Anda di halaman 1dari 10

Kantor Jasa Akuntansi

KJA – HEIDI SIDDIQA


Accounting, Finance, Tax, Management, SOP & System ERP Consulting

SISTEM PENGENDALIAN MUTU

PENDAHULUAN

Sistem Pengendalian Mutu Kantor Jasa Akuntansi (KJA) Heidi Siddiqa ini
disusun untuk memenuhi ketentuan - ketentuan yang berlaku saat ini berdasarkan Standar
Pengendalian Mutu 1 (SPM 1) yang telah disahkan oleh Dewan Standar Profesi Jasa
Akuntan (SPJA) IAI.
Sistem pengendalian mutu dari KJA Heidi Siddiqameliputi kebijakan yang
dirancang untuk mencapai tujuan KJA serta prosedur yang diperlukan untuk
melaksanakan dan memantau kepatuhan terhadap kebijakan tersebut. Tujuan KJA Heidi
Siddiqa dalam menetapkan dan memelihara sistem pengendalian mutu adalah untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa:
1. KJA Heidi Siddiqa mematuhi standar profesi dan ketentuan hukum serta
peraturan yang berlaku.
2. Laporan yang tepat diterbitkan oleh KJA Heidi Siddiqa yang melakukan perikatan
sesuai dengan keadaan.
Pedoman pengendalian mutu ini berisikan tentang ketentuan - ketentuan kebijakan
dan prosedur yang menyangkut 6 (enam) hal pokok sebagai berikut:
I. Tanggung jawab kepemimpinan
II. Ketentuan Etika yang berlaku.
III. Penerimaan dan Pemeliharaan Hubungan dengan Klien.
IV. Sumber Daya Manusia
V. Pelaksanaan Perikatan
VI. Pemantauan.
VII. Dokumentasi
I. TANGGUNG JAWAB KEPEMIMPINAN

KJA Heidi Siddiqa menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
mendukung budaya internal yang mengakui pentingnya mutu dalam melaksanakan
perikatan dan mensyaratkan pimpinan KJA sebagai penanggung jawab tertinggi atas
sistem pengendalian mutu KJA.
KJA Heidi Siddiqa menetapkan kebijakan dan prosedur yang mensyaratkan setiap
orang yang menerima tanggung jawab operasional atas sistem pengendalian mutu dari
pimpinan KJA memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup dan sesuai serta
wewenang yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut. Yang
bertanggung jawab dalam setiap penugasan adalah pimpinan KJA. Pembentukan tim
dalam setiap penugasan harus disetujui oleh pimpinan KJA sebagai penanggung jawab
penugasan.

II. KETENTUAN ETIKA YANG BERLAKU

INDEPENDENSI

1. Kebijakan Independensi
KJA Heidi Siddiqa menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh staf profesional
dan pimpinan KJA untuk menjaga independensi sesuai dengan peraturan dan ketentuan
etika yang berlaku dan menciptakan suatu kondisi agar KJA dan seluruh staf profesional
yang ada senantiasa dapat mempertahankan sikap independensi dalam kaitannya dengan
setiap penugasan yang dilaksanakan.
KJA Heidi Siddiqa akan mengkomunikasikan ketentuan independensi kepada
seluruh staf profesional dan mengevaluasi keadaan dan hubungan yang memunculkan
ancaman terhadap independensi. Tindakan yang akan diambil oleh KJA adalah berusaha
untuk mengurangi dan menghilangkan ancaman independensi sampai ketingkat yang
dapat
diterima dan jika memungkinkan mengundurkan diri dari perikatan ketika diizinkan oleh
hukum dan peraturan yang berlaku.
2. Prosedur Independensi
a. KJA akan melakukan pembicaraan pendahuluan dan seleksi klien secara profesional
agar dapat mempertahankan sikap independensi.
b. KJA akan membuat daftar nama klien dan cakupan jasa perikatan yang setiap saat
selalu dimutakhirkan.
c. KJA akan memberikan pengarahan dan pelatihan kepada staf profesional yang baru
sehingga dapat mengerti dan memahami tentang sikap independensi.
d. KJA mewajibkan secara berkala kepada seluruh staf profesional untuk membuat dan
menandatangani surat pernyataan bersikap independen atas klien-klien setiap
penugasan. Dalam hal terdapat masalah independensi para staf profesional diharuskan
mengkonsultasikannya langsung kepada pimpinan KJA.

