Anda di halaman 1dari 128

UPAYA GURU PEMBIMBING KHUSUS DALAM MENANGANI

PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS KELAS III DI PENDIDIKAN INKLUSI
SEKOLAH DASAR NEGERI 131
KOTA JAMBI

SKRIPSI

NUR ILMY DESARYANTI


TPG. 151710

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019

1
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman


Revisi Revisi
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05- 2019 R-0 - 1 dari 2
03

Hal : Nota Dinas


Lampiran :-

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di
Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara;
Nama : NurIlmyDesaryanti
NIM : TPG 151 710
Judul Skripsi : Upaya Guru Pembing Khusus Dalam Menangani Proses
Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di pendidikan
Inklusi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Jurusan/Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudari tersebut di


atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas Perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.
Jambi, Oktober 2019
Pembimbing I

Drs. Ilyas Idris, M.Ag


NIP. 19650704 199302 1 002

i
KEMENTERIAN AGAMA RI
UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PERSETUJUAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

Kode Dokumen Kode Formulir Berlaku tgl No. Tgl. Halaman


Revisi Revisi
In.08-PP-05-01 In.08-FM-PP-05- 2019 R-0 - 1 dari 2
03

Hal : Nota Dinas


Lampiran :-

Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
di
Tempat
Assalamu’alaikum wr.wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta
mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat
bahwa skripsi saudara;
Nama : Nur Ilmy Desaryanti
NIM : TPG 151 710
Judul Skripsi : Upaya Guru Pembimbing Khusus Dalam Menangani Proses
Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di pendidikan
Inklusi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi

Sudah dapat diajukan kembali kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


Jurusan/Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu dalam Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Dengan ini kami mengharap agar skripsi/tugas akhir Saudari tersebut di


atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas Perhatiannya kami ucapkan terima
kasih.

Jambi, Oktober 2019


Pembimbing II

Nasyariah Siregar, M.Pd.I


NIP. 19890508 2015032007

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun


sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi seluruhnya merupakan hasil
karya sendiri.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip
dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebahagian skripsi
bukan hasil karya saya sendiri atau terindikasi adanya unsure plagiat dalam
bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sangsi sesuai dengan peraturan
dan perundang-undangan yang berlaku.

Jambi, Oktober 2019

Nur Ilmy Desaryanti


TPG. 151710

iii
“PERSEMBAHAN”

Ku persembahkan skripsi ini untuk yang selalu bertanya :


“Kapan skripsimu selesai ?”

Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu bukan sebuah kejahatan, bukan
sebuah aib. Alangkah kerdilnya jika mengukur kepintaran seseorang hanya
dari siapa yang paling cepat lulus. Bukankah sebaik-baiknya skripsi adalah
skripsi yang selesai ? baik itu selesai tepat waktu maupun tidak tepat waktu.

Yang utama dari segalanya …. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan kasih sayangmu telah memberiku kekuatan. Atas karunia yang
engkau berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat
serta salam selalu terlimpahkan Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada semua orang yang sangat aku
kasihi dan aku sanyangi terutama kepada Ayahanda Baso Syarifuddin
(Alm) dan Ibunda Suryanti, serta Suami Pandi Kurnia Saputra, SKM
terimakasih yang tiada terhingga karena atas do’a, kasih sayang dan jeri
payahmu aku bias menyelesaikan kuliahku ini. Kemudian kepada saudara
laki-lakiku Syafrizal Febrian dan Bagus Pratama yang telah memberikan
semangat, nasihat, do’anya kepadaku.

v
MOTTO

َ ِ‫ْض َع ُد ٌّوإِالَّ ْال ُمتَّق‬


)٧٦( ‫ين‬ ُ ‫ْاألَ ِخالَّ ُء يَ ْى َمئِ ِذم بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْملِبَع‬
Artinya : “Temen-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertaqwa.” (QS. Zukhruf Ayat 67:43)

“Kekhususanku adalah kelebihanku.”


(Mario Teguh - 2015)

“Setiap manusia sejatinya adalah anak berkebutuhan khusus,


setiap manusia
Senantiasa ingin dimengerti dan diperlakukan secara khusus
dengan penuh
perhatian, bahkan kekhususan adalah hakikat utama manusia,
karena kekhususan
itulah yang membuat setiap manusia istimewa.”
(Penulis - 2019)

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha „Alim yang kita
tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga skripsi ini
dapat di selesaikan. Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad SAW pembawa
risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat akademik
guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan
pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu
melalui kolom ini penulis meyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
2. Ibu Dr. Hj. Armida, M, Pd, selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan,
Bapak Dr. H. Lukman Hakim, M. Pd, Bapak Dr. Zawaqi Afdal Jamil. M. Pd. I,
Bapak Dr. H. Kemas Imron Rosyadi, M. Pd, selaku wakil dekan I, II, dan III
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
3. Bapak Dr.Mahluddin, M.Pd. I, ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Bapak Dr. Shalahuddin M.Pd.I selaku sekertaris prodi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.
4. Bapak Drs. Ilyas Idris, M.Ag selaku pembimbing I dan Nasyariah
Siregar, M.Pd.I selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak kepala sekolah serta majelis guru SD N 131 Kota Jambi yang telah
memberikan kemudahan kepada penulis dalam memperoleh data dilapangan.
6. Sahabat-sahabatku seperjuangan yang ikut memberikan perhatian dan
partisipasinya dalam menulis skripsi ini.

vii
7. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya
ucapkan terima kasih, jazakumullah ahsanal jaza.

Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan


amal semua pihak yang telah membantu saya. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jambi, Oktober 2019


Penulis

Nur Ilmy Desaryanti


TPG 151710

viii
ABSTRAK

Nama : Nur Ilmy Desaryanti


Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul : Upaya Guru Pembimbing Khusus Dalam Menangani Proses
Pembelajaran Pada Anak Berkebutuhan Khusus Di pendidikan
Inklusi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi

Pendidikan inklusi menjadi salah satu pendidikan alternatif yang ramah


bagi anak berkebutuhan khusus (ABK). Di mana ABK dan anak lainnya belajar di
dalam kelas yang sama. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penanganan
ABK pada sekolah inklusi SD N 131 Kota Jambi, untuk mengetahui hambatan-
hambatan apa saja yang dialami dalam proses penanganan ABK pada sekolah
inklusi SD N 131 Kota Jambi dan untuk mengetahui solusi dalam menghadapi
hambatan penanganan ABK pada sekolah inklusi SD N 131 Kota Jambi.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif analisis. Subjek penelitian adalah Guru kelas III.
Teknik pengambilan sampel dan teknik pengumpulan data adalah melalui,
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa;
Pertama, menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan ABK dan anak
normal. Kedua, hambatan dalam penaganan ABK di sekolah inklusi yaitu tidak
adanya guru bimbingan khusus (GBK), kurangnya anggaran yang disediakan
dapat mengakibatkan sarana dan prasarana yang kurang memadai dan kualitas
guru yang tidak memadai dan memahami proses penanganan terhadap ABK.
Diharapkan ABK di sekolah inklusi tersebut kepala sekolah harus
memberikan; (1) guru menyediakan waktu luang dan memberikan perhatian
khusus untuk menangani ABK setelah jam pelajaran berakhir. (2) guru harus
kreatif untuk memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada sehingga proses
pendidikan inklusi tetap berjalan dengan lancar. (3) kepala sekolah harus
membuat kebijakan mengenai pelatihan guru untuk penanganan anak
berkebutuhan khusus.

Kata kunci : Guru Pembimbing Khusus, Anak berkebutuhan khusus, Pendidikan


inklusi

xi
ABSTRACT

Name : Nur Ilmy Desaryanti


Department : Madrasah Ibtidaiyah Teacher Education
Title : The efforts of the supervising teacher In Handling The Learning
Process In Children With Special Needs (Abk) Class Inclusive
Education Sector 131 Jambi

Inclusive education is one alternative education that is friendly for children


with special needs (ABK). Where ABK and other children learn in the same class.
The purpose of this study was to determine the handling of ABK in the
elementary school inclusive N 131 Jambi City, to find out what obstacles were
experienced in the process of handling ABK in the inclusive elementary school N
131 Jambi City and to find solutions in dealing with the obstacles handling ABK
in elementary inclusive schools N 131 Jambi City. The approach used in this
research is a qualitative approach with descriptive analysis method. The subject of
the research was the third grade teacher.
The sampling technique and data collection techniques are through,
observation, interviews, and documentation. The results showed that; First, use
the same learning methods as ABK and normal children. Second, the obstacles in
handling ABK in inclusive schools are the absence of special guidance teachers
(GBK), the lack of budget provided can lead to inadequate facilities and
infrastructure and inadequate teacher quality and understand the process of
handling ABK.
It is expected that ABK in these inclusive schools the principal must
provide; (1) the teacher provides free time and gives special attention to handling
ABK after the end of class. (2) teachers must be creative in utilizing existing
facilities and infrastructure so that the process of inclusive education continues to
run smoothly. (3) the principal must make a policy regarding teacher training for
handling children with special needs.

Keywords: Supervising teacher, Children with special needs, inclusive education

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
NOTA DINAS .............................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................... iv
PERSEMBAHAN ......................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Fokus Penelitian ........................................................................ 5
C. Rumusan Masalah...................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Upaya Guru Kelas ............................................ 8


1. Pengertian Upaya ................................................................... 8
2. Jenis-Jenis Upaya .................................................................. 8
3. Peran Guru Kelas ................................................................... 9
4. Mendidik dan Belajar ............................................................ 12
B. Kajian Tentang Berkebutuhan Khusus ...................................... 13
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ................................ 13
2. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ................................ 14
3. Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus .......... 18
C. Kajian Tentang Cara Menangani Anak Berkebutuhan
Khusus ....................................................................................... 20

xi
D. Penelitian Yang Relavan ............................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 29


B. Setting dan Subjek Penelitian .................................................... 29
C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 29
D. Teknik Analisis Data ................................................................. 31
E. Uji Keabsahan Data ................................................................... 32
BAB IV TAMUAN DAN PEMBAHASAN

A.
Temuan Umum .......................................................................... 35
1. Sejarah Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi ..................... 35
2. Data Umum Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi ............. 36
3. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi . 42
4. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi 43
5. Rombongan Belajar ............................................................... 53
6. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ...................................... 55
7. Kegiatan Ekstrakulikuler ....................................................... 57
8. Kurikulum Sekolah ................................................................ 57
B. Temuan Khusus dan Pembahasan ............................................. 58
1. Cara Guru Menangani Anak Berkebutuhan Khusus Dalam
Proses Pembelajaran Pada Kelas III di Sekolah Dasar Negeri
131 Kota Jambi ...................................................................... 58
2. Kendala yang Dihadapi Guru Dalam Proses Pembelajaran
Pada Anak Berkebutuhan Khusus ......................................... 61
3. Solusi Dalam Mengatasi Kendala Dalam Proses Pembelajaran
Pada Anak Berkebutuhan Khusus Pada Kelas III di Sekolah
Dasar Negeri 131 Kota Jambi................................................ 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 77
B. Saran .......................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

3.1. Jadwal Penelitian ................................................................................ 34


4.1. Identitas SD Negeri 131 Kota Jambi .................................................. 36
4.2. Sarana SD Negeri 131 Kota Jambi ..................................................... 43
4.3. Prasarana SD Negeri 131 Kota Jambi ................................................ 52
4.4. Rombongan Belajar Berdasarkan Kelas ............................................. 53
4.5. Rombongan Belajar Berdasarkan Agaman......................................... 54
4.6. Rombongan Belajar Berdasarkan Usia ............................................... 54
4.7. Rombongan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus .............................. 55
4.8. Pendidik dan Tenaga Pendidik ........................................................... 55

xiii
GAMBAR

Halaman

3.1. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ..................... 31


4.1. Struktur Organisasi SD Negeri 131 Kota Jambi................................. 42
4.2. Suasana Kelas Dalam Proses Pembelajaran ....................................... 60

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Panduan Wawancara
2. Panduan Observasi
3. Panduan Dokumentasi
4. Transkip Wawancara
5. Dokumentasi Riset
6. Absen Kelas III SD Negeri 131 Kota Jambi
7. Lembar Konsultasi
8. Curriculum Vitae

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk


meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan dapat
diperoleh melalui lembaga pendidikan baik formal, informal, dan non
formal. Sekolah merupakan contoh dari lembaga pendidikan yang bersifat
formal. Sekolah tidak hanya sebagai wahana untuk mencari ilmu
pengetahuan saja, tetapi juga sebagai tempat yang dapat memberi bekal
keterampilan untuk hidup yang nanti diharapkan dapat bermanfaat di
dalam masyarakat. Di sekolah anak juga dibimbing untuk bersosialisasi
dengan orang lain. Keberadaan sekolah tidak hanya penting bagi anak
normal, melainkan bermanfaat pula untuk anak berkebutuhan khusus yang
memiliki keterbatasan dan kekurangan ketika harus berinteraksi dengan
orang lain.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang
sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 Ayat (2) menyatakan bahwa seluruh
warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual
atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Undang-undang
tersebut menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus berhak
memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lain ( anak regular)
dalam hal pendidikan.

Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah anak


berkebutuhan khusus (ABK) Indonesia mancapai angka 1,6 juta anak
(Hamid Muhammad 2017). Dari 1,6 juta anak berkebutuhan khusus di
Indonesia, baru 18 persen yang sudah mendapatkan layanan pendidikan
inklusi. Sekitar 115 ribu anak berkebutuhan khusus bersekolah di SLB
(sekolah luar biasa) sedangkan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang
bersekolah di Sekolah Reguler pelaksana sekolah Inklusi berjumlah sekitar

1
2

299 ribu. Dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 pasal 1 disebutkan


bahwa pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki
kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bahkan istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Konsep
pendidikan Inklusi diselenggarakan oleh sekolah penyelenggara Program
Inklusi, Sekolah Penyelenggara Program Inklusi (SPPI) merupakan
sekolah yang dibentuk dalam rangka pengembangan pendidikan khusus
dan memberikan bantuan kepada anak berkebutuhan khusus, orang tua
anak berkebutuhan khusus, dimana penyelenggaraan proses
pembelajarannya bersama-sama dengan siswa normal.

Ada beberapa kendala yang ditemukan dalam


mengimplementasikan pendidikan inklusi. Kendala-kendala itu misalnya
minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peran guru sekolah
inklusi menunjukkan betapa sistem pendidikan inklusi belum benar-benar
dipersiapkan dengam baik. Apalagi sistem kurikulum pendidikan umum
sekarang memang belum mengakomodasi keberadaan anak-anak yang
memiliki perbedaan kemampuan (difabel). Sehingga sepertinya program
pendidikan inklusi hanya terkesan program eksperimental. Kondisi ini
jelas menambah beban tugas yang harus diemban oleh para guru yang
berhadapan langsung dengan persoalan teknis dilapangan. Disatu sisi para
guru harus berjuang keras memenuhi tuntutan hati nuraninya untuk
mencerdakan seluruh siswanya, sementara disisi lain guru tidak memiliki
keterampilan yang cukup untuk menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa yang berkebutuhan khusus.
Hal lain yang juga mesti jadi perhatian bagi penyelenggara sekolah
inklusi adalah penerimaan dan pengakuan warga sekolah terhadap
keberadaan Guru Pembimbing Khusus (GPK) di sekolah inklusi.
Kehadiran GPK bertugas bukan berdiri sendiri, namun saling bekerjasama
3

dalam menangani anak yang berkebutuhan khusus. Tanggung jawab


terhadap anak berkebutuhan khusus dikelas tetap dipegang oleh guru
kelas, bukan diserahkan seutuhnya kepada GPK. Melainkan antara guru
kelas dan GPK saling bekerjasama dalam melayani anak berkebutuhan
khusus, mulai dari mengidentifikasi anak, mengasesman anak, sampai
kepada menyusun Program Pembelajaran Individu (PPI) bagi anak
tersebut.
Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi perlu didukung oleh
tenaga pendidik keahlian khusus dalam proses pembelajaran dan
pembinaan anak-anak berkebutuhan secara umum, salah satu tenaga
khusus yang diperlukan adalah Guru Pembimbing Khusus (GPK). Dalam
Permendiknas No. 70 Tahun 2009 tentang pedoman Implementasi
pendidikan Inklusi, ada 8 komponen yang harus mendapatkan perhatian
dari pemangku kepentingan (stakeholder) sekolah inklusi, yaitu : (1)
peserta didik, (2) kurikulum , (3) tenaga pendidik, (4) kegiatan
pembelajaran, (5) penilaian dan sertifikasi, (6) manajemen sekolah, (7)
penghargaan dan saksi, (8) pemberdayaan masyarakat.
Masalah lain yang muncul adalah mengenai Upaya guru kelas.
Hasil wawancara awal dengan guru kelas mendapatkan informasi bahwa
kegiatan pembelajaran khusus untuk anak berkebutuhan khusus sebagian
besar dibebankan kepada guru pembimbing khusus. Kegiatan
pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus dan anak regular dikelas
regular masih dibuat sama dengan guru kelas. Pada dasarnya anak
berkebutuhan khusus memiliki perbedaan dengan anak regular, sehingga
pembelajaran dan penanganan yang diberikan seharusnya juga dibedakan
sesuai dengan kekhususan masing-masing. Oleh karena itu guru kelas
masih dirasa belum siap dalam menangani dan memberikan pembelajaran
bagi anak berkebutuhan khusus. (Eni Hartati, 4 feb2019; SDN 131 kota
jambi)
Kendala-kendala tersebut akhirnya membuat anak berkebutuhan
khusus tidak bisa mengikuti kegiatan proses belajar mengajar dengan
4

maksimal. Mengingat tentang kekhususan yang dimiliki oleh anak


berkebutuhan khusus, peneliti merasa bahwa guru kelas perlu untuk
menguasai kemampuan dasar sebagaimana guru pembimbing khusus. Hal
ini tentu akan memudahkan guru kelas dalam menangani anak
berkebutuhan khusus dikelas inklusi. Upaya guru kelas Sekolah
penyelenggara pendidikan inklusi di SD N 131 kota jambi menjadi penting
untuk diteliti dikarenakan terdapat pergeseran kompetensi dan tanggung
jawab guru kelas. Guru kelas yang awalnya hanya bertanggung jawab
menangani anak regular, kini harus mampu menguasai kompetensi yang
lebih luas karena tanggung jawab guru kelas lebih besar dalam menangani
anak regular dan anak berkebutuhan khusus. Satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan inklusi memang berhak memperoleh bantuan
professional sesuai dengan kebutuhan dalam memberikan pelayanan untuk
anak berkebutuhan khusus dari pemerintah. Namun, bukan berarti guru
kelas bisa lepas tanggung jawab dalam menangani anak yang berkebuhan
khusus dan anak normal pada setiap proses pembelajaran. Oleh karena itu
kesiapan guru kelas dalam menangani anak berkebutuhan khusus dan anak
normal dalam setiap proses pembelajaran harus mutlak untuk dipenuhi
guru kelas dalam sekolah inklusi.
Berdasarkan permasalahan diatas peneliti ingin mengetahui Upaya
guru kelas. Peneliti mengangkat dengan judul “Upaya Guru
Pembimbing Khusus dalam Menangani Proses Pembelajaran Pada
Anak Berkebutuhan Khusus Kelas III di Sekolah Inklusi SD Negeri
131 Kota Jambi”. Penelitian ini sangat penting untuk di teliti karna
berkaitan dengan peraturan pemerintah yang mewajibkan peserta didik
yang berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan dam pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta
didik umum lainnya.
5

B. Fokus Penelitian

Permasalahan tentang Upaya guru sangat luas, oleh karena itu


peneliti memfokuskan pada permasalahan guru kelas dalam mengatasi
anak berkebutuhan khusus dan anak normal dalam satu ruang kelas pada
setiap proses pembelajaran di sekolah inklusi SD Negeri 131 Kota jambi
yang berkenaan dengan kompetensi guru kelas dalam memberikan
pengajaran dan penanganan terhadap anak berkebutuhan khusus.
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka


dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Upaya guru pembimbing khusus dalam menangani proses
pembelajaran pada Anak Berkebutahn Khusus kelas III Di SD
Negeri 131 Kota Jambi ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi Guru Dalam proses
pebelajaran pada anak berkebutuhan khusus ?
3. Bagaimana solusi dalam mengatasi kendala dalam proses
pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus pada kelas III
di SD Negeri 131 Kota Jambi ?
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas Peneliti memiliki beberapa


tujuan, antara lain sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan cara guru menangani


anak berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran pada
kelas III di SDN 131 Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus.
3. Untuk mengetahui solusi dalam menangani kendala yang
terjadi dalam proses pembelajaran pada anak berketuhan
khusus pada kelas III di SDN 131 kota jambi.
6

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan


kontribusi pada ilmu pendidikan. Khususnya dalam dunia pendidikan
di sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Hasil penelitian ini dapat
menembah khasanah ilmu pengetahuan berkenaan dengan pendidikan
dasar terutama dalam hal upaya guru kelas dalam mengatasi anak
berkebutuhan khusus dan anak normal.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak sekolah sebagai deskripsi dalam pelaksanaan
peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas Anak
berkebutuhan khusus pada setiap proses pembelajaran di
pendidikan inklusi.
b. Bagi guru dapat mengetahui cara menangani anak berkebutuhan
khusus pada proses pembelajaran.
c. Bagi siswa adalah mendapatkan pembelajaran yang tepat sesuai
dengan kebutuhan khusus yang di miliki sehingga tercapai tujuan
pendidikan yang diinginkan.
d. Bagi peneliti adalah untuk menyelesaikan pendidikan stara 1 sesuai
dengan pendidikan yang di jalankan saat ini.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan


keilmuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah dan sebagai
dasar untuk penelitian lebih lanjut serta sarana untuk menerapkan ilmu dan
teori yang telah diperoleh selama perkuliahan di Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi serta dapat bermafaat dalam memberikan
gambaran bagi pembaca, pengajar, dan siswa sebagai acuan dalam
mengatasi anak berkebutuhan khusus dan anak normal di kelasnya dengan
cara yang baik serta dapat mengoptimalkan penanganan anak
berkebutuhan khusus oleh guru kelas yang disesuaikan dengan kekhususan
7

anak dalam rangka meningkatkan Upaya guru kelas dalam mengatasi anak
berkebutuhan khusus dan anak normal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. KAJIAN TENTANG UPAYA GURU PEMBIMBING KHUSUS

