Anda di halaman 1dari 53

Nematoda Usus

dan Jaringan
Non-Soil Transmitted Helminths
Mata Kuliah Dasar Biomedik 2
Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Program Sarjana, FIKes UPN Veteran Jakarta
Pertemuan 15

https://www.sehatq.com/penyakit/infeksi-cacing-kremi
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536945/figure/article-30584.image.f1/
OUTLINE
Masing-masing akan dibahas:
1. Morfologi
2. Nama Penyakit
Nematoda Usus dan Jaringan 3. Epidemiologi
(Non-Soil Transmitted Helminth): 4. Cara Penularan
1. Oxyuris vermicularis 5. Riwayat Alamiah Penyakit
2. Trichinella spiralis 6. Metode Diagnosis
7. Faktor Risiko
8. Pencegahan
9. Pengobatan
NEMATODA USUS
Non-Soil Transmitted Helmints
Non-Soil Tranmitted Helminths adalah cacing
golongan nematoda yang tidak memerlukan tanah
untuk perkembangan bentuk infektif dan biasa
hidup di usus pada host manusia
1 Oxyuris vermicularis

Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/578923727079227507/


Sumber gambar: Paniker (2013)

1. MORFOLOGI
Sumber gambar: Paniker (2013)

CACING DEWASA:
• Pendek, putih, ujung runcing
• Tampak seperti potongan-potongan
benang putih
• Mulut dikelilingi oleh 3 kutikula
• Esofagus punya struktur seperti
bohlam ganda, yg merupakan ciri
unik cacing ini
CACING JANTAN: CACING BETINA:
• Berukuran panjang 2-5 mm • Panjang 8-13 mm, tebal 0,3-
dan tebal 0,1-0,2 mm 0,5 mm
• Bagian ujung posterior • Bagian sepertiga posterior
melengkung ke arah ventral meruncing
dan terdapat alat kopulasi • Merupakan ovipar
• Masa hidup 7-8 minggu • Masa hidup 5-12 minggu
TELUR:
• Tidak berwarna
• Berbentuk oval, datar pada salah satu
sisi, dan convex pada sisi lainnya
(planoconvex)
• Berukuran 50-60 μm x 20-30 μm
• Cangkang terdiri dari 2 lapis dan tebal,
transparan
• Telur mengandung embrio, dan menjadi
infekstif 6 jam setalah masuk dalam
kulit.
• Pada keadaan dingin dan lembab dapat
bertahan hungga 2 minggu
• Satu cacing betina dapat menghasilkan
5.000-17.000 telur
SIKLUS HIDUP

• Host alamiah: manusia


• Bentuk infektif: telur yang mengandung embrio
• Telur diletaakkan pada kulit perianal yg mengandung larva infektiv, kemudia
tertelan dan menetas di dalam usus
• Terjadi perubahan bentuk di ileum, lalu masuk ke sekum, tumbuh dewasa
disana
• Butuh waktu 2 minggu-2 bulan dari pertama kali telur tertelan sampai
mencapai tahap betina dewasa yg mampu menghasilkan telur
• Cacing betina yg mengandung telur bermigrasi turun dari kolon ke rectum
• Pada malam hari, ketika host tidur, cacing keluar melalui anus dan menyebar
ke sekitar perianal utk meletakkan telur-telurya yg lengket
• Caing betina dapat bermigrasi ke vulva, vagina, bahkan ke uterus dan tuba
falopi, kadang mencapai peritoneum
• Cacing jantan jarang terlihat karena mereka tidak bermigrasi. Biasanya mati
setelah kawin dan keluar bersama tinja
SIKLUS HIDUP

