Anda di halaman 1dari 13

Makalah Ilmu Fiqih

“THAHARAH”
Dosen
Haidir Lubis, M. Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Amelia Anggraini (163224267)
Yassi Yosefa (163224262)
Zeinuddin (163224248)

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL


WASHLIYAH

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat dan karunia-Nya makalah Ilmu Fiqih dengan judul “THAHARAH” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih kurang


sempurna oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak sangat diharapkan.

Akhirnya melalui kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini berguna bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.

Medan, 14 Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 dskfjakf
2.2 jnasjkfakfa
2.3 jjahfkaf
2.4 fdsjkfhyjsf
2.5 fjasdhfja
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Thaharah merupakan miftah (alat pembuka) pintu untuk memasuki ibadah
shalat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka . artinya tanpa thaharah,
ibadah shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah.
Karena fungsinya sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang
akan melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus
mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri
terhitung sah menurut ajaran ibadah syar’iah.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai
muslim harus dan wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar
ibadah bagi ummat Islam, dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal-
hal yang kotor sehingga sebelum memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau
beribadah haruslah dimulai dengan bersuci baik dengan cara berwudhu, mandi
maupun bertayammum. kalau kita melihat dan membaca dengan teliti hampir
seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah ini menunjukan kan
kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan menjukkan kepada
kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.
Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun
masih banyak dari umat Islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan
jenis-jenis air yang di gunakan untuk bersuci. makalah ini di buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah fiqih ibadah sekaligus mudah-mudahan dapat
membuat teman-teman Perbandingan Mazhab paham masalah yang mendasar ini
dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah thaharah.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian dari Thaharah?
2. Macam – Macam Thaharah?
3. Bagaimana tata cara dalam Thaharah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Thaharah
2. Untuk mengetahui macam - macam dari Thaharah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara dalam Thaharah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thaharah


Thaharah berdasarkan arti harfiah berarti bersih dan suci, sedangkan
berdasarkan pengertian syara`, thaharah berarti mensucikan diri, pakaian dan
tempat dari hadats dan najis, khususnya pada saat kita hendak shalat. Lebih jauh
lagi, thaharah berarti mensucikan diri dan hati. Thaharah hukumnya wajib bagi
setiap mukmin. Allah swt berfirman :
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, kemudian berilah peringatan !, dan
agungkanlah Tuhanmu. Dan bersihkanlah pakaianmu“. (QS. Al-Muddatstsir : 1-
4).

2.2 Macam – Macam Thaharah


1. Air
1. Pengertian Air
Air yang dapat dipakai bersuci ialah air yang bersih (suci dan mensucikan)
yaitu air yang turun dari langit atau keluar dari bumi yang belum di pakai untuk
bersuci. Air yang suci dan mensucikan ialah:
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
5. Air salju
6. Air telaga
7. Air embun

2. Pembagian Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian:
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air muthlak artinya air yang masih murni, dapat
digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh (air muthlak artinya air yang

3
sewajarnya.
2. Air suci dan dapat mensucikan, terapi makhruh digunakan, yaitu air
musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan
emas.
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti
a. Air musta’mal (telah digunakan untuk bersuci) menghilangkan hadats, atau
menghilangkan najis kalau tidak berubah rupanya, rasanya dan baunya.
4. Air mutanajis, yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya
kurang dari dua kullah, maka air yang semcam ini tidak suci dan tidak dapat
mensucikan.
Jika lebih dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
Dua kullah sama dengan 216 liter, jika berbentuk bak, maka besarnya = panjang
60 cm dan dalam/tinggi 60 cm.

2. Berwudhu
1. Arti Wudhu
Wudlu’ menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’
artinya membersihkan anggota wudlu’ untuk menghilangkan hadats kecil.
Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudlu’, karena
wudlu’ adalah menjadi syarat sahnya shalat.
3. Syarat-Syarat Wudhu’
1) Islam.
2) Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan.
3) Tidak berhadats besar.
4) Dengan air suci lagi mensucikan.
5) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudlu’
misalnya getah, cat dan sebagainya.
6) Mengetahui mana yang wajib (fardlu) dan mana yang sunat.

4
5. Yang Membatalkan Wudlu’
1) Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, misalnya buang air kecil maupun besar,
atau keluar angin dan sebagainya
2) Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak
3) Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
dengan tidak memakai tutup, (muhrim artinya keluarga yang tidak boleh
dinikah)
4) Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jari-jarinya
yang tidak memakai tutup (walaupun kemaluannya sendiri)
6. Cara Berwudlu’
Orang yang hendak mengerjakan shalat wajib lebih dahulu berwudlu’, karena
wudlu’ syarat sahnya shalat.
Sebelum berwudlu’ kita harus membersihkan dahulu najis-najis yang ada pada
badan, kalau memang ada najis.

3. Mandi / Mandi Wajib


Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan
mandi besar atau junub atau wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci
dan bersih ( air mutlak ) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut
keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib
adalah untuk menghilangkan hadast besar yang harus dihilangkan sebelum
melakukan ibadah sholat.
1) Sebab-sebab yang mewajibkan mandi:
1. Bertemunya dua khitan (bersetubuh)
2. Keluar mani disebabkan bersetubuh atau dengan lain-lain sebab (Nomor 1
dan 2 dinamakan juga janabat/junub)
3. Mati, dan matinya itu bukan mati syahid
4. Karena selesai nifas (bersalin; setelah selesai berhentinya keluar darah
sesudah melahirkan)
5. Karena wiladah (setelah melahirkan)
6. Karena selesai haid

5
2) Fardhu mandi
1. Niat (bersamaan dengan membasuh permulaan anggota tubuh).
2. Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut
sampai ujung kaki.