A. Pengertian Upaya

Upaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah usaha


(syarat) untuk menyampaikan suatu maksud, akal, ikhtiar (suatu daya
upaya), supaya upayanya (sedapat-dapatnya), berusaha (berikhtiar)
mengupayakan atau mengikhtiarkan supaya dapat melakukan sesuatu
untuk mencari akal (jalan dan sebagainya) (Anonim KBBI, 2006,
hal.1345). Menurut (Poerwadarmita, 1991, hal.574), “Upaya adalah usaha
untuk menyampaikan maksud, akal, dan ikhtisar. Upaya merupakan segala
sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai
dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut
dilaksanakan.
Upaya merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)
terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya
sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu upaya (Soeharto
2002; Soekamto 1984, hal.237). Upaya dijelaskan sebagai usaha (syarat)
suatu cara, juga dapat dimaksud sebagai suatu kegiatan yang dilakukan
secara sistematis, terencana dan terarah untuk menjaga sesuatu hal agar
tidak meluas atau timbul.
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan upaya adalah suatu berbagai cara atau ikhtiar yang kita lakukan
untuk mencapai suatu kegiatan atau usaha dengan menggunakan segala
kekuatan yang ada dalam mengatasi suatu masalah.
B. Jenis-jenis Upaya

a. Upaya preventif memiliki konotatif negatif yaitu suatu masalah atau


suatu hal yang berusaha untuk dicegah. Adapun sesuatu yang

8
9

dimaksud itu mengandung bahaya baik bagi lingkup personal,


maupun global. Dalam lingkup pendidikan masalah yang dimaksud
adalah berbagai hal yang menghambat perkembangan pendidikan
baik itu dari siswa, guru, kepala sekoalah dan unsur-unsur yang
terkait didalamnya.
b. Upaya preservative, yaitu memelihara atau mempertahankan kondisi
yang telah kondusif atau baik, jangan sampai terjadi keadaan yang
tidak baik.
c. Upaya kuratif, adalah upaya yang bertujuan untuk membimbing
siswa kembali kepada jalur yang semula, baik yang mulanya menjadi
siswa yang bermasalah menjadi siswa yang bias menyelesaikan
masalah dan terbebas dari masalah. Upaya ini juga berusaha untuk
membengun rasa kepercayaan diri siswa agar bias berorganisasi
dengan lingkungannya.
d. Upaya adaptasi adalah upaya yang berusaha untuk membangun
terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya sehingga
dapat timbul kesesuaian antara pribadi siswa dan sekolah.
C. Peran Guru Pembimbing Khusus

1. Pengertian Peran Guru Pembimbing Khusus

Kata peran berasal dari istilah teater dan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari kelompok-kelompok masyarakat. Arti peran adalah
bagian yang di mainkan pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku
untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Peran juga diartikan sebagai
tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, tabu,
tanggung jawab dan lain-lain). Serangkaian tekanan dan kemudahan yang
menghubungkan pembimbing dan mendukung fungsinya dalam
mengorganisasi. Peran merupakan seperangkat perilaku dengan kelompok
kecil maupun besar dan menjalankan berbagai peran (Brunetta R
Wolfmen,1992,hal.10).
10

Kahn dalam Agustina mengatakan teori peran merupakan penekanan sifat


individual sebagai pelaku sosial yang mempelajari perilaku yang sesuai dengan
posisi yang ditempati di masyarakat. Peran adalah konsep sentral dari teori peran
dengan demikian kajian tentang teori peran tidak lepas dari definisi peran dan
berbagai perilaku didalamnya. Linton dalam Agustina mengembangkan teori
peran. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor
yang bermain sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh budaya. Harapan-harapan
peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun untuk berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang mengobati orang lain karena seseorang tersebut
adalah dokter, jadi karena status seseorang adalah dokter maka harus mengobati
pasien yang datang kepadanya. Perilaku ditentukan oleh peran sosial (Lindia
Agustina, Jurnal 2009,hal.41-42)

Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor


002/U/1986 dalam Rudiati Guru pembimbing khusus adalah guru khusus yang
bertugas di sekolah umum, memberikan bimbingan dan pelayanan kepada anak
berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam mengikuti pendidikan di
sekolah yang menyelenggarakan program pendidikan terpadu merupakan tenaga
kependidikan yang khusus dipersiapkan untuk jabatan tersebut (Sari Rudiati,
2015, hal.21). Guru pembimbing khusus sesuai dengan buku pedoman
penyelenggara pendidikan inklusif tahun 2007 adalah guru yang mempunyai latar
belakang pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa atau yang pernah
mendapat pelatihan tentang pendidikan khusus atau luar biasa, yang ditugaskan di
sekolah terpadu atau inklusi (Dieni Laylatul Zakia,2015,hal.112).

Peran guru pembimbing khusus adalah sebagai fasilitator dan mediator


yang menampung dan melayani segala sesuatu yang menjadi kebutuhan anak-
anak berkelainan, tetapi tidak menjadi kebutuhan anak-anak pada umunya, dan
tidak termasuk dalam layanan kependidikan yang diselenggarakan oleh
sekolah/lembaga pendidikan umum. Guru pembimbing khusus mempunyai peran
pokok sebagai orang kunci atau orang yang dianggap mengetahui tentang anak
11

berkebutuhan khusus dalam pelaksanaan pendidikan terpadu atau inklusi (Sari


Rudiarti, 2015,hsal. 21).

Berdasarkan penjelasan di atas peran guru pembimbing khusus sebagai


fasilitator dan mediator yang dapat melayani segala sesuatu yang dibutuhkan anak
berkebutuhan khusus, supaya anak berkebutuhan khusus tidak merasa dibedakan
dengan anak-anak pada umumnya, sehingga dengan adanya program kegiatan
yang dilakukan oleh guru pembimbing khusus dapat berjalan dengan baik.

2. Bentuk Peran Guru Pembimbing Khusus

Syadoih mengatakan salah satu peran guru pembimbing khusus adalah


sebagai pembimbing. Peran sebagai seorang pembimbing, guru pembimbing
khusus perlu memiliki beberapa karakteristik diantaranya sabar, perhatian dan
kasih sayang, ramah, toleransi terhadap anak, adil, dan memahami perasaan anak
berkebutuhan khusus, menghargai anak (Nana Syadoih
Sukmadinata,2004,hal.49). Bahri mengatakan banyak peranan yang diperlukan
guru sebagai pendidik atau siapa saja yang menjadi guru termasuk guru
pembimbing khusus. Peran-peran tersebut adalah:

a. Motivator
Manizar mengatakan peran guru sebagai motivator hendaknya:
Pertama, bersikap terbuka. Kedua, membantu anak agar mampu
memahami dan memanfaatkan potensi secara optimal. Ketiga,
menciptakan hubungan serasi dan penuh semangat dalam belajar.
Keempat, menanamkan kepada anak pengertian belajar untuk bekal
masa depan yang baik. Kelima, pujian wajar terhadap keberhasilan
siswa. Keenam, sikap aktif dari anak sangat diperlukan karena minat
belajar harus dari dalam diri anak itu sendiri (Elly
Manizar,2015,hal.179).
b. Fasilitator
Sanjaya menyebutkan sebagai fasilitator guru berperan
memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses
12

kegiatan belajar. Sikap yang harus dimiliki guru sebagai fasilitator


yaitu bersikap sabar, menghargai dan rendah hati, mau belajar,
bersikap sederajat, bersikap akrab dan tidak berusaha menceramahi,
berwibawa, dan bersikap terbuka (Wina Sanjaya,2008,hal.210).
c. Mediator
Sanjaya mengatakan guru sebagai mediator hendaknya memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan,
karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna
mengefektifkan proses belajar mengajar (Wina Sanjaya,hal.210)
d. Pembimbing
Guru pembimbing khusus harus mampu berperan sebagai
pembimbing karena guru pembimbing khusus harus mampu
menjadikan anak berkebutuhan khusus berkembang kepribadiannya
secara optimal. Tanpa bimbingan anak berkebutuhan khusus akan
mengalami banyak kesulitan dalam menghadapi perkembangan
selanjutnya (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain,hal.41).
Samiasih mengatakan beberapa hal yang perlu guru pada saat belajar
sesuai dengan fungsinya sebagai guru pembimbing diantaranya:
mengarahkan anak lebih mandiri, sikap yang positif dan wajar
terhadap anak, perlakuan hangat, ramah, rendah hati dan
menyenangkan, pengembangan individu menjadi lebih dewasa, dan
menyesuaikan diri terhadap keadaan yang khusus
(Samiasih,2014,hal.64).
Syamsudin mengatakan dalam konteks Indonesia guru
pembimbing khusus memiliki peran sebagai pengubah perilaku
(behaviored changes) peserta didik dan perilaku baik perlu diawali
oleh guru itu sendiri, guru atau pendidik perlu menunjukkan perilaku
yang terpuji dan menjadi suri tauladan anak didiknya. Demikian pula
bagi guru pembimbing khusus dalam memberikan bimbingan atau
pendampingan anak berkebutuhan khusus, anak berkebutuhan khusus
13

memerlukan peran sebagai behavioral changes (Abin


syamsudin,2005,hal.58).
e. Pendamping
Peran guru pembimbing khusus hampir sama dengan peran guru
pada umumnya yang membedakan hanya sasaran khusus guru
pembimbing khusus adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Beberapa
peran guru pendamping menurut Skjorten dalam Syamsudin yaitu:
Pertama, mendampingi guru kelas dalam menyiapkan kegiatan yang
berkaitan dengan materi belajar. Kedua, mendampingi anak
berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugasnya dengan
pemberian instruksi yang singkat dan jelas. Ketiga memilih dan
melibatkan teman sebaya untuk kegiatan sosialisasinya. Keempat,
menyusun kegiatan yang dapat dilakukan di dalam kelas maupun
diluar kelas. Kelima mempersiapkan anak berkebutuhan khusus pada
kondisi rutinitas yang berbuah positif. Keenam menekankan
keberhasilan anak berkebutuhan khusus dan pemberian reward yang
sesuai dan pemberian konsekuensi terhadap perilaku yang tidak sesuai.
Ketujuh Meminimalisasi kegagalan anak berkebutuhan khusus.
Kedelapan memberikan pengajaran yang menyenangkan kepada anak
berkebutuhan khusus. Kesembilan, menjalankan individual program
pembelajaran yang terindividualkan (PPI).
Guru Pembimbing Khusus sebagi center of education yang
mempunyai tugas penting dalam pendampingan anak berkebutuhan
khusus, mempunyai tugas dan peran dalam penyelenggaraan sekolah
inklusi yang di jabarkan dalam Permendiknas No. 70 tahun 2009 yang
meliputi: Pertama menyusun instrument asesmen pendidikan bersama
dengan guru kelas dan mata pelajaran. Kedua, membangun sistem
koordinasi antara guru pihak, sekolah dan orang tua peserta didik.
Ketiga melaksanakan pendampingan anak berkebutuhan khusus pada
kegiatan pembelajaran bersama dengan guru kelas atau guru mata
pelajaran, memberikan bantuan layanan khusus bagi anak
14

berkebutuhan khusus bagi anak-anak berkelainan yang mengalami


hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum
berupa remidi atau pengayaan. Keempat, memberikan bimbingan
secara berkesinambungan dan catatan khusus kepada anak-anak
berkelainan selama mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat
dipahami jika terjadi pergantian guru. Kelima, memberikan bantuan
berbagai pengalaman pada guru mata pelajaran agar mereka dapat
memberikan pelayanan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus
(Prita Indriawati,2013,hal.52).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa guru
pembimbing khusus bekerja sama dengan guru dan staff lain untuk
membantu kegiatan belajar di sekolah inklusi, dengan adanya guru
pembimbing khusus akan membantu perkembangan anak berkebutuhan
khusus. Guru pembimbing khusus mempunyai peran yang sangat penting,
karena tanpa guru pembimbing khusus tidak akan bisa maksimal dalam
penangan anak berkebutuhan khusus.

C. Mendidik dan Belajar

Mendidik adalah merupakan pembinaan dalam diri seseorang


untuk melakukan sesuatu perbuatan, baik dipengaruhi faktor dari luar
maupun dari dalam diri seseorang tersebut. Sementara itu belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang timbul dari hasil
latihan seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dalam proses belajar
mengajar, guru sebagai pengajar dan murid sebagai subjek belajar, dituntut
adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan,
sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses belajar itu dapat
berlangsung dengan efektif dan efesien. Mendidik belajar anak didik
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya
yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan
semangat untuk belajar, anak didik yang mempunyai motivasi yang kuat
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
15

Dalam hubungan dengan kegiatan belajar, yang penting bagaimana


menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarah murid itu
melakukan aktivitas belajar, hal ini peran guru sangat penting. Bagaimana
guru melakukan dan memberikan pembinaan agar anak didiknya
melakukan aktivitas belajar dorongan yang baik pula. Setiap anak didik
memiliki perbedaan dan karakteristik masing-masing. Atas dasar itulah
secara idealnya seorang guru memberikan perlakuan yang berbeda pula
terhadap anak didik sesuai kebutuhan masing-masing (Syaiful Bahri
Djamarah, 2002, hal.49). Hal ini juga berarti bahwa seorang guru mampu
memahami karakteristik kelasnya agar pembelajaran dapat efektif dan
efisien sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan perbedaan
individual anak.

A. KAJIAN TENTANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Pengertian anak berkebutuhan khusus mencakup anak-anak yang


memiliki kelebihan atau keunggulan dari anak-anak normal (jenius, gifted
and telended) dan anak-anak yang memiliki kekurangan dari anak-anak
normal. (mega Iswari, 2007, hal.44). Depdiknas (Rahayu Ginintasari,
2009) mendefinisikan anak berkebuhan khusus sebagai anak (di bawah 18
tahun) yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, memiliki
kecerdasan dan bakat istimewa. Anak berkebutuhan khusus juga dapat
diartikan sebagai anak yang mengalami segala gangguan fisik, mental,
intelegensi, dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara
khusus (Kosasi, 2012; Sitrah Salim, 2014). Jadi, anak berkebutahan
khusus adalah anak yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, bahkan yang memiliki bakat istimewa yang berbeda dengan anak
lain seusianya, sehingga membutuhkan penanganan khusus sesuai dengan
kebutuhan dan kelainannya.
16

Istilah anak berkebutuhan khusus ditunjukkan pada segolongan


anak yang memiliki kelainan atau perbedaan dari anak rata-rata normal
dalam segi fisik, mental, emosi, social, atau gabungan dari ciri-ciri tersebut
(Mega Iswari, 2007,hal.43). Hal tersebut menyebabkan mereka
memerlukan layanan pendidikan khusus untuk mencapai perkembangan
yang optimal. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami perbedaan
tersebut sehingga guru mampu memberikan program pembelajaran khusus
untuk anak berkebuhan khusus yang disesuaikan dengan kekhususannya
2. Klasifikasi Anak Berkebuhan Khusus

Secara umum Zaenal Alimin (2010) membedakan anak berkebuhan


khusus dalam dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang
bersifat sementara dan anak berkebutuhan khusus yang bersifat tetap.
Kategori tersebut dijabarkan sebagai berikut :
a. Anak berkebutuhan khusus bersifat sementara (temporer)
Anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.
Misalnya anak yang mengalami gangguan trauma dan sebagainya.
b. Anak berkebutuhan khusus yang bersifat tetap (permanen)
Anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan
perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari
kondisi kecacatan, yaitu ank yang kehilangan fungsi penglihatan,
gangguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak
(motorik) dan sebagainya.
Sementara itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar biasa mengemukakan klasifikasi
anak dengan kebutuhan khusus sebagai berikut :
a. Kelainan fisik, meliputi :
1) Tunanetra,
2) Tunarungu, dan
3) Tunadaksa
b. Kelainan mental, meliputi :
17

1) Tunagrahita ringan
2) Tunagrahita sedang
3) Tunagrahita berat
c. Kelainan perilaku meliputi tunalaras
d. Kelainan ganda (Mega Iswari, 2007, hal.47-48).
Walaupun anak berkebuhan khusus diklasifikasi kedalam beberapa
kelompok, membeda-bedakan mereka dari anak normal dalam perlakuan
sehari-hari akan sangat merugikan perkembangan anak. Hal tersebut dapat
mengakibatkan anak cenderung lebih menonjolkan perbedaan dan
kekurangannya, sehingga mengakibatkan mereka tidak percaya diri saat
mengalami kesulitan penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Anak berkebutuhan khusus memang mempunyai masalah yang
berbeda-beda. Namun, secara umum (Rahayu gunintasari : 2009) memberikan
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Proses pengelolahan ilmu pada otak relatif kurang
b. Anak gifted akan menghadapi kesulitan dalam pembelajaran normal,
mudah bosan, dan cenderung main-main sendiri
c. Kurang kontak mata dalam interaksi sosial, represif, sulit berinteraksi
dengan teman dan guru, tidak bisa berempati, kesulitan menyampaikan
keinginan, takut, cenderung menghindari orang lain, dan sulit memahami
isyarat verbal-nonverbal
d. Kurang tangkas dan seimbang dalam motorik kasar dan halus
e. Kurang terkoordinir dalam melaksanakan tugas
f. Cenderung Hiporeaktif (cuek) dan Hipereaktif ( enggan belajar), fokus
hanya pada detail tertentu, dan mempunyai perhatian yang obsesif
g. Mempunyai minat terbatas, membangkang, monoton, menganggu,
agresif, impulsive, dan takut-cemas
h. Seringkali melakukan kesalahan sensory memory karena mereka
termasuk shortrem memory sehingga mudah lupa
18

i. Mempunyai keterbatasan komunikasi, gangguan Bahasa verbal-


nonverbal, kesulitan menyampaikan keinginan, dan penggunaan Bahasa
pengulangan
j. Kurang kreatif
k. Kesulitan memfokuskan perhatian, mudah buyar, dan kurang control
diri.
Diluar seluruh kekurangan dan permasalahan yang dihadapi, dalam
konteks pendidikan untuk semua, anak-anak yang mengalami kelainan fisik,
intelektual, sosial emosional, gangguan perseptual, gangguan motorik, atau
anak berkebutahn khusus (ABK) merupakan warga negara yang memiliki hak
yang sama untuk menikmati pendidikan seperti warga negara yang lain. Oleh
karena itu, pemerintah diharapkan mampu melayani kebutuhan anak
berkebutuhan khusus dalam hal pendidikan dengan baik dan layak.
Dari observasi awal yang peneliti lakukan bahwa terdapat beberapa
Anak Berkebutuhan Khusus yang ada di pendidikan Inklusi SD Negeri 131
kota jambi terkhusus di kelas III. Anak Berkebutuhan khusus di kelas tersebut
dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Autis
Yuniar (2002) autis adalah gangguan perkembangan yang komplek,
mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan
komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain. Ciri-ciri
secara umum Autis sebagai berikut :
- Gangguan kemampuan social
- Kesulitan berempati
- Tidak suka kontak fisik
- Tidak suka suara keras, beberapa aroma, dan cahya terang
- Gangguan bicara
- Suka tindakan berulang
- Perkembangan tidak seimbang
2. Slow Learner
19

Slow Learner adalah anak dengan tingkat penguasan materi yang rendah,
padahal materi tersebut merupakan prasyat bagi kelanjutan di pelajaran
selanjutnya, sehingga mereka sering harus mengulang. (Burton,dalam
sudrajat, 2008). Cirri-ciri secara umum Slow Learner sebagai berikut :
- Fungsi kemampuan dibawah rata-rata pada umumnya
- Memiliki kecanggungan dalam kemampuan dalam menjalin hubungan
intrapersonal
- Memiliki kesulitan dalam melakukan perintah bertahap
- Memiliki berbagai kesulitan internal seperti ; keterampilan
mengorganisasikan, kesulitan transfer belajar, dan menyimpulkan
informasi
- Memiliki stor yang rendah dengan konsisten dalam beberapa tes
- Memiliki pandangan mengenai dirinya yang buruk
- Mengerjakan segalanya secara lambat
- Lambat dalam penguasaan terhadap sesuatu.
3. Down Sindrom

Dalam Terminology of Comunication Disorder (1989), “alogi is inability to


speak due to central nervous system:, yang artinya alogia adalah
ketidakmampuan dalam berbicara yang diakibatkan oleh gangguan pada
system saraf pusat. Sedangkan definisi dari down Syndrom adalah suatu
kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental pada anak yang
disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Menurut SLB
Dian Grahita (2007), Down Syndrom adalah kelainan keromosom pada
seorang anak. Seseorang yang mengalami down syndrome memiliki 47
kromosom dalam setiap sel tubuhnya, sedangkan orang biasa hanya memiliki
46 kromosom. Down Syndrom bukanlah penyakit maka tidak menular, karena
sudah terjadi sejak dalam kandungan. Secara umm Down Syndrom memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :

- Berat dan panjang saat lahir dibawah rata-rata


- Berkurangnya tegangan otot seperti hipotenia
20

- Mata miring keatas dan keluar


- Telapak tangan hanya memiliki satu lipatan
- Hidung kecil dan tulang hidung rata
- Antara jarak kaki pertama dan kaki ke dua terdapat jarak yang luas
- Mulut kecil
- Tangan lebar dan jari-jari pendek
- Bertubuh pendek
- leher pendek
- kepala kecil dan rata dibagian belakang
- lidah menonjol keluar
- bentuk telinga tidak normal atau kecil
- kelenturan otot berlebihan
- bintik putih pada selaput mata
3. Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Peraturan Pemerintah Pendidkan Nasional Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2009 Pasal 1 mendefinisikan pendidikan inklusi sebagai sistem
penyelanggaraan pendidkian yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi kecerdasan dan bakat
istimewa untuk mengikuti pendidkan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidkan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umunya.
Sedangkan menurut Sopan & Shevin (1995) inklusi didefinisikan sebagai
sistem layanan pendidikan luar biasa untuk Anak Berkebutuhan Khusus yang
mensyaratkan agar semua anak yang memiliki kebutuhan khusus belajar
bersama-sama seyogyanya di kelas yang sama di sekolah-sekolah tersebut.
Kemudian dalam pernyataan lain Berns Groce (1998:23) sekolah inklusi
dipandang sebagai sekolah yang menyediakan layanan belajar bagi anak anak
berkebutuhan khusus untuk belajar besama-sama dengan anak normal dalam
komunitas sekolah. Selain itu sekolah inklusi merupakan tempay bagi setiap
anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan
merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
21

setiap anak dan bermitra dengan masyarakat dalam Permendiknas itu juga
disebutkan tujuan penyelenggara pendidikan inklusi adalah :
a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau
memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
b. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik.
Pada dasarnya pendidikn inklusi yang menghargai semua siswa dengan
keunikan mereka masing-masing masih belum banyak dipahami dan
dijalankan oleh pemerintah maupun sekolah. Kendalanya karena sistem
pendidikan Indonesia masih mengedepankan penyeragaman untuk bisa
memenuhi target kurikulum daripada penyesuaian dengan kebutuhan dan
kemampuan peserta didik.
Pendidkan inklusi ditandai oleh munculnya IDEA (Individual With
Disabilities Education Act) pada tahun 1990 yang menetapkan pendidikan
luas untuk pelayanan bagi seluruh anak penderita ketidakmampuan (Santrock,
2010, hal.240). Inklusi adalah praktik mengajar yang diterapkan secara sama
rata terhadap semua anak didik, termasuk anak didik yang memiliki
kekurangan yang parah dalam sekolah-sekolah atau lingkungan pendidkikan
khusus (Ormrod, 2008, hal.18). Keterbatasan yang dimiliki oleh anak
berkebutuhan khusus bukanlah hambatan untuk dapat mengikuti proses
pendidikan di sekolah umum. Pendukung inklusi percaya bahwa anak didik
dengan ketidakmampuan tidak lagi menjadi tanggung jawab orang lain, seperti
guru pendidikan khusus, dan mereka bukan lagi anak didik yang menerima
pendidikan di tenpat lain, seperti sekolah khusus. Anak didik dengan
ketidakmampuan merupakan tanggung jawab bersama setiap orang (Smith,
2007, hal.37; dalam Forrest & Stanford, 2011, hal.83).
Berdasarkan penjabaran tersebut dapat di simpulkan bahwa pendidikan
inklusi memiliki manfaat yang penting bagi perkembangan anak baik itu anak
berkebutuhan khusus maupun anak regular.Oleh karena itu, pendidikan inklusi
22

sudah sepantasnya mendapatkan dukungan dan perhatian yang lebih agar


dapat berkembang dengan segala manfaatnya.

B. KAJIAN TENTANG CARA MENANGANI ANAK BERKEBUHAN


KHUSUS
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling banyak bergaul dan
berinteraksi dengan murid dibandingkan dengan personil lainnya di sekolah.
Guru bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembalajaran, menilai
hasil belajar, melakukan bimbingan dan pelatihan, melakukan penelitian dan
pengkajian, dan membuka komunikasi dengan masyarakat (Syaiful Sagala,
2009, hal.6).
Dengan meningkatnya inklusi, guru kelas bertanggung jawab memberikan
lebih banyak pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Untuk
mengembangkan potensi anak, guru kelas harus bekerja secara kooperatif dan
kolaborasi dengan guru pembimbing khusus sehingga anak dalam program
pendidikan khusus tidak terkucilkan dari teman-temannya (Agus Wibowo &
Hamrin, 2012, hal.85). Harus disadari bahwa kurangnya pelayanan yang
optimal bagi anak berkebutuhan khusus akan menurunkan prestasi belajar
anak. Oleh karena itu, perlakuan seluruh anak didik dengan baik terutama
anak-anak berkebutuhan khusus.
Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan yang baik berusaha
memberikan pembelajaran yang berbeda sesuai dengn kemampuan anak didik
dan perbedaan individual yang dimilikinya (Ernawati, 2012 , hal.31-31).
Namun tidak ada sebuah strategi yang dapat digunakan guru untuk
memastikan semua anak berkebutuhan khusus menerima pendidikan yang
tepat. Intinya, “ciri paling penting dari anak luar biasa adalah kemampuan
mereka, bukan ketidakmampuan mereka” (Hallahan Khuddiman, 2007 : 7;
dalam Agus Wibowo & Hamrin, 2012, hal.84-85).
Oleh karena itu, (Santrock 2010, hal.245) memberikan beberapa cara
menangani anak berkebuhan khusus oleh guru kelas, yaitu :
23

a. Jalankan rencana pendidikan individual (individualized Educational


Plan – IEP) untuk setia anak
b. Dorong sekolah anda untuk memberikan tambahan dukungan dan
training cara mengajar anak berkebuhan khusus;
c. Gunakan dukungan yang tersedia dan cari dukungan yang lain;
d. Pelajari dan pahami tipe-tipe anak berkebuhan khusus di kelas;
e. Berhati-hatilah dalam memberikan label pada anak berkebutuhan
khusus;
f. Lakukan beberapa strategi :
1) Penuh perhatian
2) Meliki ekspetasi positif terhadap pembelajaran
3) Membantu anak mengembangkan keahlikan komunikasi, social, dan
juga keahlian akademiknya
4) Rencanakan dan susun kelas secara efektif
5) Bersemangat dalam membantu anak termotivasi belajar
6) Pantau pembelajaran anak dan berikan umpan balik baik yang
efektif
g. Bantu anak berkebutuhan khusus untuk memahami dan menerima anak
yang menderita ketidakmampuan; serta
h. Selalu cari informasi terbaru tentang teknologi yang tersedia untuk
mendidik anak berkebutuhan khusus.
Beberapa contoh dalam menangani anak berkebutahn khusus di atas
memberikan gambaran kepada guru kelas untuk lebih memahami cara
penanganan anak berkebutuhan khusus secara tepat. Dari contoh-contoh
tersebut, dapat disimpukan bahwa seorang guru kelas hendaknya
memeberikan program yang khusus untuk anak berkebuhankhusus, selain itu,
guru kelas juga harus memberikan bimbingan dan bantuan bagi anaj
berkebutuhan khusus secara kontinyu dalam proses pendidikannya. Guru kelas
juga diharapkan mampu memperluas pengetahuannya tentang anak
berkebuhan khusus dan cara penanganannya. Hal tersebut penting agar guru
kelas memliki kemampuan dalam nengani anak berkebuhan khusus dalam
24

pembelajaran maupun pengelolaan di kelas.Yang tidak kalah penting adalah


menunjukkan sikap penerimaan dan sikap positif terhadap anak berkebutuhan
khusus.Bagaimanapun juga, keterbatasan yang dimiliki ileh anak berkebuhan
khusus bukan menjadi alasan bagi semua orang untuk memberikan penolakan
atau menyikapi kehadirannya secara negatif.
Guru kelas di sekolah dasar selain mempunyai tugas dan tanggung
jawab terhadap anak didiknya, juga bertugas untuk menyelenggarakan
pelayanan bimbingan bagi seluruh anak didik di kelas yang menjadi tanggung
jawabnya. Seorang guru kelas hendaknya mampu mengembangkan pribadi
anak didik dan segenap potensi yang dimiliki anak agar dapat berkembang
secara optimal. Untuk itu diperlukan strategi-strategi khusus yang harus
dilaksanakan oleh guru. Beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam
menangani anak berkebuhan khusus dan anak regular dalam kelas inklusi
menurut Ormrod (2008, hal.261-263) diantaranya :
1. Kumpulkan sebanyak mungkin informasi mengenai setiap anak.
2. Sesuaikan cara mengajar dalam kerakteristik dan kebutuhan masing-
masing anak, baik untuk anak berkebutuhan khusus maupun anak
regular
3. Bersikap fleksibel ketika mengajar
4. Identifikasi dan ajarkan penegtahuan dan keterampilan yang mungkin
belum diperoleh anak karena hambatan tertentu
5. Lakukan konsultasi dan kerjasama dengan spesialis
6. Komunikasikan segalanya dengan orang tua secara teratur
7. Libatkan anak didik dalam pembuatan tencana dan pengambilan
keputusan
8. Tetaplah buka mata terhadap anak didik yang mungkin memenuhi
kualifikasi untuk mendapatkan pelayanan khusus.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya anak
berkebutuhan khusus memiliki karakteristik dan kebutuhan masing-masing
yang mungkin memiliki hambatan dalam hal tertentu. Oleh karena itu, guru
bertanggung jawab untuk mengumpulkan informasi tentang kekhususan anak
25

dan mengajar apa yang belum dikuasi anak. Sehingga sebuah strategi tidak
bisa dipaksakan untuk anak berkebuhan khusus. Guru kelas harus mampu
memilih program pembelajaran dan memberikan pelayanan untuk anak
berkebuhan khusus.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Stabdar Nasional
Pendidkan pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan yang
melaksanakan pendidikan inklusi harus memilih tenaga pendidikan yang
mempunyai kompetensi menyelenggarakan pembelajaran bagi anak didik
dengan kebutuhan khusus. Kompetensi tersebut kemudian oleh Praptiningrum
(2010) dijabarkan menjadi :
1. Pengetahuan tentang perkembangan anak berkebutuhan khusus
2. Pemahaman akan pentingnya mendorong rasa penghargaan anak
berkaitan dengan perkembangan, motivasi dan belajar melalui suatu
interaksi positif dan berorientasi pada sumber belajar
3. Pemahaman tentang konveksi hak anak dan implikasinya terhadap
implementasi pendidikan dan perkembangan semua anak
4. Pemahaman tentang pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah
terhadap pembelajaran yang berkaitan dengan isi, hubungan social,
pendekatan, dan bahan pembelajaran
5. Pemahaman tentanf arti pentingnya belajar aktif dan mengembangan
pemikiran kreatifi dan logis
6. Pemahaman pentinya evaluasi dan assesmen berkesinambungan oleh
guru
7. Pemahaman konsep inklusi dan pengayaan serta cara pelaksanaan inklusi
dan pembelajaran yang berdeferensi
8. Pemahaman terdadap hambatan belajar termasuk yang disebabkan oleh
kelainan fisik maupun mental
9. Pemahaman konsep pendidikan berkualitas dan kebutuhan implementasi
pendekatan dan metode baru.
Kompetensi-kompetensi di atas dapat menunjukkan bahwa menjadi
seorang guru kelas di kelas inklusi bukanlah hak yang mudah.Namun bukan
26

berarti hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan baik.Banyak strategi yang
dapat digunakan dalam menangani anak berkebutuhan khusus.Perlu diingat
bahwa tidak ada stategi yang benar-benar tepat untuk mengani semua anak
berkebutuhan khusus.Sebagi seorang guru, hendaknya dapat memahami
karakteristik anak berkebutuhan khusus, baik kemampuan maupun
ketidakmampuannya.Kemudian pilihlah strategi yang tepat untuk menangani
anak berkebuhan khusus sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan masing-
masing anak. Jadi, strategi yang sama belum tentu tepat untuk semua anak
berkebuhan khusus.
Cara guru menangani anak berkebutuhan khusus pada anak Autis,
Slow Learner, dan Down Syndrom sebagai berikut :
1. Pada anak Autis
a) Mengajar dengan menggunakan media visual dan konkret
b) Hindari penggunaan kalimat yang panjang dalam mengajar
c) Focus memaksimalkan potensi bakat dan minat pada anak autis
d) Meminimalisir keributan dan suara yang mengganggu mengajar anak
autis
e) Hindari cahaya lampu yang berlebihan
f) Buat suasa sekondusif mungkin dan sugesti pikirannya
g) Lakukan kontak mata dalam mengajar anak autis
h) Menyesuaikan pelajaran dengan gejala anak autis
i) Melakukan pengurangan materi pelajaran
j) Memberi apresiasi
k) Menyebut nama dalam member intruksi dan arahan
l) Sabar dalam menghadapi anak autis.
2. Pada Anak Slow Learner
a) Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3
sampai 5 kali untuk memahami suatu materi dari pada anak lain
dengan kemampuan kata-kata
b) Anak slow learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat
memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat
27

c) Memberikan kelas yang singkat dan tugas yang sederhana


d) Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin.
e) Jangan memaksa anak bersaing dengan anak normal lainnya
f) Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak permulaan unit
instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya
g) Anak sebaiknya diberikan tugas social dan ilmu alam, yang terstruktur
dan konkret
h) Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan intensif dan motivasi yang
bervariasi
i) Berikan banyak kesempatan agar anak bereksperimen dan
mempraktekkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi
yang menstimulasi
j) Kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar
k) Sederhanakan petunjuk dan yakin petunjuk itu dapat dimengarti
dengan mudah
l) Penting bagi guru untuk mengetahui gaya-gaya belajar padamasing-
masing anak.
3. Pada anak Down syndrome
Cara belajar anak Doen syndrome disesuaikan dengan tingkat klasifikasi
mentalnya. Dimana tingkat tersebut menggambarkan batasan kemampuan
yang dimiliki oleh setiap anak. Pembelajaran anak down syndrome adalah
sebagai berikut :
1. On Task Behavior
Dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara guru menyuruh anak untuk
duduk di kursi dalam beberapa waktu, lalu guru meminta anak untuk
memperhatikan guru, kemudian guru memberikan tugas langsung
kepada anak.
2. Imitation
Dalam hal ini anak dapat menitu apa yang yang diucapkan oleh guru di
dalam kelas, memberikan kegiatan langsung kepada anak berupa
kegiatan menulis angka dan huruf yang masih berupa titik-titik,
28

menccocokan angka, anak diberikan kegiatan meniru ucapan guru


dengan media gambar yang sesuai dengan tema.
3. Discriminative use of objects
Dalam hal ini anak belajar melalui interaksi yang sistematis dengan
lingkungan mereka. Interaksi lingkungan menghasilkan kemampuan
untuk membedakan objek dan kejadian.
4. Word Recognition
Anak belajar mengenali kata dari benda yang dilihat langsung oleh
anak. Orang tua sangat berperan dalam perkembangan anaknya, jika
orang tua memberikan pengaruh yang positif dalam mengajarkan anak-
anak mereka dirumah, maka akan mendapatkan hasil yang positif pula.
Penderita down syndrome membutuhkan perhatian lebih. Orang tua
juga diminta sebagai pendidik bagi anak mereka, peran orang tua
dalam membelajarkan anak down syndrome meliputi beberapa aspek,
diantaranya home tranning yaitu kerjasama antara guru dan orang tua.

C. PENELITIAN YANG RELEVAN


1. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan, penelitian menemukan
penelitian yang sejenis yang kemudian dijadikan acuan penelitian.
Penelitian relevan oleh Afnizar Sopa (2017) ”MODEL PENANGANAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA SEKOLAH INKLUSI DI SDN
54 KOTA BANDA ACEH” Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk
mengetahui model penanganan ABK pada sekolah inklusi SDN 54 Banda
Aceh, untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam
proses penanganan ABK pada sekolah inklusi SDN 54 Banda Aceh dan
untuk mengetahui solusi dalam menghadapi hambatan penanganan ABK
pada sekolah inklusi SDN 54 Banda Aceh. Perbedaan penelitian ini
dengan penulis adalah penelitian ini meneliti model penanganan anak
berkebutuhan khusus sedangkan penulis meneliti Upaya Guru kelas dalam
menangani proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Persamaan
29

penelitian ini dengan peneliti adalah sama-sama meneliti Anak


berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi.
2. Penelitian yang relevan oleh Amin Mustofa (2017) “SIKAP GURU
KELAS TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH
DASAR INKLUSI WILAYAH KABUPATEN MAGELANG” Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan sikap guru kelas terhadap anak
berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusi wilayah Kabupaten
Magelang. Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah penelitian ini
meneliti tentang sikap guru kelas terhadap anak berkebutuhan khusus
sedangkan penulis meneliti tentang upaya guru kelas dalam menangani
proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Persamaan peneliti
dengan penulis adalah sama meneliti guru kelas terhadap anak
berkebutuhan khusus.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yayuk Firdaus (2016) “STUDI
DESKRIPTIF PERAN GURU PENDIDIK KHUSUS DALAM
IMPLEMENTASI PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS BAGI PESERTA
DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SDN WONOKUSUMO 1
SURABAYA”Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan
peran guru pendidik khusus dalam mengimplementasikan program
kebutuhan khusus yang meliputi kegiatan identifikasi, assesmen,
penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program terhadap
peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) di SDN Wonokusumo I
Surabaya.Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah peneliti ini
meneliti tentang peran guru pendidikan khusus sedangkan penulis meneliti
peran guru kelas dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan khusus.
Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti guru dalam
mengimplementasikan pendidikan khusus di sekoalh inklusi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Jati Ariyati (2016) “STRATEGI GURU
MENANGANI PERILAKU BERMASALAH SISWA BERKEBUTUHAN
KHUSUS DI KELAS REGULER”Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cara guru menangani perilaku bermasalah siswa berkebutuhan khusus
30

terbagi menjadi dua bagian. Pertama dengan melakukan pendekatan pada


siswa, seperti mengajak berbincang siswa diwaktu luang, memberi
peringatan jika siswa melanggar peraturan dan mengajak siswa untuk
terlibat dalam pembelajaran. perbedaan penelitian ini dengan penulis
adalah peneliti ini meneliti tentang cara guru dalam menangani perilaku
yang bermasalah terhadap siswa yang berkebutuhan khusus sedangkan
penulis meneliti upaya guru kelas dalam menangani proses pembelajaran
anak berkebutuhan khusus. Persamaan penelitian ini dengan penulis yaitu
sama-sama meneliti anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Devy Novita Sari (2017) “DESKRIPSI


PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) AUTIS DI KELAS VIII INKLUSISMP
N 6 KOTA JAMBI” hasil penelitian menunjukkan bahwa guru mata
pelajaran matematika sudah memiliki kesiapan dalam memahami
karakteristik siswa autis secara umum dan merencanakan pembelajaran
yang tertuang di RPP yang sama antara siswa reguler dan siswa autis
dengan tetap memperhatikan karakteristik siswa autis. Perbedaan
penelitian ini dengan penulis adalah penelitian menurut Devy Novita Sari
adalah meneliti proses pembelajaran matematika pada anak berkebutuhan
khsus yang autis sedangkan penulis meneliti cara menangani proses
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus. Persamaan adalah peneliti
devi Novita sari dan penulis sama-sama meneliti proses pembelajaran pada
anak berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif. Penelitian kualitatif (Qualitative Research) adalah penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa,
aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran seseorang baik secara
individu maupun kelompok (Nana Syaodin, 2010, hal.60)
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan jenis
deskriptif kualitatif dimana data dijabarkan secara deskriptif untuk
menggambarkan gejala dan keadaan yang muncul sesuai dengan apa adanya.
Jenis penelitian ini dipilih karena peneliti berusaha untuk mendeskripsikan
dan menganalisis data tentang upaya guru kelas dalam menangani proses
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus sekolah inklusi pada kelas III
di SD Negeri 131 Kota Jambi.