• Ketika semua telur telah diletakkan, cacing betina mati atau hancur
• Kadang cacing dapat terlihat di tinja, yg terbawa secara pasif dari rectum
• Telur sebetulnya jarang ditemukan pada tinja, karena cacing betina meletakkan
telurnya di are perianal, bukan pada rectum
• Migrasi cacing betina yg bertelur memicu gata; (pruritus) sehingga host
menggaruk area perianal yg terpapar. Telur berpindah ke jari host dibawah
kuku, menyebabkan autoinfeksi
• Autoinfection: Telur yg tertelan karena menggaruk are perianal denga jari,
membuiat telur terdeposit di bawah kuku. Biasa terjadi pada anak2 (anus-
mulut)
• Retroinfection: Telur diletakkan pada kulit perianal, kemudian secara cepat
menetas ke bentuk infektif dan migrasi melalui anus dan kolon. (anus-colon)
Sumber gambar: https://www.cdc.gov/dpdx/trichomoniasis/index.html
• Enterobius vermicularis dahulu disebut Oxyuris vermicularis
• Nama Enterobius vermicularis dari bahasa Yunani berarti cacing kecil yg
tinggal di usus (enteron = usus, bios = hidup, vermiculus = cacing kecil)
• Oxyuris berarti “ekor tajam”
• Nama lain: pinworm
• Leuckart (1865) adalah orang yg pertama menggambarkan silkus hidup
cacing ini
• Habitat: Cacing dewasa ditemukan pada sekum, appendix, dan colon
ascending
2. NAMA PENYAKIT
• Penyakit disebut enterobiasis/kremian
3. EPIDEMIOLOGI
• Terdistribusi di seluruh dunia
• Tidak seperti biasanya ketika infeksi cacing biasnaya lebih sering
terjadi pada social ekonomi rendah dan negaratropis, E. vermicularis
sering juga terjadi pada Negara iklim dingin (cosmopolit)
• E. vermicularis adalah parasit yang sering menginfeksi anak-anak
4. CARA PENULARAN
• Dengan menelan telur berembrio yg mengandung larva melalui jari
yang terkontaminasi dan autoinfection
5. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
PRE-PATHOGENESIS
(Fase Susceptible) PATHOGENESIS

• Sembuh
Host • Cacat
• Mati
• Kronis
Agent Environment

Fase Subklinis Fase


Fase Klinis Konvalesens
(Presimptomatik)
PRE-PATHOGENESIS HOST AGENT ENVIRONMENT
(Fase Susceptible)
Enteroboius vermicularis: 1. Lingkungan sekitar yg tidak
Manusia (pria dan wanita):
1. Helminth pernah dibersihkan (sprei,
1. Personal hyigiene buruk
2. Cacing kremi baju,dll)
2. Aktivitas menggaruk anal
Host

Agent Environment

PORTAL MODE OF PORTAL SUSCEPTIBLE


RESERVOIR HOST
OF EXIT TRANSMISSION OF ENTRY
Berbagai kondisi
Manusia Fecal Fecal-oral Oral yang host yang
melatarbelakangi
PROSES INFEKSI

• Apabila host, agent, environmet saling mendukung,


dimulailah proses infeksi
• Lebih sering terjadi pada anak2

Proses Infeksi
dimulai
FASE SUBKLINIS

• 1/3 infeksi yg terjadi biasanya


asimtomatik

Fase Subklinis
(Presimptomatik)
• Iritasi dan pruritus pada bagian
perianal (pruritus ani). Terjadi
ketika cacing keluar menuju anus
utk meletakkan telur. Garukan
menyebabkan iritasi
• Nocturnal enuresis (gangguan
Fase Klinis tidur pada malam hari karena
migrasi cacing)
• Tidak seperti onfeksi neamtoda
lainnya, infeksi Enterobius tidak
berhubungan dengan eosinophilia
dan peningkatan IgE
FASE KONVALESENS

• Cacing yg bermigrasi ke
vulva dan vagina
Fase
menyebabkan iritasi dan
Konvalesens discharge mukosa.
• Apabila migrasi ke uterus,
tuba falopi, dan
peritoneum dapat
sebabkan gejala chronic
salpingitis, cervicitis,
peritiontis, dan infeksi
saluran kemih berulang
• Appendicitis
6. METODE DIAGNOSIS
Deteksi Keberadaan A. Cacing Dewasa
Parasit • Cacing dewasa kadang dapat ditemukan pada permukaan
tinja
• Kadang terlihat muncul pada anus saat anak tidur
• Mereka dapat ditemukan pada tinja yang dikumpulkan
setelah enema dan appendix selama eppendicetomy

