Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PROTOZOA DAN ENTOMOLOGI

PEMBUATAN PREPARAT MALARIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas remidi mata kuliah protozoa dan entomologi
Dosen Pengampu : Lilik Setyowatiningsih, S.SiT., M.Si

Di susun Oleh:

Ezza Silvia Ananda (P1337434319018)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah remidi yang PEMBUATAN PREPARAT
MALARIA ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas remidi dari Ibu Lilik Setyowatiningsih,S.SiT., M.Si pada mata kuliah
Protozoa dan Entomologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pembuatan preparat malaria bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 8 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II. PEMBAHASAN 3
2.1 Prosedur kerja pembuatan preparat malaria 3
2.2 Prosedur pewarnaan dengan menggunakan pewarnaan giemsa dengan volume yang 6
bervariasi
2.3 Ciri-ciri sediaan darah tipis dan tebal yang baik 7
BAB III. PENUTUP 9
3.1 Simpulan 9
3.2 Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Malaria adalah Penyakit menular yang merupakan masalah kesehatan utama diberbagai
Negara tropis, termasuk di indonesia. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan sekitar
300-500 juta orang setiap tahun. Penemuan parasit plasmodium yang beredar pada darah tepi
hingga saat ini masih merupakan diagnosis pasti yang tak terbantahkan. (Depkes RI, 2011).
Salah satunya untuk menemukan parasit malaria biasanya menggunakan sediaan darah tipis
karena morfologi Plasmodium setelah dilakuakan pewarnaan akan tampak terlihat lebih jelas
dengan bagian-bagian relative lengkap. Salah satunya Pewarnaan giemsa yang merupakan
teknik pewarnaan yang paling bagus dan sering digunakan untuk mengidentifikasi parasit
yang ada di dalam darah (Depkes RI, 2011).
Pemeriksaan apus darah tepi ini meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu pemeriksaan hitung
jumlah sel leukosit (termasuk pemeriksaan rutin) dan gambaran darah dan unsur-unsur lain
antara lain parasit, sel ganas, dan lainlain (Imam Budiwiyono, 1995). Sediaan apus darah
malaria menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sediaan hapus darah tipis dan sediaan
hapus darah tebal. Sediaan apus darah mempunyai kegunaan dalam bidang parasitologi dan
hematologi. (Is Suhariah Ismid dkk, 2009).
Menurut Depertemen Kesehatan RI 2007 pewarnaan giemsa mempunyai standar
pengenceran, dan setiap pengenceran mempunyai waktu pewarnaan yang berbeda-beda.
Pewarna Giemsa dengan pengenceran 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar
sediaan terlihat lebih jelas. (Kurniawan, 2010). Namun menurut hasil survey pada
laboratorium di puskesmas didaerah Banjarbaru, setiap laboratorium mempunyai standar
pengenceran giemsa yang berbedabeda sehingga terjadi banyak variasi konsentrasi Giemsa,
karena ketersediaan stock reagen giemsa dilaboratorium, maka untuk mempercepat proses
pewarnaan apusan, tidak sesuai dengan waktu setiap pengenceran.
Perbedaan komposisi pengenceran dapat mempengaruhi warna sel dan kerataan pada
hapusan darah tepi. Jika waktu pewarnaan terlalu, cepat menyebabkan apusan tidak terwarnai
dengan sempurna, begitu juga sebaliknya jika pewarnaan dilakukan terlalu lama dapat
mempengaruhi warna dan bentuk parasit, sehinga hasil pembacaan apusan untuk melihat

1
parasit malaria sulit diteggakkan (Rahmad, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas maka
peneliti tertarik mengetahui pengaruh Variasi Pengenceran Giemsa Terhadap Pewarnaan
Giemsa Plasmodium sp Pada Pemeriksaan Sediaan Darah tipis dengan variasi pengenceran
giemsa antara 5 %, 10 % dan 20 % ini perlu untuk dilakukan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur pembuatan preparat malaria?
2. Bagaimana prosedur pewarnaan dengan menggunakan pewarnaan giemsa dengan
volume yang bervariasi?
3. Apa saja ciri-ciri sediaan darah tipis dan tebal yang baik?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui prosedur kerja pembuatan preparat malaria
4. Mengetahui prosedur pewarnaan dengan menggunakan pewarnaan giemsa dengan
volume yang bervariasi
2. Memahami ciri-ciri sediaan darah tipis dan tebal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur kerja pembuatan preparat malaria


