak pada aplikasi mengenai (1) model pengembangan, (2) prosedur
Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya
pengembangan, (3) uji coba produk (4) dan teknik
analisis data.
Dalam proses pengembangannya Model
pengembangan yang digunakan dalam pengembangan
Modul Gambar Bentuk materi gambar sketsa di SMK Model pengembangan Rowntree (Prawiradilaga, 2008)
IPIEMS Surabaya merujuk pada langkah-langkah Model pengembangan yang akan digunakan
metode Rowntre, karena pada pengembangan untuk pengembangan modul adalah model
Rowntree menjelaskan pelaksanaan seluruh kegiatan pengembangan Rowntree dengan tahapan sebagai
desain pembelajaran, terkonsentrasi atas produksi berikut :
bahan ajar tertentu sehingga mudah di ikuti setiap 1. Tahap Perencanaan
langkahnya, dan cara kerjanya relatif sederhana, tanpa “Perencanaan adalah proses
melibatkan komponen (supra) sistem tidak mendefinisikan tujuan organisasi atau
menjelaskan proses belajar yang terjadi melainkan membuat strategi untuk mencapai tujuan
model ini hanya mengembangkan yang menghasilkan yang diinginkan.”
yaitu produk untuk menghasilkan bahan ajar, sesuai id.m.wikipedia.org/wiki/perencanaan,
dengan apa yang akan dikembangkan pada penelitian (12/01/2015 20:55) Pada tahap
ini. Langkah-langkah pengembangan Rowntree perencanaan ini terdiri dari rumusan
digambarkan dalam bentuk bagan, akan diperoleh tujuan belajar, analisis kebutuhan belajar.
model pengembangan sebagai berikut: 2. Tahap Pengembangan
Pada tahapan pengembangan mencakup
tentang pengembangan topik, penyusunan
draf, produksi portotipe dari suatu jenis
produk yang akan digunkan untuk belajar.
3. Tahap Penulisan dan penyuntingan
Pada tahapan ini dilakukan Penilaian
dengan melakukan uji coba prototipe
produk serta perbaikannya berdasarkan
Model Rowntree masukan yang telah diperoleh
sebelumnya.
Tahap 1: Jabaran Peserta didik
Perencananaan B. Prosedur pengembangan
Prosedur pengembangan modul pada mata
Rumusan tujuan umum dan khusus
pelajaran Gambar Bentuk materi Gambar sketsa
Susun garis besar isi untuk siswa kelas X SMK Ipiems Surabaya
Tentukan media mencakup beberapa langkah pengembangan yang
Rencanakan pendukung belajar
didasarkan pada model pengembangan Rowntree
Pertimbangan bahan ajar yang ada
yaitu:
a. Tahap 1 perencanaan, terdiri dari:
 Rumusan tujuan umum dan khusus
Tahap 2: pertimbangan sumber dan hambatan  Susunan garis besar dan isi
Persiapan  Tentukan media
Penulisan
Urutkan dan ide atau gagasan penulisan
 Rencanakan pendukung belajar
Susunan garis besar isi b. Tahap 2 persiapan penulisan, terdiri dari :
Tentukan contoh-contoh terkait  Urutkan ide gagasan penulisan
Tentukan gambar atau grafis
 Susun garis besar dan isi
Tentukan peralatan yang dibutuhkan
 Tentukan contoh terkait
Rumuskan bentuk fisik yang ada  Tentukan gambar atau
 Tentukan peralatan yang dibutuhkan
c. Penulisan dan penyuntingan, teridiri dari :
 Mulai membuat draf
Tahap 3: pertimbangan sumber dan hambatan
Penulisan
 Lengkapi draf dan sunting
Penyuntingan  Tulis asesmen belajar
Mulailah membuat draf  Uji coba dan perbaiki bahan belajar
Lengkapi draf tersebut dan Suntinglah
C. Uji Coba Produk
Tulislah asesmen belajar
Uji coba produk dalam hal ini
Uji cobakan dan perbaiki bahan belajar dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang
dapat digunakan sebagai dasar tolak ukur
Rumuskan bentuk fisik yang ada
kelayakan dan keefektifitasan produk. Uji coba kelompok (Arikunto,2006:150). Tes disini
tersebut merupakan upaya untuk mendapat dimaksudkan untuk mengukur tingkat
masukan, tanggapan dan penilaian terhadap perbandingan hasil belajar siswa sebelum
produk pengembangan. Ada lima langkah dalam
menggunakan media (Pre-Test) dan sesudah
pelaksanaan uji coba tersebut, yaitu: (1)
menentukan desain uji coba (2) menetapkan menggunakan media (Post-Test) sehingga
subjek uji coba (3) menetapkan jenis data (4) dapat diketahui tingkat keefektifan modul.