B. Telur
Infeksi dapat dicurigai terjadi
• Telur terdapat pada tinja hanya sebagian kecil dari pasien
pada seseorang dengan sehingga pemeriksaan tinja tidak terlalu efektif dalam
riwayat pruritus anu. diagnosis
Diagnosis tergantung pada • Mereka ditemukan dalam jumlah banyak pada perianal
adanta telur dan cacing dan kulit perineal pada malam hari dan dapat ditemukan
dewasa
dengan metode swab.
• Telur kadang dapat ditemukan di bawah kuku anak yg
terinfeksi
7. FAKTOR RISIKO
1. Personal hygiene buruk
8. PENCEGAHAN
• Personal hygiene (cuci tangan, kebersihan kuku, mandi teratur, cuci
baju dan sprei teratur)
• Community hygiene
9. PENGOBATAN
• Pyrantel pamoate, albendazole, mebendazole, piperazine
• Pengobatan diulang setelah 2 minggu untuk mencegah berlenjutnya
infeksi dan menjamin elimiasi cacing
• Obati seluruh anggota keluarga dimana kasus berasal
2 Trichinella spirallis

Sumber gambar: cdc.gov


Sumber gambar: Paniker (2013)

1. MORFOLOGI
CACING JANTAN:
• Berukuran 1,5 mm x 0,04 mm
CACING DEWASA: • Ujung posterior terdapat cloaca
• Cacing putih kecil • Mati segera setelah kawin
• Merupakan nematode
terkecil yg menginfeksi
manusia
CACING BETINA:
• Setengah bagian depan tipis
• Berukuran 3 mm x 0,06 mm
dan berujung lancip
(panjangnya 2 kali dari cacing jantan)
• Dapat beradaptasi dengan
• Vivipar (menlahirkan larva, bukan telur)
menggali mukosa epitel
• Mati setelah 4 minggu-4 bulan (16
• Masa hidup cacing dewasa
minggu), waktu yg dibuthkan untuk
sangat singkat.
mengeluarkan larva
LARVA:
• Larva menjadi encysted dalam
otot lurik dengan panjang 1 mm
dan diameter 36 μm
• Berbentuk melingkar sehingga
disebut spiralis
SIKLUS HIDUP

• Indirect life cycle


• Host optimal: babi
• Host alternative: manusia
• Infeksi dapat terjadi dari babi-babi (melalui makanan yg tidak bersih), tikus-
tikus, babi-tikus
• Manusia adalah host terakhir dimana biasanya parasite ini akan mati karena
otot manusia tidak dimakan oleh yg lain
• Bentuk onfektif: Encysted larva pada otot babi atau hewan lain
• Mode of infection: makan daging babi mentah atau sosis yg tidak diolah dgn
baik
• Kista dari daging dicerna oleh getah lambung, larva keluar (excystation) di
perut, duodemum, dan jejunum
• Larva segera berpenetrasi ke epitel mukosa
• Berubah bentuk 4 kali, dan secara cepat menjadi dewasa,di hari kedua setelah
infeksi. Di hari ke 5, menjadi matang secara seksual
SIKLUS HIDUP

• Jantan mati setelah kawin.


• Betina yg telah dibuahi, mulai melepaskan larva motile pada hari ke 6 infeksi
• Larva terus keluar selama masa hidup cacing betina(4 minggu-4 bulan)
• Setiap betina melahirkan 1.000 larva
• Larva-larva ini masuk ke limfatik usus, masuk ke sirkulasi darah dan ikut
terbawa ke berbagai organ
• Mereka terimbun di otot, susunan saraf pusat, dll
• Larva akan mati kecuali pada otot skeletal
• Deposit pada otot terjadi pada minggu kedua infeksi. Perkembangan larva di
dalam otot berlangsung selama 3-4 minggu
• Dalam 20 hari setelah masuk ke oto sel. Larva kemudian menjadi encysted. Sel
otot yang mengandung larva disebut nurse cell
• Encysted larva dapat bertahan dalam hitungan bulan hungga tahun.
• Pada manusia siklus hidup berakhir disini
Sumber gambar: Paniker (2013)
• Nematoda jaringan
• Nama Trichinella berasal dari ukurannya yang kecil.
• Nama Trichinella dari bahasa Yunani (trichos = rambut, ella = kecil, spiralis= bentuk larva yg
menggulung spiral di otot)
• Pertama kali ditemukan tahun 1821 di otot pasien yang diotopsi oleh James Paget
• Owen (1835) mendeskripsikan bentuk encysted larva di otot dan memberi nama Trichinella
spiralis
• Virchow (1859) menggambarkan siklus hidupnya
• Habitat: Cacing dewasa hidup tetimbung dalam mukosa usus kecil (duodenum atau
jejunum) babi, beruang, tikus, atau manusia. Larva dalam bentuk kista hidup di otot lurik
host. Tidak ada fase free-living
2. NAMA PENYAKIT
• Penyakit disebut trichinosis
3. EPIDEMIOLOGI
• Merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Eropa dan
Amerika, tapi jarang terjadi Negara tropis
4. CARA PENULARAN
• Mode of infection: makan daging babi mentah atau sosis yg tidak
diolah dgn baik
5. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
PRE-PATHOGENESIS
(Fase Susceptible) PATHOGENESIS

