Peraturan BPOM
No 23 Tahun 2019 Tentang
Persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika
Drs. Tepy Usia., Apt., M.Phil, Ph.D
Direktur Standardisasi
Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
Disampaikan pada Acara Bimbingan Teknis Peningkatan Pemahaman Dalam Implementasi Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019
tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika Bagi Petugas BPOM pada tanggal 31 November-1 Desember 2020
Pasal 1
Definisi
1. Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian
luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar, atau gigi
dan membran mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
2. Bahan Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam
dan/atau sintetik yang merupakan komponen Kosmetika termasuk Bahan Pewarna, Bahan
Pengawet, dan Bahan Tabir Surya.
3. Bahan Pewarna adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk memberi
dan/atau memperbaiki warna pada Kosmetika.
4. Bahan Pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk mencegah
kerusakan Kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme.
5. Bahan Tabir Surya adalah bahan yang digunakan untuk melindungi kulit dari radiasi
sinar ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan, dan/atau menghamburkan.
Pasal 1
Definisi
6. Penandaan adalah setiap informasi mengenai Kosmetika yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada Kosmetika, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan, serta yang dicetak langsung pada produk.
7. Dokumen Informasi Produk adalah data mengenai mutu, keamanan, dan
kemanfaatan Kosmetika.
8. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun
bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam bidang Kosmetika.
9. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pasal 2 dan Pasal 3
Keamanan
dibuktikan dengan:
hasil uji laboratorium dan/atau
referensi ilmiah/empiris lain yang relevan
Kemanfaatan
Bahan yang
diizinkan digunakan Bahan yang
Bahan dengan diizinkan
pembatasan sebagai Bahan
Kosmetika dan persyaratan
Pewarna
penggunaan 158 bahan
205 bahan
Lampiran I Lampiran II
Grace Period
Pelaku Usaha yang telah memiliki nomor
notifikasi Kosmetika sebelum berlakunya
Peraturan Badan ini, harus menyesuaikan
dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini Pada saat Peraturan Badan ini mulai
paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung berlaku, Peraturan Kepala Badan
sejak Peraturan Badan ini diundangkan (22 Pengawas Obat dan Makanan Nomor 18
Agustus 2019) 22 Agustus 2020 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis
Bahan Kosmetika (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 2044),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
PERBEDAAN
PERATURAN BPOM NO. 23 TH 2019
DIBANDINGKAN DENGAN
PERATURAN KEPALA BPOM NO 18 TAHUN 2015
PerBadan POM No
23 Tahun 2019
Lampiran I
• Untuk semua sediaan pewarna rambut (baik oksidatif maupun non oksidatif):
Pada kolom c (jenis sediaan/kegunaan) ditambahkan keterangan “Penggunaan untuk mewarnai bulu
mata atau alis tidak diizinkan”.
Pada kolom f ditambahkan peringatan
• “Gunakan sarung tangan yang sesuai”
• “Jangan digunakan untuk mewarnai bulu mata atau alis”.
Lampiran I
• Glycolic and lactic acid (INCI), garam umum dan ester sederhananya
Perubahan pembatasan/persyaratan yaitu “penggunaan profesional” (kadar AHA > 10% - 20% ) diubah menjadi “diaplikasikan oleh dokter”;
sedangkan kadar AHA > 20% yang semula “diaplikasikan oleh dokter” diubah menjadi “diaplikasikan oleh dokter spesialis kulit dan kelamin”.
Lampiran I
• Hydrogen Peroxide
Pada Fungsi H2O2 sebagai
sediaan pemutih gigi
Penambahan kelompok
dengan kadar maksimum ≤
0,1% H202 (diaplikasikan
sendiri) sehingga
penggunaan H2O2 sebagai
pemutih gigi dikelompokkan
menjadi 3.
Lampiran I
• Triclosan
penambahan
fungsi sabun cuci
tangan.
• Silver nitrate
Silver nitrate dihapus dari daftar bahan Lampiran I karena ada pembatasan khusus digunakan untuk
pewarna bulu mata dan alis.
Lampiran I
Penambahan bahan
Penambahan bahan sebanyak 51 bahan (dari bahan nomor 155-nomor 205) antara lain: climbazole, polidocanol,
DEGEE, pewarna rambut.
Climbazole
Polidocanol
Lampiran I
DEGEE
Lampiran I
Penambahan footnote “CAS Number yang tercantum dalam kolom ini tidak mencakup semua
CAS Number dari bahan tersebut dan hanya dicantumkan sebagai referensi.”
• Penambahan Carbon
Black/Pigment Black 6
& 7 dalam bentuk
nano.
Perubahan pada
Lampiran II
(Bahan Pewarna yang
Diizinkan dalam Kosmetika)
• Penambahan persyaratan Pigment White 4 “Tidak digunakan pada kosmetika yang dalam
penggunaannya dapat menyebabkan paparan terhadap paru-paru melalui inhalasi”.
Lampiran III
Ketentuan pada Peraturan Kepala Badan POM tentang Perubahan pada
Nomor 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan
Kosmetika PREAMBLE
Lampiran III
Bahan dengan tanda (+) diubah menjadi (Bahan Pengawet yang
dapat ditambahkan pada Diizinkan dalam Kosmetika)
sediaan Kosmetika dengan
kadar selain yang tertera
Ketentuan pada Rancangan Peraturan Badan POM
pada lampiran untuk
tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika tahun
penggunaan lain, misalnya
2019
deodoran dalam sabun Bahan yang tercantum dalam Lampiran III
atau sebagai anti ketombe dapat digunakan untuk penggunaan selain
dalam sampo. pengawet dengan kadar maksimum, batasan
dan persyaratan yang sesuai dalam
Lampiran III, dikecualikan untuk bahan yang
juga tercantum dalam Lampiran I, digunakan
sesuai dengan batasan dan persyaratan
penggunaan dalam Lampiran I.
Penambahan batasan fungsi Ethyl Lauroyl Arginate HCl sebagai pengawet dalam moutwash dengan
kadar maksimum 0,15% dengan persyaratan “Tidak digunakan untuk anak di bawah usia 10 tahun”.
Lampiran IV
Perubahan pada
Lampiran IV
(Bahan Tabir Surya yang
Diizinkan dalam Kosmetika)
Di antara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal yakni Pasal 9A dan 9B
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 9A
1. Dalam hal persyaratan teknis Bahan Kosmetika belum diatur dalam Peraturan
Badan ini, Pelaku Usaha harus mengajukan permohonan pengkajian kepada
Kepala Badan melalui Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen
Kesehatan dan Kosmetik.
Pasal 9A (lanjutan)
Pasal 9B