Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENYUSUNAN BENTUK TES BENAR SALAH DAN BENTUK TES MENJODOHKAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu :

Drs. Yasifati Hia, M. Si.

Oleh :

Kelompok V

Frisca Yuwinda (4201111008)

Monika Rohulina Haloho (4203111070)

Nabila Kanasya Saragih (4203311029)

Vischa Br Ginting (4203111059)

Kelas :

PSPM 20 A

PROGRAM STUDI S-1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Penyusunan Bentuk Tes Benar Salah dan Bentuk Tes
Menjodohkan” ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi
Pembelajaran Matematika. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Yasifati Hia, M. Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Matematika yang telah membimbing penulis dalam pengerjaan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis
sendiri dan khususnya pembaca pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak,
begitulah adanya laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat
penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada
tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Medan, September 2021

Kelompok V
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tes Benar Salah


2.1.1 Pengertian Tes Benar Salah
2.1.2 Karakteristik Tes Benar Salah
2.1.3 Kemampuan yang Diukur dalam Tes Benar Salah
2.1.4 Jenis Soal Tes Benar Salah
2.1.5 Penskoran Tes Benar Salah
2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan Tes Benar Salah
2.1.7 Contoh Tes Benar Salah
2.1.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Benar Salah
2.2 Tes Menjodohkan
2.2.1 Pengertian Tes Menjodohkan
2.2.2 Karakteristik Tes Menjodohkan
2.2.3 Kemampuan yang Diukur dalam Tes Menjodohkan
2.2.4 Jenis Soal Tes Menjodohkan
2.2.5 Penskoran Tes Menjodohkan
2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Tes Menjodohkan
2.2.7 Contoh Tes Menjodohkan
2.2.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Menjodohkan

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yang sama
persis, baik dari segi fisik maupun psikisnya.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah
memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat
peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat
penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar
agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran
yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang
diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes
hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan
sesuai dengan tujuan instruksional. Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus merupakan
sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan,
sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performanceyang telah diperoleh
selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang
dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar
harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes
hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa,
juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk
memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai. Tes
objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara
kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan
melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat
cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang mununtut proses mental yang
tidak begitu tunggi seperti kemampuan mengingat kembali, kemampuan mengenal
kembali, pengertian, dan kemampuan mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu jenis
dari tes objektif adalah tes benar-salah dan sebab akibat, pada makalah ini akan dibahas
mengenai tes benar-salah dan menjodohkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan dalam
pembahasan ini adalah :
1. Karakteristik tes benar- salah ?
2. Kemampuan yang di ukur dalam tes benar – salah ?
3. Jenis soal dalam tes benar - salah ?
4. Cara penskoran dalam tes benar – salah ?
5. Keunggulan dan kelemahan dalam tes benar- salah ?
6. Kaidah penulisan dalam tes benar – salah ?
7. Karakteristik tes menjodohkan ?
8. Kemampuan yang di ukur dalam tes menjodohkan ?
9. Jenis soal dalam tes menjodohkan ?
10. Cara penskoran dalam tes menjodohkan ?
11. Keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan ?
12. Kaidah penulisan dalam tes menjodohkan?

1.2 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang terdapat dalam pembahasan
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes benar- salah ?
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan yang di ukur dalam tes benar – salah ?
3. Untuk mengetahui bagaimana jenis soal dalam tes benar - salah ?
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penskoran dalam tes benar – salah ?
5. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan dan kelemahan dalam tes benar- salah ?
6. Kaidah penulisan dalam tes benar – salah ?
7. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes menjodohkan ?
8. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan yang di ukur dalam tes menjodohkan ?
9. Untuk mengetahui bagaimana jenis soal dalam tes menjodohkan ?
10. Untuk mengetahui bagaimana cara penskoran dalam tes menjodohkan ?
11. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan ?
12. Untuk mengetahui bagaimana kaidah penulisan dalam tes menjodohkan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tes Benar Salah


2.1.1 Pengertian Tes Benar Salah

Tes benar-salah pada umumnya berupa pernyataan (statement), ada yang


benar dan ada yang salah. Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya
kebenaran dalam penyataan yang hendak dinilai siswa. Siswa menjawab dengan
menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti
mengandung atau tidak mengandung kebenaran. Pada ragam lain yakni betul-
salah terdiri atas kalimat, hitungan atau ungkapan yang harus dinilai betul atau
salah tergantung pada tepat atau tidaknya penulisan, tata bahasa atau
perhitungannya.