• Sembuh
Host • Cacat
• Mati
• Kronis
Agent Environment

Fase Subklinis Fase


Fase Klinis Konvalesens
(Presimptomatik)
PRE-PATHOGENESIS HOST AGENT ENVIRONMENT
(Fase Susceptible)
T. spiralis: 1. Pemberian makanan yg
Manusia (pria dan wanita): 1. Cacing yg hidup pada tidak higienis pada hewan
1. Makan daging mentah otot babi
2. Bentuk infektif: larva
Host

Agent Environment

PORTAL MODE OF PORTAL SUSCEPTIBLE


RESERVOIR HOST
OF EXIT TRANSMISSION OF ENTRY
Berbagai kondisi
Manusia Fecal Fecal-oral Oral yang host yang
melatarbelakangi
PROSES INFEKSI

• Apabila host, agent, environmet saling mendukung,


dimulailah proses infeksi
• Proses infeksi sudah dijelaskan pada bagian siklus hidup

Proses Infeksi
dimulai
FASE SUBKLINIS

• Manifestasi trichinosis bervariasi mulai


dari yg asimtomatik (paling sering),
hingga sakit yang fatal dan akut
(sangat jarang terjadi)

Fase Subklinis
(Presimptomatik)
• Patologi dan gambaran klinis
sangat tergantung pada fase siklus
hidup cacing
Fase Klinis
FASE KONVALESENS

Fase
Konvalesens • Occasional life-threatening
manifestations include
myocarditis, central
nervous system
involvement, and
pneumonitis (CDC, 2017)
6. METODE DIAGNOSIS
1 Direct Methods INTESTINAL
LABORATORIUM
AMOEBIASIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

• Deteksi adanya larva berbentuk spiral pada jaringan otot dengan


biopsy otot. Otot deltoid, biceps, gastrocnemius, pectoralis
adalah bagain yg biasa dipilih utk biopsy
• Deteksi cacing dewasa dan larva pada tinja selama fase diare
• Xenodiagnosis: hasil biopsy diberi makan ke tikus lab. Lalu tikus
mati yg telah makan hasil biopsy diperiksa apakah terdapat
larva pada otot-otot tikus
2 Indirect Methods INTESTINAL
LABORATORIUM
AMOEBIASIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS

• Riwayat konsumsi daging babi mentah/setengah matang 2


minggu sebelumnya disertai gastroenteritis
• Pemeriksaan darah: eosinophilia (20-90%)
• Serologis: Peningkatan serum UgE, antibody T. spiralis dapat
dideteksi dengan ELISA
• Bachman intradermal test
• Radiologis: kista terkalsifikasi dapat terlihat
• Molekular: PCR
7. FAKTOR RISIKO
1. Makan daging mentah/tidak dimasak dengan baik
8. PENCEGAHAN
• Olah masakan dengan baik
• Hindari memberi makan hewan dengan makanan sampah
• Basmi tikus
9. PENGOBATAN
• Mild cases: bed rest, analgesic, antipyretic
• Moderate cases: Albendazole, mebendazole
• Severe cases: tambah glucocorticoids (prednisolone)
TERIMA KASIH
Sumber
• Paniker, C. K. J., Ghosh, S.G. 2013. Paniker’s texbook of medical
parasitology, Seventh Edition. Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
LTD

Anda mungkin juga menyukai