menetapkan instrumen pengumpulan data (5)
menentukan teknik analisis data. C.Teknik Analisis Data
Metode pengumpulan data merupakan Pengujian Analisis data sangat berhubungan erat
suatu cara kerja dalam kegiatan penelitian untuk dengan rumusan masalah yang ditujukan untuk
mendapatkan data atau keterangan yang diperoleh menarik kesimpulan dari data hasil penelitian
dalam kegiatan sesuai dengan kenyataan. Menurut (Sugiyono, 2009: 335). (
Arikunto (2006:137) menyatakan bahwa a) Analisis Isi
“wawancara, observasi, angket/kuesioner, dan Analisis isi digunakan untuk menganalisis
dokumentasi yang kesemuanya merupakan data yang berupa data kualitatif yang diperoleh
sebagian dari metode pengumpulan data”. Oleh dari masukan, tanggapan serta saran perbaikan
karena itu seharusnya metode yang digunakan yang diberikan oleh ahli media dan materi serta
dalam penelitian haruslah dapat memenuhi siswa perorangan dari hasil analisis ini,
keinginan serta tepat dan hasilnya dapat
kemudian digunakan untuk revesi media
dipertanggungjawabkan.
Data pengembangan media modul pembelajaran yang telah dikembangkan.
ini menggunakan instrumen pengumpulan data b) Analisis perhitungan
berbentuk angket tertutup dan tes Jenis data yang telah diperoleh dari uji coba
a. Angket produk ini berupa data kualitatif yang
angket merupakan teknik selanjutnya akan dikuantitatifkan terlebih dahulu
pengumpulan data yang dilakukan dengan dengan menggunakan penilaian deskriptif
cara memberi seperangkat pertanyaan atau berdasarkan kriteria perhitungan % (presentase).
pernyataan tertulis kepada responden untuk Hasil dari analisis presentase ini digunakan
dijawab. Angket sangat cocok digunakan untuk merevisi program media pembelajaran.
bila jumlah respondenya banyak (Sugiyono, Data yang diperoleh dari angket akan
2010:142). Angket yang digunakan dalam dikuantitatifkan dengan menggunakan rumus,
pengembangan media modul ini adalah sebagai berikut :
instrumen berbentuk angket tertutup. Teknik perhitungan PSA (Presentase Setiap
Angket tertutup adalah angket yang sudah Aspek)
disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih (Arikunto, 2006:152). ∑ Alternatif jawaban terpilih setiap aspek
Alasan penggunaan angket dalam PSA = X 100%
∑ Alternatif jawaban ideal setiap aspek
pengumpulan data ini karena angket dapat
memberikan kesempatan berpikir secara (Arikunto, 199:57 dalam Arthana, 2005:80)
Perhitungan PSA ini digunakan untuk
teliti kepada responden tentang pertanyaan-
menghitung persentase dari setiap aspek pada
pertanyaan berbentuk item yang terdapat variabel yang terdapat pada media yang
pada angket. Disamping itu penggunaan dievaluasi. Setelah dilakukan perhitungan PSA
angket tertutup akan membantu responden kemudian dilakukan perhitungan presentasi
menjawab dengan cepat dan memudahkan semua program dengan menggunakan rumus
pengembang untuk melakukan analisis data teknik perhitungan PSP (Prosentase Semua
terhadap seluruh angket yang sudah Program) dengan rumus sebagai berikut:
terkumpul. Angket dalam hal ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang penilaian ∑ Alternatif jawaban terpilih setiap Program
PSP = X 100%
atau tanggapan dari siswa. ∑ Alternatif jawaban ideal setiap aspek
b. Tes
Tes merupakan serentetan Perhitungan PSP untuk menghitung
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang prosentase semua aspek yang mempunyai