Dalam soal tes benar salah, siswa diminta melingkari tanda B jika
pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika salah.
Tes dengan bentuk soal benar salah lebih luas cakupan materi yang diujikan dan
tidak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
Kita mudah menyusunnya dan dapat digunakan berkali-kali, dapat dilihat secara
cepat dan objektif. Disamping itu, petunjuk cara mengerjakannya mudah
dimengerti. Pada tes ragam ya tidak, terdiri atas pertanyaan langsung yang harus
dijawab dengan ya atau tidak.

2.1.2 Karakteristik Tes Benar Salah

Karakteristik tes benar salah adalah sebagai berikut :

1. Terdiri atas dua kelompok pernyataan (Pilihan (B-S) & Respons)


2. Jumlah huruf B-S sama banyak dengan jumlah pernyataan/pertanyaan
3. Hal yang ditanyakan homogen dari segi isi.
4. Terbatas mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi sederhana
(menghubungkan dua hal yang homogen)
5. Dapat menggunakan gambar, tabel/diagram.
6. Bentuk soal yang berupa pernyataan.
7. Untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi kebenaran pernyataan
fakta, konsep, prinsip, definisi.

2.1.3 Kemampuan yang Diukur dalam Tes Benar Salah

Tes benar salah dapat digunakan untuk mengukur kemampuan :

1. Membedakan fakta dan pendapat.


2. Mengidentifikasi informasi.
3. Menghubungkan dua hal homogen.
4. Sebab-akibat

2.1.4 Jenis Soal Tes Benar Salah

Menurut Arikunto (2015:181) bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat


dari segi mengerjakan/menjawab soal) yakni:

1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta


membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction), yaitu siswa hanya diminta
melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

Sedangkan dalam Ali (2014:134), ada empat variasi yang dapat dibuat dari
macam soal benar salah yaitu:

1. Jenis tes benar-salah biasa


Bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan
tanda dengan melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan
tersebut dinilai benar dan melingkari atau menyilang huruf S apabila
pernyataan itu dinilai salah.
2. Jenis tes benar-salah dengan alasan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan
tersebut, tetapi juga memberikan alasannya apabila pernyataan itu
dinilai salah.
3. Jenis tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan
tersebut, tetapi membetulkan jika pernyataan itu dinilai salah.
4. Jenis tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran
pernyataan tersebut, akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan
membetulkan jika pernyataan itu dinilai salah.

2.1.5 Penskoran Tes Benar Salah

Dalam menentukan angka atau skor untuk tes bentuk benar-salah ini kita
dapat menggunakan 2 cara, yaitu:

1. Tanpa denda, dan


2. Dengan denda.

Tanpa denda adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak


jawaban yang cocok dengan kunci. Sedangkan dengan denda (karena diragukan
ada unsur tebakan), digunakan dua macam rumus berikut (Zainal Arifin,
2009:225-226).

Pertama, dengan rumus:

S=R-W

S = Score

R = Right

W = Wrong

Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi
dengan jumlah soal yang salah.

Kedua, dengan rumus :

S = T – 2WT
T = Total, artinya jumlah soal dalam tes

2.1.6 Keunggulan dan Kelemahan Tes Benar Salah

Keunggulan tes benar-salah adalah sebagi berikut :

1. Dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi
serta pemberian skor dimana benar skornya 1 dan salah skornya 0.
3. Dapat digunakan berkali-kali.
4. Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti.
6. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
7. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil
belajar langsung terutama berkaitan dengan ingatan.

Kelemahan tes benar-salah adalah sebagai berikut :

1. Mendorong peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban


walaupun mereka tidak mengetahui jawaban yang benar (banyak
kesempatan untuk main untung-untungan).
2. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit dari pada tes esai
karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain.
3. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya
pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental
yang tinggi.
4. “kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.

2.1.7 Contoh Tes Benar Salah

Berikut ini contoh soal benar salah :


1. B-S 20+345 ×2=710
2. B-S 4, 6, 8 termasuk bilangan prima
3
3. B-S =0,25
4
1
4. B-S 0,50 ×0,25=
8
5. B-S Faktor prima dari 12 adalah 2 dan 3

2.1.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Benar Salah

Penulisan soal benar salah dan ya tidak harus memperhatikan serangkaian


kaidah. Kaidah tersebut meliputi kaidah dari segi materi soal, kaidah dari segi
segi konstruksi soal, dan kaidah dari segi bahasa soal.

a. Kaidah dari Segi Materi Soal


Dari segi materi soal, penulisan soal benar-salah dan ya-tidak harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Konsep pada soal harus benar dan mutakhir (perkembangan terbaru)
serta tidak multitafsir.
2. Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi penulisan yang telah
disusun.
3. Soal harus logis ditinjau dari segi materi.

b. Kaidah dari Segi Konstruksi Soal


Dari segi konstruksi soal, penulisan soal benar-salah dan ya-tidak
harus memperhatikan hal-hal berikut.
1. Soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Soal merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang
diukur.
3. Soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar maupun
salah.
4. Soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi.
c. Kaidah dari Segi Bahasa Soal
Dari segi bahasa soal, penulisan soal benar-salah dan ya-tidak harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.
2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat, terutama jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

Selain ketiga kategori kaidah di atas, masih ada hal-hal penting lain yang
harus diperhatikan dalam penulisan soal benar-salah dan ya-tidak. Hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut.