3) Tata Cara Mandi Wajib. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi ialah
sebagai berikut :

1. Membaca Niat. Yaitu “ Nawaitul ghusla lirof’il hadatsil fardlol


ilaahita’ala ”.
2. Membilas atau membasuh seluruh badan dengan air ( air mutlak yang
menyucikan ) dari ujung kaki ke ujung rambut secara merata.
3. Hilangkan najis yang lain bila ada.

4) Larangan bagi orang yang sedang junub, Bagi mereka yang sedang berjunub,
yakni mereka yang masih berhadats besar tidak boleh melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Melaksanakan shalat
2. Melakukan thawaf di Baitullah
3. Memegang Kitab Suci Al-Qur’an
4. Membawa/mengangkat Kitab Al-Qur’an
5. Membaca Kitab Suci Al-Qur’an
6. Berdiam diri di masjid

5) Larangan bagi yang sedang haid


Mereka yang sedang haid dilarang melakukan seperti tersebut di atas dan
ditambah larangan sebagai berikut:
1. Bersenang-senang dengan apa yang antara pusat dan lutut
2. Berpuasa baik sunat maupun fardlu
3. Dijatuhi talaq (cerai)

6
4. Istinja
1. Pengertian Istinja
Istinja' itu hakikatnya ialah membersihkan atau menghilangkan sesuatu yang
keluar dari farji dengan air atau batu.Namun hukum asal adalah menggunakan
air.Adapun menggunakan batu adalah keringanan bagi orang-orang
tertentu.Apabila seseorang ingin menggunakan salah satunya maka air adalah
lebih utama.Dan yang paling utama yaitu menggunakan kedua-duanya dengan
mendahulukan batu kemudian baru di ulangi dengan air. 

2.Hukum Istinja

1) Wajib apabila sesuatu yang keluar itu najis dan membekas apabila terkena
pakaian (jibrat jawa).
2) Sunat apabila yang keluar berupa cacing tambang (set) dan kotoran yang
kering.
3) Makruh apabila yang keluar berupa angina.
4) Haram apabila menggunakan dengan barang haram.

3. Rukun-rukun istinja':
1) Mustanji (orang yang beristinja')
2) Mustanji minhu (sesuatu yang keluar)
3) Mustanji bihi (alat untuk istinja')
4) Mustanji fihi (farji)

4. Syarat-syarat istinja':
1) Selesai buang air kecil /besar
2) Menghilangkan najis
3) Menghilangkan keraguan dan yakin bahwa najisnya sudah hilang.

7
5. Najis

Najis adalah suatu benda kotor menurut syara’ (hukum agama). Benda-
benda najis itu meliputi :1[1]

a. Darah, dan nanah


b. Bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan laut, dan belalang
c. Anjing dan babi
d. Segala sesuatu yang dari dubur dan qubul
e. Minuman keras, seperti arak
f. Bagian atau anggota tubuh binatang yang terpotong dan sebagainya sewaktu
masih hidup.

Macam-macam Najis

a. Najis ringan (Mukhofafah)

b. Najis sedang (Mutawasithoh)

c. Najis berat (Mugholadhoh)

1[1] Aliy As’ar, Fathul mu’in. (Kudus: Menara kudus,1980). hlm 71.

8
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Arti taharah menurut bahasa artinya “ bersih”, sedangkan menurut syara’

berarti bersih dari hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat

barang yang mengharuskan sembahyang dan sebagainya seperti berwudhu, mandi,

tayamum, dan menghilangkan najis.

Pembagian thaharah ada dua, Thaharah secara hakiki maksudnya adalah

hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari

najis. Thaharah Hukmi adalah seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi

secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib berthaharah ulang, dengan cara

berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan

lainya.

Wudhu menurut lugot (bahasa) berarti bersih dan indah. Sedangkan

menurut syara’ berarti membersihkan anggota-anggota wudhu’ untuk

menghilangkan hadast kecil.Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air

keseluruh tubuh. Sedangkan mandi besar / junub / wajib mandi dengan

mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air

tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki..

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat
menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’i. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978.

Sarani.M, Mabadi Ilmu Fiqih, Banjarmasin:TB. Murni, 1373.

Muqarrabin, Fiqih Awam, Demak: Media Ilmu, 1997.

Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-

Fikr, 2005.

Al-Banjari.Muhammad Arsyad, Sabilal Muhtadin, Surabaya: Bina Ilmu juz 1.

Sabiq. Said, Fiqh Sunnah 1, Bandung:Alma’arif, 1937.

Abu Bakar.Iman Taqiyuddin, Kifayatul Akhyar, Surabaya:Bina Imam, 2003.

Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad,

1984.

Dainuri. Muhammad, Kajian Kitab Kuning Terhadap Ajaran Islam, Magelang:

Sinar Jaya. T.Tahun

Az zuhaili,Prof .Dr. Wahbah.2010.Fiqih Imam Syafi’I. Jakarta. Almahira

10

Anda mungkin juga menyukai