B. SETTING DAN SUBJEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kelas III Sekolah Dasar 131. Sekolah


tersebut beralamat di Jalan Kapt. A . Khatib, RT.14, Pematang Sulur,
Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36124. Subjek dalam penelian ini adalah guru
kelas III Sekolah Dasar 131.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data adalah sebuah prosedur yang sistematis dan standar


untuk memperoleh data yang diperlukan dalam satu penelitian. Dalam
penelitian ini, metode pengumpulan data yang dipilih adalah sebagai berikut :
1. Observasi
32

Pengumpulan data dengan cara observasi langsung adalah cara


pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa menggunakan alat
standar lain untuk pengumpulan data tersebut (Moleong, 2007, hal.175).
Observasi yang digunakan adalah observasi non partisipatif dipilih karena
penelitian ingin menjaga agar kondisi yang ada sealamiah mungkin
sehingga peneliti tidak memberikan perlakuan apapun. Observasi
dilakukan untuk mengungkap guru kelas dalam menangani anak
berkebutuhan khusus dalam praktek pembelajaran dan penanganan yang
diberikan guru kelas dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara
memungkinkan penetili untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam
tentang seorang dalam menginterprestasi situasi dan fenomena yang
terjadi yang tidak bias ditemukan melalui opservasi. Wawancara yang
digunakan peneliti adalah perpaduan antara wawancara tidak terstruktur
dengan wawancara mendalam. Sehingga penelitian ini menggunakan
wawancara dengan pertanyaan terbuka yang tidak terstruktur yang
dilakukan secara mendalam. Wawancara dalam penelitian ini digunakan
untuk mengungkapkan pendapat guru kelas tentang caranya proses
pembelajaran dalam menangani anak berkebuhan khusus.
3. Dokumentasi
(Suharsimi Akikunto 2002, hal.206) mengemukakan bahwa metode
pengumpulan data dengan dokumentasi adalah kegiatan mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, buku dan sebagainya. Dokumen yang
di maksud adalah RPP, Lembar evaluasi, dandokumen-dokumen sekolah
lain yang berhubungan dengan data yang ingin diperoleh. Dalam
penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengungkapkan cara
guru kelas dalam menangani proses pembelajaran pada anak berkebuhan
khusus yang terekam dalam bentuk dokumen-dokumen.
33

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif menurut Bogdan & Biklen (1982; dalam


Moleong, 2007, hal.248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, memilah-milih data sehingga dapat di kekola, mensistematis
data, mencari dan menemukan pola yang terbentuk, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Data penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara
,observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
secara deskriptif dengan analisis model interaksi dari (Miles dan Huberman,
1992, hal.15-21), yaitu :s

Pengumpulan Penyajian data


data

Reduksi Data Kesimpulan –


kesimpulan
Penarikan/verifi
kasi

Gambar 3.1: komponen-komponen Analisis Data Model


Interaktifdari Miles dan Huberma

1. Pengumpulan data (Data Collection)


Pada tahap pengumpulan data, penetliti melakukan proses memasuki
lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data. Peneliti
mengumpulkan barbagai informasi yang diperlukan dalam proses
penelitian.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh peneliti di lapangan melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi direduksi dengan cara merangkum, memilih, dan
34

memfokuskan data pada hal-hal yang sesuai dengan tujuan penelitian.


Pada tahap ini, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilih-
memilah, mengkategorikan, dan membuat abstaksi dari catatan lapangan,
wawancara, dan dokumentasi.
3. Penyajian data (Data Display)
Panyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi atau dirangkum.
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk CW (catatan Wawancara), CL
(Catatan Lapangan), dan CD (Catatan Dokumentasi). Data yang sudah
disajikan dalam bentuk catatan wawancara, catatan lapangan, dan catatan
dokumentasi diberi kode data untuk mengorganisasi data, sehingga
peneliti dapat menganalisis dengan cepat dan mudah. Peneliti membuat
daftar awal kode yang sesuai dengan pedoman wawancara, observasi dan
dokumentasi.
4. Kesimpulan, penarikan atau verifikasi (Conclusion Dwawing/Verification)
Berdasarkan data yang telah direduksi, peneliti membuat kesimpulan yang
didukung dengan bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data.
Kesimpulan adalah jawaban dari rumusan masalah dan pertanyaan yang
telah diungkapkan oleh peneliti sejak awal.

E. UJI KEABSAHAN DATA


Keabsahan data adalah keadaan dimana suatu data dapat
mendemonstrasikan nilai yang benar serta menjadi dasar dapat
diterapkannya data tersebut, sehingga dapat ditarik keputusan tentang
konsistensi diri prosedur, kenetralan, dan keputusan-keputusan
berdasarkan data tersebut (maleong, 2007, hal.320-321). Uji keabsahan
data pada penelitian kualitatif hanya ditekankan pada uji validitas dan
reabilitas, karena dalam penelitian kualitatif criteria utama pada data
penelitian adalah valid, reliable, dan objektif. Teknik periksaan keabsahan
data yaitu perpanjangan keikut sertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi,
35

pengecekan sejawat, kecakupan referensial, pengecekan anggota, uraian


rinci, audit kebergantungan, dan audit kepastian.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kredibilitas atau
kepercayaan dengan cara triangulasi untuk menguji keabsahan data.
Triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007, hal.330). Terdapat
empat macam triangulasi data yang dibedakan berdasarkan hal yang
dimanfaatkan, yaitu triangulasi dengan sumber, teknik, penyidik, dan teori.
Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi data dengan
teknik. Triangulasi data dengan teknik berarti peneliti menggunakan teknik
npengumpulan data yang berbeda observasi, wawancara, dan
dokumentasi) untuk mendapat data dari sumber yang sama. Data yang
terkumpul dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi kemudian
dicocokan untuk menghasilkan satu kesimpulan yang dapat diterima
keabsahannya.
Tabel 3.1.
Jadwal Penelitian
Tahun 2019
No Kegiatan Januari Februari Maret April September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembuatan Proposal √ √ √
2 Perbaikan Hasil Seminar √ √
3 Pengumpulan Data √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Verifikasi dan Analisa
Data √ √ √ √
5 Konsultasi Pembimbing √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Perbaikan √ √ √ √ √ √ √
7 Penggandaan Laporan √

*Catatan : Jadwal dapat berubah sesuai dengan kebutuhan penelitian.

36
BAB IV

TAMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum
Adapun tamuan umum yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah
Dasar Negeri 131 Kota Jambi adalah sebagai berikut :
1. Sejarah Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi
Sekolah Dasar Negeri 131 kota Jambi merupakan salah satu
sekolah yang memberikan kesempatan kepada berkebutuhan khusus
untuk memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi di SD N 131 Kota Jambi sejak
tahun 2005 dan selama ini belum pernah dievaluasi sehingga belum
diketahui secara pasti apakah pelaksanaannya sudah sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi terletak di jalan Kapten
A. khatib Rt. 14, tidak jauh dari Sekolah Luar Biasa, di mana akses
jalan menuju ke sekolah juga merupakan akses menuju SLB. SD
Negeri 131 Kota Jambi dan SLB berjarak kurang lrbih 1 km, dapat
ditempun dengan berjalan kali dengan waktu yang tidak lama, yaitu
sekitar 10 sampai 15 menit. Penyelenggaraan inklusi di Indonesia
dilatar belakangi oleh keberadaan SLB pada umumnya hanya terletak
di ibu kota provinsi/kabupaten. Untuk memberikan kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus agar mendapat mendidikan yang layak,
maka pendidikan inklusi perlu diselenggarakan dengan ketentuan
minimal 1 lembaga pendidikan dasar pada tiap kecamatan. Namun,
walaupun SD Negeri 131 Kota Jambi secara geografis terletak
berdekatan dengan SLB, hal ini tidak menyurutkan pihak sekolah
untuk tetap mengimplementasikan pendidikan inklusi. SD Negeri 131
Kota Jambi memiliki 12 rombongan belajar. Berdasarkan standar
pemerintah, seharusnya sekolah memiliki luas lahan minimal 2270 m2,
38

namun pada kenyataannya lahan sekolah hanya seluas 1.500 m2 yang


tentunya turut mempengaruhi kualitas pelayanan dalam
pengimplementasian pendidkan inklusi.

2. Data Umum Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi

Tabel 4.1
Identitas Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD NEGERI 131/IV JAMBI
2 NPSN : 10504496
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : JL. A. CHATIB
RT / RW : 14 / 0
Kode Pos : 36124
Kelurahan : Pematang Sulur
Kecamatan : Kec. Telanai Pura
Kabupaten/Kota : Kota Jambi
Provinsi : Prov. Jambi
Negara : Indonesia
6 Posisi Geografis : -1.6063517 Lintang
103.570305 Bujur
2. Data Pelengkap
1 SK Pendirian Sekolah : 421.2/108/1981
2 Tanggal SK Pendirian : 1981-12-21
3 Status Kepemilikan : Pemerintah Daerah
4 SK Izin Operasional : 421.2/108/1981
5 Tgl SK Izin Operasional : 1981-12-21
39

6 Kebutuhan Khusus Dilayani :


7 Nomor Rekening : 0606-01-001382-53-4
8 Nama Bank : BRI
9 Cabang KCP/Unit : SIPIN
10 Rekening Atas Nama : SD NEGERI 131/IV
11 MBS : Ya
12 Luas Tanah Milik (m2) : 1500
13 Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 0
14 Nama Wajib Pajak : SD Negeri 131/IV
15 NPWP : 724365226331000
3. Kontak Sekolah
1 Nomor Telepon : 0741-65829
2 Nomor Fax :
3 Email : sdn-131@yahoo.co.od
4 Website :
4. Data Periodik
1 Waktu Penyelenggaraan : Sehari Penuh/5 hari
2 Bersedia Menerima Bos? : Ya
3 Sertifikasi ISO : Belum Bersertifikat
4 Sumber Listrik : PLN
5 Daya Listrik (watt) : 1300
6 Akses Internet : Telkom Speedy
7 Akses Internet Alternatif : Tidak Ada
5. Sanitasi
8 Kecukupan Air : Cukup
9 Sekolah Memproses Air Sendiri : Ya
10 Air Minum Untuk Siswa : Disediakan Sekolah
Mayoritas Siswa Membawa Air
11 : Ya
Minum
40

Jumlah Toilet Berkebutuhan


12 : 5
Khusus
13 Sumber Air Sanitasi : Sumur terlindungi
Ketersediaan Air di Lingkungan
14 : Ada Sumber Air
Sekolah
Leher angsa (toilet
15 Tipe Jamban :
duduk/jongkok)
16 Jumlah Tempat Cuci Tangan : 15
Apakah Sabun dan Air Mengalir
17 : Ya
Pada Tempat Cuci Tangan
: Laki-laki Perempuan Bersama
18 Jumlah Jamban Dapat Digunakan
2 3 0
Jumlah Jamban Tidak Dapat : Laki-laki Perempuan Bersama
19
digunakan 0 0 0
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

Sekolah Dasar Negeri 131 Kota jambi merupakan Sekolah


yang terletak di jalan Kapten A. khatib Rt. 14, tidak jauh dari Sekolah
Luar Biasa, sekolah ini Satu-satunya penyelenggara Pendidikan
Inklusi di Kota Jambi pada Tahun 2005. Akan tetapi, pada awal
berdirinya pendidikan inklusi tidak banyak anak berkebutuhan khusus
mendaftar di sekolah ini. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
percaya warga setempat mengenani pendidikan inklusi. Namun tahun
demi tahun sekolah inklusi selalu penuh anak berkebutuhan khusus
mendaftar. Karena keterbatasan sarana dan prasana tidak semua anak
berkebutuhan khusus diterima. Anak berkebutuhan khusus yang masih
bias diatasi dan tidak terlalu berat maka diterima di pendidikan inklusi
ini. Banyak orang tua dari anak berkebutuhan khusus menyekolahkan
anaknya di pendidikan inklusi dengan alasan karena agar anak
berkebutuhan khusus merasa sama dengan teman-teman sebanyanya
dan tidak merasa berbeda.
41

a. Tujuan Pendidikan Nasional


Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dna keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. Tujuan Pendidikan Dasar
Adapun tujuan umum pendidikan dasar adalah meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut. Sejalan dengan tujuan tersebut, maka pada tanggal 16 Juni
2012, berdasarkan rapat dewan guru beserta komite sekolah SD Negeri
131/IV Telanaipura, dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait (Stake
holder) merumuskan visi sekolah. Untuk selanjutnya, semua
pemegang kepentingan dapat memegang komitmen terhadap visi yang
telah disepakati bersama.
c. Visi Sekolah

“Tampil PRIMA ( Prestasi, Religius, Inofatif, Manajemen, Asri


Lingkungannya)
Untuk mencapai visi sebagaimana tertuang di atas, juga
dirumuskan misi dan pelaksanaannya untuk jangka pendek dan jangka
menengah, supaya pelaksanaannya lebih sistematik dan terarah.
d. Misi Sekolah
1. Mengoptimalkan Profesionalisme guru dalam upaya meningkatkan
pelayanan demi mencapai prestasi.
2. Memupuk rasa kekeluargaan, saling menghargai dan menyanyangi,
apalagi terhadap siswa yang berkebutuhan khusus
3. Menciptakan sekolah yang bernuansa Religius
42

4. Mengembangkan ide dan gagasan cemerlang demi pembaharuan


pembelajaran dalam pendidikan.
5. Mengembangkan tata administrasi, koordinasi, evaluasi, supervisi,
dan pemberdayaan potensi sekolah.
6. Memelihara dan meningkatkan lingkungan sekolah yang bersih,
sehat, sejuk, rindang, nyaman, aman, dan sejahtera.
e. Tujuan Sekolah
Mengacu pada rumusan VISI dan MISI tersebut diatas, maka
tujuan pendidikan pada sekolah dirumuskan sebagai berikut :
1. Menanamkan prilaku berkarakter bangsa, akhlak mulia serta
kepribadian yang utuh bagi peserta didik.
2. Meraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat
Kota Jambi.
3. Mengusai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
bekal untuk melanjutkan ke sekoah yang lebih tinggi.
4. Menjadi sekolah yang diminati di masyarakat
5. Mengembangkan kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK,
keadaan masyarakat dan lingkungan.
6. Mengembangkan keterampilan tenaga edukatif, guna
meningkatkan mutu pelajaran sekolah.
7. Mengembangkan keterampilan peserta didik, agar mengetahui
ilmu pengetahuan dan tehnologi sejak dini.
8. Menjadi contoh / teladan bagi sekolah-sekolah lain, sehingga
timbul persaingan yang sehat yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan di Kota Jambi.
9. Menjalin kerja sama dengan Institusi, khususnya dalam hal
meningkatkan keterampilan dan kecakapan peserta didik.
10. Menciptakan suasana yang harmonis antar Guru, Orang tua dan
Masyarakat pada khususnya dan sekolah-sekolah lain pada
umumnya.
43

11. Meningkatkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai


dengan potensi dan minat peserta didik

3. Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan atau penempatan orang-orang salam
suatu kelompok kerjasama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung
jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan
tanggung jawabitu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan
untuk menuju kepada tercapainya tujuan bersama. Dengan kata lain
organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi kerja, menggolong-
golongkan jenis pekerjaan, memberi wawanang, menetapkan saluran
perintah dan tanggung jawab diantara para pelaksana. Sekolah sebagai
lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai organisasi yang
baik agar tujuan pendidikan formal tercapai.
44

STRUKTUR ORGANISASI SD NEGERI 131 KOTA JAMBI

Kepsek
Basyir.S.Pd

Komite Operator Tata Usaha


Munzir,MR YentriAlfira,SH Kiki DwiPutri,S.Pd

W.Kesiswaan W.Sapras
W.Kesiswaan W.Kurikulum W.Kurikulum W.saprah W.Keuangan W.Keuangan
Hj. Sri
RosmaWarni, S.Pd Nazirwan, M.Pd.I RatuAsatian,S.Pd Priono, A.M.a Sri Wrtini, S.Pd ErniAstati, S.Pd Arnidir, S.Pd
Martini,S.Pd

Gk. 1A Gk. 1B Gk. 2A Gk. 2B Gk. 3A Gk. 3B Gk. 4B


GK. 4A Gk. 5A Gk. 5B Gk. 6A Gk. 6B
EnnyWahyu EniHartati, Susmawati, Sri artini, Wardha, YendangPuji Sri
KatriRahayu Anidar, NurFaidah, Rosmawarni RtuMasatia,
ni,S.Pd S.Pd Sp S.pd S.Pd astute,S Martini,S.P
,S.Pd S.Pd S.Pd ,S.Pd S.Pd
d

G. Pjok G. PAI klsatas G. PAI klsbawah G. SBDP G.GPK


G. Mulok G. PAK
Priono,Am.a Nazirwan,M.Pd.I NamelaWirawah,S FadhilahNuriza,
EndangWidyuastuti, S.Pt RumadaSiringoringo, HafizulCholis, M.Pd.I
E S.Pd
S.Pd

44
PenjagaSekolah Satpam
Supadi Syarnuby Johan
45

4. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi

Tabel 4.2
Sarana Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi
Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Tidak
1 Lemari Ruang Milik Kayu 3
layak
2 Jam Dinding Ruang Milik Plastik 1 Layak
Tidak
3 Rak Buku Ruang Milik Kayu 1
Layak
Perlengkapan
4 Ruang Milik 200 Layak
Ibadah
Tempat
5 Ruang Milik Plastik 2 Layak
Sampah
Tempat cuci
6 Ruang Milik Plastik 1 Layak
tangan
Kloset
7 Ruang Milik Campuran 1 Layak
Jongkok
Tempat Air
8 Ruang Milik Bata, semen 1 Layak
(Bak)
9 Gayung Ruang Milik Plastik 1 Layak
Gantungan
10 Ruang Milik Plastik 1 Layak
Pakaian
11 Gantungan Ruang Milik 1 Layak
Gayung
12 (Small Ruang Milik 1 Layak
Bucket)
Gayung,
13 Ruang Milik Plastik 1 Layak
ember
14 Gayung Air Ruang Milik Plastik 1 Layak
15 Tempat Air Ruang Milik Campuran 1 Layak
Kelas Tidak
16 Meja Siswa Kayu 17
4.A Layak
Kelas Tidak
17 Kursi Siswa Kayu 32
4.A Layak
Kelas Tidak
18 Meja Guru Milik Kayu 1
4.A Layak
Kelas Tidak
19 Kursi Guru Milik Kayu 1
4.A Layak
Kelas
20 Papan Tulis Milik Mika 1 Layak
4.A
Kelas
21 Lemari Milik Kayu 2 Layak
4.A
22 Rak hasil Kelas Milik 1 Layak
46

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
karya peserta 4.A
didik
Tempat Kelas
23 Milik Plastik 2 Layak
Sampah 4.A
Kelas
24 Jam Dinding Milik Plastik 1 Layak
4.A
Simbol Kelas
25 Milik Kertas, kayu 1 Layak
Kenegaraan 4.A
Tiang Kelas
26 Milik Kayu 1 Layak
Bendera 4.A
Kelas
27 Bendera Milik Kain 1 Layak
4.A
Tempat
28 Ruang Milik Plastik 1 Layak
Sampah
Tempat cuci
29 Ruang Milik Plastik 1 Layak
tangan
Kloset
30 Ruang Milik Campuran 0 -
Jongkok
Tempat Air
31 Ruang Milik 1 Layak
(Bak)
32 Gayung Ruang Milik Plastik 0 -
Gantungan
33 Ruang Milik Plastik 0 -
Pakaian
Gayung
34 (Small Ruang Milik 0 -
Bucket)
35 Gayung Air Ruang Milik Plastik 1 Layak
36 Tempat Air Ruang Milik 0 -
Kelas
37 Meja Siswa Kayu 30 Layak
6.A
Kelas
38 Kursi Siswa Kayu 30 Layak
6.A
Kelas Tidak
39 Meja Guru Milik Kayu 1
6.A Layak
Kelas Tidak
40 Kursi Guru Milik Kayu 1
6.A Layak
Kelas
41 Papan Tulis Milik Mika 1 Layak
6.A
Kelas
42 Lemari Milik Kayu 2 Layak
6.A
Rak hasil
Kelas
43 karya peserta Milik Kayu 2 Layak
6.A
didik
44 Tempat Kelas Milik Kayu 2 Layak
47

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Sampah 6.A
Kelas
45 Jam Dinding Milik Kayu 1 Layak
6.A
Kelas Tidak
46 Rak Buku Milik Kayu 1
6.A Layak
Tiang Kelas
47 Milik Kayu 1 Layak
Bendera 6.A
Kelas
48 Bendera Milik Kain 1 Layak
6.A
Kelas
49 Meja Siswa 1.B / Milik Kayu 28 Layak
II.B
Kelas
50 Kursi Siswa 1.B / Milik Kayu 28 Layak
II.B
Kelas
Tidak
51 Meja Guru 1.B / Milik Kayu 1
Layak
II.B
Kelas
Tidak
52 Kursi Guru 1.B / Milik Kayu 1
Layak
II.B
Kelas
53 Papan Tulis 1.B / Milik Mika 2 Layak
II.B
Kelas
54 Lemari 1.B / Milik Kayu 3 Layak
II.B
Rak hasil Kelas
55 karya peserta 1.B / Milik 1 Layak
didik II.B
Kelas
Tempat
56 1.B / Milik Plastik 2 Layak
Sampah
II.B
Kelas
57 Jam Dinding 1.B / Milik 1 Layak
II.B
Kelas
Simbol
58 1.B / Milik Campuran 1 Layak
Kenegaraan
II.B
Kelas
Tiang
59 1.B / Milik Kayu 1 Layak
Bendera
II.B
Kelas
60 Bendera Milik Kain 1 Layak
1.B /
48

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
II.B
61 Meja Guru Ruang Milik Kayu,kaca 20 Layak
62 Kursi Guru Ruang Milik Besi 20 Layak
63 Lemari Ruang Milik Kayu 5 Layak
Rak hasil
64 karya peserta Ruang Milik Kayu 1 Layak
didik
Tempat
65 Ruang Milik 2 Layak
Sampah
Tempat cuci
66 Ruang Milik Aluminium 1 Layak
tangan
67 Jam Dinding Ruang Milik Plastik 1 Layak
68 Kursi Kerja Ruang Milik 20 Layak
Papan
69 Ruang Milik Mika,triplek 1 Layak
pengumuman
Simbol
70 Ruang Milik Kertas,kaca,kayu 1 Layak
Kenegaraan
Papan
71 Ruang Milik 2 Layak
Statistik
72 Lemari UKS Milik Kayu, kaca 1 Layak
Tempat
73 UKS Milik Plastik 1 Layak
Sampah
Tempat cuci
74 UKS Milik Campuran 1 Layak
tangan
75 Jam Dinding UKS Milik Campuran 1 Layak
Tempat
76 UKS Milik Kayu 1 Layak
Tidur UKS
77 Meja UKS UKS Milik Kayu 1 Layak
78 Kursi UKS UKS Milik Kayu 1 Layak
Catatan
79 Kesehatan UKS Milik Kertas 1 Layak
Siswa
Perlengkapan
80 UKS Milik Campuran 1 Layak
P3K
81 Tandu UKS Milik 1 Layak
82 Selimut UKS Milik Kain 1 Layak
83 Tensimeter UKS Milik Campuran 1 Layak
Termometer
84 UKS Milik Campuran 1 Layak
Badan
Timbangan
85 UKS Milik Campuran 1 Layak
Badan
Pengukur
86 UKS Milik Campuran 1 Layak
Tinggi
49