 Pra analitik
1. Persiapan Alat Dan Bahan
Persiapan alat dan bahan meliputi alat-alat yang digunakan dalam penelitian dan
mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian.
Alat :
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spuit, Mortil, Cawan vorselin, Gelas
ukur 250 ml, Botol berwarna gelap, Kertas saring, Neraca analitik, Tourniquet, Kapas
kering, Kapas alcohol, Kaca pemulas, Bak pewarnaan, Timer atau pencatat waktu,
Pipet ukur volume 1ml, Pipet tetes, Beaker glass, Pipet tetes dan mikroskop.
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Darah vena EDTA, Buffer pH 7,4,
Methanol, Minyak imersi, Giemsa stok dan Obyek glass.
2. Persiapan Pengambilan sampel
Sampel darah yang digunakan dalan penelitian ini diambil dari penderita malaria
yang dinyatakan positif (+).
 Analitik
1. Siapkan alat dan bahan yang akan diperlukan
2. Bersihkan dan keringkan kaca obyek.
3. Teteskan sampel darah (1 pada kira-kira 2 cm dari salah satu pinggirannya, atau kira-
kira ⁄ cm dari tempat menuliskan label.
4. Perhatikan besar tetesan, yang ideal untuk apusan adalah sepanjang ±3 cm.
5. Bersihkan dan keringkan kaca preparat , letakkn kaca pemulas didepan tetesan,
dengan membentuk sudut 30 - 40◦ dengan kaca obyek, kemudian geser kaca pemulas
kebelakang sehingga menyentuh tetesan.
6. Tetesan akan melebar di sepanjang pinggir kaca pemulas. Segera dorong kaca pemula
kedepan dengan cepat dan tekanan yang cukup
7. Sehingga didapatkan apusandarah yang semakin menipis keujung.

3
8. Lalu keringkan udarakan (Kiswari, 2014). Dan sistematis pembuatan apusan dapat
dilihat pada lampiran untuk lebih jelasanya.
 Pasca analitik
1. Membersihkan dan merapikan kembali meja kerja
2. Mencatat dan mendokumentasikan hasil praktikum
Komponen-komponen ini akan terlihat jelas di bawah mikroskop bila sudah diwarnai.
a. Sediaan Darah Tipis
- Sel darah merah (eritrosit) Merupakan sel darah yang terbanyak dalam SD tipis,
berbentuk bulat dan pada pewarnaan Giemsa yang baik, terlihat berwarna merah
muda keabuan. Sel darah merah tidak mempunyai inti dan jumlahnya sekitar 5
juta/μl darah.

- Sel darah putih (leukosit) Sel darah putih berjumlah 6.000-8.000/ μl darah. Sel
darah putih terdiri dari inti, sitoplasma dan membran sel. Di dalam sitoplasma
terdapat granule-granule (lihat gambar) Inti Sitoplasma (berisi granula) Membran
sel Sel darah putih

- Trombosit/Platelets Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan tidak
berinti. Jumlahnya 150 – 400 ribu/μl darah. Jika pembuatan SD tidak baik, trombosit yang
umumnya berkelompok 5-10 sel tampak menyatu dengan jumlah yang lebih besar. Pada
orang yang belum berpengalaman seringkali dianggap sebagai parasit malaria.
b. Sediaan darah tebal

4
- Pada waktu memeriksa SD tebal dengan lensa objektif 100x dan okuler 10x akan terlihat :
Sisa-sisa sel darah merah, sel darah putih, trombosit. Pada SD tebal gambaran sel darah putih
dan trombosit menyerupai SD tipis, hanya ukurannya lebih kecil.
- SD terdiri dari sejumlah besar sel darah merah (eritrosit) yang lisis dan saling menumpuk.
Bila SD tebal diwarnai Giemsa, air yang berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi
sel darah merah tersebut.
- Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah, sehingga proses ini disebut
hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat bila kita meletakkan SD tebal dalam bak pewarnaan
berisi air. Dalam waktu 1-2 menit warna merah dari hemoglobin akan lepas dari SD tebal
sehingga menjadi pucat dan jernih. Proses ini terjadi pada saat akhir pewarnaan, yang terlihat
adalah sisa eritrosit, lekosit dan trombosit.

- Morfologi Parasit malaria terdiri dari :


a) Inti/kromatin; bentuknya bulat dan berwarna merah.
b) Sitoplasma; bentuknya seperti cincin sampai bentuk yang tidak beraturan, umumnya
berwarna biru.
- Stadium Parasit Malaria Stadium parasit malaria yang dapat dilihat dalam SD sebagai berikut
:
a) Stadium Trofozoit Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, seringkali disebut
sebagai stadium cincin. Meskipun tidak selalu terlihat berbentuk cincin yang sempurna.

5
b) Stadium Skizon Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual
menjadi 2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin
jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase mulai dari parasit
dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang masing-masing
intinya disertai dengan sitoplasma

c) Stadium Gametosit Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel


kelamin jantan dan betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk
Anopheles betina. Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang
tergantung spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk
membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin betina
(makrogametosit).

2.2 Prosedur pewarnaan dengan menggunakan pewarnaan giemsa dengan volume yang
bervariasi
1. Untuk pembuatan pengenceran stock giemsa yang diperlukan dalam pewaraan adalah
sebagai berikut :
a. Pembuatan larutan Giemsa 5% untuk 20 ml : 1 ml bagian giemsa + 19 ml larutan
buffer.
b. Pembuatan larutan Giemsa 10% untuk 20 ml : 2 ml bagian giemsa + 18 ml larutan
buffer.

6
c. Pembuatan larutan Giemsa 20% untuk 20 ml : 4 ml bagian giemsa + 16 ml larutan
buffer
2. Cara pewarnaan giemsa
a. Kelompok 1 Pengenceran 5% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15
menit yang dilakukan 9 kali pengulangan.
b. Kelompok 2 Pengenceran 10% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15
menit yang dilakukan 9 kali pengulangan.
c. Kelompok 3 Pengenceran 20% yaitu : teteskan giemsa kemudian didiamakan 15
menit menit yang dilakukan 9 kali pengulangan.
d. Kemudian di bilas dengan air suling yang mengalir dengan tujuan untuk
menghilangkan semua kelebihan zat warna dan letakkan sediaan dalam sikap
vertikal dan biarkan mengering pada udara.
e. Pemeriksaan Apusan Dengan Mikroskop
- Lihat dengan perbesaran lemah ( lensa objektif 10x dan lensaokuler 10x)
untuk mendapat gambaran menyeluruh. Perlu diperhatikan apakah penyebaran
sel-sel cukup merata. Adanya mikrofilaria sudah dapat diketahui dengan
perbesaran 10 x 10.
- Penilain lebih lanjut dari sediaan apusan darah menggunakan lensa 100x
dengan minyak imersy. Meneteskan 1 tetes miyak imersi pada sediaan hausan
darah, gunakan lensa objektif 100 x 10. Setiap apusan yang diamati dan
kriteria pewarnaan sediaan apusan malaria yang baik sebagai beriukut :
1) Sel-sel eritrosit warna kontras dan jelas
2) leukosit terlihat jelas dan bersih dari partikel-partikel giemsa
3) Inti berwarna merah, jumlah inti satu atau lebih
4) Sitoplasma berwarna biru muda.
5) Pigmen dalam sitoplasma berwarna beragam.
2.3 Ciri-ciri sediaan darah tipis dan tebal yang baik
 ciri-ciri Sediaan darah tipis
1. Pada sediaan darah tipis, ada bagian yang tebal dan tipis. Jika sediaan terlalu tebal
akan menutupi sel-sel eritrosit satu sama lain sehingga mempersulit penilaian. Jika

