Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Stase V Minggu III

PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS DAN


MENYUSUI DENGAN PUTING SUSU LECET

Disusun oleh :

Lia Agustina
P05140420006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KOTA BENGKULU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan

“PRAKTIK KEBIDANAN FISIOLOGI HOLISTIK MASA NIFAS DAN


MENYUSUI DENGAN PUTING SUSU LECET “

OLEH:

Lia Agustina
P05140420006

Menyetujui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Else Sri Rahayu, SST, M.Tr.Keb Farida Haryani, Amd. Keb


NIDN. NIP. 196305141984012001

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini.
Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas praktik kebidanan
fisiologi holistik masa nifas dan menyusui. Laporan ini terwujud atas bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Bunda Yuniarti, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu.
2. Bunda Diah Eka Nugraheni, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
3. Else Sri Rahayu, SST, M.Tr.Keb selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bidan Farida Heryani, Amd. Keb selaku pembimbing lahan.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari
bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir
kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Bengkulu, Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv

BAB I TINJAUAN TEORI............................................................................1

BAB II TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN.............................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27

iii
iv
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Menyusui
1. Pengertian
Beberapa pengertian menyusui dari beberapa sumber, antara lain:
a. Menyusui adalah suatu cara yang tidak ada duanya dalam
pemberian makanan yang bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi
yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik
terhadap kesehatan ibu dan bayi (Anggraini, 2010).
b. Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi,
mengasuh bayi dengan penambahan makanan pelengkap pada paruh
kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan psikososial
dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun berikutnya
(Varney, 2004).
2. Pembentukan Air Susu
Beberapa reflek yang berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran
air susu (Anggraini, 2009), antara lain :
a. Reflek Prolaktin
Setelah seorang ibu melahirkan dan terlepasnya plasenta, fungsi
korpus loteum berkurang maka estrogen dan progesteronpun
berkurang. Dengan adanya hisapan bayi pada puting susu dan
areola akan merangsang ujung-ujung saraf sensorik, rangsangan ini
dilanjtukan ke hipotalamus, hipotalamus akan menekan pengeluaran
faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun sebaliknya
akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise anterior
untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat susu.
b. Reflek Let Down
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin rangsangan yang
berasal dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior
yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,

1
hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan
kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses involusi. Oksitosin
yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk
kesistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus
laktiferus masuk ke mulut bayi.
3. Mekanisme Menyusui
Untuk mendapatkan keberhasilan dalam menyusui dibutuhkan 3 reflek
intrinsik (Anggraini, 2009), antara lain :
a. Reflek mencari (Rooting Reflek)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan reflek mencari pada
bayi sehingga menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu
dan kemudian puting susu ditarik masuk kedalam mulut.
b. Reflek Menghisap
Teknik menyusui yang baik adalah seluruh areola payudara
sedapat mungkin semuanya masuk kedalam mulut bayi, tetapi hal ini
tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola yang
besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan
sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya menekan
puting susu saja karena dapat menimbulkan puting susu lecet.
c. Reflek Menelan
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga
pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan
mekanisme masuk ke lambung.

4. Posisi yang Benar dalam menyusui


Dalam menyusui yang benar ada beberapa macam posisi menyusui
(Sulistyowati, 2009), antara lain :

2
a. Posisi berbaring miring
Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau
bila ibu merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu
menyusui yang melahirkan melalui operasi sesar. Yang harus
diwaspadai dari teknik ini adalah pertahankan jalan nafas bayi
agar tidak tertutupi oleh payudara ibu. Oleh karena itu, ibu harus selalu
didampingi oleh orang lain ketika menyusui.
b. Posisi duduk
Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada
0
punggung ibu, dalam posisinya agak tegak lurus (90 ) terhadap
pangkuannya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan duduk bersila
diatas tempat tidur atau dilantai, atau duduk dikursi.
5. Langkah-langkah menyusui yang benar
Berberapa langkah yang benar dalam menyusui bayi, (Suradi dan
Hesti, 2011), antara lain :
a. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
- Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
- Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
- Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

3
- Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan ibu.
- Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
di depan.
- Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
- Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang
di bawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara:
1) Menyentuh pipi dengan puting susu.
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola
dimasukkan ke mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar areola dimasukkan ke mulut bayi, susu
berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah
areola.
2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
f. Melepas isapan bayi
Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya
ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi :
1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut atau.
2) Dagu bayi ditekan kebawah.