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Badan
87 Meja TU Ruang Milik Kayu 2 Layak
Tidak
88 Kursi TU Ruang Milik Kayu 2
Layak
89 Lemari Ruang Milik Mika 3 Layak
Komputer
90 Ruang Milik Aluminium,fiber 1 Layak
TU
91 Printer TU Ruang Milik Fiber 1 Layak
Tidak
92 Komputer Ruang Milik 2
Layak
Tempat
93 Ruang Milik Plastik 1 Layak
Sampah
94 Jam Dinding Ruang Milik Plastik 1 Layak
95 Kursi Kerja Ruang Milik 0 -
Meja Kerja /
96 Ruang Milik 2 Layak
sirkulasi
Simbol
97 Ruang Milik Kertas & kayu 1 Layak
Kenegaraan
Penanda
98 Waktu (Bell Ruang Milik Aluminium 1 Layak
Sekolah)
Filing
99 Ruang Milik 1 Layak
Kabinet
Papan
100 Ruang Milik 1 Layak
Statistik
101 Soket Listrik Ruang Milik 1 Layak
Soket
102 Listrik/Kotak Ruang Milik Campuran 2 Layak
Kontak
Tidak
103 Telepon Ruang Milik 2
Layak
Kelas
104 Meja Siswa 1.A / Kayu 28 Layak
II.A
Kelas
105 Kursi Siswa 1.A / Kayu 28 Layak
II.A
Kelas
Tidak
106 Meja Guru 1.A / Milik Kayu 1
Layak
II.A
Kelas
Tidak
107 Kursi Guru 1.A / Milik Kayu 1
Layak
II.A
108 Papan Tulis Kelas Milik Mika 2 Layak
50

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
1.A /
II.A
Kelas
109 Lemari 1.A / Milik Kayu 2 Layak
II.A
Kelas
Tempat
110 1.A / Milik Plastik 2 Layak
Sampah
II.A
Kelas
111 Jam Dinding 1.A / Milik Kayu 1 Layak
II.A
Kelas
Simbol Kertas,
112 1.A / Milik 1 Layak
Kenegaraan kayu,plastic
II.A
Kelas
Tiang
113 1.A / Milik Kayu 1 Layak
Bendera
II.A
Kelas
114 Bendera 1.A / Milik Kain 1 Layak
II.A
Kelas
115 Meja Siswa Milik Kayu 15 Layak
3.B
Kelas
116 Kursi Siswa Milik Kayu 26 Layak
3.B
Kelas Tidak
117 Meja Guru Milik Kayu 1
3.B Layak
Kelas Tidak
118 Kursi Guru Milik Kayu 1
3.B Layak
Kelas
119 Papan Tulis Milik Mika 1 Layak
3.B
Kelas
120 Lemari Milik Kayu 2 Layak
3.B
Tempat Kelas
121 Milik Plastik 2 Layak
Sampah 3.B
Kelas
122 Jam Dinding Milik Plastik 1 Layak
3.B
Kelas
123 Rak Buku Milik Kayu 1 Layak
3.B
Simbol Kelas Kayu,
124 Milik 1 Layak
Kenegaraan 3.B kertas,kaca
125 Papan Tulis Ruang Milik Mika,triplek 2 Layak
126 Lemari Ruang Milik Kayu,kaca 4 Layak
Papan
127 Ruang Milik Mika,triplek 3 Layak
Panjang
51

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Tempat
128 Ruang Milik Plastik 2 Layak
Sampah
129 Jam Dinding Ruang Milik Plastik 1 Layak
Kursi
130 Ruang Milik Busa,kayu 1 Layak
Pimpinan
Meja
131 Ruang Milik Kayu,kaca 1 Layak
Pimpinan
Kursi dan
132 Ruang Milik Kayu, kaca 2 Layak
Meja Tamu
Simbol
133 Ruang Milik Kertas,kacakayu 1 Layak
Kenegaraan
Simbol
134 Ruang Milik Kertas,dll 1 Layak
Kenegaraan
Tiang
135 Ruang Milik Besi, dll 4 Layak
Bendera
136 Bendera Ruang Milik Kain 4 Layak
Tidak
137 Meja Siswa Ruang Milik Kayu 4
Layak
Tidak
138 Meja Siswa Ruang Milik Kayu 4
Layak
Tidak
139 Lemari Ruang Milik Kayu 3
Layak
Tempat
140 Ruang Milik Plastik 2 Layak
Sampah
Tempat
141 Ruang Milik Plastik 0 -
Sampah
Tempat cuci
142 Ruang Milik Plastik 0 -
tangan
Kloset
143 Ruang Milik Campuran 1 Layak
Jongkok
Tempat Air
144 Ruang Milik Bata, semen 0 -
(Bak)
145 Gayung Ruang Milik Plastik 1 Layak
Gantungan
146 Ruang Milik Besi 0 -
Pakaian
Gayung
147 (Small Ruang Milik 0 -
Bucket)
148 Gayung Air Ruang Milik 1 Layak
149 Tempat Air Ruang Milik 1 Layak
Kelas Tidak
150 Meja Siswa Kayu 16
5.B Layak
Kelas
151 Kursi Siswa Kayu 30 Layak
5.B
52

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Kelas Tidak
152 Meja Guru Milik Kayu 1
5.B Layak
Kelas Tidak
153 Kursi Guru Milik Kayu 1
5.B Layak
Kelas
154 Papan Tulis Milik Mika,triplek 1 Layak
5.B
Kelas
155 Lemari Milik Kayu 2 Layak
5.B
Rak hasil
Kelas
156 karya peserta Milik Kayu 1 Layak
5.B
didik
Tempat Kelas
157 Milik 2 Layak
Sampah 5.B
Kelas
158 Jam Dinding Milik Kayu 1 Layak
5.B
Tiang Kelas
159 Milik Kayu 1 Layak
Bendera 5.B
Kelas
160 Bendera Milik Kain 1 Layak
5.B
Kelas
161 Alat Peraga Milik 2 Layak
5.B
Kelas
162 Papan Pajang Milik 1 Layak
5.B
Kelas
163 Soket Listrik Milik 1 Layak
5.B
Tidak
164 Meja Siswa Kelas 3.A Kayu 15
Layak
Tidak
165 Kursi Siswa Kelas 3.A Kayu 28
Layak
Tidak
166 Meja Guru Kelas 3.A Milik Kayu 1
Layak
Tidak
167 Kursi Guru Kelas 3.A Milik Kayu 1
Layak
168 Papan Tulis Kelas 3.A Milik Mika 1 Layak
169 Lemari Kelas 3.A Milik Kayu 2 Layak
Rak hasil
170 karya peserta Kelas 3.A Milik 1 Layak
didik
Tempat
171 Kelas 3.A Milik Plastik 2 Layak
Sampah
172 Jam Dinding Kelas 3.A Milik Plastik 1 Layak
Simbol
173 Kelas 3.A Milik Kayu,kertas 1 Layak
Kenegaraan
174 Tiang Kelas 3.A Milik Kayu 1 Layak
53

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Bendera
175 Bendera Kelas 3.A Milik Kain 1 Layak
Tidak
176 Meja Siswa Kelas 6.B Milik Kayu 16
Layak
Tidak
177 Kursi Siswa Kelas 6.B Milik Kayu 32
Layak
Tidak
178 Meja Guru Kelas 6.B Milik Kayu 1
Layak
Tidak
179 Kursi Guru Kelas 6.B Milik Kayu 1
Layak
180 Papan Tulis Kelas 6.B Milik Kayu 1 Layak
181 Lemari Kelas 6.B Milik Kayu 2 Layak
Rak hasil
182 karya peserta Kelas 6.B Milik Kayu 1 Layak
didik
Tempat
183 Kelas 6.B Milik Plastik 1 Layak
Sampah
Tempat cuci
184 Kelas 6.B Milik Kayu 1 Layak
tangan
185 Jam Dinding Kelas 6.B Milik Kayu 1 Layak
Simbol
186 Kelas 6.B Milik Kertas,kayu,kaca 1 Layak
Kenegaraan
Tiang
187 Kelas 6.B Milik Kayu 1 Layak
Bendera
188 Bendera Kelas 6.B Milik Kain 1 Layak
189 Meja Siswa Kelas 5.A Milik Kayu 18 Layak
Tidak
190 Kursi Siswa Kelas 5.A Milik Kayu 30
Layak
Tidak
191 Meja Guru Kelas 5.A Milik Kayu 1
Layak
Tidak
192 Kursi Guru Kelas 5.A Milik Kayu 1
Layak
193 Papan Tulis Kelas 5.A Milik Kayu 1 Layak
194 Lemari Kelas 5.A Milik Kayu 2 Layak
Rak hasil
Tidak
195 karya peserta Kelas 5.A Milik Kayu 1
Layak
didik
Tempat
Kelas 5.A Milik Plastik 2 Layak
196 Sampah
197 Jam Dinding Kelas 5.A Milik Plastik 1 Layak
Simbol
Kelas 5.A Milik Kayu 1 Layak
198 Kenegaraan
199 Tiang Kelas 5.A Milik Kayu 1 Layak
54

Jenis
No Letak Kepemilikan Spesifikasi Jumlah Status
Sarana
Bendera
Lemari Rak Tidak
Kelas 5.A Milik Kayu 2
200 Buku Layak
Tidak
Meja Siswa Kelas 4.B Milik Kayu 15
201 Layak
Tidak
Kursi Siswa Kelas 4.B Milik Kayu 30
202 Layak
Tidak
Meja Guru Kelas 4.B Milik Kayu 1
203 Layak
Tidak
Kursi Guru Kelas 4.B Milik Kayu 1
204 Layak
205 Papan Tulis Kelas 4.B Milik Kayu 1 Layak
206 Lemari Kelas 4.B Milik Kayu 2 Layak
Rak hasil
karya peserta Kelas 4.B Milik Kayu 1 Layak
207 didik
Tempat
Kelas 4.B Milik Plastik 1 Layak
208 Sampah
209 Jam Dinding Kelas 4.B Milik Plastik 1 Layak
Simbol Kertas,kayu,
210 Kelas 4.B Milik 1 Layak
Kenegaraan kaca
Tiang
Kelas 4.B Milik Kayu 1 Layak
211 Bendera
212 Bendera Kelas 4.B Milik Kain 1 Layak
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

Tabel 4.3
Prasarana Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi
Persentase
Status
Tingkat
No Nama Prasarana Panjang Lebar Kepemili
Kerusakan
kan
(%)
1 Kelas 1.A / II.A 7.4 7.1 7.51 Milik
2 Kelas 1.B / II.B 6.4 6.3 10.99 Milik
3 Kelas 3.A 8.64 7.66 4.45 Milik
4 Kelas 3.B 7.35 7.3 1.04 Milik
5 Kelas 4.A 7.5 7.1 10.8 Milik
6 Kelas 4.B 7.3 7.1 11.05 Milik
55

7 Kelas 5.A 7.36 7.3 0.98 Milik


8 Kelas 5.B 7.36 7.3 0.25 Milik
9 Kelas 6.A 8 7.3 0.45 Milik
10 Kelas 6.B 7.35 7.3 1 Milik
11 Ruang tata usaha 1.7 1.4 3.6 Milik
Ruang kepala
12 8.3 4.2 1.05 Milik
sekolah
13 Ruang guru 6.9 4.9 67.4 Milik
14 Wc siswa 1.4 2 0.25 Milik
15 Wc Guru 7.2 2.2 15.68 Milik
16 Wc Kepala sekolah 1.7 1.4 0.13 Milik
17 Ruang 3.82 3.67 0.13 Milik
18 Kantin 7.93 6.9 1.73 Milik
19 Ruang 7.1 4.9 0.16 Milik
20 UKS 8 2 0.24 Milik
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

5. Rombongan Belajar
Tabel 4.4
Rombongan Belajar Berdasarkan Kelas
Jumlah Siswa
No Nama Rombel Wali Kelas
L P Total
1 Kelas 1.a 17 15 32 Eni Hartati
2 Kelas 1.b 16 14 30 Sri Martini
3 kelas 2.A 14 16 30 Enny Wahyuni
4 Kelas 2.B 12 18 30 Susmawati
5 Kelas 3.A 10 15 25 Wardiah
Veronika Endang Puji
6 Kelas 3.B 11 8 19 Astuti
7 Kelas 4.A 13 17 30 Sri Wartini
8 Kelas 4.B 18 13 31 Katri Rahayu
56

9 Kelas 5.A 18 11 29 Asnidar


10 kelas 5.B 16 11 27 Nurfaidah
11 Kelas 6.A 16 16 32 Rosmawarni
12 Kelas 6.B 14 16 30 Ratumas Atiah
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

Tabel 4.5
Rombongan Belajar Berdasarkan Agama
Agama L P Total
Islam 165 166 331
Kristen 7 5 12
Katholik 1 0 1
Hindu 0 0 0
Budha 0 0 0
Konghucu 0 0 0
Lainnya 0 0 0
Total 173 171 344
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

Tabel 4.6
Rombongan Belajar Berdasarkan Usia
Usia L P Total
< 6 tahun 0 1 1
6 - 12 tahun 172 169 341
13 - 15 tahun 1 1 2
16 - 20 tahun 0 0 0
> 20 tahun 0 0 0
Total 173 171 344
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi
57

Tabel 4.7
Rombongan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus
Jenis Kelamin
No Jenis Gangguan Total
LK PR
1 Autis 6 2 8
2 Slow Learnear 8 3 11
3 Anak Tunagrahita 4 1 5
Anak Tunadaksa
4 3 - 3
Ringan
5 Anak Tunarungu 1 - 1
6 Anak Tunalaras 1 - 1
7 Anak Tunanetra 1 - 1
8 Down Sindrom - 2 2
9 Hiperaktif 2 2 4
Jumlah 26 10 36
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

6. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tabel 4.8
Pendidik Dan Tenaga Pendidik

No Nama JK Tempat Lahir NIP

1 Asnidar, S.Pd P Kerinci 196110071981012001


Endang Widyastuti,
2 S.Pd P JAMBI
Eni Hartati, S.Pd,
3 A.Md P Lubuk Resam 196512311985072011
Jambi, 1980-01-
4 Enny Wahyuni, S.Pd P 01 198001012014072008
Surakarta,
5 Katri Rahayu, S.Pd P 1967-02-23 196902232007012003
58

Jambi, 1989-05-
6 Kiki Dwi Putri, S.Pd P 14
Jambi, 1967-08-
7 M.syarnubi John L 26
Namela Wirawan, Jambi, 1979-10-
8 S.E P 28
Kalimau, 1983-
9 Nazirwan, S.Ag L 12-10 198310122005011005
Terentang baru,
10 Nurfaidah, S.Pd P 1986-01-6 198601062006042006
Jambi, 1965-08-
11 Priono, S.Pd L 17 196508171986021003
Jambi, 1970-11-
12 Ratumas Atiah, S.Pd P 09 197011092005012006
Palupuh, 1965-
13 Rosmawarni, S.Pd P 06-24 196506241985072001
Rumada Siringo- P.buluh, 1965-
14 ringo, S.Pd P 10-14 196510141994022001
JAMBI, 1962-
15 Sri Martini, S.Pd P 04-19 196204191982032002
Tnj. Gedang,
16 Sri Wartini, S.Pd P 1987-04-07 198704072009022011
JAMBI, 1974-
17 Supadi L 02-06
Smp. Tutup,
18 Susmawati, A.Md P 1968-07-06 196807162007012009
Pondok Meja,
19 Suyono, S.Pd.I L 1979-11-27 197911272006041019
Veronika Endang KLATEN,
20 P 196106051982032009
Puji Astuti, S.Pd 1961-06-05
21 Wardiah, A.Md, P JAMBI, 1963- 196301131983012001
59

S.Pd 01-13
Suka Menanti,
22 Yentri Alfira, S.H P 1974-11-10
Sumber : bagian TU SD N 131 Kota Jambi

7. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kualitas tamatan sekolah khusus dituntut untuk memenuhi standar
kompetensi dunia kerja. Salah satunya, selain mampu menguasai materi
keterampilan, siswa harus dapat berinteraksi dan aktif dalam hubungan
sosial. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu alat pengenalan
siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat pendidikan
pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain pemahaman
materi pelajaran. Berangkat dari pemikiran tersebut, di Sekolah Dasar
Negeri 131 Kota Jambi diselenggarakan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan ektrakurikuler di sekolah adalah
1. Pramuka
2. Olahraga
3. Musik / Band
4. Menari
5. Melukis
6. Pantomim
7. Kerohanian

8. Kurikulum Sekolah
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Kurikulum adalah
seperangkat perencanaan pengajaran yang sistematik yang berisi
pernyataan tujuan, organisasi konten, organisasi pengalaman belajar,
program pelayanan, pola belajar mengajar, dan program evaluasi agar
pebelajar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dan
perubahan tingkah laku.
60

Kurikulum yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 131 Kota


Jambi adalah kurikulum 2013 yang dikenal dengan pembelajaran
Tematik Terpadu. Adapun pelajaran yang terintegritas di dalamnya
adalah : Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, Pkn, Sbk, Pjok. Selain
kurikulum tersebut.

B. Temuan Khusus dan Pembahasan


Fokus dalam penelitian ini adalah upaya guru kelas dalam
menangani anak berkebutuhan khusus kelas III pada Pendidikan Inklusi
Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi. Selanjutnya akan dibahas secara
lebih lanjut di bawah ini.

1. Cara Guru Menangani Anak Berkebutahn Khusus Dalam Proses


Pembelajaran Pada Kelas III Di SD Negeri 131 Kota Jambi
Tenaga pendidik adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
pendidikan inklusi. Untuk mampu memberikan pembelajaran kepada
anak berkebutuhan khusus, guru harus memiliki kemampuan yang
matang bagaimana cara untuk menangani anak berkebutuhan khusus.
Suharsini Arikunto (2002 : 54) mendefinisikan kesiapan dari seorang
guru sebagai suatu kompetensi yang dimiliki oleh guru kelas dapat
dilihat sabagai kompetensi guru dalam mengajar dan menangani anak
didik di kelas. Namun hasil penelitian menemukan data bahwa guru
kelas di Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi kurang siap dalam
menangani anak berkebutuhan khusus.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu
guru kelas III.A yang mengatakan bahwa :
“Saya siap dalam menangani anak berkebutuhan khusus. namun, jika
anak berkebutuhan khusus tidak didampingi oleh guru pembimbing
khusus saya merasa kesulitan dalam menangani anak berkebutuhan
khusus. Cara yang saya lakukan dalam menangani anak berkebutuhan
khusus sama saja dengan anak normal lainnya. Biasa saya hanya
sering menggunakan metode ceramah dan metode penugasan. Namun,
61

jika untuk media terkhusus nya kepada anak berkebutuhan khususnya


saya tidak menyiapkan itu. Jika anak berkebutuhan khusus kesulitan
dalam memahami materi yang diajarkan dari guru kelas maka guru
pembimbing khusus yang akan memberikan pemahanan kepada anak
berkebutuhan khusus.”(Kamis, 25 April 2019).
Namun dari wawancara guru kelas III.B mengatakan bahwa :
“siap tidak siap dalam menangani anak berkebutuhan khusus kita
harus siap. Karena mau bagaimanapun ya ini lah pekerjaan kita
sebagai guru. Jika dalam proses pembelajaran itu saya seperti guru
lainnya pada umumnya. Sebenarnya ini sekolah kan hanya terkhusus
untuk anak normal namun setelah beberapa tahun belakangan ini
sekolah ditunjuk sebagai sekolah pendidikan inklusi oleh pemerintah.
Dan saya pun juga harus siap dalam menangani anak berkebutuhan
khusus. pembelajaran yang saya lakukan itu hanya dengan penugasan
yang ada di buku. Namun jika untuk penyiapan cara khusus untuk
anak berkebutuhan khususnya tidak saya lakukan. Karena saya juga
berasal dari pendidikan umum bukan dari pendidikan khusus. untuk
mengikuti pelatihan khususpun saya belum pernah.” (Kamis, 25 April
2019)
62

Gambar 4.2 Suasana kelas dalam proses pembelajaran (dokumentasi,


25 April 2019)
Berdasarkan foto diatas tersebut, dijelaskan bahwa anak
berkebutuhan khusus tidak mengikuti proses pembelajaran namun iya
hanya melihat-lihat teman-temannya belajar.
Peneliti melakukan wawancara selanjutnya dengan kepala
sekolah mengenai syarat-syarat anak berkebutuhan khusus agar dapat
diterima dalam sekolah pendidikan inklusi ini. Hasil wawancara
sebagai berikut:
“anak yang berkebutuhan khusus mengikuti tes terlebih dahulu ke
sekolah luar biasa di dekat sini. Setelah itu jika dinyatakan lulus maka
anak berkebutuhan khusus itu tadi ke dinas pendidikan untuk
mengambil surat keterangan bahwa bisa mengikuti pelajaran disekolah
umum seperti anak normal lainnya. Setelah itu baru kita proses di
sekolah ini. Sekiranya sekolah mampu untuk menangani anak
berkebutuhan khusus sesuai dengan sarana prasarana kita ya kita
terima di sekolah ini.” (Kamis, 25 April 2019).
Sesuai dengan teori. Anak berkebutuhan khusus adalah anak
yang mengalami gangguan fisik, mental, intelegensi, dan emosi
sehingga membutuhkan pembelajaran secara khusus (kosasih, 2012).
Oleh karena itu anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan
yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-
masing anak secara individual (Zaenal Alimin, 2010). Namun hasil
penelitian menemukan bahwa pelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus dan anak regular di Sekolah Dasar Negeri 131 Kota Jambi
masih dibuat sama.
Penyetaraan kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus dan anak regular dirasa kurang tepat. Walau bagaimanapun
juga, anak berkebutuhan khusus memiliki cukup banyak perbedaan
dengan teman-temannya sehingga memerlukan materi dan praktik
pengajaran yang dibuat secara khusus (Ormrod, 2008 : 18). Seiring
dengan hal tersebut, Ernawati (2012 : 30-31) mengemukakan bahwa
63

kualitas pendidikan yang baik berusaha memberikan pembelajaran


yang berbeda sesuai dengan kemampuan anak didik dan perbedaan
individual yang dimilikinya. Oleh karena itu penting bagi seorang guru
kelas untuk memberikan pembelajaran yang khusus kepada anak
berkebutuhan khusus sesuai dengan kekhususan dan kemampuannya.
Secara ideal, guru hendak memberikan perlakuan yang berbeda
terhadap anak didik sesuai dengan kebutuhan masing-masing (syaiful
Bahri Djamarah, 2002 : 49).

2. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Proses Pebelajaran Pada


Anak Berkebutuhan Khusus
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008 : 667) mendefinisikan
pengertian kendala adalah halangan rintangan dengan keadaan yang
membatasi atau mencegah pencapaian sasaran. Dalam hal ini yang
akan peneliti bahas yaitu kendala yang terjadi pada guru dalam
menangani anak berkebutuhan khusus. Kendala dalam pembelajaran
adalah beberapa hambatan yang menghambat jalannya pembelajaran
yang dilihat dari faktor manusiawi (guru dan peserta didik), faktor
institusional (ruang kelas), dan instruksional (kurangnya alat peraga)
(Oemar Hamalik 2002 : 16). Menurut Amhad Rohani (2004 : 157)
menjelaskan bahwa kendala dalam pembelajaran adalah beberapa
faktor yang menghambat pembelajaran baik dari faktor guru, peserta
didik, keluarga dan fasilitas.
Problematika atau kendala pembelajaran adalah hambatan yang
menjadikan pelaksanaan pembelajaran tidak efektif atau masalah
persoalan atau hal-hal yang menimbulkan masalah dalam
pembelajaran yang belum bisa terpecahkan. Kendala dalam
pembelajaran anak berkebutuhan khusus dapat berasal dari guru, anak
didik, kepala sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana, dll.
Kesulitan yang selalu muncul dalam proses penanganan anak
berkebutuhan khusus adalah tidak adanya guru pendamping yang
khusus dan kurangnya pemahaman guru dalam menangani anak
64

berkebutuhan khusus. Hal tersebut sangat terlihat ketika guru kelas dan
guru mata pelajaran sedang dalam proses belajar mengajar dalam
ruangan kelas.
Hasil ini sesuai dengan pernyataan kepala sekolah SD Negeri
131 Kota Jambi sebagai berikut :

“Kita sebagai pihak sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi ini


masih kekurangan guru yang memahami tentang cara menangani
Anak Berkebutuhan Khusus yang bermasalah di kelas inklusi dan kita
juga perlu sekali memiliki guru pembimbing khusus yang ahli di
sekolah ini yang tau cara menangani anak berkebutuhan khusus. Jadi
jika adapun guru yang ikut pelatihan tetapi tidak maksimal dikarnakan
pelatihan yang sebentar dan tidak terlalu ditekankan untuk mengikuti
itu”. (Senin, 29 April 2019).

Hal yang berbeda juga diungkapkan oleh guru kelas bahwasanya:

“Ya itulah dia gak tetap dikelas dia jalan-jalan tidak open apa- apa dia
gak liat kita inilah susahnya kita bimbing dia tidak liat tapi dia paham
dia tahu cuma maunya itu kapan moodnya dia kalau kita udah
maunya dia walau dia lagi gak mood kita bukan cara memaksa
bagaimana ya kita ajak sini sayang caba duduk dulu ibu mau tanyak
ini ibu gak pandai ini pasti kamu tahu apa ini kan anak ibu pinter, dia
orang yang seperti itu harus kita naik-naikin ibu gak gerti ini, ini anak
ibu yang pinter ini sini dulu ibu mau tanyak ini baru mau dia” (Senin,
29 April 2019).

Menurut teori Hermanto SP, kendala-kendala dalam mengatasi


proses pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus. Hal ini untuk
menjaga agar beban guru kelas tidak terlalu berat, dibanding jika guru
harus melayani berbagai macam kelainan. Untuk membantu kesulitan
yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus, di sekolah terpadu
disediakan Guru Pembimbing Khusus (GPK). GPK dapat berfungi
sebagai konsultan bagi guru kelas, kepala sekolah, atau anak
65

berkebutuhan khusus itu sendiri. Selain itu, GPK juga berfungsi


sebagai pembimbing di ruang bimbingan khusus atau guru kelas pada
kelas khusus. Namun hasil penelitian di lapangan menunjukkan
bahwa hambatan yang terdapat di lapangan ketika penelitian adalah;
Pertama, tidak adanya guru bimbingan khusus (GBK).

Kedua, kurangnya ketersediaan anggaran, minimnya anggaran


yang disediakan pemerintah dapat mengakibatkan sarana dan
prasarana yang kurang memadai. Ketiga, pandangan masyarakat atau
orang tua dari anak-anak normal terhadap pendidikan inklusi memang
tidak popular dalam masyarakat, sehingga anak yang memiliki
kebutuhan khusus ini sering disisihkan atau diabaikan. Keempat,
kualitas guru yang tidak memadai dan memahami proses penanganan
terhadap anak berkebutuhan khusus, sehingga masih ada anak
berkebutuhan khusus yang waktu jam belajar masih suka jalan-jalan,
keluar masuk ruangan dan menggangu teman-temannya yang berada
dalam ruangan yang sedang mengikuti proses belajar mengajar.
Karena guru tidak bisa mengawas langsung bersamaan dengan anak-
anak normal lainnya, sehingga kurangnya perhatian guru terhadap
anak berkebutuhan khusus tersebut. Jadi hasil penelitian yang ada di
lapangan berbeda dengan hasil teori yang ada.

Dalam suatu pembelajaran tentu ada kendala yang di alami


baik itu kendala siswa, guru atau pun yang lain . Untuk itu peneliti
juga menemukan beberapa kendala berdasarkan observasi dan
wawancara dengan pihak-pihak terkait. Pada awal pembelajaran untuk
kelas Regular membutuhkan yang namanya sosok seorang guru, karna
disini mereka bermasalah dalam keterbatasan setiap kemampuan yang
kurang dimiliki masing-masing anak yang berkebutuhan khusus
memang membutuhkan pendekatan khusus dalam proses
pembelajaran tidak semua guru bisa memahami karakter dan
kemampuan siswa yang memiliki keterbelakangan disini memang
tugas guru berat.
66

Ketika peneliti turun ke lapangan peneliti menemukan


beberapa kendala. Adapun kendala tersebut adalah :

a. Kendala dari Guru


Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran yaitu bertugas memberikan pelayanan untuk
memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran, guru juga
dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi denga siswa di kelas.
Seperti halnya kendala yang disampaikan oleh kepala
sekolah mengatakan kepada peneliti sebagai berikut.
“Masih kurangya guru yang lulusan PLB (Pendidikan luar biasa),
seharusnya yang mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK ) itu
harus lulus PLB di sekolah luar biasa ini.” (Kamis, 02 Mei 2019).
Hal itu juga diungkapkan oleh guru kelas III.A kepada
peneliti mengungkapkan sebagai berikut .
“Kendala disini memang masih kekurangan guru yang paham
dalam menangani anak berkebutuhan khusus, seharusnya di dalam
kelas aturan anak berkebutuhan khusus seharusnya 1 orang guru
memegang 1 orang Anak Berkebutuhan khusus (ABK), saya
merasa kelehan kadang dalam mengajarkan anak-anak tersebut
karena bingung membagikan waktu jam belajar anak-anak normal
dan anak berkebutuhan khusus dalam 1 kelas regular”. (Jum‟at, 03
Mei 2019).
Pernyataan ini senada yang disampaikan oleh siswa kelas
III.A sebagai berikut :
“Kami merasakan saat guru menjelaskan tentang pembelajaran
kami masih kurang memahami pembelajaran yang disampaikan
oleh guru, karena saat pembelajaran berlangsung ibu guru hanya
menjelaskan dengan di depan, sehingga teman-teman yang
berkebutuhan khusus (ABK) diabaikan, ini di sebabkan harus ada
67

guru untuk teman yang berkebutuhan khusus”. (Jum‟at, 03 Mei


2019)
b. Kendala dari Siswa
Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang
menempati posisi penting dalam proses pembelajaran karena siswa
sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita mereka memerlukan
bimbingan dan pengarahan dalam proses pembelajaran yang
diperhatikan pertama kali adalah siswa, bagaimana keadaan dan
kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-
komponen yang lainnya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
mengenai Anak Bekkebutuhan khusus (ABK) Sebagai berikut :
“Kendala disini yang paling utama adalah Siswa, kerana mereka
keterbatasannya, ini yang menjadi kendala sebenarnya saat proses
pembelajaran memang butuh kesabaran guru dalam mengajar pada
anak Berkebutuhan khusus. karena disini sekolah inklusi yang
menggabungkan antara anak normal dan anak berkebutuhan
khusus sehingga orang tua masih kurang mempercayai pendidikan
inklusi ini, sebenarnya pendidikan inklusi ini bagus untuk anak
keterbelakangan karena digabungkan dengan anak yang normal
sehingga seharusnya orangtua menyekolahkan anak yang
keterbatasan di pendidikan inklusi. Kenapa saya pertegas seperti
ini ? agar anak berkebutuhan khusus merasakan hal yang sama
dengan anak normal lainnya sehingga menimbulkan rasa yang
tidak berbeda pada anak lainnya”. (Senin, 06 Mei 2019)
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.B sebagai
berikut :
“Memang betul adanya kendala yang paling utama adalah dari
siswa, karena keterbatasan mereka dalam proses pembelajaran,
disini saya sebagai guru kelas memang butuh kesabaran,
memahami karakter dan kemampuan setiap siswa di kelas.” (Senin,
06 Mei 2019).
68

c. Kendala dari Rencana Pelaksaan Pembelajaran ( RPP)

Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat sebuah


perencanaan pembelajaran yang baik untuk pembelajaran beberapa
materi ke depanya, karena RPP juga salah satu komponen
terpenting dalam proses pembelajaran. Namun disini guru masih
kesulitan dalam pembuatan sebuah RPP .
Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
Sebagai berikut :
“Dalam proses pembelajaran panduan guru adalah pada sebuah
RPP, RPP disini yang dikemas dalam pendekatan saintifik dikemas
dalam bentuk Tematik tinggal guru menyesuaikan Kompetensi
dasar dan Kompetensi inti dengan ketunaan setiap siswa guru
harus sekreatif mungkin pada saat proses pembelajaran
berlangsung termasuk dengan penggunaan metode juga”. (Senin,
06 Mei 2019).
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.A sebagai
berikut :
“Pada saat pembelajaran berlangsung RPP sebagai acuan dalam
belajar menyesuaikan dengan materi yang ada dan dengan
kekampuan siswanya juga, namun saya tidak mempunyai rpp
khusus untuk proses pembelajaran dengan anak berkebutuhan
khusus karena proses pembelajarannya sama samakan dengan anak
normal, jikia dibedakan RPP anak khusus dan anak normal agak
sedikit ribet ya. Namun terkadang proses pembelajarannya saja
yang saya bedakan.” (Senin, 06 Mei 2019).
Pernyataan ini senada yang disampaikan oleh siswa kelas
III.A sebagai berikut :
“Pada saat ibu mejelaskan didepan kami memang di bimbing
diarahakan dalam pembelajaran terutama dalam pelatihan soal. Ibu
Mengajarkan kami membutuhkan waktu yang lumayan lama
karena dikelas ada teman yang berkebutuhan khusus sesuai dengan
69

kemampuan kami. Tapi kadang ibu guru hanya memberikan PR


saja.” (Senin, 06 Mei 2019).

d. Kendala dari Media Pembelajaran


Media adalah salah satu alat untuk memudahkan guru
dalam menyampaikan materi kepada siswa, pada anak Tunanetra
memang membutuhkan media yang kongkrit agar materi yang
disampaikan bisa dimengerti siswa.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
sebagai berikut :
“Pada saat pembelajaran ada guru yang mengunakan media yang
audio visual namun ada pula yang yang menyampaikan materi
dengan seadanya, sebenarnya ada alat khusus untuk anak
kberkebutuhan khusus ,namun kendala dana masih terbatas untuk
melengkapi nya, maka disini guru harus bisa kreatif dalam
mengunakan media yang ada. Jika berbicara tentang media itu
balik lagi ke guru masing-masing yakan ? namun di sekolah ini
hanya ada beberapa guru yang memperdulikan penggunaan media
penting untuk wawasan materi anak didik, apa lagi kita disini juga
menerima beberapa anak khusus. Anak khusus pun memiliki
kemampuan yang berbeda-beda tapi yah mau diapakan karena
disini kemampuan guru-gurunya juga tidak untuk anak
berkebutuhan khusus namun untuk anak umum”. (Senin, 13 Mei
2019).
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.B sebagai
berikut :
“Ketika pembelajaran berlangsung memang ada materi-materi
yang membutuhkan media pembelajaran IPA seperti ada materi
Flora dan Fauna yang memang membutuhkan media gambar
contohnya Gambar full seperti binatang-binatang dan tumbuh-
tumbuhan sambil menjelaskan konsepnya kepada siswa agar
mereka paham apa yang mereka lihat dan memang harus ada
70

media khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) apalagi


anak yang lambat menangkap materi yang disampaikan namun
sekolah tidak menyediakan itu. Dengan begitu anak yang
berkebutuhan khusus akan lebih ingin belajar. Saya sebagai guru
kelas mempersiapkan itu sendiri.” (Selasa, !4 Mei 2019).
Pernyataan ini senada yang disampaikan oleh siswa kelas
III sebagai berikut :
“Saat pembelajaran ibu menyampaikan materi dengan
menggunakan alat-alat yang ada di kelas dan yang ibu bawa.
Namun tidak semua materi kita menggunakan media namun ibu
lebih sering menggunakan ceramah kepada anak-anak karena
keterbatasan usia juga.” (Selasa, 14 Mei 2019).

e. Kendala dari Sarana dan Prasarana


Untuk mencapai suatu pendidikan yang baik tentunya ini
salah satu komponen menunjang dalam proses pembelajaran
dengan fasilitas-fasiltas yang lengkap, media-media pembelajaran
yang bisa memudahkan proses pembelajaran.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Sekolah
sebagai berikut :
“Ini juga salah satu kendala dalam menunjang berjalanya suatu
proses pembelajaran disini masih kurangnya sarana prasarana
seperti ruangan khusus setiap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK),
Disekolah ini hanya 1 anak Tunanetra, kita memang tidak ada
huruf breil namun orang tua dari siswa yang tunanetra
menyediakan huruf breil nya sendiri. Anak-anak yang
berkebutuhan khusus lainnya juga ada dan seluruh fasilitas yang
kita tidak mampu memenuhinya kita beri tahu orang tua siswa
tersebut untuk memfasilitasi anak nya sendiri.”
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.B sebagai
berikut :
71

“Kalau masalah sarana prasarana memang menjadi kendala untuk


proses pembelajaran, masih kurangya ruangan rehabilitas seperti
ruangan orientasi dan mobilitas untuk anak Tunanetra, ketika
belajar masih mengunakan buku-buku keluaran yang lama, belum
ada keluaran yang baru, media-media pembelajaran masih kurang
juga disini, sebenarnya dulu itu fasilitas kita masih ada namun
sekarang sudah tidak lagi, ya dikarenakan ada masalah yang
mohon maaf tidak bias diceritakan.” (Kamis, 16 Mei 2019).
Berdasarkan hasil Observasi, Wawancara, Dokumentasi
dapat diperoleh kesimpulan bahwa kendala dalam proses
pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus adalah yang pertama
dari guru masih kekurangan guru khususnya yang berlatar
belakang pendidikan luar biasa (PLB). Yang kedua dari Siswa
masih kekurangan, masalah mental yang menganggu proses
pembelajaran. Yang ketiga dari rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), guru belum bisa memenuhi target yang sudah tertera dalam
kompetensi dasar dan kendala dalam hal pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Yang ke empat dari media
pembelajaranyang digunakan masih sangat minim saat proses
pembelajaran. Yang ke lima dari Sarana dan Prasarana minimnya
sarana prasarana yang menunjang proses pembelajaran di
pendidikan inklusi.

3. Solusi Dalam Mengatasi Kendala Dalam Proses Pembelajaran


Pada Anak Berkebutuhan Khusus Pada Kelas III Di SD
Negeri 131 Kota Jambi
Solusi adalah penyelesaian, pemecahan dan jalan keluar
yang dihadapi dalam menghadapi kesulitan tentang penanganan
anak berkebutuhan khusus. masalah sering sekali disebut orang
sebagai kesulitan, hambatan, gangguan, ketidakpuasan, atau
kesenjangan antara situasi sekarang dengan situasi yang akan
dating yang akan dating dengan atau tujuan yang diinginkan
72

(problem is a gap or disctepanci between present stante and future


state or desired geal). Keadaan sekarang sering pula disebut
originls state, sedangkan keadaan yang diharapkan sering pula
disebut final state. Jadi suatu masalah muncul apabila ada halangan
atau hambatan yang memisahkan antara present state dengan goal
state (Suharman. 2005).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah
menyatakan bahwa:
“Ya kita menyediakan waktu tambahan setelah jam pelajaran
khusus untuk ABK semacam remedial agar kita bisa memberikan
perhatian lebih dari pada anak-anak normal gitu”. (Kamis, 16 Mei
2019).
Berbeda hal dengan hasil wawancara dengan guru mata
pelajaran menyatakan bahwa sebagai berikut:
“Ya solusinya, seharusnya kita harus mempunyai guru bimbingan
khusus (GBK) atau pendamping ketika anak-anak sedang belajar
dalam kelas inklusi agar lebih mudah untuk menangani Anak
Berkebutuhan Khusus jadi dia bisa diperhatiin sepenuhnya.”
(Kamis, 16 Mei 2019).
Hal yang senada diungkapkan oleh wali kelas sebagai
berikut:
“Ya dibuat ruang khusus, adanya guru bimbingan khusus (GBK),
keahlian atau skil bagi guru, karena anak berkebutuhan khusus
inikan kalau dia suka bermain bola gurunya harus ikut main bola
juga, kalau dia suka masak- masakkan kita juga masak-masakan”.
(Kamis, 16 Mei 2019).
Menurut MIF Baihaqi dan Sugiarmin menyatakan bahwa
hakikat inklusi adalah mengenai hak setiap siswa atas
perkembangan individu, sosial, dan intelektual. Para siswa harus
diberi kesempatan untuk mencapai potensi mereka. Untuk
mencapai potensi tersebut, sistem pendidikan harus dirancang
dengan memperhitungkan perbedaan-perbedaan yang ada pada diri
73

siswa. Bagi mereka yang ketidakmampuan khusus dan/atau


memiliki kebutuhan belajar yang luar biasa harus mempunyai
akses terhadap pendidikan yang bermutu tinggi dan tepat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa solusi bagi ABK disekolah inklusi
tersebut kepala sekolah harus memberikan; Pertama, guru
menyediakan waktu luang dan memberikan perhatian khusus untuk
menangani anak berkebutuhan khusus setelah jam pelajaran
berakhir. Kedua, guru harus kreatif untuk memanfaatkan sarana
dan prasarana yang ada sehingga proses pendidikan inklusi tetap
berjalan dengan lancar.
Ketiga, sekolah memberikan penyuluhan mengenai
pentingnya pendidikan inklusi setiap ada rapat wali peserta didik,
sehingga masyarakat atau wali peserta didik tidak lagi memandang
sebelah mata terhadap anak yang mengalami keterbatasan.
Sehingga ABK pun memiliki hak yang sama dengan anak normal
lainnya. Keempat, kepala sekolah harus membuat kebijakan
mengenai pelatihan guru untuk penanganan anak berkebutuhan
khusus. Untuk kelancaran proses belajar mengajar di sekolah
pendidikan inklusi dan waktu tambahan setelah jam pelajaran
khusus untuk ABK semacam remedial agar kita bisa memberikan
perhatian lebih dari pada anak-anak normal. Selanjutnya melalui
pendidikan inklusi ini, diharapkan anak berkelainan atau
berkebutuhan khusus dapat dididik bersama-sama dengan anak
normal lainnya. Tujuannya agar tidak ada kesenjangan diantara
anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Anak yang
berkebutuhan khusus perlu diberikan kesempatan yang sama
dengan anak normal lainnya untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan di jenjang pendidikan yang ada. Konsep pendidikan
inklusi sangat berbeda dengan konsep pendidikan lainnya yang
terkadang tidak peka terhadap persoalan yang dihadapi anak
berkebutuhan khusus sehingga terkesan terabaikan dalam
lingkungan belajar mereka. Dengan kata lain, pendidikan inkusi
74