digunakan untuk mengukur ketrampilan, kesamaan yang akhirnya menjadi suatu penilaian
pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau yang mengacu pada kriteria penilaian yang telah
bakat yang dimiliki oleh setiap individu atau
Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya
ditentukan. Adapun penilaian media adalah Sebelum melakukan penelitian ke
sebagai berikut: lapangan untuk memperoleh data, maka perlu
melakukan beberapa tahap. Dalam tahap
perencanaan pengembangan ini dilakukan
langkah-langkah yang sesuian dengan
pengembangan model Rowntree yaitu:
81% - 100% = Sangat Baik
61% - 80% = Baik Tahap 1 Perencanaan Pembuatan Modul
41% - 60% = Cukup Baik Dalam perencanaan dijabarkan beberapa
21% - 40% = Kurang Baik tahapan, yaitu:
0% - 20% = Tidak Baik 1) Jabaran Peserta didik
Peserta didik yang akan menjadi
objek penelitian yaitu siswa kelas X DKV
SMK Ipiems Surabaya. Siswa kelas X terdiri
c) analaisis efektifitas modul dari 8 siswa perempuan dan 22 siswa laki-
Setelah kegiatan evaluasi terlaksana dan laki, mereka bereda dalam rentang usia 15
data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya sampai dengan 16 tahun. Masing-masing
dilakukan analisis data untuk mengetahui siswa mempunyai karakteristik yang berbeda,
keefektifitasan dari media Modul. Data yang yaitu ada yang aktif mempunyai keberanian
dihitung meliputi data sebelum eksperimen (pre bertanya langsung pada guru, berdiskusi
test) dan data sesudah eksperimen (post tes) yang dengan teman sebangku terlebih dahulu baru
kemudian dijadikan sebagai bahan perbandingan. bertanya pada guru, dan ada yang bersikap
Adapun rumus yang digunakan untuk analisis pasif.
tersebut adalah: 2) Pertimbangan bahan ajar yang ada
Pertimbangan dari bahan ajar yaitu
menggunakan power point dan contoh hasil
karya sketsa dari angkatan sebelumnya.
Tidak adanya buku paket maupun LKS dari
sekolah untuk meningkatkan hasil belajar
(Arikunto, 2006:306) siswa materi sketsa sehingga dikembangkan
modul GAMBAR BENTUK yang dirancang
Keterangan : untuk lebih membelajarkan siswa secara
Md = mean dari perbedaan pre test dengan post mandiri.
test (post test - pretest) Tahap 2 Persiapan Penulisan Modul
xd = deviasi masing-masing subjek (d-Md) 1. Pertimbangan sumber-sumber dan hambatan
∑ x 2 d= jumlah kuadrat deviasi a. Urutkan ide dan gagasan
N = subjek pada sampel Adapun gagasan penulisan produk
d.b = ditentukan dengan N-1 pengembangan media modul yang dihasilkan
terdiri dari beberapa bagian:
Berdasarkan rumus diatas dengan taraf
signifikan 5% maka db = jumlah siswa -1=X kemudian Kata Pengantar, Daftar isi, Identifikasi
program, Pendahuluan, Halaman sampul,
diperoleh t table = Y. Jika ternyata t hitung lebih besar
Latar belakang, Deskripsi singkat,
dari t table maka hal ini menunjukkan bahwa hasil Pembahasaan, Standart kompetensi, Peta
belajar siswa mengalami peningkatan dan media konsep, Manfaat, Tujuan pembelajaran,
Modul sangat efektif untuk dijadikan guru atau Petunjuk penggunaan modul, Materi pokok,
pengajar sebagai alat bantu penyampaian pesan Uraian materi, Ringkasan, Tugas, Evaluasi,
didalam kelas, terutama di SMK IPIEMS Surabaya. Tes Formatif, Tindak lanjut, Post test,
Dan jika t hitung lebih kecil dari t table maka hasil Harapan, Glosarium, Daftar Pustaka, Kunci
jawaban.
belajar siswa mengalami penurunan dan media Modul
tidak efektif untuk dimanfaatkan.