1. Gambar, kalimat atau slogan tidak mengandung unsur iklan promosi produk
komersial (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah).
2. Tidak menggunakan nama tokoh yang masih hidup dalam soal karena dapat
diinterpretasikan mempromosikan tokoh tersebut.
3. Ilustrasi soal tidak mengandung unsur SARA, kekerasan, pornografi, politik,
ataupun konten yang dapat menimbulkan dampak negatif.
4. Gambar, teks atau kutipan sebaiknya dituliskan sumber asalnya.
5. Tata letak gambar diusahakan konsisten.

2.2 Tes Menjodohkan


2.2.1 Pengertian Tes Menjodohkan

Soal menjodohkan adalah soal yang mengukur kemampuan peserta tes


dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antardua pernyataan
yang disediakan. Soal ini terdiri atas dua lajur. Lajur pertama (sebelah kiri)
berupa pokok soal dan lajur kedua (sebelah kanan) berupa respons atau jawaban.

Menurut Sukardi (2010: 123) item tes menjodohkan sering juga disebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus yang
berarti dengan daftar premis karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa
atau kata tunggal dan kolom kedua berisi kata frasa yang disebut juga daftar
respons atau jawaban. Sedangkan menurut Burhan (2001: 91) dalam tes bentuk
menjodohkan, siswa dituntut untuk menjodohkan, mencocokkan, menyesuaikan,
atau menghubungkan antara dua pernyataan yang disediakan, pernyataan
biasanya diletakkan dalam dua lajur, lajur kiri berupa pernyataan pokok (stem)
atau pertanyaan dan lajur kanan merupakan jawaban atas pernyataan lajur kiri.

2.2.2 Karakteristik Tes Menjodohkan

Butir soal tipe menjodohkan termasuk dalam jenis tes objektif. Tes ini
ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama merupakan pokok soal, sedangkan
kolom kedua merupakan kolom jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam kolom jawaban. Seri jawaban harus lebih
banyak dari pertanyaan. Tugas peserta tes adalah menjodohkan pernyataan di
bawah kolom premis dengan pernyataan yang ada di kolom jawaban.

2.2.3 Kemampuan yang Diukur dalam Tes Menjodohkan

Kemampuan yang diukur dalam tes menjodohkan adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.


2. Mengidentifikasi kemampuan menghubungkan dua hal.

2.2.4 Jenis Soal Tes Menjodohkan

Menurut Surapranata (2004:117) bentuk soal menjodohkan hanya ada


satu macam, yaitu bentuk soal dengan stimulus yang diletakkan di sebelah kiri
atau atas dan respon yang diletakkan disebelah kanan atau bawah.
2.2.5 Penskoran Tes Menjodohkan

Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda,
dimana jawaban-jawaban dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-
pertanyaannya. Karena tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda
yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai imbalan juga harus
lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap
nomor adalah 2 (dua).

2.2.6 Keunggulan dan Kelemahan Tes Menjodohkan

Keunggulan dari tes menjodohkan adalah sebagai berikut :

1. Pembuatannya mudah
2. Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif
3. Apabila jenis tes ini dibuat dengn baik, maka faktor menebak praktis
dapat dihilanggkan
4. Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal:
 antara problem dan penyelesaiannya
 antara teori dan penemunya
 antara sebab dan akibatnya
 antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
 antara istilh dan definisinya

Kelemahan dari tes menjodohkan adalah sebagai berikut :

1. Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau


daya ingat saja
2. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan “pelarian”
bagi pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi
untuk membuat tes bentuk lain.
3. Karena jawaban yang pendekk-pendek, maka tes jenis ini kurang baik
untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran
(interpretasi)
4. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-
hal yang sebenarnya kurang perlu untuk di ujikan

