Disusun :
Kelompok 1
Tuti Erlinda
Susanti
Siti Maryam
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul maklah”Manajemen kasus pada klien Hiv/Aids”. tugas ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari teman - teman sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari teman – taman.
Kami sangat menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan
dan perbaikannya sehingga akhirnya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut. Akhir kata,
kelompok mengucapkan terima kasih.
27 Juli 2021
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian manajemen kasus pada klien hiv/aids.........................................
2. Hakikat manajemen kasus.............................................................................
3. Tujuan manajemen kasus pada klien hiv/aids...............................................
4. Pelayanan manajemen kasus pada klien hiv/aids..........................................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ............................................................................................
2. Saran ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKAAN………………………………………………………..
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen kasus telah menjadi sarana yang efektif untuk membantu Odha sejak
1980an. Pada tahun-tahun awal epidemik HIV, telah dikembangkan sejumlah program
manajemen kasus di pusat-pusat penanganan wabah HIV di daerah perkotaan untuk
memenuhi makin banyaknya kebutuhan medis dan psikososial Odha. Pada saat HIV
menyebar ke populasi yang memang rentan (kelompok homo, orang-orang kulit
berwarna, dan orang-orang yang menggunakan jarum suntik untuk narkoba), para
manajer kasus dan pemberi pelayanan lainnya dengan cepat menemukan bahwa mereka
berurusan dengan lebih dari sekadar kondisi penyakit, tetapi juga kondisi penyakit yang
disertai dengan stigma sosial dan sangat diskriminatif (Brennan, 1996). Dengan
demikian, muncul kebutuhan untuk memediasi, mengkoordinasi, dan memantau
pelayanan yang mencakup hukum, perumahan, kesehatan mental, perawatan penggunaan
obat-obatan, finansial dan asuransi, pelayanan medis, bantuan di rumah, dan kebutuhan
akan dukungan sosial lainnya Sejak saat itu, konteks HIV/AIDS, dan perawatan medis
HIV, telah sangat berubah dalam tiga hal yang menonjol
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami Pengertian manajemen kasus pada klien Hiv/Aids
2. Untuk memahami Hakikat manajemen kasus
3. Untuk memahami tujuan manajemen kasus pada klien Hiv/Aids
4. ntuk memahami pelayanan manajemen kasus pada klien Hiv/Aids
BAB II
PEMBAHASAN
Pada banyak kasus Odha, saat awal mengetahui dirinya terinfeksi hiv, sulit
baginya untuk percaya dan menerima.ketakutan dan kehawatiran mereka akan adanya
stigma, diskriminasi baik dari pihak keluarga maupun dari lingkungan masyarakat.
Hal ini terjadi karena informasi dan mpemahaman akan Hiv/Aids masih kurang orang
berfikir bahwa Hiv sebagai penyakit menular dan dapat menular kepada orang lain
walaupun hanya kontak social. Bahkan ada pemikiran bahwa terinfeksi Hiv berarti sakit,-
sakitan, tidak bias beraktifitas, dijauhi orang lain dan akan mati.
Manajemen kasus adalah jasa atau layanan yang mengaitkan dan mengkoordinasi
bantuan dari berbagai lembaga dan badan penyedia dukungan medis, psikososial, dan
praktis bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan itu (Support Center for Nonprofit
Management & San Francisco Department of Public Health AIDS Office, 1996).
Istilah manajemen kasus telah digunakan oleh berbagai disiplin dan lembaga
untuk menguraikan kegiatan koordinasi bagi para klien dan pasien. Manajemen kasus
asuransi berfokus pada penggunaan jasa, dengan tujuan memantau dan memaksimumkan
sumber daya. Manajemen kasus medis berkonsentrasi pada upaya meningkatkan kondisi
kesehatan pasien berdasarkan intervensi perawatan spesifik.
1. TINJAU UMUM
2. INTAKE/WAWANCARA AWAL/PENERIMAAN :
Selama penerimaan itu, dilakukan penilaian awal kebutuhan klien dengan tujuan
menjembatani kesenjangan antara kebutuhan pelayanan dan sumber daya sistem.
Dalam tahap ini dilakukan tinjauan hak-hak dan kewajiban klien serta prosedur
mengajukan keluhan bila terjadi pelayanan yang tidak sesuai dan diperoleh
persetujuan klien untuk mendaftarkannya dalam sistem penyediaan pelayanan.