4. HASIL PENGEMBANGAN b. Susun garis besar isi


a) Pengembangan Modul Garis besar isi sesuai dengan silabus dan
materi tentang gambar sketsa. Materi yang
dikumpulkan dari sumber yang relevan serta a. Kegiatan awal pengembangan modul
hasil konsultasi dari ahli materi sesuai ini dilakukan penyusunan draf awal
dengan kebutuhan siswa untuk mengisi modul dengan melakukan konsultasi dan
modul. diskusi dengan ahli materi pada April
2015. Ahli materi sebagai guru kelas X
Tahap 3 penulisan dan penyuntingan DKV SMK Ipiems Surabaya yaitu Ibu
Siska Candra Permatasari, S.Pd. Hasil
a. Mulai membuat draf dari kegitan awal ini dapat diketahui
Langkah awal yang dilakukan dalam tingkat penguasaan materi siswa kelas X
mengembangkan modul adalah terlebih DKV pada mata pelajaran gambar
dahulu membuat atau merancang draf modul bentuk khususnya materi gambar sketsa,
gambar bentuk materi sketsa. Materi berasal sehingga dapat dijadikan acuan untuk
dari buku-buku yang relevan dan dikonsultasi membuat modul yang dapat digunakan
dengan guru kelas sebagai ahli materi. (Draf untuk kegiatan belajar mengajar. Data
terlampir pada halaman161) yang diperoleh adalah perangkat
pembelajaran yang berupa silabus.
b. Lengkapi draf dan suntinglah Materi yang disusun dalam modul
Setelah tersusun dicek untuk berdasarkan silabus untuk kelas X
mengetahui kekurangan-kekurangan dan semester II.
diperbaiki sesuai masukan ahli materi. b. Review ahli materi
c. Tulislah asesmen belajar Pengembangan ini menghasilkan
Asesmen dikembangkan sesuai dengan sebuah produk media yang nantinya
meteri yang disampaikan pada peserta didik dapat digunakan guru sebagai sarana
dan sesuai dengan pokok-pokok materi, atau alat untuk menyampaikan materi
dikembangkan dan tes untuk melihat prestasi pelajaran kepada siswa yang dikemas
belajar siswa setelah menggunakan modul. dalam bentuk modul.Oleh karena itu,
Alat ukur untuk mengetahui tingkat materi harus sesuai dengan kriteria yang
keberhasilan adalah menggunakanangket dan dibutuhkan siswa. Ahli materi berasal
tesmenjadi tolak ukur hasil belajar siswa dari guru mata pelajaran gambar bentuk.
untuk menggunakan modul. Review ahli materi berisi tentang data
hasil penelitian materi yang telah
d. Uji cobakan dan perbaiki bahan ajar dikembangkan di dalam modul. Adapun
Setelah draf diperbaikiselanjutnya uji ahli materi tersebut adalah:
coba modul dilakukan. Sebelum uji coba Ahli Materi :
dilakukan langkah awal menentukan subjek uji Nama : Siska Candra P, S. Pd.
coba yaitu ahli materi berjumlah 1 orang, ahli Lembaga : SMK Ipiems Surabaya
media berjumlah 1 orang, dan siswa kelas X Jabatan : Guru Gambar Bentuk
SMK Ipiems Surabaya berjumlah 30 siswa.
Berdasarkan hasil uji coba, selanjutnya Berdasarkan hasil rata-rata dari tabel yaitu
dilakukan revisi untuk memperbaiki 94.8%, presentase ini maka materi yang
disajikan dalam media termasuk kategori
kekurangan-kekurangan bahan ajar pasca uji sangat baik.
coba.
c. Review ahli media
Review ahli media berkaitan dengan
desain modul yang telah dikembangkan. Hasil
B. Hasil Uji Coba review merupakan pedoman untuk merevisi
Uji coba dilaksanakan setelah menyelesaikan modul.Adapun ahli media yang dimaksud
draf I. Kemudian diujicobakan pada ahli materi, adalah dosen Teknologi Pendidikan
ahli media dan siswa. Uji coba yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan, Universitas Negeri Surabaya.