4
g. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
h. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
sendirinya.
i. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah (gumoh-jawa) setelah menyusui. Cara
menyendawakan bayi :
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu
kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan atau,
2) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan.

6. Langkah-langkah menyusui bayi kembar


Dalam menyusui bayi kembar terdapat beberapa posisi untuk
mencapai keberhasilan (Suradi dan Hegar, 2010), antara lain :
a. Double Football
Bayi dipegang seperti cara memegang bola disisi kanan dan kiri
tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan berbaring
dibawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka
benar-benar berpengalaman.
b. Double Cradle
Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan
bayi menyilang diatas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu
yang sudah berpangalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya
dengan baik.
c. Kombinasi Football dan Cradle (posisi sejajar)
Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang
lain dipegang posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu dengan

5
bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat
asupan ASI yang cukup.
7. Tanda bayi menyusu dengan benar
Beberapa tanda bayi dalam menyusui dengan menggunakan teknik
menyusui yang benar (Bahiyatun, 2009).
a. Bayi tampak tenang.
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian besar areola payudara masuk kedalam mulut bayi.
f. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala tidak menengadah.
8. Tanda bayi cukup ASI
Beberapa tanda bayi cukup ASI (Sulistyawati, 2009), antara lain :
a. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam sehari dan warnanya jernih
sampai kuning muda.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun, dan tidur
cukup. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
d. Payudara ibu merasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
e. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali selesai
menyusui.
f. Bayi bertambah berat badannya.
9. Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara on demand karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan / kedinginan, atau
sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya.

6
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada
awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan akan
mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Suradi dan Hesti,
2018).

B. Cracked nipple (Puting susu lecet)


1. Pengertian
Cracked nipple (Puting susu lecet) adalah adanya luka pada payudara yang
ditandai oleh adanya erosi kulit sampai dengan submukosa yang dapat
menyebabkan perdarahan dan infeksi duktus laktiferus yang menimbulkan
nyeri pada saat proses menyusui.
2. Penyebab
a. Kebanyakan puting nyeri / lecet disebabkan oleh kesalahan dalam
tekhnik menyusui yang salah yaitu sampai ke kalang payudara bila
bayi menyusui hanya pada puting susu, maka bayi akan mendapat ASI
sedikit karena gusi bayi tidak menekan pada daerah sinus laktiferus
sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri kelecetan pada puting
susunya.
b. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, Krim, atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting susu
c. keadaan ini juga dapat terjadi pada bayi dengan tali lidah yang pendek,
sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai kalang payudara
dan hisapan pada putingnya saja.
d. Rasa nyeri ini juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati. (Saleha, 2009).
3. Penatalaksanaan
a. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal /
lecetnya lebih sedikit untuk menghindari tekanan local pada puting
maka posisi menyusui harus sering dirubah. Untuk puting yang sakit
dianjurkan untuk mengurangi frekuensi dan lamanya menyusui.

7
Disamping itu kita harus yakin bahwa tehnik menyusui bayi harus
adalah benar, yaitu bayi harus menyusui sampai kekalang payudara.
Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan
tangan / pompa. Kemudian diberikan dengan sendok, gelas atau pipet.
b. Setiap kali menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tapi diangin –
anginkan sebentar agar kering dengan sendirinya. Karena bekas ASI
berfungsi sebagai pembalut puting sekaligus sebagai anti infeksi.
c. Jangan menggunakan BH yang terlalu ketat
d. Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
membersihkan puting susu
e. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara
tidak sampai terlalu penuh dan bayi yang tidak begitu lapar juga tidak
menyusui terlalu rakus.
f. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara
dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara
g. Pergunakan BH yang menyangga. h. Bila terasa sangat sakit boleh
minum obat untuk mengurangi rasa sakit.
h. Periksalah apakah bayi tidak menderita monoliasis yang dapat
menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala
monilasis dapat diberikan nistatin.
4. Pencegahan Cracked Nipple
a. Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, Krim, atau
zatzat iritan lainnya.
b. Sebaiknya untuk melepaskan puting susu dengan isapan bayi pada saat
bayi selesai menyusui, tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi
dengan menekan dagu bayi atau dengan memasukkan jari kekelingking
yang bersih kemulut bayi.
c. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusui sampai
kekalang payudara dan menggunakan payudara.