III. PENERIMAAN DAN PEMELIHARAAN HUBUNGAN DENGAN


KLIEN

1. Kebijakan
a. KJA Heidi Siddiqa hanya akan menerima perikatan dengan klien, jika KJA
berkompeten untuk melaksanakan perikatan, dapat mempertahankan sikap
independensi dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan dan menyelesaikan
penugasan tersebut secara profesional tanpa melanggar ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
b. KJA hanya akan menerima klien yang tidak memiliki risiko penugasan yang tinggi
yang dapat membahayakan integritas dan kelangsungan berdirinya KJA.
c. KJA mengurangi penerimaan klien yang berkepemimpinan tidak baik, atau terdapat
kasus hukum dan masalah bisnis/keuangan dan perpajakan yang berat.

2. Prosedur
a. Penerimaan klien oleh pimpinan KJA melalui survey dan assessment pendahuluan
b. Survey dan assessment pendahuluan harus dibuat catatan tertulis dan
didokumentasikan, yang mencakup namun tidak terbatas pada:
 Nama perusahaan
 Nama pimpinan / Direksi dan Dewan Komisari (Jika PT)
 Sifat, jenis dan bidang usaha
 Reputasi bisnis, masalah hukum dan perpajakan
 Cakupan Jasa Perikatan
 Laporan keuangan dan laporan tahunan (untuk perusahaan go publik)
c. Untuk klien lama, survey dan assessment pendahuluan harus dibuat dengan
menyesuaikan kondisi dan perkembangan perusahaan yang ada atau terjadi.
d. Kondisi untuk KJA dapat menolak penugasan/perikatan, yang mencakup namun tidak
terbatas pada:
 KJA tidak kompeten dan tidak independen.
 Penugasan bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
dan kode etik akuntan.
 Fee Profesional tidak memadai.
e. Untuk penerimaan klien baru harus dibuat Surat Perikatan/Penugasan
(Engagement Letter) yang berisi syarat - syarat penugasan.
f. Untuk Penugasan klien lama engagement letter sebaiknya juga dibuat atau ditegaskan
kembali dalam surat kepada perusahaan klien.
g. Secara berkala (setiap tahun) klien harus dievaluasi untuk dipertimbangkan apakah
hubungan dilanjutkan atau dihentikan.

IV. SUMBER DAYA MANUSIA

1. Kebijakan
Tujuan pengendalian ini adalah untuk mendapatkan keyakinan memadai bahwa KJA
memiliki staf profesional yang cukup kompeten, jumlah staf profesional yang memadai, dan
memiliki kemampuan teknis untuk melakukan suatu penugasan/perikatan sesuai dengan
standar profesi dan ketentuan hukum serta peraturan yang berlaku dan KJA dapat
menghasilkan laporan yang tepat sesuai dengan keadaan.

2. Prosedur
a. Penugasan akan dilakukan oleh tim dengan jumlah staf profesional, kemampuan dan
kompetensi yang memadai dan yang bertanggung jawab dalam setiap penugasan adalah
pimpinan KJA.
b. Pembentukan tim dalam setiap penugasan harus disetujui oleh pimpinan KJA sebagai
penanggung jawab penugasan dengan mempertimbangkan faktor - faktor namun tidak
terbatas pada:
 Independensi
 Pengetahuan mengenai industri akuntansi dan penugasan yang relevan dengan
klien
 Cakupan perikatan
 Besar kecilnya perusahaan klien
 Risiko penugasan yang dihadapi
c. Setiap kendala dan penyimpangan waktu penugasan harus dilaporkan tertulis dengan
alasan yang jelas kepada project leader dan pimpinan KJA.

V. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kebijakan
KJA menetapkan kebijakan yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai
bahwa perikatan dilakukan sesuai dengan standar profesi, ketentuan hukum dan peraturan
yang berlaku dan KJA dapat menerbitkan laporan sesuai dengan keadaaan. KJA
mengharuskan pekerjaan anggota tim yang kurang berpengalaman ditelaah oleh anggota tim
perikatan yang lebih berpengalaman.