efisiensi dan kemenarikan modul yang
dikembangkan. Ahli Media :
1) Penyajian data tahap 1 Nama : Utari Dewi, S.Sn, M.Pd
NIP : 197908172005012003
Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya
Lembaga: Teknologi Pendidikan UNESA dan kemudian menghasilkan data yang
Jabatan : Dosen Mata Kuliah Desain Pesan menyatakan bahwa modul
berkategorikan sangat baik, sehingga
Berdasarkan hasil rata-rata dari tabel modul yang diproduksi layak
yaitu 96.5%, presentase ini maka media modul dimanfaatkan karena sangat membantu
yang disajikan dalam media termasuk kategori
sangat baik. guru dalam menyampaikan materi.
. 2. Berdasarkan hasil tahapan uji coba
Uji Coba Perorangan kelompok besar, yakni uji coba pada
Pengambilan sample dalam uji coba kelas X DKV SMK Ipiems Surabaya
satu-satu diambil dari siswa yang berjumlah diperoleh data t hitung lebih besar dari t
tiga orang, masing-masing diambil dari tabel yakni 15.73 > 2,04. Artinya bahwa
tingkat nilai paling tinggi, sedang dan paling ada peningkatan prestasi belajar setelah
rendah. Ini dimaksudkan untuk mewakili menggunakan modul.
keseluruhan siswa. Baik siswa yang pandai Maka dapat disimpulkan bahwa
maupun kurang pandai. modul Gambar Bentuk materi Gambar Sketsa
Berdasarkan table hasil penilaian uji layak dan dapat digunakan untuk media
coba perseorangan, jika dirata – rata pembantu dalam proses belajar mengajar,
berdasarkan berdasarkan kriteria artana sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
mendapat nilai rata-rata 96.6%. Berdasarkan siswa kelas X DKV SMK Ipiems Surabaya.
penilaian maka media CAI termasuk kategori B. Saran Pemanfaatan
Sangat Baik. 1. Pengembangan media Modul merupakan
Uji Coba Kelompok Kecil upaya untuk membantu dan
mempermudah siswa dalam memahami
Setelah melakukan uji coba materi gambar sketsa khususnya di SMK
perorangan, selanjutnya dilakukan uji coba IPIEMS Surabaya. Bagi pengguna produk
kelompok kecil. tahap uji coba kelompok ini diharapkan dapat memperhatikan
kecil dilakukan dengan 9 responden siswa.
beberapa hal penting yang dapat
Berdasarkan hasil penilaian uji coba
dijadikan masukan untuk memanfaatkan
kelompok kecil, jika dirata – rata berdasarkan
media secara optimal, antara lain:
berdasarkan kriteria artana mendapat nilai
a. Guru
rata-rata 96.5%. Berdasarkan penilaian maka
Dengan adanya media Modul
termasuk kategori Sangat Baik.
ini dapat digunakan sebagai alat
atau sarana untuk
menyampaikan materi kepada
Uji Coba Kelompok Besar
Setelah uji coba kelompok kecil, peserta didik sehingga peserta
maka selanjutnya adalah melaksanakan uji didik akan lebih mudah dalam
coba kelompok besar, uji coba yang terakhir memahami materi yang
adalah uji coba kelompok besar, yaitu sebagai disampaikan oleh guru atau
user media atau pengguna media. pengajar dan tujuan
Berdasarkan table hasil penilaian uji pembelajaran dapat tercapai
coba kelompok besar, jika dirata – rata sesuai dengan harapan
berdasarkan berdasarkan kriteria artana b. Siswa
mendapat nilai rata-rata 97.93%. Berdasarkan Siswa dapat melakukan review
penilaian maka termasuk kategori Sangat pembelajaran saat diluar jam
Baik. sekolah untuk melatih
kemampuan siswa lebih dalam
lagi. Dengan menggandakan
5. SIMPULAN DAN SARAN modul atau meminjam kepihak
A. Simpulan sekolah sehingga bisa digunakan
1. Berdasarkan hasil uji coba kepada ahli dalam proses pembelajaran
materi dan ahli media diperoleh data mandiri.
dengan prosentase hasil 94,8% dan 2. Saran Desiminasi (Penyebaran)
96,5% untuk aspek pemahaman materi
Produk media modul Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar.
pembelajaran yang telah dikembangkan Bahan Kuliah Online.Direktori UPI. Bandung
dapat dioptimalkan pemanfaatannya,
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
dengan cara diperbanyak dalam produksi
Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
atau di fotocopy Sehingga keberadaan
media ini tidak hanya digunakan dalam Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta:
lingkungan belajar SMK IPIEMS PT. RajagrafindoPersada.
Surabaya, tetapi juga dapat digunakan
bagi lembaga pendidikan sederajat Arthana, I Ketut 2005. Evalusi Media Pembelajaran.
lainnya. Surabaya : Teknologi Pendidikan-Unesa.
Agar keberadaan media ini
Januszewski, A., danMolenda, M. (2008). Educational
dapat diketahui oleh lembaga pendidikan Technology. New York: Lawrence Erlbaum
sederajat yang lainnya maka harus Associates.
disosialisasikan kesekolah-sekolah yang
mengalami kesulitan dalam proses Mustaji. 2008. Pembelajaran Mandiri. Surabaya: Unesa
pembelajarannya, khususnya pada mata FIP.
pelajaran Gambar Bentuk materi pokok
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat
gambar sketsa sehingga peran media
Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Pres
modul dapat berfungsi sebagaimana
mestinya dengan baik. Prawiradilaga, D. Salma. 2008. Prinsip Desain
Pembelajaran (Instructional Design Principle). Jakarta:
Kencana Prenanda Media Group.

3. Saran pengembangan Lanjutan Rustarmadi 2005. Gambar Bentuk. Surabaya: Unesa


University Press
Pengembangan modul ini dapat
dikembangkan lagi dengan cakupan yang Sadiman ,Arief. 2011. Media Pendidikan:Pengertian,
lebih luas dan beragam disesuaikan Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja
dengan kebutuhan. Pengembangan Grafindo Persada.
modul ini dapat dijadikan salah satu alat
atau bahan ajar yang dapat Soeharto, Karti. Dkk. 2008. Teknologi Pembelajaran.
dikembangkan lagi dengan Surabaya: Surabaya Intellectual Club
menambahkan lembar kegiatan siswa
Sudjana, Nana danRivai, Ahmad. 2011. Media
(LKS) dan dilengkapi dengan CD Pengajaran. Bandung: SinarBaruAlgesindo.
pembelajaran tentang teknik membuat
sketsa dengan menggunakan tinta Sugiyono. 2009. Metode Penelitian kuantitatif dan
basah/tinta OI sehingga proses belajar kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
mengajar menjadi maksimal. Dengan
Sumantri, Mulyani dan Johar Praman. 2010. Strategi
adanya modul ini menjadi solusi atas
Belajar Mengajar. Bandung: C.V. Maulana.
masalah-masalah yang sering terjadi
dalam proses pembelajaran. Seels, C. Richey.1994. Teknologi Pembelajaran
Pengembangan media Modul ini dapat Definisi dan Kawasanya. Jakarta: unit percetakan
dikembangkan. universitas negeri Jakarta

Undang-undangPendidikanNasionalTahun 2003
DAFTAR PUSTAKA
Vembriarto, St. 1975. PengantarPengantarModul.
AECT. 2004. Definisi Teknologi Pendidikan Satuan Yogyakarta.
Tugas Definisi Terminologi AECT. Jakarta : CV.
Rajawali. Wijaya, Cece.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam
Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: RemadjaKarya
Anderson, Ronald H. 1987. Pemilihan dan
Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta:
TerjemahanYusuf HadiMiarso, dkk. Jakarta: PAU-UT. Media Abadi
Pengembangan media modul mata pelajaran Gambar Bentuk pokok bahasan Gambar sketsa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X DKV di SMK IPIEMS Surabaya
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-
sumarno/keuntungan-dan-kelemahan-pembelajaran-
dengan-modul 22.52,(13/08/2014 14:46)

Anda mungkin juga menyukai