8
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Pengertian Manajemen Kebidanan SOAP


Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan kebidanan
sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian harus akurat,
lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan pelayanan kebidanan
sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan sesuai
standar dalam praktek kebidanan dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Penyusuanan data
sebagai indikator dari data yang mendukung diagnosa kebidanan adalah suatu
kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan pengelompokkan data fokus
adalah suatu yang sulit.
1. Langkah-Langkah Manajemen SOAP
Adapun Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP adalah sebagai
berikut :
a. Data Subjektif
Data subjektif merupakan pendokumentasikan hanya pengumpulan data
klien melalui anamnesa yaitu tentang apa yang dikatakan klien, seperti
identitas pasien, kemudiaan keluhan yang diungkapakan pasien pada
saat melakukan anamnesa kepada pasien (Rukiyah, 2014). Biodata yang
antara lain :
1) Nama
Dikaji dengan masa yang jelas, lengkap, untuk menghindari adanya
kekeliruhan atau untuk membedakan dengan klien atau pasien
lainnya.
2) Umur
Untuk mengetahui faktor resiko yang sangat berpengaruh terhadap
proses reproduksi seseorang.

9
3) Agama
Untuk memeberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama
yang sedang di anut oleh pasien.
4) Suku bangsa
Untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan
merugikan.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat penerimaan informasi
hal-hal baru atau pengetahuan baru karena tingkat pendidikan yng
lebih tinggi mudah mendapatkan informasi.
6) Pekerjaan
Untuk mengetahui status ekonomi keluarga pasien.
7) Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien.
8) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang sedang dirasakan pasien saat
pemeriksaan.
9) Riwayat Kesehatan
Untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien pada saat ini, dahulu
maupun riwayat kesehatan keluargany apakah terdapat penyakit
menurun, menahun, ataupun menular.
10) Pola Kebutuhan sehari-hari
Makanan
Frekuensi : Berapa kali makan dalam sehari
Jenis : Jenis makanan yang dikonsumsi
Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan
Minuman
Frekuensi : Berapa kali minum dalam sehari
Jenis : Jenis minum yang dikonsumsi
11) Eliminasi

10
Frekuensi : Berapa kali BAK dan BAB dalam sehari
Konsistensi : Untuk mengetahui apakah BAK dan BAB pasien
normal atau tidak
Keluhan : Ada atau tidak keluhan yang dirasakan
12) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihanya
sehari-hari.
13) Pola Aktifitas
Dikaji untuk mengetahui kegiatan apa yang dilakukan pasien sehari-
hari.
14) Pola Istirahat
Untuk mengetahui pola istirahat pasien sehari-hari, seperti berapa
lama tidur malam dan tidur siang pasien.
b. Data Objektif
Data Objektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan fisik klien, hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assasment yaitu apa
yang dilihat dan diraskan oleh bidan setelah melakukan pemeriksaan
terhadap pasien ( Rukiyah, 2014).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum pasien apakah baik, lemah
atau keadaan umummnya pasien pucat dan lemas.
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmetis, apatis,
ataupun samnolen.
c) TekananDarah
untuk mengetahui berapa tekanan darah pasien.
d) Suhu
Untuk mengetahui berapa suhu badan pasien.
e) Denyut Nadi

11
Untuk mengetahui berapa nadi pasien dihitung per menit.
f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung
per menit.
g) Berat Badan
Untuk mengetahui berapa berat badan pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Untuk menilai bentuk kepala, dan kelainan.
b) Rambut
Untuk menilai warna, distribusi, kerontokan dan kebersihan.
c) Muka
Untuk menilai terdapat oedem atau chloasma pada muka.
d) Mata
Untuk menilai apakah kunjungtiva pucat atau merah, dan sklera
berwarna putih atau tidak.
e) Hidung
Untuk mengetahui kebersihan dan pembesaran polip.
f) Telinga
Mengetahui bentuk telinga simetris atau tidak, dan kebersihan
telinga.
g) Mulut
Untuk mengetahui kebersihan, dan melihat adakah caries dan
mukosa bibir terlihat lembab atau tidak.
h) Leher
Untuk mengetahui adakah pembekaan vena jugularis, kelenjar
tiroid, dan kelenjar limfe.
i) Abdomen
Untuk menegtahui adakah bekas operasi, maupun nyeri tekan.
j) Genetalia