7
sediaan terlalu tipis maka sel-sel akan kehilangan bentuk bikonkafitasnya terutama
pada daerah tepi. (Zulkoni, 2010)
2. Pada sediaan tidak seperti bendera robek terutama pada bagian ekor sediaan. Karena
pada bagian ekor eritrosit menyebar, sehingga mempermudah untuk mengetahui
bentuk parasit plasmodium serta morfologinya. Sediaan juga tidak berlobang dan
tidak terputus-putus. (Zulkoni, 2010)
 Ciri-ciri sediaan darah tebal
1. Inti sel darah putih biru lembayung tua, granula biasanya tidak tampak, hanya granula
eosinofil. Trombosit berwarna lembayung muda dan sering berkelompok. Parasit
tampak kecil, batas sitoplasma sering tidak nyata. (Irianto, 2009)
2. Titik Maurer dan titik Ziemen (P. malariae) biasanya hilang. Titik Scuffner sering
masih terlihat sebagai zona merah. Bentuk cincin sering tampak sebagai “koma”,
“tanda seru”, atau “burung terbang”, terutama pada P. falciparum. (Irianto, 2009)
3. Tropozoit yang sudah agak besar tampak pigmen. Sitoplasma P. vivax dapat terlihat
jelas seperti amuboid. Sitoplasma P. malariae mulai mengumpul disekitar inti,
schizon tampak jelas. (Irianto, 2009).

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Malaria adalah Penyakit menular yang merupakan masalah kesehatan utama
diberbagai Negara tropis, termasuk di indonesia. Badan kesehatan dunia (WHO)
memperkirakan sekitar 300-500 juta orang setiap tahun. Penemuan parasit
plasmodium yang beredar pada darah tepi hingga saat ini masih merupakan diagnosis
pasti yang tak terbantahkan. (Depkes RI, 2011).
Pemeriksaan apus darah tepi ini meliputi 2 bagian pemeriksaan yaitu pemeriksaan
hitung jumlah sel leukosit (termasuk pemeriksaan rutin) dan gambaran darah dan
unsur-unsur lain antara lain parasit, sel ganas, dan lainlain (Imam Budiwiyono, 1995).
Sediaan apus darah malaria menurut jenisnya dibagi menjadi dua yaitu sediaan hapus
darah tipis dan sediaan hapus darah tebal. Sediaan apus darah mempunyai kegunaan
dalam bidang parasitologi dan hematologi. (Is Suhariah Ismid dkk, 2009).

3.2 Saran
Bagi petugas kesehatan utamanya yang bertugas memeriksa sampel darah untuk
pemeriksan Plasmodium sp untuk memenuhi prosedur pewarnaan Giemsa pada
konsentrasi 10 % untuk hasil yang lebih akurat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hormalia, H. Haitami, Muhammad Arsyad. PENGARUH VARIASI PENGENCERAN


GIEMSA TERHADAP PEWARNAAN GIEMSA Plasmodium sp PADA PEMERIKSAAN
SEDIAAN DARAH TIPIS.

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/126/jtptunimus-gdl-trikusumaw-6257-3-babii.pdf

https://www.slideshare.net/hersu12345/buku-pedoman-teknis-pemeriksaan-parasit-malaria

10
MAKALAH PROTOZOA DAN ENTOMOLOGI
PEMBUATAN PREPARAT ENTOMOLOGI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas remidi mata kuliah protozoa dan entomologi
Dosen Pengampu : Lilik Setyowatiningsih, S.SiT., M.Si

Di susun Oleh:

Ezza Silvia Ananda (P1337434319018)

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah remidi yang PEMBUATAN PREPARAT
ENTOMOLOGI ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas remidi dari Ibu Lilik Setyowatiningsih,S.SiT., M.Si pada mata kuliah
Protozoa dan Entomologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pembuatan preparat entomologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang
saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 8 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

