LP BBLR Islamiah
LP BBLR Islamiah
LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
OLEH :
ISLAMIAH
70900120036
TIM PEMBIMBING:
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(Wong, 2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran
BBLR jugaterdapatpada PedomanPemantauan Wilayah Setempat
(PWS)gizi.Dalam pedomantersebut bayi berat lahir rendah (BBLR)
bayi yang lahir dengan beratkurang dari 2500 gram diukur pada saat
lahir atau sampai hari ke tujuhsetelahlahir (Putra,2012).
Berat badan lahir rendah merupakan bayi yang di lahirkan dengan
berat badan kurang dari 2500 gram . Menurut WHO (1961), istilah
bayi prematur diganti dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir adalah bayi premature. Bayi Berat badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir (Winkjosastro, 2011).
Menurut (Winkjosastro, 2011). Bayi Berat Lahir Rendah dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu:
1. Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi < 37 minggu (259 hari) dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu, atau biasa disebut
neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk
masa gestasi itu, bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra
uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
tersebut (KMK).Berat badan kurang dari seharusnya yaitu
dibawah persentil ke10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher
Lubchenco) atau dibawah 2 Standar Devinisi (SD) (kurva
pertumbuhan intra uterin Usher dan Mc. Lean).
C. Klasifikasi
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara
mengelompokan bayi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya :
a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir 1.500-2.500 gram
b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang
lahir dengan berat lahir <1.500 gram.
c) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang
lahir dengan berat lahir <1.000 gram.
2. Menurut masa gestasinya :
a) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasinya berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan.
b) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi
lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan di karenakan mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan.
c) Menurut Renfield dalam Maryunani (2013) IUGR dibedakan
menjadi dua yaitu:
1) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita
distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi
lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala dalam
proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih
dibawah masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena
distres sub akut gangguan terjadi beberapa minggu sampai
beberapa hari sampai janin lahir.
D. Patofisiologi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan
syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Secara
umum bayi berat badan lahir rendah ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur dan disebabkan
karena dismaturitas. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
faktor ibu, komplikasi hamil, komplikasi janin, plasenta yang
menyebabkan suplai makanan ibu ke bayi berkurang. Faktor lainnya
yang menyebabkan bayi berat badan lahir rendah yaitu faktor genetik
atau kromosom, infeksi, kehamilan ganda, perokok, peminum
alkohol,dan sebagainya (Mochtar, 2012).
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang,bayi
prematur cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Berkaitan dengan hal itu,
maka menghadapi bayi prematur harus memperhatikan masalah
masalah sebagai berikut :
1. Sistem pengaturan suhu tubuh (Hipotermia)
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan
yang normal dan stabil yaitu 36° sampai dengan 37° C. Segera
setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang
umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh
pada kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia terjadi apabila
suhu tubuh turun dibawah 36,5° C. Apabila seluruh tubuh bayi
teraba dingin maka bayi sudah mengalami hipotermia sedang
(suhu 32° sampai dengan 36° C). Disebut hipotermia berat apabila
suhu tubuh kurang dari 32° C
Hipotermia dapat terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi
panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum
cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya
sistem saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah
kehilangan panas
2. Gangguan pernafasan
Asfiksia adalah suatu keadaan kegagalan bernafas secara
spontan dan teratur beberapa saat setelah lahir. Kegagalan ini
menyebabkan terjadinya hipoksia yang diikuti dengan asidosis
respiratorik. Apabila proses berlanjut maka metabolisme sel
dalam suasana anaerob akan menyebabkan asidosis metabolik
yang selanjutnya terjadi perubahan kardiovaskuler. Menurunnya
atau terhentinya denyut jantung menyebabkan iskemia. Iskemia
setelah mengalami asfiksia selama 5 menit menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah kecil dimana akan mengakibatkan
kerusakan-kerusakan menetap.
3. Hipoglikemia
Glukosa merupakan sumber utama energi selama masa
janin.Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar
gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin
menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi aterm dapat
mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama 72 jam
pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
mg/dL. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum
mencukupi. Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau
kurang dari 20 mg/dL (Pantiawati, 2010).
4. Sistem imunologi
Kemungkinan terjadi kerentanan pada bayi dengan berat
lahirrendah terhadap infeksi mengalami peningkatan. Konsentrasi
Ig G serum pada bayi sama dengan bayi matur. Imunoglobulin G
ibuditransfer secara aktif melalui plasenta ke janin pada trimester
terakhir. Konsentrasi Ig G yang rendah mencerminkan fungsi
plasenta yang buruk berakibat pertumbuhan janin intra uterin
yang buruk dan meningkatkan risiko infeksi post natal. Oleh
karena itu bayi dengan berat lahir rendah berpotensi mengalami
infeksi lebih banyak dibandingkan bayi matur
5. Perdarahan intracranial
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah pembuluh darah
masih sangat rapuh hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial
dapat terjadi karena trauma lahir, disseminated
intravascularcoagulopathy atau trombositopenia idiopatik.