sebenarnya berarti membuat yang tidak tampak menjadi tampak


dan memastikan semua siswa mendapatkan hak memperoleh
pendidikan dengan kualitas yang baik.
Dari kendala diatas pasti terdapat beberapa solusi yang
dilakukan oleh guru kelas maupun pihak sekolah . Pada dasarnya
pemecahan masalah bersasaran pada perbaikan kualitas upaya
tersebut dapat meningkatkan kualitas prosespendidikan dan
pengalaman belajar peserta didik khususnya siswa Tunanetra, agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan optimal. Ada
beberapa solusi yang harus dilakukan untuk mengatasi kendala
atau upaya yang di lakukan diantara lain yaitu :

a. Upaya untuk mengatasi kendala dari Guru


Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang
mencari solusi ataupun kendala yang di hadapi guru dalam kelancaran
proses belajar mengajar.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak kepala sekolah kepada
peneliti sebagai berikut :
“Dengan masih minimnya guru-guru yang lulusan jurusan Pendidikan
Luar Biasa (PLB) maka sekolah akan berupaya untuk berusaha
melaporkan kedinas setempat agar merekrut guru-guru sesuai dengan
bidangya. Dengan begitu anak dapat berproses seperti bagaimana
mestinya terutama dalam pengetahuan”. (Senin, 20 Mei 2019)
Pernyataan ini dipertegas oleh wali kelas Tunanetra ibu
Triasdawati sebagai berikut :
“Saya harap pihak sekolah merekrut guru-guru yang sesuai dengan
bidangnya yang bisa memahami karakter siswa di dalam kelas, di
tingkat pendidikan inklusi khususnya sangat membutuhkan guru yang
berlatar belakang pendidikan inklusi setidaknya ada juga guru khusus
yang benar-benar mengikuti pelatihan khusus ataupun sekolah sekolah
khusus.” (Senin, 20 Mei 2019)
75

b. Upaya untuk mengatasi kendala dari siswa


Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang
solusi dari masalah anak berkebutuhan khusus.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak kepala sekolah kepada
peneliti sebagai berikut :
“Berusaha memberikan kesadaran kepada wali murid tentang
pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus untuk di sekolahkan ke
pendidikan inklusi ini, bahwa pendidikan inklusi ini penting bagi anak
berkebutuhan bagi mereka, dan sekolah berupaya memberikan
pelayanan untuk memenuhi kebutuhan siswa”. (Senin, 20 Mei 2019).
Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru kelas untuk
memperkuat argument kepala sekolah tentang solusi atau upaya anak
berkebutuhan khusus.
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.A sebagai berikut :
“Perlunya usaha dari guru untuk mengembangkan bakat dan
Kreativitas pada anak berekbutuhan khusus, agar mereka memiliki
semangat untuk mewujudkan cita-cita sehingga mereka tidak merasa
dibedakan dengan teman-teman yang lain bahkan diabaikan oleh orang
disekitar mereka dan diakui keberadaan mereka, karena sesuai dengan
pepatah mereka bisa karena mereka ada”. (Senin, 20 Mei 2019)

c. Upaya untuk mengatasi kendala dari Rencana Pelaksanaan


Pembelajaran ( RPP)
Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah terkait
masalah guru belum begitu paham dalam memahami pembuatan
rencana pelaksanaan yang baik. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak
kepala sekolah kepada peneliti sebagai berikut:
“Dari pihak sekolah akan berusaha memberikan pelatihan-pelatihan
tentang kurikulum 2013 dan pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada kelas regular yang baik dan benar sesuai
buku guru dan siswa dengan ketunaan setiap kelas.” (Rabu, 22 Mei
2019).
76

Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang


solusi dari masih belum bisa membuat rencana pelaksanaan yang baik.
Pernyataan ini dipertegas oleh Guru kelas III.B sebagai berikut :
“Rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) Adalah salah satu acuan
seorang guru dalam mengajar karena disana sudah mencangkup
semuanya, namun memang saat proses pembelajaran terkadang tidak
sesuai dengan RRP karena guru melihat kondisi siswa, masalah
pembuatan RPP kami sebagai guru masih merasa kesulitan dalam
merumuskan KD. Untuk kedepanya guru berusaha untuk bisa
membuat RPP yang baik dan berkumpul bersama-sama atau sering
mengikuti pelatihan-pelatihan tentang kurikulum 2013, sepertinya
pelatihan pembuatan RPP itu sangat penting bagi bagi guru yang tidak
paham akan pembuatan RPP”. (Rabu, 22 Mei 2019).

d. Upaya untuk mengatasi kendala dari Media Pembelajaran


Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang
solusi dari masih minimnya media pembelajaran. Seperti halnya yang
disampaikan oleh Kepala Sekolah sebagai berikut :
“Kalau masalah media dalam proses pembelajaran disini sekolah
berupaya untuk memenuhi kebutuhan siswa anak berkebutuhan khusus
seperti komputer, huruf braile, dll. Pihak sekolah juga mencoba
meminta bantuan pemerintahn untuk memenuhi melengakpi media-
media untuk berjalanya proses pembelajaran yang baik .” (Rabu, 22
Mei 2019).
Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas tentang
solusi dari masih minimnya media pembelajaran, untuk memperkuat
argumen dari kepala sekolah.
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III.A sebagai berikut :
“ Guru akan berusaha semampunya untuk mengunakan media yang
ada disekitar dalam proses pembelajaran, meskipun dari pihak sekolah
belum bisa memenuhi media-media yang dibutukan oleh siswa.
Memang penting sekali media untuk anak berkebutuhan khusus karena
77

sebagai alat membantu mereka dalam memahami materi yang


disampaikan guru”. ( Rabu, 22 Mei 2019)

e. Upaya untuk mengatasi kendala dari Sarana dan Prasarana


Peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang
masih mininmya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh siswa dan
solusi dalam menghadapi kendala.

Seperti halnya yang disampaikan oleh Kepala Sekolah sebagai


berikut:
“Pihak sekolah akan berusaha meminta bantuan dari pemerintah agar
memenuhi semua fasilitas-fasiltas sesuai dengan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus untuk kelancaran proses belajar mengajar.”
(Jum‟at, 24 Mei 2019).
Pernyataan ini dipertegas oleh guru kelas III. A sebagai
berikut:
“Masalah sarana dan prasarana kita kembalikan kepada pihak sekolah
untuk segera memenuhi semua fasilitas yang belum lengkap, agar
kami sebagai guru tidak merasa kesulitan saat mengajar anak
berkebutuhan khusus yang digabungkan dengan anak normal sehingga
pembelajaran berjalan sesuai dengan mestinya, karena semuanya itu
penting dalam mengembangkan bakat dan kreativitas siswa yang ada”.
(Jum‟at, 24 Mei 2019).
Berdasarkan Observasi, Wawancara, Dokuemntasi peneliti
dapat diperoleh kesimpulan pertama upaya atau solusi minimnya guru
yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa (PLB) yaitu
meminta kepada pihak dinas untuk berusaha merekrut guru sesuai
dengan bidangya untuk mengajara di sekolah luar biasa. Yang kedua
masih membutuhkan anak berkebutuhan khusus yaitu pihak sekolah
berupaya memberikan kesadaran kepada orang tua tentang pentingnya
pendidikan inklusi pada anak berkebutuhan khusus. yang ketiga
tentang media pembelajaran yang sangat minim, yaitu guru berusaha
78

sekreativ mungkin untuk mengunakan media seadanya dulu dalam


pembelajaran yang ke empat Sarana dan prasarana pihak sekolah akan
berusaha memenuhi fasilitas-fasilitas yang menunjang proses
pembelajaran.
79

STRUKTUR ORGANISASI SD NEGERI 131 KOTA JAMBI


Kepsek
Basyir.S.Pd

Komite Operator Tata Usaha


Munzir,MR YentriAlfira,SH Kiki DwiPutri,S.Pd

W.Kesiswaan W.Kesiswaan W.Kurikulum W.Kurikulum W.Sapras W.saprah W.Keuangan


Hj. Sri RosmaWarni, Nazirwan, RatuAsatian,S. Priono, Sri Wrtini, W.Keuangan
ErniAstati,
Martini,S.Pd S.Pd M.Pd.I Pd A.M.a S.Pd Arnidir, S.Pd
S.Pd

Gk. 1A Gk. 1B Gk. 2A Gk. 2B Gk. 3A Gk. 3B Gk. 4B


Yendang GK. 4A Gk. 5A Gk. 5B Gk. 6A Gk. 6B
EnnyWah EniHarta Susmawa Sri artini, Wardha, KatriRah Sri Anidar, NurFaida Rosmaw
Pujiastute RtuMasa
yuni,S.Pd ti, S.Pd ti, Sp S.pd S.Pd ayu,S.Pd Martini,S S.Pd h, S.Pd arni,S.Pd
,S tia, S.Pd
.Pd

G. Pjok G. Mulok G. PAI klsatas G. PAI klsbawah G. SBDP G.GPK


G. PAK
Priono,Am.a EndangWidyuastuti, Nazirwan,M.Pd.I HafizulCholis, NamelaWiraw FadhilahNuriza,
RumadaSiringor
S.Pt M.Pd.I ah,SE S.Pd
ingo, S.Pd

Bagan Struktur Organisasi SD Negeri 131/IV


Kota Jambi
PenjagaSekolah Satpam

79
Supadi Syarnuby Johan Sumber : bagian TU SD N 131/IV Kota Jambi
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah peneliti menguraikan tentang Upaya Guru kelas dalam menangani


anak berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi Sekolah Dasar Negeri 131 Kota
Jambi, maka sebagai akhir dari penulisan ini peneliti menarik kesimpulan dan
mengemukakan beberapa saran yang dianggap perlu.

A. Kesimpulan

1. Penanganan anak berkebutuhan khusus (ABK) pada SD Negeri 131 Kota


Jambi yaitu pendidikan inklusi dimana anak berkebutuhan khusus belajar
bersama anak lain (normal) di ruang kelas dengan kelas reguler (inklusi
penuh) dengan bertatap muka langsung dengan guru dan menggunakan
kurikulum yang sama. Hal ini ditunjukan fakta di lapangan sebagai
berikut, penanganan anak berkebutuhan khusus kepala sekolah dan guru
berusaha semaksimal mungkin untuk melayani anak berkebutuhan khusus,
Contohnya; memberikan perhatian lebih, memberikan motivasi, dan
melengkapi fasilitas untuk ABK.
2. kesulitan dalam penanganan Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah
inklusi antara lain; Pertama, adanya guru bimbingan khusus (GBK)
namun tidak mengikuti pelatihan khusus yang disediakan oleh yayasan
tertentu. Kedua, kurangnya ketersediaan anggaran, minimnya anggaran
yang disediakan pemerintah dapat mengakibatkan sarana dan prasarana
yang kurang memadai. Ketiga, pandangan masyarakat atau orang tua dari
anak-anak normal terhadap pendidikan inklusi memang tidak popular
dalam masyarakat, sehingga anak yang memiliki kebutuhan khusus ini
sering disisihkan atau diabaikan.

80
81

Keempat, kualitas guru yang tidak memadai dan memahami proses


penanganan terhadap anak berkebutuhan khusus
3. Solusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi tersebut kepala
sekolah harus memberikan; Pertama, guru menyediakan waktu luang dan
memberikan perhatian khusus untuk menangani anak berkebutuhan khusus
setelah jam pelajaran berakhir. Kedua, guru harus kreatif untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada sehingga proses pendidikan
inklusi tetap berjalan dengan lancar. Ketiga, sekolah memberikan
penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan inklusi setiap ada rapat wali
peserta didik, sehingga masyarakat atau wali peserta didik tidak lagi
memandang sebelah mata terhadap anak yang mengalami keterbatasan.
Sehingga ABK pun memiliki hak yang sama dengan anak normal lainnya.
Keempat, kepala sekolah harus membuat kebijakan mengenai pelatihan
guru untuk penanganan anak berkebutuhan khusus.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di SDN 131 Kota


Jambi, telah dapat peneliti simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di
atas, maka peneliti memberikan saran ke beberapa pihak diantaranya:

1. Kepada kepala sekolah disarankan untuk lebih banyak mengadakan


pelatihan guru tentang penanganan Anak Berkebutuhan Khusus agar
kualitas sumber daya manusia (SDM) guru dalam kelas inklusi lebih
baik teruji. Peran kepala sekolah sangat dibutuhkan di dalam
penyelenggaraan terhadap pemahaman inklusi di lingkungan sekolah
dan masyarakat. Agar tujuan tercapainya tingkat kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus yang tinggi agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan visi dan misi SDN 131
Kota Jambi.
2. Bagi para guru mata pelajaran dan wali kelas, disarankan untuk dapat
memahami karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus yang beragam,
82

dan terus meningkatkan kualitas SDM untuk mengatasi kendala-


kendala di dalam kelas inklusi. Memberikan pemahaman terhadap
siswa normal tentang kondisi ABK agar dapat membantu terciptanya
hubungan baik antara Anak Berkebutuhan Khusus dengan siswa
lainnya.
3. Kepada orang tua/wali peserta didik harus menjalin hubungan baik,
meningkatkan kerjasama dan tanggung jawab dengan guru beserta
pihak sekolah di SD Negeri 131 Kota Jambi agar tercapainya proses
pembelajaran/penanganan Anak Berkebutuhan Khusus telaksana
dengan baik.
83

PANDUAN WAWANCARA

UPAYA GURU DALAM MENANGANI PROSES PEMBELAJARAN


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI PENDIDIKAN INKLUSI SD 131 KOTA JAMBI

A. Kepala Sekolah SDN 131 Kota Jambi


1. Tujuan :
Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program sekolah
Penyelenggara pendidikan inklusi di SDN 131 Kota Jambi.
2. Pertanyaan panduan :
Kepala Sekolah SDN 131Kota Jambi
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Jabatan :
3) Agama :
4) Pekerjaan :
5) Alamat :
6) Pendidikan Terahir :
b. Pertanyaan penelitian
1. bagaimana upaya pemerintah dan sekolah dalam menangani anak
berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi ?
2. Bagaimanakah layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajarnya?
3. Apakah kurikulum reguler dan kurikulum kelas cukup berkaitan
sehingga memungkinkan penyelenggaraan pendidikan inklusi?
4. Apakah isi pelajaran sudah sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa?
5. Bagaimanakah memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan siswa ?
6. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah sesuai dengan
aksesbilitas fungsionalnya?
84

7. Bagaimanakah sekolah dalam mengarahkan penggunaan sarana dan


prasarana untuk memenuhi kebutuhan siswa?
8. Bagaimanakah sekolah mensiasati keterbatasan sarana dan prasarana?
9. Adakah pelatihan khusus yang diberikan sekolah kepada guru reguler
agar bisa mengajar kelas inklusi ?
10. Bagaimanakah bentuk pelayanaan yang diberikan oleh guru kelas, dan
guru pendamping khusus GPK?
11. Adakah standar nilai khusus dari guru yang mengajar di pendidikan
inklusi ?
12. Apakah ada kriteria guru kelas dalam pendidikan inklusi ?
13. Bagaimanakah bentuk evaluasi dalam penyelenggaraan pendidikan
inklusi?
14. Bagaimanakah peran kepala sekolah, dalam memonitoring dan
mengevaluasi ?
15. Bagaimana menurut anda tentang peran guru kelas dalam pendidikan
inklusi ?
16. Bagaimanakah kriteria penilaian yang dilihat supervisor kepada warga
sekolah?

B. Guru SDN 131 Kota Jambi


1. Tujuan :
Untuk mengetahui efektivitas program sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi di SDN 131 Kota Jambi.
2. Pertanyaan panduan :
Guru SDN 131 Kota Jambi
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Jabatan :
3) Agama :
4) Pekerjaan :
5) Alamat :
85

6) Pendidikan Terahir :
b. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimanakah menurut anda praktek penyelenggaraan pendidikan
inklusi di SD N 131 Kota jambi ?
2. Apakah anda siap dalam menangani anak berkebutuhan khusus ?
3. Bagaimanakah cara anda dalam menangani proses pembelajaran
pada anak berkebutuhan khusus ?
4. Bagaimana menurut anda tentang pentingnya guru pembimbing
khusus di pendidikan inklusi ?
5. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menangi anak
berkebutuhan khusus ?
6. Seperti apakah kesulitan yang anda alami ?
7. Apakah anda melaksakan program bimbingan bagi anak
berkebutuhan khusus ?
8. Apakah anda pernah mengikuti diklat/pelatihan tentang
penanganan anak berkebutuhan khusus ?
9. Apakah dalam pelatihan tersebut membantu anda dalam
menangani anak berkebutuhan khusus ?
10. Apa saja yang anda ketahui tentang cara menangani anak
berkebutuhan khusus di kelas regular ?
11. Bagaimana sikap yang anda tunjukkan pada anak berkebutuhan
khusus ?
12. Apa yang anda lakukan apabila anak berkebutuhan khusus di kelas
anda tidak dapat mengikuti proses pembelajaran karena
keterbatasan dirinya ?
13. Apa yang anda lakukan apabila anak berkebutuhan khusus di kelas
mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya ?
14. Apakah sarana dan prasana di sekolah ini mendukung adanya anak
berkebutuhan khusus ?
86

15. Bagaimana kalau anak berkebutuhan khusus di kelas anda tidak


dapat mengikuti pembelajaran karena kurangnya sarana dan
prasarana ?
16. Bagaimana cara anda mengevaluasi anak berkebutuhan khusus ?
17. Apakah evaluasi yang anda berikan pada anak berkebutuhan
khusus sama dengan evaluasi anak regular ?
18. Apakah anda bersedia/terpaksa dalam menangani anak
berkebutuhan khusus dikelas ?
19. Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah sesuai dengan
aksesbilitas fungsionalnya ?
20. Bagaimanakah sekolah dalam mengarahkan penggunaan sarana
dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan siswa ?
21. Bagaimanakah sekolah mensiasati keterbatasan sarana dan
prasarana ?
22. Adakah pelatihan khusus yang diberikan sekolah kepada guru
reguler agar bisa mengajar kelas inklusif ?

C. Guru Pendamping Khusus (GPK)


1. Tujuan :
Untuk mengetahui efektivitas program sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif di SDN 131 Kota Jambi.
2. Pertanyaan panduan :
Guru Pendamping Khusus SDN 131 Kota jambi
a. Identitas Diri
1) Nama :
2) Agama :
3) Pekerjaan :
4) Alamat :
5) Pendidikan Terahir :
b. Pertanyaan penelitian
1. Menurut anda bagaimana peran guru pembimbing khusus ?
87

2. Menurut anda pakah tujuan dari guru pembimbing khusus ?


3. Apakah anda didelegasikan oleh suatu yayasan atau sekolah untuk
menjadi guru pembimbing khusus ?
4. Apakah anda mengikuti pelatihan sebagai guru pembimbing
khusus ?
5. Seperti apa pelatihan yang berikan sebagai guru pembimbing
khusus ?
6. Apakah sama peran guru pembimbing khusus dengan guru kelas
dalam menangani anak berkebutuhan khusus ?
7. Mengapa ?
8. Apakah ada kendala yang dialami dalam menangani anak
berkebutuhan khusus ?
9. Seperti apa kendala tersebut ?
10. Bagaimana menurut anda peran guru kelas dalam menangani anak
berkebutuhan khusus ?
11. Bagaimana cara anda jika anak berkebutuhan khusus sulit untuk
memfokuskan perhatiannya
D. Siswa SDN 131 Kota Jambi
1. Tujuan :
Untuk mengetahui efektivitas program sekolah penyelenggara
pendidikaninklusif di SDN 131 Kota Jambi.
2. Pertanyaan panduan :
Siswa SDN 131 Kota Jambi
a. Identitas Diri
1) Nama Siswa :
3) Agama :
5) Alamat :
6) Siswa kelas :
b. Pertanyaan penelitian
1. Apakah pembelajaran yang disampaikan dapat dimengerti?
88

2. Apakah fasilitas yang diberikan sekolah telah mendukung


kebutuhan siswa?
3. Adakah bentuk perlakuan khusus antara siswa reguler dan
siswa berkebutuhan khusus? jika ada seperti apa?
4. Adakah metode khusus atau media yang digunakan guru ?
5. apakah guru mampu untuk menguasai kelas regular ?
89

TRANSKIP WAWANCARA
01

Nama : Basyir, S.Pd


Jabatan : Kepala Sekolah
Agama : Islam
Alamat : RT.03 Kelurahan Kenali Besar
Waktu pelaksanaan : 20 Maret 2019
Peneliti : Nur Ilmy Desaryanti

Setibanya saya diruangan kepala sekolah saya mengucapkan salam dan


berjabat tangan dengan beliau. Beliaupun menyilahkan saya masuk dan duduk di
depan meja nya kemudian beliau menanyakan maksud dan tujuan saya dating
kesekolah ini. Saya menyampaikan maksud dan tujuan saya, beliaupun
mengizinkan saya dan memberikan saya kesempatan untuk mewawancarai beliau.
Peneliti : “maaf sebelumnya pak, saya sudah mengganggu waktunya. Saya
dari mahasiswi UIN Jambi dari Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah semester 8. Jadi begini pak maksud dan tujuan saya
kesini saya ingin melaksanakan penelitian dalam rangka
menyelesaikan tugas terakhir saya sebagai syarat wisada yaitu
skripsi. Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang uyapa guru
kelas dalam menangani proses pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi 131 Kota Jambi.
Apakah saya diizinkan pak untuk penelitian saya di sekolah yang
bapak pimpin ini ?
Mr. B : “oh begitu, baiklah boleh-boleh saja. Semoga sekolah ini dapat
membantu adik dalam menyelesaikan tugas terakhir adik agar
segera menyusul kami para dewan guru untuk menjadi penerus
bangsa. (sambil tersenyum)”
Peneliti : “amiin, baik pak langsung saja kita memulai wawancaranya ya
pak?”
90

Mr. B : “iya dek.”


Peneliti : “bagaimana upaya pemerintah dan sekolah dalam menangani
anak berkebutuhan khusus pada pendidikan inklusi ?”
Mr. B : “upaya yang kita lakukan itu sekolah menekankan bahwa adanya
koordinasi dan kerjasama antara guru kelas dan orang tua siswa
yang berkebutuhan khusus. Perlunya guru pembimbing khusus
untuk mengajari siswa yang berkebutuhan khusus.”
Peneliti : “Bagaimanakah layanan yang berkaitan dengan kegiatan belajar
mengajarnya?”
Mr. B : “layanan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak normal tidak
dibedakan dan tidak pula diperlakukan khusus.”
Peneliti : “Apakah kurikulum regular cukup berkaitan sehingga
memungkinkan penyelenggaraan pendidikan inklusi?”
Mr. B : “iya tidak begitu berkaitan, akan tetapi pihak sekolah
menambahkan program khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
Seperti, mengembangkan minat dan bakat anak berkebutuhan
khusus.”
Peneliti : “Apakah isi pelajaran sudah sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa?”
Mr. B : “kalau yang saya lihat pembelajaran di sekolah yang dilakukan
oleh guru-guru kelas sepertinya semua sudah mengarahkan anak-
anak untuk mengikuti minat pada anak berkebutuhan khusus,
contohnya seperti bimbingan khusus yang di lakukan guru
pembimbing khusus.”
Peneliti : “Bagaimanakah memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan
kebutuhan siswa ?”
Mr. B : “Kita tidak ada sarana khusus untuk itu namun kita kerjasama
pada orang tua murid, bagaimana dia bisa memfasilitasi anaknya
sendiri. Seperti kursi rodanya, alat pendengar bahkan huruf Braile.
Barangkali nnanti ada bantuan dari pemerintah dan itu kita sudah
berusaha untuk melengkapi sarana dan prasarana yang seharusnya
91

dibutuhkan oleh anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah ini.


Dan memang sarana dan prasana yang kita miliki itu tidak
selengkap SLB karena keterbatasan luasnya sekolah.”
Peneliti : “Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah sesuai dengan
aksesbilitas fungsionalnya?”
Mr. B : “tidak memadai, contohnya kita memiliki anak tuna netra dan kita
tidak mempunyai sarana seperti huruf Braile. Namun,
Alhamdulillah orang tua anak tersebut mengerti dan orang tuanya
sendiri yang memfasilitasi huruf Braile itu.”
Peneliti : “Bagaimanakah sekolah dalam mengarahkan penggunaan sarana
dan prasarana untuk memenuhi kebutuhan siswa?”
Mr. B : “seperti yang saya bilang tadi, bahwasannya semua fasilitas anak
berkebutuhan khusus di sekolah ini tidak cukup memadai. Namun
dulu pada pertama berdirinya pendidikan inklusi ini ada prasarana
yang menunjang berdirinya penyelenggaraan pendidikan inklusi.
Namun sekarang tidak ada lagi.”
Peneliti : “Adakah pelatihan khusus yang diberikan sekolah kepada guru
reguler agar bisa mengajar kelas inklusi?”
Mr. B : “pada tahun 2015 itu ada yang diselenggarakan oleh dinas
Provinsi. Untuk pemberian arahan dalam menangani anak
berkebutuhan khusus dulu ada guru-guru dari SLB. Namun
sekarang tidak ada lagi.”
Peneliti : “Bagaimanakah bentuk pelayanaan yang diberikan oleh guru
kelas, dan guru pendamping khusus GPK?”
Mr. B : “pelayanan yang diberian memang kurang maksimal. Itu di
karenakan sarana dan prasarana yang tidak memadai. Namun, kita
memberikan layanan semampu kita. Artinya ya kita tetap
konfirmasi dengan orang tua murid dan guru pendamping
khususnya.”
Peneliti : “Adakah standar nilai khusus dari guru yang mengajar di
pendidikan inklusi?”
92

Mr. B : “standar khusus dari sekolah tidak ada ya, tapi kita mengikuti
standar dari dinas penidikan.
Peneliti : “Apakah ada kriteria guru kelas dalam pendidikan inklusi?”
Mr. B : “guru yang kita utamakan yaitu guru yang memiliki keahlian
dalam menangani anak berkebutuhan khusus. Contohnya guru
yang telah mengikuti pelatihan khusus.”
Peneliti : “Bagaimanakah bentuk evaluasi dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi?”
Mr. B : “sebenarnya kalo evaluasi itu sama saja dengan pendidikan umum
lainnya. Namun yang membedakan itu hanya cara mengevaluasi
anak yang berkebutuhan khusus dan anak normal.”
93

TRANSKIP WAWANCARA
02

Nama : Wardiah, S.Pd


Jabatan : Guru Kelas III.A
Agama : Islam
Alamat : Jl. Katen A Chatib Rt. 14 Kelurahan Pematang sulur
Waktu pelaksanaan : 25 Maret 2019
Peneliti : Nur Ilmy Desaryanti

Setibanya saya diruangan kelas III. A saya mengucapkan salam dan


berjabat tangan dengan guru kelas III. A. Beliaupun menyilahkan saya masuk dan
duduk di samping kursinya kemudian beliau menanyakan maksud dan tujuan saya
dating kesekolah ini. Saya menyampaikan maksud dan tujuan saya, beliaupun
mengizinkan saya dan memberikan saya kesempatan untuk mewawancarai beliau.
Peneliti : “maaf sebelumnya buk, saya sudah mengganggu waktunya. Saya
dari mahasiswi UIN Jambi dari Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah semester 8. Jadi begini buk maksud dan tujuan saya
kesini saya ingin melaksanakan penelitian dalam rangka
menyelesaikan tugas terakhir saya sebagai syarat wisada yaitu
skripsi. Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang uyapa guru
kelas dalam menangani proses pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi 131 Kota Jambi, dalam
kesempatan ini saya akan meneliti di kelas ibu untuk beberapa
minggu kedepan. Apakah saya diizinkan untuk penelitian saya di
kelas ibu ini?”
Mrs. W : “iya boleh-boleh saja. Namun, sebelum mulai saya meminta maaf
dulu jikalau kedepannya kurang maksimal dalam membimbing
adek sampai selesai.”
Peneliti : “iya bu. Langsung saja ya buk.”
94

Peneliti : “Bagaimanakah menurut anda praktek penyelenggaraan


pendidikan inklusi di SD N 131 Kota jambi?”
Mrs. W : “dari dulu sampai sekarang baik dan lancer-lancar saja. Namun
pada pertama berdirinya pendidikan inklusi ini sangat baik.”
Peneliti : “Apakah anda siap dalam menangani anak berkebutuhan
khusus?”
Mrs. W : “jika menangani anak yang berkebutuhan khusus sekali itu saya
tidak siap. Namun jika seperti umumnya saya siap. Karena
keterampilan untuk penanganan anak berkebutuhan khususnya
saya tidak punya.”
Peneliti : “Bagaimanakah cara anda dalam menangani proses pembelajaran
pada anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “pembelajaran itu tidak saya khususkan namun kita hanya
menyeseaikan dengan anak normal. Karena kebanyakan di kelas
anak normal dan anak berkebutuhan khususnya hanya 1-4 orang/
kelas.”
Peneliti : “Bagaimana menurut anda tentang pentingnya guru pembimbing
khusus di pendidikan inklusi?”
Mrs. W : “sangat pentingla. Kerena guru pembimbing khusus yang
mengajatkan anak berkebutuhan khusus yang sulit untuk kami
tangani.”
Peneliti : “Apakah anda mengalami kesulitan dalam menangi anak
berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “kesulitan ini ada pastinya namun harus kita jalani karena ini
sudah kewajiban sebagai guru.”
Peneliti : “Seperti apakah kesulitan yang anda alami?”
Mrs. W : “kesulitannya itu jika anak tidak di damping oleh guru khususnya.
Katena akan menganggu proses pembelajaran pada anak yang
lainnya. Kita kan tidak mempunyai keterampilan dalam menangani
anak berkebutuhan khusus secara spesifik.”
95

Peneliti : “Apakah anda melaksakan program bimbingan bagi anak


berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “tiak ada.”
Peneliti : “Apakah anda pernah mengikuti diklat/pelatihan tentang
penanganan anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “saya blm pernah mengikuti diklat atau pelatihan khususnya.
Namn seminar-seminar biasa saya pernah mengikutinya.”
Peneliti : “Apakah dalam pelatihan tersebut membantu anda dalam
menangani anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “membantu sih. Tapi tidak begitu spesifik.“
Peneliti : “Apa saja yang anda ketahui tentang cara menangani anak
berkebutuhan khusus di kelas regular?”
Mrs. W : “tidak ada. Karena memang saya tidak pernah belajar mengenai
anak berkebutuhan khususnya sendiri.”
Peneliti : “Bagaimana sikap yang anda tunjukkan pada anak berkebutuhan
khusus?”
Mrs. W : “ sikap nya baik. Karena teman-teman juga tidak ada yang
memperlakukan buruk kepada anak berkebutuhan khususnya.”
Peneliti : “Apa yang anda lakukan apabila anak berkebutuhan khusus di
kelas anda tidak dapat mengikuti proses pembelajaran karena
keterbatasan dirinya?”
Mrs. W : “sebagai guru kita harus mehamainya. Tentu nilai yang diberikan
berbeda antara anak normal dan anak berkebutuhan khusus.
Misalnya 100 pada anak normal berbeda pula 100 pada anak
berkebutuhan khusus.”
Peneliti : “Apa yang anda lakukan apabila anak berkebutuhan khusus di
kelas mengalami kesulitan untuk memfokuskan perhatiannya?”
Mrs. W : “kalau hal itu tidak ada. Karena semua anak berkebutuhan khusus
itu guru pembimbing khusus yang bertanggung jawab atas anak
berkebutuhan tadi. Kita hanya menerima anak tersebut masuk kelas
regular ini.”
96

Peneliti : “Apakah sarana dan prasana di sekolah ini mendukung adanya


anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “tidak mendukung. Anak yang keterbelakangan ada juga yang
membawa alat untuk membantu pembelajaran sendiri.”
Peneliti : “Bagaimana kalau anak berkebutuhan khusus di kelas anda tidak
dapat mengikuti pembelajaran karena kurangnya sarana dan
prasarana?”
Mrs. W : “iya dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh anak itu
sendiri. Maka dari itu kita pihak sekolah memberi tau kepada orang
tua murid mengenai kurangnya sarana dan prasanan yang sekolah
punya.”
Peneliti : “Bagaimana cara anda mengevaluasi anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. W : “sama saja cara mengevaluasi untuk anak normal ataupun anak
berkebutuhan khusus. Karena untuk mengetahui itu pembelajara
nnya itu itu saja yang kita ulangi hanya saja kalimat nya yang kita
sedikit perbarui. Namun bedanya hanya di penilaian. Nilai untuk
anak normal 100 berbeda sama anak berkebutuhan khusus yang
nilai 100.”
Peneliti : “Apakah evaluasi yang anda berikan pada anak berkebutuhan
khusus sama dengan evaluasi anak regular?”
Mrs. W : “sama saja penjelasannya sama seperti yang tadi itu la.”
Peneliti : “Apakah anda bersedia/terpaksa dalam menangani anak
berkebutuhan khusus dikelas?”
Mrs. W : “iya bersedia la. Tidak mungkin juga terpaksa karena sudah
pekerjaan nya seperti ini.”
Peneliti : “Apakah sarana dan prasarana yang ada sudah sesuai dengan
aksesbilitas fungsionalnya?”
Mrs. W : “jika masalah sarana dan prasana kita tidak bias berbicara ya.
Karena bias adek lihat sendiri bagaimana keadaan sekolah kami.
Mengenai sarana dan prasarana itu jika ada kita sebagai wali kelas
97

sangat senang karena ada yang bias kita pakai namun jika tidak ada
mau di apakan.”
Peneliti : “Adakah pelatihan khusus yang diberikan sekolah kepada guru
reguler agar bisa mengajar kelas inklusif ?”
Mrs. W : “ tidak ada”
98

TRANSKIP WAWANCARA
03

Nama : Yusnita
Jabatan : Guru pembimbing khusus
Agama : Islam
Alamat : Talang bakung
Waktu pelaksanaan : 28 Maret 2019
Peneliti : Nur Ilmy Desaryanti
Setibanya saya sampai di sekolah saya langsung menemui ibu nita di
dalam ruang kelas yang kebetulan pada saat ini anak-anak sedang beristirahat.
Saya mengucapkan salam dan berjabat tangan dengan ibu nita sebagai guru
pembimbing khusus di mulai dengan memperkenalkan diri saya. Beliaupun
menyilahkan saya duduk di depan kursinya kemudian beliau menanyakan maksud
dan tujuan saya datang kesekolah ini. Saya menyampaikan maksud dan tujuan
saya, beliaupun mengizinkan saya dan memberikan saya kesempatan untuk
mewawancarai beliau.
Peneliti : “maaf sebelumnya buk, saya sudah mengganggu waktunya. Saya
dari mahasiswi UIN Jambi dari Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah semester 8. Jadi begini buk maksud dan tujuan saya
kesini saya ingin melaksanakan penelitian dalam rangka
menyelesaikan tugas terakhir saya sebagai syarat wisada yaitu
skripsi. Dalam penelitian ini saya akan meneliti tentang uyapa guru
kelas dalam menangani proses pembelajaran pada anak
berkebutuhan khusus di pendidikan inklusi 131 Kota Jambi, dalam
kesempatan ini saya akan bertanya kepada ibu. Apakah saya
diizinkan untuk penelitian saya ini ibu?”
Mrs. Y : “iya, maaf jika dalam penyampaian ada kekeliruan.”
Peneliti : “iya bu, saya juga masih belajar bu.”
Peneliti : “saya ada beberapa bertanyaan yang berkaitan dengan penelitian
saya bu. Langsung saja ya bu ?”
99

Peneliti : “Menurut anda bagaimana peran guru pembimbing khusus?”


Mrs. Y : “pembimbing khusus sangat diperlukan karena untuk menangani
anak-anak khusus di sekolah ini.
Peneliti : “Menurut anda apakah tujuan dari guru pembimbing khusus?”
Mrs. Y : “tujuannya untuk melancarkan proses pembelajaran di kelas.
Karena ini sekolah inklusi yang dimana dalam 1 ruang kelas
terdapat anak berkebutuhan khusus dan anak normal.”
Peneliti : “Apakah anda didelegasikan oleh suatu yayasan atau sekolah
untuk menjadi guru pembimbing khusus?”
Mrs. Y : “kebetulan anak didik saya ini berasal dari orang yang sederhanya
yang tidak mampu untuk membayar guru pembimbing khusus dari
yayasan. Jadi, saya berasal dari keluarga dekat untuk mendampingi
anak berkebutuhan khusus.”
Peneliti : “Apakah anda mengikuti pelatihan sebagai guru pembimbing
khusus?”
Mrs. Y : “tidak. Saya hanya membantu anak saya dalam proses
pembelajarannya dan saya hanya menjaga anak saya.”
Peneliti : “Seperti apa pelatihan yang berikan sebagai guru pembimbing
khusus?”
Mrs. Y : “-
Peneliti : “Apakah sama peran guru pembimbing khusus dengan guru kelas
dalam menangani anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. Y : “tidak sama.”
Peneliti : “Mengapa?”
Mrs. Y : “guru kelas fokus dalam penanganan satu kelas namun guru kelas
lebih memfokuskan kepada anak normal. Dan saya sebagai guru
pembimbing khusus hanya focus kepada anak didik saya yang
berkebutuhan khusus.”
Peneliti : “Apakah ada kendala yang dialami dalam menangani anak
berkebutuhan khusus?”
100

Mrs. Y : “kendalanya hanya saya tidak bias memberi pelajaran seperti guru
kelas. Hal itu terjadi karena kurang pahamnya saya mengenangi
penanganan anak berkebutuhan khsus.”
Peneliti : “Bagaimana menurut anda peran guru kelas dalam menangani
anak berkebutuhan khusus?”
Mrs. Y : “peran guru kelas mereka hanya berfokus kepada anak normal
saja. Dan anak yang berkebutuhan khusus kita yang
memfokuskannya.”
Peneliti : “Bagaimana cara anda jika anak berkebutuhan khusus sulit untuk
memfokuskan perhatiannya?”
Mrs. Y : “hal biasa saya lakukan yaitu membiarkan dia bermain dulu.
Ketika dia sudah bermain saya bertanya “kamu mau apa lagi
nak.?” Ketika menjawab baru lah saya mengikuti maunya dia. Jika
sudah lelah maka saya bertanya kembali “mari kita belajar lagi,
lihat teman-temannya ga ada bermain. Seperti itulah saya lakukan.”
101

PANDUAN OBSERVASI

UPAYA GURU DALAM MENANGANI PROSES PEMBELAJARAN


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI PENDIDIKAN INKLUSI SD 131 KOTA JAMBI

Hari/Tanggal : Waktu :

Tempat : Sumber:

Berilah tanda checklis ( ) pada angka yang tepat untuk memberikan skor
mengenai skala pelaksanaan dalam proses pembelajaran anak berkebutuhan
khusus. Adapun kriteria skor penilian adalah :

1 (Tidak Pernah); 2 (Jarang); 3 (Kadang-kadang); 4 (Sering); 5 (Sangat Sering)

No Aspek Skala Pelaksanaan


1 2 3 4 5
1 Menjalankan rencana individual untuk setiap
anak
2 Memahami tipe-tipe anak berkebutuhan khusus
di kelas
3 Memperhatikan anak berkebuhan khusus
4 Memberikan ekspentasi positif terhadap
pembelajaran
5 Membantu anak mengembangkan keahlian
6 Merencanakan dan menyusun kelas secara
efektif
7 Membantu anak memotivasi belajar
8 Memberikan umpan balik baik yang efektif
9 Memahami anak yang menderita
ketidakmampuan
10 Mencari informasi baru tentang teknologi untuk
mendidik anak berkebutuhan khusus
102

11 Menunjukkan perasaan positif pada anak


berkebutuhan khusus
12 Mampu beradaptasi dengan anak berkebutuhan
khusus
13 Mampu berbicara dengan anak berkebutuhan
khusus
14 Memberikan pujian dan penghargaan kepada
anak berkebutuhan khusus
15 Membantu anak untuk memfokuskan perhatian
16 Membuat pengalaman anank menjadi bermakna
17 Membantu anak mencapai disiplin diri

Rumus T x Pn

Keterangan : T = total jumlahresponden yang memilih

Pn = pilihanangkaskorLikert

Interprestasiskorperhitungan.

Agar mendapatkan hasil interprestasi, terlebih dahulu harus diketahui


skortertinggi (X) dan skor terendah (Y) untuk item penilaian dengan rumus
berikut :

Y = skor tertinggi likert x jumlah responden

X = skor terendah likert x jumlah responden

Rumus Index % = Total Skor/Y x 100

Pra Penyelesaian

Sebelum menyelesaikannya kita juga harus mengetahui interval (rentang jarak)


dan interprestasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode interval skor
persen (I) .
103

Rumus Interval

I = 100 / jumlah skor (likert)

Kriteria Interprestasi skor berdasarkan interval :

- Angka 0% - 19,99% = sangat tidak pernah


- Angka 20% - 39,99% = jarang
- Angka 40% - 59,99% = kadang-kadang
- Angka 60% - 79,99% = sering
- Angka 80% - 100% = sangat sering

Penyelesaian Akhir

= Total Skor / Y x 100

.
104

PANDUAN DOKUMENTASI

UPAYA GURU DALAM MENANGANI PROSES PEMBELAJARAN


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI PENDIDIKAN INKLUSI SD 131 KOTA JAMBI

Hari/Tanggal : Waktu :

Tempat : Sumber :

Keterangan
No Objek Ada Tidak Deskripsi
Ada
1 Kegiatan/proses pembelajaran
a. Kegiatan awal
b. Kegiatan inti
c. Istirahat
d. Kegiatan akhir
2 Cara mengakomodasi anak berkebutuhan khusus
pada saat proses pembelajaran
3 Metode yang dilakukan setelah kegiatan
pembelajaran
4 Media yang digunakan (sumber belajar untuk anak
berkebutuhan khusus)
5 Ruang Kepala Sekolah
6 Ruang Guru
7 Ruang TU
8 Ruang UKS
9 Ruang sumber (tempat alat bantu anak
berkebutuhan khusus)
10 Ruang Bimbingan Penyuluhan atau Bimbingan
konseling
105

11 Ruang Komputer
12 Ruang Ibadah
13 Gudang
14 Ruang Kelas I
15 Ruang Kelas II
16 Ruang Kelas III
17 Ruang Kelas IV
18 RuangKelas V
19 Ruang Kelas VI
20 Perpustakaan
21 Lapangan Utama
22 Lapangan Bermain
23 Kantin
24 Kamar Mandi
25 Parkir
26 Ruang Praktikum (Laboraturium)
106

FOTO DOKUMENTASI RISET

1. Guru pembimbing khusus beserta anak berkebutuhan khusus

2. Tampilan Papan Nama Sekolah


107

3. Salah satu anak berkebutuhan khusus

4. Suasana proses pembelajaran


108

5. Lapangan sekolah

6. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada kepala sekolah dan


guru kelas
109

7. peneliti melakukan wawancara dengan ibu wali kelas

8. Proses pembelajaran berlangsung


110

9. Buku-buku tematik dan Agama Islam kelas III


111
112
113

Anda mungkin juga menyukai