Makalah Ilmu Fiqih
Makalah Ilmu Fiqih
“THAHARAH”
Dosen
Haidir Lubis, M. Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Amelia Anggraini (163224267)
Yassi Yosefa (163224262)
Zeinuddin (163224248)
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian dari Thaharah?
2. Macam – Macam Thaharah?
3. Bagaimana tata cara dalam Thaharah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembagian Air
Ditinjau dari segi hukumnya, air itu dapat dibagi empat bagian:
1. Air suci dan mensucikan, yaitu air muthlak artinya air yang masih murni, dapat
digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh (air muthlak artinya air yang
3
sewajarnya.
2. Air suci dan dapat mensucikan, terapi makhruh digunakan, yaitu air
musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan
emas.
3. Air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti
a. Air musta’mal (telah digunakan untuk bersuci) menghilangkan hadats, atau
menghilangkan najis kalau tidak berubah rupanya, rasanya dan baunya.
4. Air mutanajis, yaitu air yang kena najis (kemasukan najis), sedang jumlahnya
kurang dari dua kullah, maka air yang semcam ini tidak suci dan tidak dapat
mensucikan.
Jika lebih dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya, maka sah untuk bersuci.
Dua kullah sama dengan 216 liter, jika berbentuk bak, maka besarnya = panjang
60 cm dan dalam/tinggi 60 cm.
2. Berwudhu
1. Arti Wudhu
Wudlu’ menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’
artinya membersihkan anggota wudlu’ untuk menghilangkan hadats kecil.
Orang yang hendak melaksanakan shalat, wajib lebih dahulu berwudlu’, karena
wudlu’ adalah menjadi syarat sahnya shalat.
3. Syarat-Syarat Wudhu’
1) Islam.
2) Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan.
3) Tidak berhadats besar.
4) Dengan air suci lagi mensucikan.
5) Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudlu’
misalnya getah, cat dan sebagainya.
6) Mengetahui mana yang wajib (fardlu) dan mana yang sunat.
4
5. Yang Membatalkan Wudlu’
1) Keluar sesuatu dari qubul dan dubur, misalnya buang air kecil maupun besar,
atau keluar angin dan sebagainya
2) Hilang akal sebab gila, pingsan, mabuk dan tidur nyenyak
3) Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya
dengan tidak memakai tutup, (muhrim artinya keluarga yang tidak boleh
dinikah)
4) Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jari-jarinya
yang tidak memakai tutup (walaupun kemaluannya sendiri)
6. Cara Berwudlu’
Orang yang hendak mengerjakan shalat wajib lebih dahulu berwudlu’, karena
wudlu’ syarat sahnya shalat.
Sebelum berwudlu’ kita harus membersihkan dahulu najis-najis yang ada pada
badan, kalau memang ada najis.
5
2) Fardhu mandi
1. Niat (bersamaan dengan membasuh permulaan anggota tubuh).
2. Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
3) Tata Cara Mandi Wajib. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi ialah
sebagai berikut :
4) Larangan bagi orang yang sedang junub, Bagi mereka yang sedang berjunub,
yakni mereka yang masih berhadats besar tidak boleh melakukan hal-hal sebagai
berikut:
1. Melaksanakan shalat
2. Melakukan thawaf di Baitullah
3. Memegang Kitab Suci Al-Qur’an
4. Membawa/mengangkat Kitab Al-Qur’an
5. Membaca Kitab Suci Al-Qur’an
6. Berdiam diri di masjid
6
4. Istinja
1. Pengertian Istinja
Istinja' itu hakikatnya ialah membersihkan atau menghilangkan sesuatu yang
keluar dari farji dengan air atau batu.Namun hukum asal adalah menggunakan
air.Adapun menggunakan batu adalah keringanan bagi orang-orang
tertentu.Apabila seseorang ingin menggunakan salah satunya maka air adalah
lebih utama.Dan yang paling utama yaitu menggunakan kedua-duanya dengan
mendahulukan batu kemudian baru di ulangi dengan air.
2.Hukum Istinja
1) Wajib apabila sesuatu yang keluar itu najis dan membekas apabila terkena
pakaian (jibrat jawa).
2) Sunat apabila yang keluar berupa cacing tambang (set) dan kotoran yang
kering.
3) Makruh apabila yang keluar berupa angina.
4) Haram apabila menggunakan dengan barang haram.
3. Rukun-rukun istinja':
1) Mustanji (orang yang beristinja')
2) Mustanji minhu (sesuatu yang keluar)
3) Mustanji bihi (alat untuk istinja')
4) Mustanji fihi (farji)
4. Syarat-syarat istinja':
1) Selesai buang air kecil /besar
2) Menghilangkan najis
3) Menghilangkan keraguan dan yakin bahwa najisnya sudah hilang.
7
5. Najis
Najis adalah suatu benda kotor menurut syara’ (hukum agama). Benda-
benda najis itu meliputi :1[1]
Macam-macam Najis
1[1] Aliy As’ar, Fathul mu’in. (Kudus: Menara kudus,1980). hlm 71.
8
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
berarti bersih dari hadast dan najis. Selain itu, arti taharah ialah memperbuat
hal-hal yang terkait dengan kebersihan badan, pakaian dan tempat shalat dari
najis. Thaharah Hukmi adalah seseorang yang tidak batal wudhunya, boleh jadi
secara fisik tidak ada kotoran tetapi ia wajib berthaharah ulang, dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan
lainya.
mengunakan air suci lagi menyucikan (air mutlaq) dengan mengalirkan air
tersebut keseluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki..
3.2 Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari
makalah ini jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat
menambah pengetahuan kita dan bermanfaat. Amin.
9
DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i. Moh, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978.
Al-Gazzi. Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-
Fikr, 2005.
Mughniyah. Muhammad Jawad, Fiqih Imam Ja’far Shadiq. Jakarta:Dar al- Jawad,
1984.
10