2. Prosedur
A. Konsultasi
a. Jika Jika terdapat masalah - masalah yang bertentangan dan menyangkut akuntansi,
system ERP, peraturan perundang-undangan yang berlaku, perpajakan dan hal lain
yang berhubungan dengan penugasan, seluruh staf profesional diwajibkan melakukan
konsultasi kepada project leader dan pimpinan KJA, dan juga tetap mencari informasi
pada PSAK, buku panduan (user guide), peraturan perpajakan dan sumber - sumber
bacaan lainnya yang ada relevansinya.
b. Masalah - masalah yang belum dapat diselesaikan sampai pada tingkat project leader
harus dikonsultasikan kepada pimpinan KJA.
c. Tiap konsultasi yang dilakukan harus didokumentasikan dengan sebaik-baiknya.
d. Setiap minggu diadakan pertemuan/pertemuan teknis yang dihadiri oleh para staf
profesional untuk membahas masalah - masalah yang ada. Untuk hal-hal yang
berhubungan dengan masalah tertentu, konsultasi dilakukan dengan tenaga ahli yang
ditunjuk oleh Pimpinan KJA.
e. KJA akan berusaha untuk melengkapi perpustakaan yang ada dengan buku -buku
sebagai berikut:
 Pedoman laporan keuangan
 Standar Akuntansi Keuangan
 Kode Etik Akuntan Indonesia
 Bahan-bahan lain yang berkaitan dengan masalah akuntansi, perpajakan dan
lain-lain

B. Supervisi
a. Setiap kegiatan penugasan harus dilakukan supervisi secara memadai mulai dari tahap
persiapan (pembicaraan pendahuluan), tahap perencanaan, pelaksanaan penugasan
sampai diterbitkannya Laporan Akuntan. Sehingga menghasilkan mutu penugasan
yang tinggi dan sesuai dengan standar profesional.
b. Setiap penugasan diawali dengan perencanaan pendahuluan. Perencanaan
pendahuluan dilaksanakan oleh project leader dengan melibatkan Pimpinan KJA
dalam perencanaan pendahuluan dan untuk memberikan penyesuaian dan
persetujuan.
c. Kegiatan perencanaan pendahuluan ini dituangkan dalam kertas kerja Akuntan yang
mencakup namun tidak terbatas pada:
 Surat tugas
 Susunan tim
 Lamanya waktu yang direncanakan dan jadwal kerja
 Bentuk laporan akuntan yang akan diterbitkan
 Ruang lingkup dan sifat Penugasan
 Sistem Akuntansi, Perpajakan dan Business Process Klien.

C. Pelaksanaan Penugasan
a. Project leader mengawasi jalannya penugasan lapangan (field work).
b. Jika terdapat hambatan dalam pelaksanaan penugasan lapangan, project leader
melakukan antisipasi serta mengevaluasi ulang untuk mengetahui apakah hal tersebut
disebabkan oleh namun tidak terbatas pada:
 Schedule Project yang kurang tepat
 Adanya perubahan cakupan perikatan
 Adanya perubahan kondisi klien
 Adanya masalah-masalah lain yang tidak diperkirakan sebelumnya.
c. Dalam hal masalah tersebut tidak dapat diselesaikan, project leader akan
mengkonsultasikannya kepada pimpinan KJA.
d. Setiap tindakan atau prosedur penugasan yang dilakukan harus dimuat dan
didokumentasikan dalam kertas kerja sesuai dengan format yang telah ditetapkan dan
setiap prosedur penugasan yang tidak dapat dilakukan perlu diberikan alasan atau
penjelasan.
e. Disamping mengawasi dan mengarahkan pelaksanaan penugasan, project leader juga
akan melakukan review atas kelengkapan dokumen dan mutu kertas kerja penugasan.
Kertas kerja penugasan terdiri dari namun tidak terbatas pada:
 Laporan Keuangan yang dihasilkan
 Schedule Utama (Lead Schedule) untuk setiap pos neraca dan rugi / laba.
 Schedule Pendukung (Supporting Schedule) yang mendukung angka-angka
yang ada dalam setiap lead schedule.
 Standard Operation Procedure (SOP) – Akuntansi dan Keuangan
 Flow Design System ERP
 Project Schedule
f. Project leader memberikan paraf / initial pada kertas kerja penugasan yang telah
direviewnya dengan mencantumkan juga tanggal review dilakukan. Setiap catatan
hasil review dari project leader harus dilakukan tindak lanjut penyelesaian atau
penyesuaian oleh setiap staf profesional yang ditugaskan.
g. Project leader harus memberikan laporan dan kertas kerja penugasan terkait kepada
pimpinan KJA untuk setiap penugasannya.