Matriks germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan
wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama minggu
pertama kehidupan
6. Rentan terhadap infeksi
Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi
pada minggu terakhir masa kehamilan. Bayi dengan berat badan
lahir rendah mudah menderita infeksi karena imunitas humoral
dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi.
Selain itu, karena kulit dan selaput membran bayi dengan berat
badan lahir rendah tidak memiliki perlindungan seperti bayi
cukup bulan
7. Hiperbilirubinemia
Pada bayi dengan berat badan lahir rendah lebih sering
mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup
bulan. Hiperbilirubinemia merujuk pada tingginya kadar bilirubin
terakumulasi dalam darah ditandai dengan jaundis dan icterus
(Pantiawati, 2010).
F. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayani, 2012 yaitu:
1. Sindrom aspirasi meconium (menyebabkan kesulitan bernafas pada
bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membrane hialin: disebabkan karena surfaktan paru
belum sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli,
sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia, bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan
pertumbuhan hati.
G. Pencegahan
Upaya pencegahan serta pengendalian BBLR bisa dilakukan dengan
beberapa upaya yaitu memberikan pendidikan kesehatan yang cukup
mengenai BBLR kepada ibu hamil. Selain itu, dapat juga melakukan
pengawasan dan pemantauan, kemudian melakukan upaya pencegahan
hipotermia pada bayi serta membantu mencapai pertumbuhan normal.
Adapun upaya lainnya seperti, melakukan terapi tanpa biaya yang
dapat dilakukan oleh ibu, mengukur status gizi ibu hamil, melakukan
perhitungan dan persiapan langkah–langkah dalam kesehatan
(Antenatal Care), serta melakukan pemantauan terhadap kondisi bayi
sejak dalam kandungan yang telah mengalami retardasi pertumbuhan
interauterin. Dengan demikian, bila upaya pencegahan serta
pengendalian BBLR dapat terlaksana dengan baik, maka keberhasilan
dalam peningkatan berat badan bayi akan terealisasi, begitu pula
tingkat pengetahuan ibu baik dalam mengatur jarak kehamilan hingga
mengetahui usia-usia yang tidak aman untuk menjalani kehamilan dan
persalinan serta pemberian nutrisi yang dimulai dari semasa dalam
kandungan hingga beranjak menuju usia 2 tahun, menjaga kesehatan
diri serta sang buah hati, dan selalu memperhatikan kebersihan yang
berada disekitar. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu
penurunan angka BBLR di Indonesia akan terjadi bila masyarakat
mampu menerapkan langkah-langkah pencegahan serta pengendalian
BBLR pada bayi (Adamkin & Radmacher, 2017).
H. Penatalaksanaan
Setelah bayi lahir dilakukan: (Manuaba, 2012)
a. Tindakan Umum
1) Membersihkan jalan nafas.
2) Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
3) Perawatan tali pusat dan mata
b. Tindakan Khusus
1) suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 °C pengukuran aksila,
pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan 35 minggu
perlu perhatian ketat, bayi dnegan BBL 2000 gram dirawat
dalam inkobator atau dengan boks kaca menggunakan
lampu.
2) Awasi frekuensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk
mengetahui sindrom aspirasi meconium.
3) Hitung frekuensi pernapasan jika, lebih dari 60 kali/menit
maka lakukan foto thorax
4) Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang
didapat.
5) Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi
darah, tekanan darah).
6) Awasi keseimbangan cairan.
7) Pemberian cairan dan nutrrisi bila tidak ada masalah
pernafasan dan keadaan umum baik:
Berikan makanan dini early feeding untuk
menghindari terjadinya hipoglikemia.
Perikasa kadar gula darah 8-12 post natal.
Periksan reflex hisap dan menelan.
Motivasi pemberian ASI
Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrient
yang dapat diberikan meliputi; karbohidrat, lemak,
asam amino, vitamin, dan mineral.
Berikan multivitamin jika minum enternal bisa
diberikan secara kontinyu.
8) Tindakan pencegahan infeksi:
Cara kerja aseptic, cuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke
tempat bayi dirawat.
Pemberian antibiotic sesuai dengan pola kuman.
Membatasi tindakan seminimal mungkin.
9) Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam
sekali pemberian (Slamet, B. 2018)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari,
2. Laboratorium
a. Darah rutin.
b. Gula darah (8-12 jam post natal).
c. Analisa gas darah.
d. Elektrolit darah (k/p)
e. Tes kocok/shake test
Interpretasi:
(+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk
cincin. Artinya surfaktan terdapat dalam paru dengan
jumlah cukup.
(-) : Bila tidak ada gelembung berarti tidak ada surfaktan.
Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin
(Manuaba, 2012).