Informasi yang diperlukan untuk mendaftarkan klien mencakup konfirmasi dan
tanggal diagnosis pertama AIDS atau tes antibodi pertama yang menunjukkan positif
terjangkit HIV, status asuransi kesehatan, tahap penyakit HIV, sumber terkena HIV,
CD4 count, status ketunawismaan, penggunaan aktif obat-obatan, dan/atau penyakit
psikiatrik, dan status TB. Karena sifat HIV yang stigmatis, penting artinya agar
pekerja sosial menjelaskan alasan pengumpulan informasi, siapa yang akan
menggunakannya, dan di mana dokumen itu akan disimpan.
3. ASESMEN (PENILAIAN) :
5. IMPLEMENTASI MONITORING/PEMANTAUAN
a. kerahasiaan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya dalam bab ini, manajer kasus sejak
awal harus paham betul apa saja informasi yang dapat disebarkan, dalam kondisi
seperti apa penyebaran itu dapat dilakukan, dan kepada siapa diberikan. Pada saat
badan-badan yang berkaitan semakin menguasai teknologi mutakhir, akan
diperlukan kebijakan yang menangani isu aksesibilitas terhadap dokumen/catatan
dan penyebaran informasi demografik kepada penyandang dana dan/atau lembaga
kesehatan publik. Meskipun program manajemen kasus tidak berbeda dari program
lain dalam hal kebutuhan akan keamanan dan kerahasiaan dalam lingkungan
teknologi yang berubah, sifat pekerjaan yang dilakukan menuntut agar manajer
kasus benar-benar menjaga kerahasiaan informasi klien
b. kompetensi budaya
Layanan manajemen kasus sangat didasarkan atas kesadaran bahwa sikap dan
perilaku klien kemungkinan berbeda-beda dalam kaitannya dengan latar belakang
ras, etnik, gender, kelas, orientasi seksual, usia, dan ketidakmampuan. Kompetensi
budaya mengharuskan para manajer kasus untuk mengkaji nilai-nilai budaya mereka
sendiri dalam kaitannya dengan hubungan pemberian bantuan, untuk mencari
informasi budaya yang relevan, dan untuk merundingkan pemahaman dan
kesepakatan akan kebutuhan pelayanan, rencana perawatan, dan hasil yang
diinginkan (Barney & Duran, 1997). Pelayanan manajemen kasus yang
berkompetensi budaya melibatkan klien secara aktif dan merupakan bagian dari
sistem kebijakan, program, standar praktik, evaluasi, dan penelitian yang responsif
terhadap budaya setempat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen kasus telah menjadi sarana yang efektif untuk membantu Odha sejak
1980an. Pada tahun-tahun awal epidemik HIV, telah dikembangkan sejumlah program
manajemen kasus di pusat-pusat penanganan wabah HIV di daerah perkotaan untuk
memenuhi makin banyaknya kebutuhan medis dan psikososial Odha. Pada saat HIV
menyebar ke populasi yang memang rentan (kelompok homo, orang-orang kulit berwarna,
dan orang-orang yang menggunakan jarum suntik untuk narkoba), para manajer kasus dan
pemberi pelayanan lainnya dengan cepat menemukan bahwa mereka berurusan dengan
lebih dari sekadar kondisi penyakit, tetapi juga kondisi penyakit yang disertai dengan
stigma sosial dan sangat diskriminatif
B. Saran
Perawat dari segala bidang pekerjaan dapat diminta untuk memberikan perawatan
kepada penderita infeksi HIV. Tantangan yang dihadapi perawat disini bukan hanya
tantangan fisik penyakit yang bersifat epidemic tapi juga masalah emosi dan etis.
Kekhawatiran, ketakutan akan tertular penyakit tersebut dialami oleh pera wat, tetapi di
satu sisi itu merupakan tanggung jawab untuk memberikan perawatan, penghargaan
terhadap klarifikasi, kerahasiaan pasien. Perlu diingat bahwa disini perawat tetap
bertanggung jawab terhadap kerahasiaan dan privasi pasien. Perawat setiap hari bergelut
dengan orang-orang yang sakit dan kematian, dan AIDS adalah penyakit dengan tingkat
mortalitas yang tinggi, yang kematiannya relative cepat, dan yang terutama adalah penyakit
yang tidak bisa disembuhkan. Maka akan terjadi peningkatan stressor perawat, untuk
menghindari itu pahami betul apa yang sedang kita hadapi. Proteksi diri kita sendiri, cegah
infeksi dan penularan penyakit tersebut pada saat kita harus berhadapan dengannya, karena
itu merupakan tanggungg jawab kita.
DAFTAR PUSTAKA
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed.
8, EGC, Jakarta, 2001.
http://www.mer-c.org/mc/ina/ikes/ikes_0604_aids.htm