D. Penerbitan Laporan
a. Project leader membuat konsep laporan akuntan dan harus bebas dari kesalahan-
kesalahan pengetikan, tata letak, perhitungan angka-angka, kesalahan penyajian dan
kesesuaian dengan standar professional.
b. Project leader juga harus membuat laporan penyelesaian project implementrasi
System ERP dan penyusunan SOP Akuntansi dan Keuangan.
c. Laporan penyelesaian project harus dilampirkan dengan laporan persetujuan Go Live
System ERP dan finalisasi SOP dari pihak Klien.
d. Sebelum disampaikan kepada pimpinan KJA untuk direview dan ditanda tangani
setiap konsep laporan akuntan dan laporan penyelesaian project harus dilengkapi
daftar uji (check list).
e. Daftar uji (check list) ini berisi antara lain pengecekan dokumentasi penugasan dan
kepatuhan pelaksanaan pedoman penugasan.
f. Laporan ditujukan atau dialamatkan kepada pihak yang menugaskan sesuai dengan
ketentuan dalam surat penunjukan penugasan. Arsip Laporan Akuntan dan Laporan
Penyelesaian Project harus disimpan dengan baik dan dihindarkan dari
penyalahgunaan.
g. Project leader harus menyelesaikan pengarsipan kertas kerja final perikatan secara
tepat waktu setelah laporan perikatan diselesaikan.

VI. PEMANTAUAN

1. Kebijakan
Pedoman ini bertujuan untuk memantau seberapa jauh pengendalian mutu KJA Heidi
Siddiqa dipahami, ditaati, dan diterapkan dengan baik dalam kegiatan jasa akuntansi dan jasa
professional lainnya termasuk administrasi kantor sebagai pendukung. KJA Heidi
Siddiqaakan memantau seberapa jauh pengendalian mutu dipahami, ditaati dan diterapkan
dengan baik atas setiap jasa yang diberikan. Evaluasi berkelanjutan yang dilakukan atas
sistem pengendalian mutu dalam rangkan penentuan tindakan perbaikan yang harus diambil
atas sistem pengendalian mutu.

2. Prosedur
a. Pimpinan KJA akan menetapkan schedule dan tim yang akan memantau dan
mengevaluasi terhadap dilaksanakannya pengendalian mutu pada internal KJA Andi
Imannuddin.
b. Program inspeksi akan disusun oleh tim yang ditunjuk dan disetujui oleh pimpinan KJA.
c. Program inspeksi mencakup evaluasi jasa akuntansi, manajemen, dan jasa profesional
lainnya yang dilayani oleh KJA termasuk kertas kerjanya dari beberapa klien secara uji
petik (sampel).
d. Laporan hasil penelaahan laporan akuntan, laporan penyelesaian project, laporan terkait
lainnya dan kertas kerja penugasan akan diterbitkan dan disampaikan kepada pimpinan
KJA.
e. Laporan penelaahan harus berisi antara lain komentar / kesimpulan dan rekomendasi atas
pengendalin mutu yang perlu dilakukan perbaikan.
f. Dalam laporan juga harus diungkapkan kepatuhan kantor terhadap peraturan-peraturan
yang berlaku serta kesesuaian dengan standar profesi misalnya kode etik, Standar
Akuntansi Keuangan, dan Standar lainnya.
g. Atas kelemahan pengendalian mutu yang ditemukan dalam inspeksi/pemantauan perlu
dikomunikasikan kepada semua staf profesional sehingga dapat dilakukan pengembangan
/ peningkatan mutu dan pengendalian yang baik sehingga hasil kerja dapat mencapai
mutu yang tinggi dan memenuhi standar profesional.

VII. DOKUMENTASI

1. Kebijakan
Pedoman ini bertujuan untuk menetapkan kebijakan yang dirancang untuk menentukan
tingkat dan sejauh mana dokumentasi diperlukan dalam setiap perikatan. Dokumentasi
diperlukan untuk memberikan bukti operasional sehingga memungkinkan prosedur
pemantauan dapat dilakukan untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap SPM KJA.

2. Prosedur
a. Pimpinan KJA akan menyimpan dokumentasi final seluruh perikatan, kertas kerja final,
dan laporan yang dihasilkan oleh KJA.
b. Surat perikatan, kertas kerja final dan laporan yang sudah disetujui oleh project leader
harus disetujui dan disimpan oleh Pimpinan KJA, baik dalam bentuk softfile dan print
out/menggunakan kertas.
c. Semua kertas kerja, laporan dan dokumen lain yang disiapkan oleh Tim KJA dan Project
Leader, serta yang diberikan oleh Klien harus disimpan dan dibatasi dari akses yang tidak
sah sesuai dengan kebijakan distribusi dokumen dari KJA.
d. Semua perubahan dan penghapusan dokumen perikatan, kertas kerja dan pelaporan harus
disetujui oleh Pimpinan KJA.

Tasikmalaya, 2021
KJA – Heidi Siddiqa

(Heidi Siddiqa, SE.,MM.,Ak.,CA)

Anda mungkin juga menyukai