Kata pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II. PEMBAHASAN 2
2.1 Prosedur pembuatan sediaan preparat entomologi Pediculus humanus capitis 2
2.2 Macam-macam teknik pembuatan sediaan permanen serangga 4
2.3 Sumber kesalahan 5
BAB III. PENUTUP 6
3.1 Simpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang
disebabkan oleh arthropoda. Delapan puluh lima persen atau kira-kira spesies hewan adalah
arthropoda. (Djakaria, Sungkar. 2008). Pembuatan sediaan adalah tindakan atau proses
pembuatan maupun penyiapan suatu menjadi media, spesimen patologi maupun anatomi
yang siap dan diawetkan untuk penelitian dan pemeriksaan (W.A.New Dorland,2002 ).
Menurut Shofyatul Yumna Triyana pengertian sediaan adalah sampel spesimen yang
diletakkan atau dioleskan dipermukaan gelas objek (object glass) atau slides, dengan atau
tanpa pewarnaan, yang selanjutnya dapat diamati di bawah mikroskop. (Choyrot, 2009).
Saat ini serangga yang masih banyak menginfeksi manusia adalah Pediculus humanus
capitis atau yang sering disebut dengan kutu kepala. Ketidaklayakan sediaan permanen,
dikarenakan adanya kesalahan pada tahap pelaksanaan pembuatan preparat. Pembuatan
preparat tidak hanya melalui satu tahapan, sehingga kesalahan dalam pembuatan preparat
bisa saja terjadi, kesalahan dalam pembuatan preparat inilah yang membuat kerusakan
preparat, kerusakan meliputi preparat tidak terlihat jelas atau bagian tubuh serangga menjadi
buram, preparat menjadi tidak utuh atau ada bagian-bagian dari tubuh spesimen yang rusak
atau hilang, serta preparat tidak bertahan dalam jangka waktu yang lama. (Widiyanti, 2013).
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana prosedur pembuatan preparat entomologi Pediculus humanus capitis?
2. Apa saja teknik pembuatan sediaan permanen serangga?
3. Apa saja sumber kesalahan dalam pembuatan sediaan permanen serangga?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Dapat mengetahui prosedur pembuatan preparat entomologi Pediculus humanus capitis
2. Dapat mengetahui macam-macam teknik pembuatan sediaan permanen serangga
3. Dapat mengetahui saja sumber kesalahan dalam pembuatan sediaan permanen serangga.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prosedur pembuatan sediaan preparat entomologi Pediculus humanus capitis


 Pra analitik
1) Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan meliputi alat-alat yang digunakan dalam penelitian dan
mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian.
Alat :
Mikroskop
Bahan :
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalium hidroksida (KOH)
2) Persiapan Pengambilan sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah P. humanus capitis. P. humanus
capitis yang diguanakan dalam penelitian ini dipilih dengan kriteria ukuran tubuh
yang berukuran tidak jauh berbeda.
 Analitik
1) P. humanus capitis masing-masing direndam dalam larutan KOH dengan konsentrasi
5%, 10%, 15%, dan 20%. selama 24 jam, kemudian dibilas dengan aquadest.
2) Langkah berikutnya dimasukkan dalam larutan alkohol 30% dengan waktu
perendaman selama 15 menit dan dilakukan 3 kali pergantian larutan sehingga total
waktu yang diperlukan 45 menit untuk larutan alkohol 30%.
3) P. humanus capitis diangkat dari larutan alkohol 30% dan dilakukan penggencetan
dengan 2 object glass untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuhnya.
4) Perendaman dilanjutkan dalam larutan alkohol 50% dan 96% dengan cara yang sama
pada alkohol 30% dan dilanjutkan direndam dengan larutan alkohol absolute selama
15 menit.
5) Proses dilanjutkan dengan perendaman pada larutan xylol sebanyak 2 kali, masing
dengan lama waktu 5 menit, 15 menit, 25 menit dan 60 menit yang dilakukan untuk
seluruh variabel konsentrasi KOH.

2
6) Kemudian proses terakhir diletakkan diatas objeck glass dan diberi entellan kemudian
ditutup dengan deck glass dan dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis untuk
melakukan penilaian kualitas sediaan awetan.
7) Penilaian sediaan awetan permanen dilakukan dengan menilai kualitas sediaan
awetan P. humanus capitis. Kualitas sediaan awetan permanen meliputi kejernihan,
kualitas warna, dan keutuhan sediaan awetan permanen.
8) Untuk menilai kualitas sediaan awetan permanen pengamat memberikan rentang skor
1 - 3, skor 1 apabila kejernihan, kualitas warna dan keutuhan sediaan buruk. Skor 2
apabila kejernihan, kualitas warna dan keutuhan sediaan cukup baik, Skor 3 apabila
kejernihan, kualitas warna dan keutuhan sediaan baik Sehingga rentang skor antara 3–
6 akan diartikan sebagai kualitas sediaan yang buruk dan rentang skor 7–9 dinyatakan
sebagai sediaan baik.
 Pasca analitik
1) Membersihkan dan merapikan kembali meja kerja
2) Mencatat dan mendokumentasikan hasil praktikum
 Hasil preparat awetan P. humanus capitis yang baik meliputi kejernihan, kualitas warna,
dan keutuhan anggota tubuh P. humanus capitis.