J. Pathway
BBLR
Manifestasi klinis BBLR Berat badan kurang dari 2500 gram, masa
gestasi kurang dari 37 minggu, kulit tipis, transparan, lanugo banyak,
dan lemak subkutan sedikit, pergerakan kurang dan lemah, pernafasan
belum teratur, dan sering mendapatkan serangan apnea.
B. Diagnosis
1. Pola napas tidak efektif, berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernapasan dan penurunan ekspansi paru
2. Hipovolemia b/d imaturitas reflek menghisap
3. Deficit nutrisi b/d imaturitas reflek menghisap
4. Menyusui tidak efektif b/d prematuritas
5. Risiko disorganisasi perilaku bayi, b/d prematuritas
C. Intervensi
BAB III
KAJIAN INTEGRASI KEISLAMAN
Islam memandang anak sebagai karunia yang mahal harganya yang
berstatus suci. Karunia yang mahal ini sebagai amanah yang harus dijaga dan
dilindungi oleh orang tua khususnya, karena anak sebagai aset orang tua dan aset
bangsa. Islam telah memberikan perhatian yang besar terhadap perlindungan
anak-anak. Perlindungan dalam Islam meliputi fisik, psikis, intelektual, moral,
ekonomi, dan lainnya. Hal ini dijabarkan dalam bentuk memenuhi semua hak-
haknya, menjamin kebutuhan sandang dan pangannya, menjaga nama baik dan
martabatnya, menjaga kesehatannya, memilihkan teman bergaul yang baik,
menghindarkan dari kekerasan, dan lain-lain.
Seorang anak akan menjadi karunia atau nikmat manakala orang tua
berhasil mendidiknya menjadi orang baik dan berbakti. Namun jika orang tua
gagal mendidiknya anak bukan menjadi karunia atau nikmat melainkan menjadi
malapetaka bagi orang tuanya. Oleh sebab itu di dalam Al-Qur’an Allah swt.
pernah menyebutkan anak itu sebagai perhiasan hidup dunia, sebagai penyejuk
mata atau permata hati orang tuanya. Bersamaan itu pula Allah mengingatkan,
anak itu sebagai ujian bagi orang tuanya, bahkan terkadang anak itu bisa berbalik
menjadi musuh orang tuanya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan ada beberapa
tipologi anak:
1. Anak sebagai Perhiasan Hidup di Dunia
Anak adalah perhiasan dalam kehidupan rumah tangga. Dalam Al-Quran
disebutkan,
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, namun amal yang
kekal dan shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan”. (QS: Al-Kahfi:46)”.
Ayat di atas menyatakan, bahwa anak itu berfungsi sebagai hiasan yang
memperindah suatu keluarga. Tangisan bayi, rengekan anak yang meminta
sesuatu, celotehannya yang lucu, langkah anak yang tertatih-tatih adalah
pemandangan indah dalam suatu keluarga. Pasangan suami istri selalu merasa
kurang sempurna kehidupannya, apabila mereka belum mempunyai anak.
Kesempurnaan dan keindahan rumah tangga baru terasa jika di dalamnya
terdapat anak.
2. Anak sebagai Penyejuk Hati Dalam Al-Qur’an dinyatakan anak sebagai
penyejuk mata atau hati (qurrata a’yun).
Dikatakan demikian karena ketika mata memandang seorang anak akan
timbul rasa bahagia. Oleh sebab itu anak merupakan harta yang tidak ternilai
harganya bagi orang tua. Ada ungkapan yang mengatakan, “Anakku
permataku.” Allah pun menyebutkan anak manusia sebagai penyejuk hati dan
mengajarkan kita sebuah doa agar anak yang dilahirkan menjadi penyejuk hati
buat orang tuanya. “Ya Tuhan kami, anugerahi kepada kami pasangan kami
dan keturunan kami sebagai penyejuk hati dan jadikanlah kami pemimpinan
bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS: Al-Furqan: 74)
3. Anak sebagai Ujian
Allah berfirman, “Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah ujian.”(QS: Al-Anfal:28). Dalam ayat lain Allah mengingatkan
setiap orang tua yang beriman: ”Janganlah sampai harta-hartamu dan anak-
anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah.” (QS: Al-Munafiqun:9)
Dalam perspektif Al Quran, anak yang berfungsi sebagai perhiasan hidup dan
penyejuk hati, sesungguhnya ia sebagai ujian bagi orang tuanya. Dengan
nikmat anak, orang tua di uji oleh Allah Swt, apakah akan membawa anaknya
menuju jalan ke neraka atau jalan ke surga. Bila orangtua berhasil mendidik
dan membina anaknya menjadi anak yang saleh dan berbakti berarti orang
tuanya sudah lulus ujian. Sebaliknya, jika gara-gara terlalu mencintai anak
orang tuanya sampai lalai dari mengingat Allah berarti ia gagal dalam ujian
yang diberikan Allah. Kegagalan itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah kelak (Jamal, 2005).
DAFTAR PUSTAKA