2.2.7 Contoh Tes Menjodohkan


2.2.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Menjodohkan

Kaidah-kaidah dalam pembuatan tes menjodohkan yang harus


diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes


menjodohkan. Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang
singkat dan jelas. Gurupun perlu menegaskan makna dan cara
menjawab pada setiap kolom.
2. Pada setiap kolom sebaiknya diberi label untuk lebih menjelaskan
petunjuk.
3. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya
sedikit materi pembelajaran yang dapat dikelompokkan secara
homogen dan berkaitan satu dengan lainnya, maka bentuk tes lain
direkomendasikan untuk digunakan.
4. Sebaiknnya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara
empiris antara jumlah respons lebih banyak antara satu atau dua
jawaban. Jika premis dan respons dibuat sama jumlahnya, ada
kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
5. Untuk setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 item.
Jika terlalu sedikit akan menimbulkan kurang informasi bagi para
siswa. Sebaliknya, jika lebih besar dari 8, item kemungkinan terjadi
tumpang tindih, membingungkan, dan menghabiskan waktu.
6. Huruf besar atau angka (arab) sebaiknya digunakan untuk
memberikan label item-item pada daftar jawaban.
7. Item-item dalam daftar respons sebaiknya dibuat lebih pendek
dibandingkan dengan daftar stimulus atau premis.
8. Kolom dan daftar respons sebaiknya ditempatkan pada sisi sebelah
kanan.
9. Semua item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya ditempatkan
pada satu halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau
terpisah akan mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik
halaman.
Untuk mewujudkan seperangkat soal menjodohkan dengan kualitas yang
baik, diperlukan kaidah-kaidah dalam penulisannya. Kaidah tersebut berupa
kaidah dari segi materi soal, kaidah dari segi segi konstruksi soal, dan kaidah dari
segi bahasa soal. Berikut bahasannya.

a. Kaidah dari Segi Materi Soal


Dari segi materi soal, penulisan soal menjodohkan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Soal harus logis dan homogen ditinjau dari segi materi.
3. Rumusan pokok soal dan jawaban harus merupakan pernyataan
yang berkaitan dengan materi yang diukur.

b. Kaidah dari Segi Konstruksi Soal


Dari segi konstruksi soal, penulisan soal menjodohkan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban.
3. Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
4. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
5. Setiap butir soal dalam satu paket tes yang sama tidak boleh berisi
informasi yang bisa mempengaruhi peserta didik dalam
menjawab butir soal lain.
6. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
7. Jumlah jawaban lebih banyak dari pokok soal.
8. Pokok soal dan jawaban disusun secara sistematis dan kronologis.
9. Pokok soal dan jawaban disusun secara homogen dan paralel.
10.Soal merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang
diukur.
11.Soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar maupun
salah.
12.Kalimat pada pokok soal relatif lebih panjang daripada jawaban.
13.Pokok soal menggunakan angka sedangkan jawaban menggunakan
huruf.

c. Kaidah dari Segi Bahasa Soal


Dari segi bahasa soal, penulisan soal menjodohkan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
Bahasa Indonesia.
2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif.
3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat, terutama jika
soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.

Di samping ketiga kelompok kaidah di atas, penulisan soal menjodohkan


juga harus memperhatikan hal-hal berikut.

1. Gambar, kalimat atau slogan tidak mengandung unsur iklan promosi produk
komersial (iklan) atau instansi (nama sekolah, nama wilayah).
2. Tidak menggunakan nama tokoh yang masih hidup dalam soal karena dapat
diinterpretasikan mempromosikan tokoh tersebut.
3. Ilustrasi soal tidak mengandung unsur SARA, kekerasan, asusila, politik,
ataupun konten yang dapat menimbulkan dampak negatif.
4. Gambar, teks atau kutipan sebaiknya dituliskan sumber asalnya.
5. Tata letak gambar diusahakan konsisten.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi


Aksara.

Charla. 2017. Bentuk dan Teknik Penulisan Tes (Tes Benar-Salah dan Tes Sebab-
Akibat). http://charlatarrua12.blogspot.com/2017/04/vbehaviorurldefaultv
mlo.ht ml (Diakses tanggal 10 September 2021)

Hamzah, ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Rajawali.

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta: BPFE.

Serevina, Vina. 2016. Teknik Penilaian Tes (Ari dan Afdal). https://www.slide
share.net/vinaserevina2/teknik-penilaian-tes-ari-afdal (Diakses tanggal 10
September 2021)

Sukardi. (2010). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi


Aksara.

Surapranata. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thoifah, Munasifatut. 2021. Kaidah Penulisan Soal Benar Salah dan Ya Tidak.
https://www.gurnulis.id/2021/02/kaidah-penulisan-soal-benar-salah-ya-
tidak.html (Diakses tanggal 10 September 2021)

Anda mungkin juga menyukai