 Morfologi tubuh yang tidak jernih dan khitin yang masih tebal dapat mengganngu
pengamatan. Apabila suatu preparat tidak jernih dan khitin masih tebal dikategorikan
sebagai preparat yang buruk.

3
 Preparat dengan hasil yang warna yang jernih dan transparan tetapi terdapat bagian tubuh
yang terlepas akan mengurangi kualitas preparat.

 Terlepasnya bagian tubuh mengakibatkan penurunan kualitas preparat, terlebih lagi


apabila preparat yang dihasilkan menunjukkan morfologi yang tidak lengkap dan tidak
jernih, akan mengganggu dalam tahap identifikasi.

2.2 Macam-macam teknik pembuatan sediaan permanen serangga


a) Penipisan
Proses penipisan yaitu serangga dimasukkan ke dalam larutan KOH 10% selama 10
jam yang bertujuan untuk untuk menipiskan lapisan eksoskeleton serangga.
b) Dehidrasi
Istilah dehidrasi disini, berarti penarikan molekul air dari dalam jaringan. Proses ini
sangat penting terutama dalam pembuatan sediaan permanen..
c) Clearing

4
Clearing berasal dari kata clear yang berarti terang, jelas atau jernih. Disebut clearing,
karena bahan kimia yang digunakan berfungsi untuk dalam proses ini kebanyakan
membuat jaringan menjadi jernih dan transparan. Pada pembuatan sediaan irisan
jaringan dengan metode parafin, proses ini merupakan perantara antara proses
dehidrasi dan proses penanaman. Tetapi juga sangat penting untuk pembuatan
sediaan-sediaan utuh (whole mount) (S. Handari Suntoro, 1983 ).
d) Mounting
Mounting merupakan perekatan jaringan pada kaca penutup dengan mempergunakan
bahan perekat (adhesive). Proses mounting ini menggunakan mounting media.
Mounting media merupakan zat yang mengisi antara sediaan dengan kaca penutup.
Zat yang dapat digunakan sebagai mounting diantaranya gliserol dan balsam kanada,
tetapi untuk preparat permanen digunakan balsam kanada.(ML Perceka, 2011).
2.3 Sumber kesalahan
Faktor kesalahan dalam pembuatan sediaan permanen ini adalah salah saat pengambilan
sampel dalam pembuatan sediaan utuh Pediculus humanus capitis, pengambilan sampel
dilakukan dengan cara mengambil Pediculus humanus capitis dari rambut langsung
menggunakan tangan, sehingga tubuh Pediculus humanus capitis akan rusak karena jepitan
jari.
Kesalahan yang kedua yaitu melakukan pemeriksaan dengan teknik yang tidak tepat,
proses mounting menjadi penting dalam pembuatan sediaan permanen karena jika tidak tepat
dalam pemberian balsam kanada dan penutupan sediaan menggunakan kaca penutup, akan
terjadi gelembung udara yang dapat mengganggu pemeriksaan. Eksoskeleton serangga antara
yang muda dan yang tua memiliki ketebalan yang berbeda, sehingga untuk pemeriksaan
eksoskleton dalam pemilihan sampel harus memperhatikan ukuran badan serangga. (Depkes,
1995).

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi, kualitas yang buruk didapatkan pada
kombinasi antara variabel waktu clearing 5 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH dan
pada variabel waktu clearing 15 menit pada konsentrasi KOH 5%. Hasil dengan kualitas baik
ditunjukkan pada variabel waktu clearing 15 menit pada konsentrasi KOH 10%, 15%, dan 20%,
serta pada variabel vaktu clearing 25 dan 60 menit pada seluruh variasi konsentrasi KOH. Hasil
kualitas yang baik disertai dengan peningkatan dan penurunan nilai skoring.

6
DAFTAR PUSTAKA

Soedarto. 2011. Buku ajar Parasitologi Kedokteran. Sagung Seto. Jakarta

Arya Iswara, Fitri Nuroini. VARIASI KONSENTRASI KOH DAN WAKTU CLEARING
TERHADAP KUALITAS PREPARAT AWETAN Pediculus humanus capitis. Universitas
Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017.

PRADIANA, 2010.(DAMANIK, ARYADI, 2011)

Anda mungkin juga menyukai