12
Untuk mengetahui adakah oedem dan varises vagina, dan
kelainan yang mengganggu.
k) Anus
Melihat adakah hemoroid dan keluhan lain.
l) Ektermitas
Melihat apakah bentuk simetris, melihat adakah edema, dan
mengecek bagian kaki adakah varisens dan respon terhadap cek
patella.
3) Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika memerlukan penegakan diagnosa.
c. Analisa
Analisa merupakan masalah atau diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang
dikumpulkan atau disimpulkan yang dibuat dari data subjektif dan
objektif.
Pendokumentasiaan hasil analisis dan interprestasi (kesimpulan)
dari dat subjektif dan objektif. Analisis yang tepat dan akurat mengikuti
perkembangan data pasien akan menjamin cepat diketahuinya
perubahan pasien, dapat terus diikuti dan dia,nil keputusan/tindakan
yang tepat.
d. Planning
Perencanaan atau planning adalah suatu pencatatan
menggambarkan pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi
berdasrkan assesment yaitu rencan apa yang akan dialkukan
berdasarkan hasil evaluai tersebut.
Perencanaan dibuat saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisis dan interprestasi data yang
bertujuaan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal
mungkin danmempertahankan kesejahteraannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. R., & Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta:


Nuha Medika.
Asih, Y & Risneni. (2016). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Astri Wahyuningsih, Endang Wahyuningsih. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Teknik Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Puting Lecet Pada
Ibu Nifas Di Bpm Siti Sujalmi, Jatinom, Klaten. Involusi Jurnal Ilmu
Kebidanan.
Dzul Istiomah Hasyim, dkk. (2015). Hubungan Antara Teknik Menyusui Dengan
Kejadian Puting Susu Lecet. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Erda Eliyanti, dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting
Susu Lecet di BPM Suhartini,SST Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang.
Jurnal Ilmiah Kebidanan.
Firda Fibrila dan Herlina. (2011). Pengaruh Menyusui dan Mobilisasi Dini
Terhadap Percepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post
Partum Di Bidan Praktek Swasta Kabupaten Lampung Utara. Jurnal
Kesehatan.
Handayani, E., & Pujiastuti, W. (2015). Asuhan Holistik Masa Nifas dan
Menyusui. Yogyakarta: Trans Medika.
Kemenkes, RI (2018). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan di Sarana Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Martalia, D. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Masruroh, (2013). Buku Panduan Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas.
Yogyakarta: Nuha Medika.

14
Murni Lestari . (2019) . Hubungan Pengetahuan Ibu Primipara Tentang Tehnik
Menyusui Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Ekslusif : Studi Literatur.
Jurnal JKFT: Universitas Muhamadiyah Tangerang.
Novita Ning Pratiwi, Sari Pratiwi Apidianti . (2020). Hubungan Antara Teknik
Menyusui Dengan Kejadian Puting Susu Lecet Pada Ibu Nifas Primipara di
Kelurahan Kangenan Kecamatan Pamekasan Kabupaten Pamekasan.
Nugroho, T., Nurrezki, Warnaliza, D., & Wilis. (2014). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurjanah, Nunung., dkk. (2013). Asuhan Kebidanan Postpartum. Bandung: PT
Refika Aditama.
Rini Hariani Ratih dan Sara Herlina. (2020). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Klinik Pratama Yusminar Pekan
Baru. Ensiklopedia of Journal.
Risneni . (2015). Hubungan Teknik Menyusui Dengan Terjadinya Lecet Puting
Susu Pada Ibu Nifas. Jurnal Keperawatan.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: CV, Andi Offset.
Sunarsih, T., & Dewi, V. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta:
Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai