Anda di halaman 1dari 45

ANGKA KECUKUPAN DAN KEBUTUHAN ZAT GIZI

Makalah angkatan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat 

Dosen Pengampu: 
Agustina, S.K.M., M. Kes
Chahya Kharin Herbawani, S. Keb., Bd, M.K.M.
Dwi Mutia Wenny, S.K.M., MPH

Disusun oleh:
Kelas A Kelas C
Putri Regita Miolda (2010713007) Janu Dimas Saputra (2010713086)
Khairunnisa Hasan (2010713010) Muhammad Fawwaz (2010713105)
Eva Nuragustin (2010713028) Sarah Rania Annisa (2010713064)
Ega Ladiesta Pramesti                (2010713034) Tabina Naila Hana (2010713114)
Claudia Shabrina B                      (2010713038)
Kelas B Kelas D
Patricia Agustina Julis (2010713006) Annisa Silmy Amalia (2010713121)
Rhaina Al Yasin (2010713030) Bahiizza Shadrina Z (2010713128)
Javier Adhani Idris (2010713061) Febriyana (2010713145)
Dona Putri Ariningrum (2010714087) Siti Humaira Syarif (2010713146) 
Zahratun Nazihah (2010713101) Adelia Putri M (2010713150)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah memberikan
kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
rahmat-Nya, tentunya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Kami juga mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
sehat fisik maupun sehat akal dan pikiran sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah Kelompok 3 Gizi Angkatan 2020 dari mata kuliah Dasar Ilmu Gizi
Kesehatan Masyarakat dengan judul “Angka Kecukupan dan Kebutuhan Zat Gizi”. Makalah ini
dibuat berdasarkan pengetahuan kami dan juga beberapa sumber yang terdapat pada e-book dan
jurnal yang ada di internet. Kami berharap dengan pembuatan makalah ini dapat menambah
wawasan bagi para pembaca terkait angka kecukupan dan kebutuhan zat gizi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari para dosen pengampu mata kuliah Dasar Ilmu Gizi
Kesehatan Masyarakat, yaitu Ibu Agustina, S.K.M., M. Kes, Ibu Chahya Kharin Herbawani, S.
Keb., Bd, M.K.M., dan Ibu Dwi Mutia Wenny, S.K.M., MPH agar makalah ini dapat menjadi
makalah yang lebih baik. 

 
Jakarta, 23 April 2021

                                                                                                    Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................7
A. Definisi Kecukupan Gizi dan Angka Kecukupan Zat Gizi..................................................7
B. Perbedaan Kecukupan dan Kebutuhan Zat Gizi...................................................................8
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Zat Gizi dan Kebutuhan Zat Gizi...........10
D. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan..............................................................15
E. Kegunaan AKG..................................................................................................................19
F. Perhitungan Kecukupan Gizi dan Kebutuhan Gizi Setiap Individu...................................24
G. Praktik Menghitung Kebutuhan Zat Gizi Masing - Masing Mahasiswa............................37
BAB III PENUTUP......................................................................................................................41
A. Kesimpulan.........................................................................................................................41
B. Saran...................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................43

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi atau makanan diperlukan manusia untuk pemeliharaan tubuh termasuk
pertumbuhan dan pergantian jaringan yang rusak akibat kerja atau kegiatan fisik. Keadaan
gizi dikatakan baik atau normal apabila terdapat keseimbangan antara kebutuhan hidup
terhadap zat-zat gizi dengan makanan yang dikonsumsi, maksudnya jumlah energi dan zat
gizi yang dikonsumsi tubuh sama dengan yang dibutuhkan oleh tubuh serta sama dengan
energi yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan tingkat kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan
mental. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi zat gizi pada
masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002). Faktor yang secara langsung
mempengaruhi status gizi adalah asupan makan dan penyakit infeksi. Berbagai faktor yang
melatarbelakangi kedua faktor tersebut misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan
pengetahuan tentang gizi anak tersebut (Suhardjo, 2003).
Menurut WHO (2005) penyebab masalah gizi dikarenakan kurangnya mengkonsumsi
bahan pangan, faktor gaya hidup, dan penyakit infeksi. Saat ini banyak anak-anak hingga
orang dewasa lebih banyak mengonsumsi makanan dari luar rumah. Gaya hidup saat ini
sangat mempengaruhi pola asupan gizi anak dan gaya hidup tersebut paling banyak terjadi
pada kalangan remaja, dimana remaja memiliki pandangan tersendiri terhadap makanan yang
akan dimakan untuk mencapai tubuh yang sesuai keinginannya. Banyak remaja putri yang
melakukan diet ketat sehingga mengakibatkan para remaja kurang mendapatkan makanan
yang bergizi dan seimbang. Kemenkes (2016) mengatakan salah satu faktor lain yang
menyebabkan masalah gizi adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus
dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak
kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau
tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.
Barazi (2007) mengatakan bahwa jika terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan
keluaran energi maka akan mengakibatkan pertambahan berat badan atau pengurangan berat

4
badan, sehingga terjadi perubahan bentuk tubuh yang awalnya gemuk menjadi kurus atau
sebaliknya. Asupan zat gizi yang cukup dan seimbang dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Fissilmi, 2018).
Gizi seimbang yang dikenal di Indonesia yaitu empat sehat lima sempurna. Namun,
saat ini konsep tersebut dianggap tidak lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi gizi. Sebagai gantinya digantikan dengan konsep pedoman gizi seimbang
(PGS). Pedoman gizi seimbang memiliki prinsip bahwa tiap golongan usia, jenis kelamin,
aktivitas fisik, dan kesehatan memerlukan gizi yang berbeda sesuai dengan kondisi masing-
masing kelompok (Setyawati dan Hartini, 2018:1). Oleh karena itu untuk memenuhi prinsip
pedoman gizi seimbang tersebut maka diperlukannya angka kecukupan gizi atau yang biasa
dikenal dengan AKG. Angka kecukupan gizi diperlukan untuk mencegah kekurangan atau
defisiensi gizi. Defisiensi gizi khususnya energi dan protein, pada tahap awal akan
menimbulkan rasa lapar dalam jangka waktu tertentu berat badan akan menurun sehingga
dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja. Apabila defisiensi gizi berlanjut maka
akan menyebabkan gizi buruk dan status gizi kurang dan pada akhirnya tubuh akan mudah
terserang penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian (Shinta, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kecukupan zat gizi?
2. Apa perbedaan kecukupan dan kebutuhan zat gizi?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi?
4. Berapa Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan?
5. Apa kegunaan AKG?
6. Bagaimana perhitungan kecukupan gizi dan kebutuhan gizi setiap individu?
7. Bagaimana praktik menghitung kebutuhan zat gizi masing-masing mahasiswa?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari kecukupan zat gizi
2. Mengetahui perbedaan antara kecukupan dan kebutuhan zat gizi
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan zat gizi dan kebutuhan zat gizi
4. Mengetahui Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan

5
5. Mengetahui kegunaan AKG
6. Mengetahui bagaimana perhitungan kecukupan gizi dan kebutuhan gizi setiap individu
7. Mengetahui bagaimana praktik menghitung kebutuhan zat gizi masing-masing
mahasiswa

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kecukupan Gizi dan Angka Kecukupan Zat Gizi


Kecukupan gizi didefinisikan sebagai rata-rata asupan gizi harian yang dapat
memenuhi kebutuhan gizi bagi hampir semua orang sehat yang berada dalam kelompok usia,
jenis kelamin, aktivitas dan fisiologis tertentu. Pada dasarnya di Indonesia kecukupan zat gizi
masih menggunakan standar makro yang berupa kecukupan kalori dan protein, sedangkan
standar mikro meliputi kecukupan vitamin dan mineral. (Almatsier, 2009).
Adapun dalam jurnal gizi yang ditulis oleh Itandehui et all (2014) menjelaskan bahwa
kecukupan gizi merupakan asupan nutrisi penting yang cukup yang diperlukan untuk
memenuhi persyaratan gizi guna mencapai kesehatan yang optimal. Secara rinci kecukupan
zat gizi dapat diketahui dari perbandingan antara kebutuhan nutrisi dan asupan gizi individu
atau populasi tertentu, kecukupan gizi individu atau populasi tidak dapat diketahui secara
pasti karena hal tersebut didasarkan pada probabilitas kecukupan (Itandehui et all, 2014).
Angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat
gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang yang masih dalam
kondisi sehat. Zat gizi yang harus dicukupi oleh manusia normal yaitu energi, protein, lemak,
karbohidrat, serat, air, vitamin, dan mineral (Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia, 2019).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi
hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas
untuk mencegah terjadinya defisiensi gizi (Muhilal,dkk,1998).
Angka kecukupan gizi setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, usia,
tingkat aktivitas fisik, hingga kondisi fisiologisnya. Namun, pemerintah sudah memetakan
rata-rata AKG bagi orang Indonesia lewat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI
Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia. Angka kecukupan gizi rata-rata yang ditetapkan pemerintah untuk masyarakat
Indonesia sebesar 2100 kal/org/hari tingkat konsumsi. Sedangkan protein rata-rata yang telah
ditetapkan di Indonesia yaitu 57 gr/org/hari tingkat konsumsi.

7
Menurut Sunita Almatsier (2002: 3) zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan
tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun sel-sel yang mati
atau rusak, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk
mempertahan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh, serta menghasilkan
tenaga. Pada perkembangan sekarang, kata gizi mempunyai pengertian yang luas di samping
untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi seseorang, karena gizi berkaitan dengan
potensi seseorang yaitu gizi berkaitan dengan potensi otak, kemampuan belajar dan
produktivitas kerja, oleh karena itu, di Indonesia faktor gizi penting dalam pembangunan,
khususnya dalam pengembangan sumber daya manusia. Terpenuhinya kebutuhan gizi
seimbang sangat penting bagi tubuh manusia, karena kekurangan asupan gizi akan
menimbulkan efek negatif bagi tubuh kita, seperti diungkapkan oleh Marsetyo (1995: 2)
bahwa kekurangan gizi akan berakibat: (1) pertumbuhan dan perkembangan kurang normal,
dan (2) kelesuan, tidak bergairah melakukan kegiatan sehari hari.
Jadi dapat disimpulkan bahwa AKG adalah suatu nilai rata-rata dari zat gizi yang
harus dipenuhi oleh seluruh manusia agar tidak terjadi adanya dampak karena kekurangan zat
gizi. Zat gizi yang harus dipenuhi ini berupa karbohidrat, protein, lemak, dan mineral penting
lainnya. Pemenuhan AKG bagi setiap manusia berbeda-beda menyesuaikan karakteristik dari
tiap manusia itu sendiri. Banyak dampak yang terjadi karena kekurangan zat gizi yang
tentunya sangat merugikan tubuh manusia. Dampak tidak terpenuhinya zat gizi dapat
membuat seseorang tidak dapat melakukan aktivitas kesehariannya dengan tidak baik.

B. Perbedaan Kecukupan dan Kebutuhan Zat Gizi


Kebutuhan Gizi merupakan jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang untuk hidup
sehat. Sedangkan kecukupan gizi adalah jumlah zat gizi yang diperlukan seseorang atau rata-
rata kelompok orang agar hampir semua orang (97.5% populasi) dapat hidup sehat. Untuk
mengukur kecukupan gizi bisa melalui AKG. AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan
kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang
dengan karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan
kondisi fisiologis, untuk hidup sehat (Auliana, 2020).

8
Banyak dari kita yang menganggap bahwa Angka Kecukupan Gizi dan Angka
Kebutuhan Gizi adalah sama, namun pada kenyataannya terdapat beberapa perbedaan yang
membedakan keduanya, Adapun perbedaan antara Angka Kecukupan Gizi dengan Angka
Kebutuhan Gizi menurut Izzatul (2013) diantaranya:

Angka Kecukupan Gizi Angka Kebutuhan Gizi

Angka Kecukupan Gizi merupakan Angka Kebutuhan Gizi adalah besarnya gizi
besarnya zat gizi yang diperlukan dalam yang diperlukan oleh tubuh seorang individu
suatu populasi agar populasi tersebut dapat untuk hisup sehat dan produktif.
hidup sehat.

Sudut pandang yang digunakan Sudut pandang yang digunakan berorientasi


berorientasi kepada populasi. kepada individu.

Angka Kecukupan Gizi biasanya Angka Kebutuhan Gizi digunakan untuk


digunakan untuk mengoreksi kandungan menentukan kandungan gizi dari suatu menu
gizi suatu menu dengan kebutuhan setiap yang direkomendasikan pada orang tertentu.
individu.

Angka Kecukupan Gizi dapat digunakan Angka Kebutuhan Gizi dapat digunakan
untuk menentukan angka kebutuhan gizi untuk menentukan angka kecukupan gizi
yang dengan rinci. dengan menggunakan tabel AKG.

Adapun Faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang
harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yaitu :
1. Pertumbuhan
a. Ditandai dengan bertambahnya materi penyusun tubuh
b. Dimulai dari kandungan sampai usia dewasa muda
c. Zat-zat gizi esensial dibutuhkan banyak ketika masa bayi dan kanak-kanak
2. Umur
a. Semakin tua maka kebutuhan energi dan zat gizi lain semakin menurun
b. Pada usia produktif energi diperlukan banyak untuk aktivitas fisik yang bertambah
c. Pada usia lanjut energi tidak lagi untuk aktivitas tetapi hanya untuk pemeliharaan
sehingga kebutuhan turun (mencapai 20%)

9
3. Jenis kegiatan fisik dan ukuran tubuh
a. Semakin banyak aktivitas fisik maka energi yang dibutuhkan juga semakin banyak,
contoh : olahragawan
b. Dengan aktivitas fisik yang sama, orang yang berbadan besar membutuhkan energi
lebih banyak daripada orang yang berbadan kecil
4. Keadaan sakit dan penyembuhan
a. Pada kondisi sakit (infeksi, demam, dll) akan terjadi perombakan protein tubuh, oleh
karena itu diperlukan protein untuk menggantikan protein yang rusak tersebut
b. Pada kondisi tersebut maka konsumsi protein harus ditingkatkan, termasuk juga zat
gizi lain agar sakitnya cepat sembuh

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecukupan Zat Gizi dan Kebutuhan Zat Gizi
1. Faktor yang Mempengaruhi Secara Langsung
a. Usia
1) Anak-anak dan remaja membutuhkan kalori yang lebih banyak karena untuk
pertumbuhan
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak maka diperlukan
asupan kalori yang cukup dan seimbang. Selain itu anak-anak memiliki daya
tahan tubuh yang rawan penyakit sehingga asupan nutrisi harus tercukupi dengan
benar. Kemudian saat memasuki usia remaja maka akan semakin meningkat
kebutuhan kalori yang dibutuhkan karena banyaknya aktivitas fisik yang
dilakukan (Gunawan, 2018).
2) Semakin bertambah usia maka kebutuhan energi dan zat gizi semakin berkurang
Semakin bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan aktivitas fisik
sehingga terjadi perubahan asupan kalori pada usia lanjut. Hal tersebut
dikarenakan berkurangnya sistem pemeliharaan dan sel-sel metabolisme terkait
pencernaannya, sehingga tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas dapat
berkurang (Hs & Hs, 2012).
3) Pada usia lanjut laju metabolisme berkurang sehingga kebutuhan zat gizi
berkurang dan hanya digunakan untuk pemeliharaan tubuh

10
Seiring bertambahnya usia, maka akan menimbulkan beberapa perubahan dan
perubahan tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik seseorang dari aspek
psikologis, fisiologis dan lainnya. Kondisi tersebut dapat juga mempengaruhi
fungsi organ tubuh yang berperan penting dalam menciptakan dan
mempertahankan kesehatan yang prima khususnya berkaitan dengan makanan dan
pencernaannya. Sehingga seseorang yang sudah memasuki usia lanjut laju
metabolisme berkurang yang dikarenakan dengan berbagai aktivitas fisik sehingga
nafsu makan mereka cenderung menurun (Hs & Hs, 2012).
b. Jenis Kelamin
1) Laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan energi dan zat gizi yang berbeda
Laki-laki umumnya membutuhkan kalori yang lebih banyak daripada
perempuan. Hal tersebut dikarenakan laki-laki secara fisiologis memiliki lebih
banyak otot dan juga lebih banyak melakukan aktivitas (Wahyuningsih, 2017).
2) Laki-laki membutuhkan zat gizi yang lebih besar daripada perempuan
Laki-laki cenderung membutuhkan kalori yang lebih banyak dikarenakan
untuk membantu proses metabolisme. Laki-laki memiliki aktivitas fisik yang
tinggi dan tubuh pria lebih berat dibandingkan perempuan, begitu pula dalam
ukuran tinggi badan. Oleh sebab itu, laki-laki membutuhkan asupan kalori lebih
banyak dibandingkan dengan perempuan (Hs & Hs, 2012).
3) Laki-laki memiliki massa otot yang lebih banyak sedangkan perempuan lebih
banyak massa lemak sehingga kecukupan dan kebutuhan gizi nya akan berbeda
Pada masa akhir usia remaja, terdapat perubahan pada struktur otot. Otot laki-
laki memiliki lebih sedikit lemak, sehingga kemampuan otot laki-laki lebih besar
dibandingkan perempuan. Bertambahnya massa otot laki-laki pada masa pubertas
dikarenakan ada pertambahan sekresi hormon testosteron (WIJAYA, 2018).
c. Aktivitas
1) Semakin tinggi aktivitas seseorang maka semakin tinggi pula kebutuhan energinya.
Aktivitas fisik merupakan pergerakan pada anggota tubuh yang menghasilkan
tenaga yang sangat penting untuk kesehatan dan dapat mempengaruhi asupan gizi
setiap orang. Setiap aktivitas memerlukan energi yang berbeda-beda sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan. Aktivitas yang lebih ringan membutuhkan energi

11
yang lebih sedikit dibandingkan dengan aktivitas yang lebih berat (Hs & Hs,
2012).
2) Besarnya kebutuhan kalori seseorang tergantung dengan banyaknya kekuatan otot
yang digunakan serta lamanya penggunaan otot-otot tersebut
Semakin besar kekuatan otot yang digunakan serta lamanya penggunaan otot
tersebut, maka diperlukan konsumsi protein yang lebih tinggi dari normal karena
harus mengganti dan membentuk jaringan baru yang lebih banyak daripada dalam
keadaan tidak melakukan aktivitas atau melakukan aktivitas ringan, hal tersebut
untuk mempertahankan tubuh agar dapat bekerja secara normal (Wahyuningsih,
2017).
3) Banyaknya kalori yang dibutuhkan disesuaikan dengan aktivitas yang dilakukan
karena untuk mempertahankan tubuh supaya dapat bekerja secara normal
Pekerja berat akan membutuhkan kalori dan protein yang lebih besar daripada
dengan mereka yang bekerja secara ringan atau sedang. Jika seseorang yang
memiliki aktivitas berat tetapi ia mengonsumsi kalori dalam jumlah sedikit, maka
itu akan berdampak kepada kondisi kesehatan dan aktivitas yang dilakukannya
(Wahyuningsih, 2017).
d. Ukuran Tubuh
1) Semakin besar tubuh maka kebutuhan kalorinya akan besar pula
Untuk mengukur kebutuhan gizi dan energi seseorang dapat dilakukan
dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan, yaitu dengan mencari berat
badan normal terlebih dahulu. Setelah diketahui berat badan normal yang sesuai,
maka kita dapat mencari berapa kebutuhan gizi dan energi yang dibutuhkan
karena setiap individu dapat berbeda kebutuhannya, semakin tinggi berat badan
dan tinggi badan maka kebutuhan yang diperlukan semakin tinggi pula (Nugraini,
2013).
2) Jika melakukan aktivitas yang sama antara seseorang yang berbadan kurus dengan
berbadan gemuk maka kalori dan energi yang dibutuhkan akan berbeda
Untuk mengetahui kebutuhan kalori dan energi individu maka dapat dengan
mempelajari tabel angka kecukupan gizi yang dianjurkan yang disesuaikan
dengan ukuran tubuh dan umur masing-masing karena setiap individu memiliki

12
kebutuhan yang berbeda-beda walaupun dengan melakukan aktivitas yang sama
(Nugraini, 2013).
e. Kondisi Tubuh
1) Pada wanita hamil dan seseorang yang baru sembuh dari suatu penyakit maka
dibutuhkan kalori dan zat gizi yang lebih banyak
Penambahan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel/jaringan
tubuh yang telah rusak selama sakit. Begitu pula pada wanita hamil dan menyusui
akan membutuhkan zat gizi yang lebih banyak daripada keadaan seperti biasa
(Wahyuningsih, 2017).
2) Seseorang yang sehat dengan seseorang yang sedang sakit atau memiliki riwayat
penyakit akan membutuhkan zat gizi yang berbeda
Kebutuhan energi dan gizi orang yang sehat dengan orang yang terdapat
riwayat obesitas, diabetes, penyakit ginjal, dan penyakit lainnya tentu memerlukan
kebutuhan yang berbeda sesuai dengan kondisi tubuh orang tersebut (Ii &
Keperawatan, 1989).
3) Pada kondisi sakit akan terjadi perombakan protein, oleh karena itu diperlukan
protein yang lebih untuk menggantikan protein yang rusak tersebut
Protein dicerna oleh tubuh untuk membedakan asam amino agar dapat
didistribusikan ke seluruh organ tubuh. Asam amino merupakan produk akhir dari
perombakan protein. Dalam keadaan sakit proses perombakan tetap berlangsung,
sehingga dibutuhkan asupan protein dan nutrisi lainnya agar kondisi tubuh kembali
normal dan untuk memperbaiki jaringan/sel tubuh yang rusak selama sakit
(Dinanda, Okta Ihromi Tanjung and Tjarono, Sari and Lastmi, 2013).
f. Kondisi Lingkungan
Saat musim penghujan akan membutuhkan kalori yang lebih banyak
dibandingkan dengan saat musim panas. Saat musim dingin dibutuhkan kalori yang
lebih banyak karena untuk mempertahankan suhu tubuh (Ii & Keperawatan, 1989).
2. Faktor yang Mempengaruhi Secara Tidak Langsung
a. Tingkat ekonomi
Seberapa mampunya kita untuk membeli bahan-bahan makanan yang bergizi dan
mencukupi kebutuhan sehari-hari kita. Terkadang kita bisa membeli bahan makanan

13
atau kita memiliki suatu usaha yang menghasilkan bahan makanan. Namun, karena
permasalahan hal lain kita tidak menggunakan kesempatan itu. Seperti pada para
petani yang sebenarnya ia bisa menggunakan hasil tani nya untuk mencukupi gizinya
namun nyatanya semua hasil tani tersebut dijual.
b. Pendidikan
Kecukupan gizi dalam suatu rumah tangga bisa terwujud jika baik bapak atau pun
ibu rumah tanggga memeliki pendidikan gizi yang cukup dan saling bekerja sama. Hal
ini sangat berpengaruh terlebih pada pengetahuan ibu. Tingginya pendidikan gizi yang
dimiliki ibu membuat suatu keluarga dapat menciptakan kondisi gizi ideal dalam
keluarga tersebut. Kondisi ideal tersebut tentang bagaimana segala kecukupan
karbohidrat, protein, vitamin, lemak, dan lainnya menjadi tercukupi. Baik dalam hal
variasinya atau dalam hal pengolahan dan penyajian bahan makanan gizi tersebut.
c. Pola makan
Pengaturan seperti seberapa banyak jumlah dan jenis makanan atau seberapa
sering frekuensi yang kita punya dalam memakan sesuatu menjadi satu faktor yang
mempengaruhi kecukupan zat gizi. Perhitungan kecukupan gizi dilihat dari jumlah
konsumsi dan kualitas dari sembilan zat gizi yang harus dikonsumsi selama satu hari.
Baik itu konsumsi makanan berat ataupun saat makan cemilan.
d. Jumlah anggota keluarga
Masuk dalam faktor yang tidak mempengaruhi langsung tingkat kecukupan gizi.
Jumlah anggota dengan angka kecukupan gizi berbanding terbalik. Jadi, jika suatu
keluarga memiliki penambahan anggota keluarga maka akan terjadi penurunan angka
kecukupan gizi keluarga tersebut. Walau tidak secara langsung namun beberapa teori
menjelaskan bahwa kondisi ini dapat meningkatkan status malnutrisi.

D. Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang Dianjurkan


Untuk menetapkan status gizi seseorang diperlukan pengukuran untuk menilai
berbagai tingkatan apakah suatu masyarakat mengalami kekurangan gizi atau tidak. Angka
Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan yaitu suatu kecukupan rata-rata zat gizi yang
dikonsumsi setiap hari oleh seseorang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh,
dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Menteri Kesehatan Republik

14
Indonesia, 2019). Dalam menghitung kecukupan gizi yang dianjurkan umumnya sudah
diperhitungkan faktor keberagaman terhadap kebutuhan individu sehingga AKG merupakan
nilai rata-rata yang dicapai penduduk dengan indikator yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Kerawanan atau kecukupan pangan gizi dapat diukur dari persentase Angka
Kecukupan Gizi yang terdiri dari persentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Energi (AKE)
persentase Angka Kecukupan Gizi terhadap Protein (AKP), persentase Angka Kecukupan
Gizi terhadap lemak (AKL) dan Angka Kecukupan Gizi terhadap unsur-unsur mikro
(AKMikro). Persentase AKE merupakan pembagian dari AKE aktual dibagi dengan AKE
normative dikali 100, sedangkan persentase AKP merupakan pembagian dari AKP aktual
dibagi AKP normatif dikali 100. Dikatakan rawan gizi apabila persentase AKE dan AKP
kurang dari 75 %. AKG normatif diperoleh dari Widyakarya Pangan dan Gizi tahun 2004,
angka tersebut direkomendasikan agar seseorang dapat hidup sehat dan dapat aktif
menjalankan aktivitas sehari-hari secara produktif. Karena di dalam makanan terkandung zat
gizi (karbohidrat, lemak dan protein) untuk memenuhi trifungsi makanan yaitu sebagai
penghasil energi, pembangun/pertumbuhan, dan pengatur/pemelihara. Sedangkan untuk
AKL, angka lemak aktual dihitung 15 % dari energi yang diserap oleh responden, kemudian
AKL aktual dibagi dengan AKL normatif (dengan melihat lampiran AKG normatif) (Shinta,
2010).
1. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang
Dianjurkan (Per Orang Per Hari)

Gambar
Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan (per orang per hari)

15
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019

● Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-5 bulan bersumber dari pemberian ASI Eksklusif
● Energi untuk aktivitas fisik dihitung menggunakan faktor aktivitas fisik untuk masing-masing kelompok
umur yaitu 1.1 bagi anak hingga umur 1 tahun, 1.14 bagi anak 1-3 tahun, dan 1.26 bagi anak dan dewasa
4-64 tahun, serta 1,12 bagi usia lanjut

16
2. Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan (Per Orang Per Hari)

Gambar
Angka Kecukupan Vitamin yang Dianjurkan (per orang per hari)

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019

● Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-5 bulan bersumber dari pemberian ASI Eksklusif

17
3. Angka Kecukupan Mineral yang Dianjurkan (per orang per hari)

Gambar
Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan (per orang per hari)

Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019

18
● Pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-5 bulan bersumber dari pemberian ASI Eksklusif
● Diasumsikan 75% besi adalah dari sumber besi heme. Buah, sayuran, dan makanan yang difortifikasi
besi adalah sumber besi non-heme, daging dan unggas adalah sumber besi heme;
● Diasumsikan sumber seng berasal dari sumber dengan bioavailability tinggi dan sedang (IOM, 2001 dan
2006)

E. Kegunaan AKG
AKG berguna untuk mengetahui kecukupan energi dan zat-zat gizi individu maupun
kelompok. Data kecukupan tersebut nantinya akan digunakan ketika menyusun menu makan
yang seimbang bagi individu dan kelompok umur dalam keadaan sehat (Nugraini, 2013).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, kegunaan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebagai acuan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan
untuk:
1. Menghitung kecukupan gizi penduduk di daerah
Prinsip dan tata cara penentuan rata-rata AKG dari penduduk di suatu daerah
dilakukan dengan:
a. Menghitung persentase penduduk menurut jenis kelamin dan umur sesuai dengan
pengelompokkan pada tabel AKG.
b. Mengalikan nilai AKG pada tiap kelompok umur dan jenis kelamin, dengan
persentase penduduk di suatu daerah pada kelompok umur dan jenis kelamin yang
sesuai.
c. Hasil dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan ke bawah untuk setiap zat gizi,
kemudian dibagi 100.
d. Maka didapatkan rerata AKG (misal AKE dan AKP) penduduk di daerah tersebut.
2. Menyusun pedoman konsumsi pangan
Konsumsi pangan penduduk Indonesia diarahkan untuk mengacu pada Pedoman
Umum Gizi Seimbang, yaitu dengan cara:
a. Menggunakan AKG per kelompok umur sesuai pengelompokkan umur pada
pedoman gizi seimbang.
b. Menerjemahkan jumlah energi dan zat gizi menggunakan Tabel Komposisi Pangan
Indonesia (TKPI) menjadi kuantitas pangan dalam satuan gram pangan untuk setiap
kelompok pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan air).

19
c. Menerjemahkan kuantitas gram masing-masing kelompok pangan menjadi satuan
porsi atau Ukuran Rumah Tangga (URT).
d. Prinsip ini bisa dilakukan untuk setiap kelompok umur dengan pembagian porsi
sebagaimana contoh menu “isi piringku” pada Pedoman Umum Gizi Seimbang.
3. Menilai konsumsi pangan pada penduduk dengan karakteristik tertentu
Konsumsi pangan suatu penduduk menunjukkan tingkat asupan energi, protein,
vitamin, dan mineral yang dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan tingkat
gizi masyarakat dan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian,
kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi. Penilaian konsumsi pangan pada
penduduk dengan karakteristik tertentu dilakukan dengan:
a. Menetapkan kelompok penduduk yang akan dinilai misal berdasarkan umur, jenis
kelamin atau status fisiologis tertentu.
b. Menghitung kandungan energi dan zat gizi dari pangan yang dikonsumsi
menggunakan TKPI.
c. Menghitung rata-rata asupan energi dan zat gizi pada kelompok tersebut.
d. Nilai rata-rata asupan tersebut dibandingkan dengan AKG pada kelompok umur dan
jenis kelamin yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase untuk mengetahui tingkat
asupan gizi.
4. Menghitung kebutuhan pangan bergizi pada penyelenggaraan makanan institusi
Pedoman ini dapat digunakan untuk penilaian asupan gizi, pengadaan makanan,
perencanaan makanan, pengaturan tingkat gizi karakteristik dan kelompok sasaran.
Pedoman AKG ini digunakan untuk institusi sekolah, tempat kerja, asrama, pesantren,
panti, pusat pemasyarakatan, dan pelayanan haji. Gizi institusi adalah kecukupan gizi
didasarkan pada hitungan dengan memperhatikan angka kecukupan gizi, aktivitas tubuh,
umur, penyakit, dan jenis kelamin. Penyelenggaraan makanan institusi dapat berupa
pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari atau sebagian kebutuhan harian
seperti sarapan, makan siang, makan malam, atau kudapan. 
a. Menetapkan kelompok sasaran sesuai pengelompokan umur dan jenis kelamin dalam
tabel AKG.
b. Menggunakan AKG pada kelompok tersebut untuk merencanakan kebutuhan
konsumsi pangan.

20
c. Menerjemahkan hasil perhitungan kebutuhan gizi menjadi kuantitas (gram) dan porsi
makanan (prioritas pada energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, zat
besi, dan zink) sesuai kelompok pangan berdasarkan gizi seimbang dalam kualitas
dan kuantitas.
d. Menghitung kebutuhan jumlah makanan untuk seluruh sasaran di institusi tersebut
(termasuk penambahan 10%).
Adapun penggunaan AKG untuk menghitung kebutuhan pangan bergizi pada
penyelenggaraan makanan institusi khusus seperti militer dan kepolisian didasarkan pada
hitungan yang lebih spesifik diantaranya memperhatikan AKG, aktivitas tubuh, usia, suhu
lingkungan, penyakit, jenis kelamin, dan sifat penugasan. Pedoman ini dapat digunakan
untuk penilaian asupan gizi kelompok, pengadaan dan perencanaan makanan, pengaturan
tingkat gizi ransum militer, serta distribusi dan pengembangan materi pendidikan gizi
untuk personil militer dan kepolisian. 
5. Menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi darurat
Dalam situasi bencana, upaya penanganan gizi dimulai sejak sebelum terjadinya
bencana (pra bencana), pada saat tanggap darurat bencana, dan pasca bencana. Tahap awal
pemberian makanan bertujuan agar pengungsi tidak lapar dan dapat mempertahankan serta
memperbaiki status gizi, dan menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai
permasalahan yang ditemukan. Melalui pendekatan kluster, gizi merupakan salah satu
subkluster yang berada di bawah kesehatan. Tujuannya adalah untuk menyediakan
makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizi, berkualitas baik (higienis, aman, layak),
pelayanan yang memadai, serta dapat didistribusikan dalam waktu yang cepat dan tepat.
Selain memenuhi syarat gizi, penyusunan menu makanan juga harus mempertimbangkan
jenis makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat di wilayah bencana.
6. Menetapkan Acuan Label Gizi (ALG)
Acuan Label Gizi digunakan sebagai pedoman dalam pencantuman Informasi Nilai
Gizi (ING) pada label produk pangan olahan. Penentuan ALG mempertimbangkann faktor
spesifik seperti pengklasifikasian berdasarkan kelompok umur tertentu, kondisi fisiologis,
ukuran tubuh, dan aktivitas tubuh. Penggunaan kelompok umur yang lebih sederhana
memudahkan masyarakat dalam memahami ING yang tercantum dalam label produk
pangan olahan, memudahkan produsen pangan olahan dalam memberikan keterangan zat

21
gizi produk, serta memudahkan institusi yang berwenang dalam melakukan pengawasan
kesesuaian kandungan gizi produk pangan dengan kebutuhan gizi masyarakat.
7. Mengembangkan indeks mutu konsumsi pangan
Berbagai cara telah dikembangkan dalam penilaian mutu konsumsi pangan secara
sederhana dengan berbagai istilah seperti indeks makan sehat (helthty eating index),
indeks gizi seimbang (balance diet index), indeks keragaman konsumsi pangan (food
diversity index), dan skor pola pangan harapan (desirable dietary patern score). Di
Indonesia telah dikembangkan melalui berbagai penelitian tentang indeks makan sehat dan
indeks gizi seimbang, serta skor pola pangan harapan. Pengelompokan pangan pada
indeks ini didasarkan pada pengelompokan pangan di dalam pedoman gizi pada umumnya
yaitu makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan/atau minuman terutama
susu.
8. Mengembangkan produk pangan olahan
Pengembangan produk pangan olahan adalah proses menciptakan atau memodifikasi
produk menjadi makanan baru. Proses ini merupakan serangkaian tahapan yang kompleks
membutuhkan pengetahuan, bahan, mutu, keamanan, teknik proses, kemasan,
peraturan/regulasi, kebutuhan, dan kesukaan konsumen. Jenis produk pangan olahan
sesuai kategori pangan. Tujuan pengembangan produk pangan olahan adalah untuk
meningkatkan mutu produk sesuai permintaan konsumen dan regulasi, dalam rangka
meningkatkan daya saing, keuntungan dan perbaikan gizi, serta kesehatan masyarakat
a. Penetapan target konsumen. Misalnya untuk umum, bayi, batita, ibu hamil, atau ibu
menyusui dan permasalahan gizinya.
b. Penetapan bahan pangan dan komposisi yang akan digunakan, dengan memenuhi
persyaratan keamanan pangan.
c. Penetapan zat gizi yang diunggulkan pada produk pangan olahan dan persyaratan
pelabelan pangan olahan yang dikembangkan, misalnya terkait dengan permasalahan
gizi atau terkait dengan peningkatan mutu gizi dari produk pangan olahan yang akan
dikembangkan.
d. Penggunaan AKG untuk kelompok sasaran produk pangan olahan yang sesuai.

22
e. Pemilihan bahan pangan atau senyawa zat gizi dengan mempertimbangkan tujuan,
ketersediaan teknologi, interaksi antar zat gizi, bioavailabilitas, dan nilai
sensorik/organoleptik produk yang akan dihasilkan.
9. Menentukan garis kemiskinan
Garis Kemiskinan adalah nilai batas minimum pendapatan seseorang untuk
memenuhi standar hidup minimum di suatu negara atau daerah, yang dinyatakan dalam
nilai uang per kapita per bulan. Ada banyak teori tentang penetapan garis kemiskinan. Di
Indonesia, garis kemiskinan resmi yang digunakan pemerintah adalah Garis Kemiskinan
Badan Pusat Statistik. Nilai ini mencakup pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan hidup
minimum yang terdiri dari Belanja Pangan minimum (BP) dan Belanja Selain Pangan
minimum (BSP). Dengan asumsi bila pangan yang dikonsumsi memenuhi keragaman
makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan minuman maka pemenuhan kecukupan
energi dari susunan pangan tersebut juga akan memenuhi kebutuhan zat gizi lainnya.
10. Menentukan besaran biaya minimal untuk pangan bergizi dalam program jaminan sosial
pangan
Bantuan sosial pangan merupakan salah satu bagian dari bantuan sosial untuk
penduduk yang berupa pemberian bantuan pangan. Secara umum, bantuan sosial bertujuan
untuk penanggulangan kemiskinan dan penurunan ketimpangan bagi rumah tangga miskin
dan rentan. Bantuan sosial pangan dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian
secara penuh atau sebagian, tergantung pada tingkat kekurangan gizi yang dialami
kelompok sasaran. Saat ini telah diperkenalkan konsep Cost of the Diet (CotD) yang dapat
dimanfaatkan untuk menghitung kombinasi pangan lokal dalam jumlah yang memenuhi
rata-rata kebutuhan energi, protein, lemak dan zat gizi mikro pada satu atau lebih individu
dengan harga terendah yang dapat dijangkau. Metode ini memungkinkan untuk
memperkirakan harga dan daya beli bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya, sehingga dapat dipergunakan untuk menghitung bantuan tunai
minimum yang harus diberikan agar penerima manfaat dapat memenuhi kebutuhan energi
dan zat gizi lainnya.
11. Menentukan upah minimum
Upah adalah imbalan yang diberikan kepada orang yang bekerja bagi lembaga atau
yang memberikan upah dan merupakan hak pekerja. Undang-Undang Nomor 13 Tahun

23
2003 tentang Ketenagakerjaan melindungi hak setiap pekerja memperoleh penghasilan
untuk penghidupan yang layak, sehingga pemerintah menetapkan Upah Minimum (UM)
yang didasarkan pada kebutuhan hidup layak di setiap daerah. Upah minimum bisa terbagi
berdasarkan wilayah atau regional (kota/kabupaten atau provinsi) dan upah minimum
berdasarkan sektor di setiap wilayah. Penetapan BP dalam upah minimum didasarkan
pada kecukupan gizi, terutama kecukupan energi pekerja dengan komoditas pangan yang
beragam memenuhi prinsip gizi seimbang. 

Kegunaan lain dari AKG diantaranya adalah untuk penelitian gizi di masyarakat yang
bukan pendekatan individual, pengembangan program-program komputer untuk analisis
makanan secara umum, dan penetapan kebijakan pemerintah lainnya.

F. Perhitungan Kecukupan Gizi dan Kebutuhan Gizi Setiap Individu


Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia yang selanjutnya
disingkat AKG adalah suatu nilai yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu
yang harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan karakteristik tertentu yang
meliputi umur, jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup sehat
(1). Sedangkan menurut para ahli, AKG adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari
bagi semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Kebutuhan gizi merupakan jumlah zat gizi minimal yang dibutuhkan sesorang untuk
hidup sehat, serta melakukan berbagai kegiatan selama 24 jam untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda dan bersifat spesifik.
Bahkan dua anak kembar pun bisa memiliki kebutuhan gizi yang berbeda jika keduanya
memiliki tingkat aktivitas, berat badan, dan tinggi badan yang berbeda. Dalam Permenkes
Nomor 28 Tahun 2019 dikatakan bahwa rata-rata angka kecukupan energi bagi masyarakat
Indonesia adalah 2.100 kilo kalori per orang per hari. Sementara rata-rata angka kecukupan
protein bagi masyarakat Indonesia adalah 57 gram per orang per hari.
1. Energi
Tubuh sangat memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas
yang dikerjakan. Energi diperoleh dari makanan yang dimakan sehari-hari yang terdiri

24
dari bermacam-macam zat gizi terutama protein, kabohidrat, dan lemak. Energi
dihasilkan dari pembakaran zat-zat makanan. Dengan menghitung jumlah energi yang
dikeluarkan tubuh, dapat diketahui seberapa banyak makanan yang harus dipenuhi
individu.

Kebutuhan energi seseorang adalah konsumsi energi dari makanan yang


diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan
komposisi tubuh dengan aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang
memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi.
Menurut Institute of Medicine (IOM). Kebutuhan energi setiap individu
dikelompokkan berdasarkan umur. Dengan rincian sebagai berikut; bayi (0-2), anak-anak
(3-9), remaja (10-18), dewasa (19-55), manula (>55). Kebutuhan energi untuk satu
individu ditentukan oleh besarnya energi yang digunakannya (energi expenditure) dalam
waktu 24 jam. Kebutuhan energi dihitung menggunakan rumus yang berdasarkan TB atau
BB dan besarnya energi untuk keadaan basal, dan harus menggunakan acuan table AKG
dan zat gizi rata-rata yang dianjurkan. Berikut factor-faktor yang merupakan komponen
dari kebutuhan energi, yaitu (2):
a. Energi Metabolisme Basal (EMB)
Energi Metabolisme Basal (EMB) atau Aktivitas Metabolisme Basal (AMB)
adalah keadaan metabolism tubuh dalam keadaan istirahat sempurna fisik dan mental
diukur 11-18 jam sesudah makan. Bisa dikatakan bahwa energi basal diukur pada saat
istirahat, tetapi tidak tidur, fisik dan emosi dalam keadaan rileks, kurang lebih 12 – 18
jam sesudah makan. Energi basal ini dipengaruhi oleh ukuran tubuh, jenis kelamin,
umur, komposisi tubuh, kelenjar endokrin, kehamilan dan laktasi, status kesehatan,
koreksi tidur, suhu tubuh, tonus otot, latihan olahraga, dan factor stress.
1. Menurut Harris dan Benedict tahun 1909 dengan rumus:
AMB laki-laki = 66,5 + 13,7 BB + 5,0 TB – 6,8 U
AMB wanita = 665 + 9,6 BB + 1,8 TB – 4,7 U
2. Nilai AMB berdasarkan berat badan.
Rumus untuk menaksir nilai AMB dari Berat Badan:

25
Tabel (WHO/FAO/UNU)
3. Nilai AMB berdasarkan taksiran kasar
AMB laki-laki = 1 Kkal x Berat badan(kg) x 24 jam
AMB perempuan = 0,9 Kkal x Berat badan(kg) x 24 jam

b. Energi untuk aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan system
penunjang. Energi untuk aktivitas dibagi menjadi dua yaitu aktivitas kerja internal
dan eksternal. Kerja internal adalah energi yang digunakan untuk mempertahankan
hidup, contohnya mempertahankan tonus otot dan system pernafasan. Sedangkan
kerja eksternal adalah energi aktivitas diukur melalui kegiatan-kegiatan.

1. Kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas fisik

Aktifitas Kkal/kg/ Aktifitas Kkal/kg/ jam


jam
Berlari 7,0 Makan 0,4
Berdiri rilek 0,5 Mengupas kentang 0,6
Duduk diam 0,4 Mencuci pakaian 1,3
Menyapu lantai 1.4 Menjahit tangan 0,4
Mengganti baju 0,7 Menuls 0,4
Menyetir mobil 0.9 Membaca keras 0,4
Main pimpong 4,4 Menyeterika 1,0
Mencuci piring 1,0 Tiduran 0,1
Tabel (kebutuhan energi untuk beberapa aktivitas fisik)
2. Jenis kegiatan berdasarkan waktu
Menurut Karyadi dan Mukilae, banyaknya waktu yang dihabiskan untuk
berbagai jenis kegiatan adalah sebagai berikut:

26
 Bekerja ringan: 8 jam tidur, 7 jam bekerja di kantor, 2 jam pekerjaan sedang di
rumah tangga, 1,5 jam berolah raga dan 6,5 jam pekerjaan ringan dan sangat
ringan.
 Bekerja sedang: 8 jam tidur, 8 jam bekerja di industri perkebunan atau
sejenisnya, 2 jam pekerjaan rumah tangga, 6 jam pekerjaan di rumah yang
ringan dan sangat ringan.
 Bekerja berat: 8 jam tidur, 4 jam bekerja berat, 2 jam bekerja sedang, 2 jam
pekerjaan ringan dan 8 jam pekerjaan ringan dan sangat ringan
3. Jenis-jenis kegiatan sehari-hari meliputi:
 Kegiatan rumah tangga diantaranya memperbaiki rumah, membersihkan
rumah, memelihara pekarangan, menyiapkan makanan dan minuman dan
mengasuh anak dan kegiatan lain di rumah tangga.
 Kegiatan sosial diantaranya menghadiri rapat, pertemuan undangan,
bertamu/berkunjung, pergi ketempat pelayanan kesehatan dan tempat ibadah.
 Kegiatan olahaga latihan (exercise), kesegaran jasmani dan lain-lain.
Jenis pekerjaan eksternal dibagi menjadi beberapa macam sebagai berikut;
bekerja ringan, bekerja sedang, bekerja berat, bekerja sangat berat.
1. Bekerja ringan
Untuk laki-laki ada pegawai kantor, pekerjaan professional (guru, dokter, juru
rawat pengacara, arsitek), pelayan took, pengangguran. Sedangkan perempuan
pegawai kantor, pegawai kantor, pekerjaan professional (guru, dokter, juru rawat
pengacara, arsitek), pekerjaan rumah tangga dan mesin.
2. Bekerja sedang
Untuk Laki-laki pekerja di industri ringan, siswa/mahasiswa, pekerja bangunan,
pekerja perkebunan/petani dengan mesin, nelayan, angakatan bersenjata yang
tidak aktif di lapangan. Sedangkan Wanita pekerja di industri ringan,
siswa/mahasiswa, pekerjaan di rumah tangga tanpa mesin, dan buruh-buruh di
toko
3. Bekerja berat
Laki-laki; buruh tani, kuli, tukang kayu (tanpa mesin), tentara di lapangan, tukang
besi, atlit, tenaga kerja yang tidak terampil. Wanita; buruh tani, penari atlit.

27
4. Bekerja sangat berat
Laki-laki; penari gerobak, penarik becak. Wanita; buruh bangunan.

Jenis Kegiatan Perkiraan Pengeluaran Energi


(Kelipatan BMR)
Laki-laki Perempuan
1. Tidur 1.0 1.0
2. Kegiatan Pekerjaan
• ringan 1,7 1,7
• sedang 2,7 2,2
• berat 3,8 2,8

3. Kegiatan dirumah tangga 2,7 3,0


4. Kegiatan Sosial 2,0 2,0
5. Kegiatan Olahraga 6,0 6,0
6. Saat santai 1.4 1.4

Kelompok umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin dan jenis kegiatan
/pekerjaan (ringan, sedang, berat) perlu diperhatikan ketika menghitung kebutuhan
energi dan indvidu atau kelompok.
c. Energi Pencernaan (SDA)
Specific Dynamic Action (SDA) merupakam banyaknya energi yang dibutuhkan
untuk mencerna dan mengangkut makanan dalam tubuh. Penggunaan SDA
diperkirakan terjadi sekitar 1 – 3 jam sesudah makan. Setiap zat gizi dalam makanan
memberikan kebutuhan SDA yang berbeda. Protein memberikan SDA yang lebih
tinggi dibandingkan karbohidrat dan lemak. Namun demikian diperkirakan rata-rata
nilai SDA ditetapkan 10 %.
Bagi kelompok remaja, dewasa, dan manula perhitungan kebutuhan energi sama
dengan energi yang dikeluarkan di hitung dari total energi AMB, energi kegiatan (EK)
dan energi pencernaan (SDA). Jadi,
Kebutuhan Energi = EMB + Aktivitas fisik + SDA

28
2. Besar kecilnya kebutuhan energi individu dipengaruhi dari berat badan ideal dalam
keadaan sehat. Perhitungan berat badan ideal (normal) dapat digunakan beberapa metode
yaitu dapat dihitung dengan menggunakan metode:
a. Metode Brocca:
BBI = (TB – 100) – (10%)
b. Metode Key:
BBI = TB (m) x TB (m) x 22 (IMT ideal)
c. Forgarty International Convert
Pria = TB(m) x TB (m) x 22,4
Wanita = TB(m) x TB (m) x 20,9
d. Berdasarkan IMT (indek massa tubuh) atau BMI (body mass index)
Indeks massa tubuh adalah metrik standar yang digunakan untuk menentukan
siapa saja yang masuk dalam golongan berat badan sehat dan tidak sehat. Indeks
massa tubuh alias BMI membandingkan berat badan dengan tinggi badan, dihitung
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter
kuadrat.
BBI = BB/{TB (m) x TB (m)}

Status Katagori Batas ambang

Kurus Kekurangan BB tingkat < 17,00


berat
17,00 – 18,50
Kekurangan BB tingkat
ringan
Normal Ideal >18,50 – 25,00
Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan >25,00 – 27,00
(overweight)

Kekurangan BB tingkat >27,00


ringan (obesitas)
Tabel (Kategori Batas Ambang Indek Masa Tubuh (IMT)
Sekarang teman-teman bisa mencoba menghitung berat badan ideal nya
MASING-MASING!

29
3. Penghitungan Kebutuhan Gizi dan Kecukupan Gizi Individu
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk orang Indonesia telah diatur oleh
Kementerian Kesehatan RI, yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 28
Tahun 2019. Berikut ditampilkan tabel berat badan ideal dan tinggi badan ideal serta
angka kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat dan air yang dianjurkan untuk
orang Indonesia (satu orang/ hari) berdasarkan umur. Berikut tabel AKG (1);

30
Berikut perhitungan kebutuhan gizi dan kecukupan gizi individu:

a) Berat Badan Aktual


Perhitungan kecukupan zat gizi yang dianjurkan berdasarkan berat badan ideal
(standar) untuk kelompok umur dan jenis kelamin tertentu. Rumus:

BERAT BADAN AKTUAL


× AKG
BERAT BADAN IDEAL( STANDAR)

Keterangan:
• BERAT BADAN AKTUAL: berat yang berdasarkan hasil penimbangan
(Kg)
• BERAT BADAN IDEAL (STANDAR): berat badan acuan yang tertera
pada tabel AKG

31
• AKG: Angka Kebutuhan Gizi (pada tabel).

b) Cara cepat
Terdapat 2 cara:
• Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
• Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB

4. Metode Menghitung kebutuhan energi individu per hari


a. Metode faktorian (Filipinos)
Prosedur menghitung kebutuhan energi individu perhari dengan Metode Faktorial
adalah:
EMB 1 x 24 jam x BB = A Kalori
ideal
Koreksi tidur 0,1 x jumlah jam = B Kalori.............---
tidur x BB ideal
= C Kalori
Energi aktifitas EA EF (%) x C Kalori = D Kalori.............+
(%)
= E Kalori
SDA (%) 10 % x E Kalori = F Kalori..............+
Kebutuhan energi sehari = G Kalori

b. Metode dengan batas ambang IMT


Prosedur menghitung kebutuhan energi individu perhari dengan Metode batas
ambang IMT adalah:
Kebutuhan EMB 1 Kal x BB ideal x = A Kalori
24 jam
EMB + Aktifitas EMB (tabel) x A = B Kalori
fisik Kalori
Kebutuhan energi sehari = B Kal

32
c. Metode RBW (khusus bagi penderita dibetes mellitus (DM)
Teori RBW
Berat badan Relatif

BB (kg)
RBW = × 100 %
TB ( Cm )−100

Keterangan:
• Kurus, RBW < 90%
• Normal, RBW = 90-100%
• Gemuk, RBW >110% atau <120%
• Obesitas ringan, RBW 120-130%
• Obesitas sedang, RBW 130-140%
• Obesitas berat, RBW > 140%
Kebutuhan kalori (energi) per hari:
• Orang kurus, BB x 40-60 kalori
• Orang normal, BB x 30 kalori
• Orang gemuk, BB x 20 kalori
• Orang obesitas, BB x (10-15) kalori
5. Cara langsung
Cara perhitungan kebutuhan gizi dan kebutuhan gizi individu yang pertama ini adalah
menggunakan sebuah alat. Alatnya sebagai berikut:
a) Bomb Caloriemeter
Bomb Caloriemeter ini digunakan untuk mengukur kalori suatu benda.
Kalorimeter bom (3), adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
(nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam oksigen
berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, dan bahan bakar. Kalorimeter bomb
adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor pada pembakaran
sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar atau
khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-reaksi pembakaran (4).
b) Mikrokontroler
Mikrokontroler digunakan untuk mengukur Angka Kecukupan Gizi
(AKG) manusia. Alat atau sitem ini terdiri dari 5 komponen utama, yaitu Load
33
Cell berfungsi untuk mengukur berat badan, Sensor Ultrasonik berfungsi untuk
mengukur tinggi badan, Keypad berfungsi sebagai perangkat input (uasia, jenis
kelamin, dan jenis aktivitas), Mikrokontroler Arduino Uno berfungsi sebagai
proses perhitungan AKG, dan Liquid Crystal Display (LCD) berfungsi untuk
menampilkan nilai AKG.
Cara penggunaannya yaitu dengan cara satu orang harus berdiri diatas
timbangan yang terpasang sensor load cell dan berdiri dibawah sensor ultrasonik
yang terpasang pada tonggak untuk diukur berat dan tinggi badan. Ketika diukur
berat dan tinggi badan satu admin harus melakukan input usia, jenis kelamin dan
jenis aktivitas untuk diproses oleh mikrokontroler Arduino Uno guna menghitung
nilai AKG yang terdiri dari angka kecukupan energi dalam satuan kilo kalori
(kkal), kecukupan protein, lemak, karbohidrat, serat dalam satuan gram (g) dan
hasilnya akan ditampilkan pada sebuah LCD.
c) Aplikasi Smart Malnutrition Detection
Aplikasi Smart Malnutrition Detection merupakan aplikasi berbasis
mobile yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung deteksi dini mandiri
malnutrisi serta rekomendasi asupan gizi harian (5). Penentuan status gizi
mengacu pada batas ambang nilai IMT yang berlaku di Indonesia. Kebutuhan
kalori harian mengacu pada hasil perhitungan kebutuhan kalori berdasarkan nilai
IMT, EMB dan aktifitas fisik harian. Rekomendasi asupan gizi harian mengacu
pada DKBM yang ditentukan oleh Departemen Kesehatan RI (5).

Contoh soal

1) Seorang pria berusia 40 tahun dengan berat badan 60 kg. Berapakah kebutuhan energi
dan protein pria tersebut?
Jawab: berdasarkan tabel AKG, berat badan standar untuk pria uhia 40 tahun adalah 62
kg. Dengan AKG: Energi (2625 kkal), protein (65 g).
Maka kebutuha pria tersebut adalah:
 Energi: 60/62 x 2625 = 2.540,32 kkal
 Protein: 60/62 x 65 = 62,90 g

34
2) Andi adalah Anak sekolah dengan usia 8 tahun mempunyai berat 25 kg. Berapakah
kecukupan energi, protein, dan karbohidrat yang didapatkan anak tersebut dari makanan
yang ia makan, apabila berdasarkan tabel AKG yang dianjurkan, berat badan standar
untuk anak usia 8 tahun adalah 27 kg.
AKG: Energi sebesar 1850 kkal, protein 49g dan karbohidrat 254g, maka kebutuhan gizi
anak tersebut adalah:
 Energi : 25/27 x 1850 = 1712,96 kkal (dibulatkan 1.712 kkal)
 Protein : 25/27 x 49 = 45,3g
 Karbohidrat : 25/27 x 254 = 235,1g
3) Seorang perempuan berumur 20 tahun dengan berat badan 51 kg dan tinggi badan 157
cm dengan aktivitas ringan akan membutuhkan energi sebesar ?
Jawab:
a) Menggunakan rumus Harris Bennedict
Perempuan : 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
: 655 + (9,6 x 51) + (1,8 x 157) – (4,7 x 20)
Jumlah = 655 + 489,6 + 282,6 – 94
= 1333,2 kkal
b) Cara cepat
Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam
= 0,95 kkal x 51 x 24
= 1162,8 kkal (dibulatkan 1163 kkal)
Perempuan = 25 kkal x kg BB
= 25 kkal x 51
= 1275 kkal
c) Cara FAO/WHO/UNU
Perempuan tersebut berumur 20 tahun, masuk pada kelompok umur 30-60 tahun,
berarti:
AMB = 14,7 BB + 745

= 14,7 (51) + 745

= 749,7 + 745

35
AMB = 1494,7 kkal.

4) Contoh kasus lain: Adi, seorang mahasiswa Kesmas dan seorang olsh ragawan. dengan
aktivitas sedang memiliki BB 72 kg dan TB 165 cm,
hitung: IMT nya dan kategorikan ? jika tidak normal maka tetapkan IMT normalnya dan
hitung BB ideal ? Hitung kebutuhan energi sehari dg metode factorial ?
Diketahui:
 BB 72 Kg
 TB 165 Cm = 1,65 m
Ditanya:
 Berapakah IMT nya dan kategorikan ?
 Jika tidak normal maka tetapkan IMT normalnya dan hitung BB ideal ?
 Hitung kebutuhan energi sehari dengan metode factorial ?
Jawab:
 IMT = BB/ TB (m) x TB (m)
= 72/ 1,65 m x 1,65 m
= 72/ 2,72
= 26,47 kg
Berdasarkan ambang batas IMT 26,47 termasuk dalam kategori kelebihan BB tingkat
ringan (overwight).
 Untuk mencapai BB ideal maka harus pilih IMT ideal, misal IMT ideal yang
diinginkan adalah 22 maka:
BB ideal Ani = 22 x (1,65 x 1,65)
= 59,89 kg
Maka Adi harus menurunkan BB sekitar
BB = 72– 59,89
= 12,11 kg
 Kebutuhan Energi Metode Faktorial
Kebutuhan EMB= 1 x BB ideal x 24 jam
= 1 x 60 kg x 24
= 1.440 kalori

36
Energi aktivitas = kegiatan sedang maka 70 % x EMB
= 70 % X 1.296
= 907,2
SDA = 10% x (EMB + Energi aktvitas)
= 10% x (1.440 + 907,2)
= 10% x (2.347,2)
= 234,72
Kebutuhan energi = EMB +SDA + Energi aktivitas
= 1.440 + 234,72 + 907,2
= 2.581,92 kal
Jadi kebutuhan energi sehari yang dibutuhkan oleh Ani adalah 2.423,52 kalori

5) Lita, seorang mahasiswi memiliki BB 49 Kg dan TB 156 cm. Hitung BB ideal memakai
metode Brocca!
Diketahui:
 Berat badan Lita 49 kg
 Tinggi badan Lita 156 cm
Ditanya: Berat badan ideal memakai metode Brocca
Jawab :
Metode brocca =TB-100-(10%)
=156 cm – 100- (10%)
=56 – (10%)
=50,4 Kg

G. Praktik Menghitung Kebutuhan Zat Gizi Masing - Masing Mahasiswa


1. BB Ideal, Kebutuhan Energi, Karbohidrat, Protein, Lemak 
Contoh:
Ana merupakan seorang mahasiswa kesehatan masyarakat yang memiliki berat badan
(BB) 45 kg dan tinggi badan (TB) 158 cm. Hitunglah BB ideal dengan metode Brocca
dan kebutuhan energi dengan metode ambang batas serta zat gizi lainnya!

37
Jawaban: 
BB ideal = (TB – 100) – (10%) = (158 - 100) - 5,8 = 52,2 kg
Kebutuhan Energi: 
EMB  = 1 Kal x BB ideal x 24 jam =  1 Kal x 52,2 kg x 24 jam = 1252,8 kalori
IMT = Berat Badan / (Tinggi Badan (m))² = 45 / 2,5 = 18

AMB (tabel) x EMB = 1,5 x 1252,8 = 1879 kalori


Karena berat Ana lebih rendah dari berat ideal maka kebutuhan energinya perlu ditambah
500 kalori, sehingga kebutuhan Ana perharinya menjadi sebesar = 1879 + 500 = 2379
kalori

Kalori Sehari = 2379 Kalori


Kebutuhan Karbohidrat = 60 % x A Kal = 60 % x 2379 = 1427 Kalori
Kebutuhan Protein = 20 % x A Kal = 20 % x 2379 = 476 Kalori

38
Kebutuhan Lemak = 20 % x A Kal = 20 % x 2379 = 476 Kalori

2. Kecukupan Gizi
Contoh:
Mia merupakan mahasiswa yang berumur 19 tahun dan memiliki berat badan 50 kg.
Hitunglah kecukupan energi dan zat-zat gizi lainnya dari mahasiswa tersebut!
Jawaban:

50
Kecukupan energi = x 2250 Kal = 2045,5 kal
55
50
Kecukupan karbohidrat = x 360 gr = 327,3 gr
55
50
Kecukupan protein = x 60 gr = 54,5 gr
55
50
Kecukupan lemak = x 65 gr = 59,1 gr
55

50
Kecukupan vitamin A = x 600 RE = 545,5 RE
55
50
Kecukupan vitamin C = x 75 mg = 68,2 mg
55

39
50
Kecukupan Fe = x 18 mg = 16,4 mg
55
50
Kecukupan yodium = x 150 mcg = 136,4 mcg
55

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Angka kecukupan Gizi (AKG) merupakan besarnya jumlah zat gizi yang diperlukan oleh
individu dalam suatu populasi agar tiap-tiap individu terseut dapat hidup sehat. Jumlah zat
gizi yang diperlukan tiap orang akan berbeda-beda berdasarkan kelompok umur, jenis
kelamin, dan kondisi fisiologisnya seperti pada ibu yang sedang hamil dan menyusui.
Kecukupan gizi adalah jumlah energi dan zat gizi yang hendaknya dikonsummsi setiap hari.
Sedangkan kebutuhan gizi adalah banyaknya energi dan zat gizi minimal yang dibutuhkan
seseorqang untuk mempertahankan aktivitas atau hidupnya demi mencapai derajat kesehatan
yang optimal. Angka kebutuhan gizi biasanya digunakan pada saat menentukan kandungan
gizi dari suatu menu yang akan di rekomendasikan pada orang tertentu.

Angka kebutuhan maupun kecukupan gizi biasanya bermanfaat untuk beberapa hal
seperti menilai tingkat konsumsi pangan seseorang atau penduduk berdasarkan data survey,
memabandingkan zat gizi yang diperoleh antar suatu populasi, perencanaan makanan
institusi secara seimbang, dan sebagainya. Angka kebutuhan dan kecukupan gizi yang
dianjurkan adalah kecukupan pada tingkat fiologi. Pemerintah sebagai pemegang tanggung
jawab bagi kesehatan masyarakatnya juga telah melakukan usaha dalam bentuk undang-
undang, kebijakan, serta beberapa program peningkatakn kecukupan dan kebutuhan gizi
masyarakatnya.

B. Saran
Tentunya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan serta masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis/penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang diberikan oleh pembaca
tentang pembahasan makalah ini agar di kemudian hari penyusun dapat memperbaiki
makalah ini dengan mengacu kepada sumber yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya.

41
Meskipun makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kami juga berharap agar
penulisan makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca. dan dengan membaca makalah ini,
Penulis berharap para pembaca dapat mengetahui dan memahami Pembahasan tentang
kecukupan dan kebutuhan gizi.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PMK No 28 Tahun 2019 Tentang Angka


Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Masyarakat. 2019;8(5):55.
2. Nugraini S. Ilmu Gizi 2. Direktorat Pembin SMK. 2013;1–254.
3. Keenan. Kimia untuk universitas edisi keenam. 1980.
4. Imam T & S. Uji kalor bahan bakar campuran bioetanol dan minyak goreng bekas. J
Neutrino, 3(2). 2011;163-174.
5. Alim S, Arizal A. Smart Malnutrition Detection: Deteksi Dini Kecukupan Gizi Dan
Rekomendasi Gizi Harian. J Inform J Pengemb IT. 2018;3(3):324–8.
6. Almatsier, Sunita (2002) Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT gramedia pustaka umum.
(https://books.google.co.id/books/about/Prinsip_dasar_ilmu_gizi.html?
id=aEmYNwAACAAJ&hl=id diakses 10 Maret 2021)
7. Auliana, Rizqie (2020) Kebutuhan dan Kecukupan Gizi.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132048525/pendidikan/ILMU+GIZI-
KEBUTUHAN+KECUKUPAN+GIZI.pdf diakses 20 Maret 2021)
8. Dinanda, Okta Ihromi Tanjung and Tjarono, Sari and Lastmi, W. (2013). Kajian Ketepatan
Porsi dan Nilai Gizi Lauk Hewani Menu Non Diet. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699. (http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1003/4/4.%20BAB%20II
%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf diakses 20 April 2021)
9. Fissilmi, M. M., Susilowati, T., & RD, S. M. G. (2018). Hubungan Kecukupan Zat Gizi
dengan Status Gizi pada Mahasiswi Pesma KH Mas Mansyur (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta). (http://eprints.ums.ac.id/68818/11/NASKAH
%20PUBLIKASI%20oke.pdf diakses pada 23 April 2021)
10. Gunawan, E. C. A. (2018). CONSUMPTION PATTERNS AND RECOMMENDED DIETARY
ALLOWANCES OF CHILDREN 9-12 YEARS OLD IN BINA HARAPAN CHRISTIAN
ELEMENTARY SCHOOL IN PURBALINGGA REGENCY (Doctoral dissertation, Unika
Soegijapranata Semarang). (http://repository.unika.ac.id/17418/2/14.I2.0009%20ELIKA
%20CHARISTI%20ANNA%20GUNAWAN%20%288.03%29.BAB%20I.pdf diakses 19
April 2021)
11. Hs, I., & Hs, I. (2012). HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBUTUHAN GIZI Correlation between Factors Affecting Nutritional Needs With Nutrition
Status of Elders Residing in UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang , Banda Aceh.
III(2), 51–62. (http://e-repository.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/1581/1462 diakses 19 April
2021)
12. Ii, B. A. B., & Keperawatan, A. (1989). Bab ii tinjauan pustaka. 6, 8–33.
http://eprints.dinus.ac.id/19081/10/bab2_18429.pdf diakses pada Senin, 1 Maret 2021)

43
13. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Kota Yogyakarta. Yogyakarta:
Dinkes Kota Yogyakarta; 2016.
14. (http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1749/1/MIRA
%20SUSANTI_P07124216103_SKRIPSI.pdf)
15. Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2019) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk
Masyarakat Indonesia
16. (http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Ke
cukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf diakses 8 Maret 2021)
17. Muhilal F. Jalal, Idrus Jusat, Husaini MA. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.
Risalah Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Jakarta. (https://www.slideshare.net/adityakusuma18/angka-kecukupan-gizi#:~:text=AKG
%20adalah%20kecukupan%20rata%2Drata,Muhilal%2C%20dkk%2C
%201998).&text=Tabel%20tersebut%20 dikombinasikan%20 penggunaannya%20dengan
%20daftar%20 kecukupan%20gizi%20(DKG) diakses 10 Maret 2021)
18. Nugraini, S. (2013). Ilmu Gizi 2. Ilmu Gizi 2, 1–254.
(http://repositori.kemdikbud.go.id/10181/1/Ilmu Gizi 2.pdf diakses 20 April 2021)
19. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 28 Tahun 2019 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.
(http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Ke
cukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf diakses 10 Maret 2021)
20. Setyawati, V, A, V. & Hartini, E. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
(1st ed.). Yogyakarta: Deepublish. (https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=YACDDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=pentingnya+gizi+kesehatan&ots
=NX3X5MihK5&sig=qXEo5EBP7LQiZmAhG0FZA2hbkeU&redir_esc=y#v=onepage&q&
f=true diakses 23 April 2021)
21. Shinta, A. (2010). Identifikasi Angka Kecukupan Gizi dan Strategi Peningkatan Gizi
Keluarga di Kota Probolinggo (Studi Kasus di Kecamatan Kedopok dan Mayangan). SEPA:
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 7(1).
(https://jurnal.uns.ac.id/sepa/article/view/48877/30144 diakses 10 Maret 2021)
22. Wahyuningsih, E. P. (2017). Produktivitas Tanpa Batas: Bagaimana Menjadi Produktif
dalam Kehidupan Sehari-hari. Anak Hebat Indonesia. (https://books.google.co.id/books?
id=8g0gEAAAQBAJ&pg=PA66&dq=kenapa+anak-
anak+lebih+banyak+membutuhkan+kalori+daripada+orang+dewasa&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwjVnqnW7onwAhWi63MBHUf4DeYQ6AEwBHoECAQQAw#v=onepage&q=kenapa
%20anak-anak%20lebih%20banyak%20membutuhkan%20kalori%20daripada%20orang
%20dewasa&f=false diakses 19 April 2021)
23. WIJAYA, W. F. (2018). PERBEDAAN DISTRIBUSI MASSA OTOT REMAJA LATE
ADOLESCENE LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG MENGGUNAKAN BIOELECTRICAL
IMPEDANCE ANALYSIS (BIA) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah
Malang). (http://eprints.umm.ac.id/39545/3/BAB%202.pdf diakses 19 April 2021)
24. repository.poltekkes-denpasar.ac.id.(2018).Status Gizi. Diakses pada 25 April 2021, dari
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/896/3/BAB%20II.pdf

44
45

Anda mungkin juga menyukai