Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PERANAN SUMBER DAYA ALAM

DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Dosen pengampu: Danang Saputra,S.Pt.,M.Si

Disusun Oleh :

1. Maya adelia 2026038


2. Mayliza 2026048
3. Rextiliana 2026037

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Peranan Sumber Daya Alam Dalam
Pembangunan Ekonomi ini dengan baik tanpa hambatan. Kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah yang telah kami buat ini senantiasa akan kami terima dengan tangan
terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Pasir pengaraian, 18 September 2021

Tim penyusun

i2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat ........................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Agihan Hewan Dan Tumbuhan Pada Masa Benua Laurasia Dan
Gondwana ........................................................................................ 5
1. Perkembangan makhluk hidup menurut perkembangan jaman . 6
2. Perkembangan makhluk hidup pada zaman glasial dan interglasial
.................................................................................................... 13
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Flora Dan Fauna .. 14
1. Penyebab persebaran .................................................................. 14
2. Sarana persebaran....................................................................... 15
3. Hambatan (barier) persebaran .................................................... 17
C. Evolusi Hewan dan Tumbuhan ........................................................ 18
1. Faktor inten ................................................................................ 19
2. Faktor ekstern ............................................................................. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

ii3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut


dengan sumber daya (resources) baik sumber daya alam (natural resources)
maupun sumber daya manusia (human resources). Kedua sumber daya ini sangat
penting dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan. Sejarah
menunjukkan masyarakat bisa mencapai kemakmuran karena berhasil
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki.
Pada dasarnya sumber daya alam merupakan aset yang dimiliki suatu
negara yang meliputi tanah dan kekayaan alam seperti kesuburan tanah, keadaan
iklim atau cuaca, hasil hutan, tambang dan hasil laut yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan industri suatu negara, terutama dalam hal penyediaan bahan baku
produksi. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan berpotensi
tinggi sangat mendukung pembangunan ekonomi suatu negara. Pembangunan
ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang
sering kali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel perkapita.
Namun sumber daya alam yang ada tersebut tidak sendirinya diolah olah
alam akan tetapi perlu adanya sumber daya manusia, guna mengolah sumber daya
alam tersebut. Keahlian dan kewirausahaan dibutuhkan untuk mengolah bahan
mentah dari alam, menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih tinggi atau disebut
juga sebagai proses produksi.
Sumber daya manusia sangatlah penting, karena jika sebuah negara
memiliki suatu SDM yang terampil dan berkualitas maka ia akan mampu
mengolah SDA yang jumlahnya terbatas. Berdasarkan uraian diatas maka penulis
cenderung untuk membahas masalah peranan sumber daya alam dan sumber daya
manusia terhadap pembangunan ekonomi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN, JENIS, DAN PERKEMBANGAN SUMBER DAYA


MANUSIA

2.1.1 pengertian Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia yang akrab disingkat SDM merupakan orang-orang
yang memiliki kemampuan dan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan
mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan dalam mencapai suatu tujuan. Dalam
sumber daya manusia, yang diliput bukanlah terbatas kepada tenaga ahli, tenaga
berpendidikan ataupun tenaga yang berpengalaman saja, tetapi semua tenaga
kerja, tetapi semua tenaga kerja yang digunakan suatu pihak untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Mendapatkan SDM yang berkualitas tentunya merupakan
impian dari suatu negara, hal ini disebabkan karena SDM merupakan salah satu
langkah awal yang sangat penting yang dapat digunakan untuk membangun dan
memajukan suatu negara.
Dalam suatu negara, tentunya memiliki SDA yang siap untuk
dimanfaatkan. Dengan adanya sumber daya manusia, maka SDA yang ada dalam
negara tersebut pasti akan dapat dimanfaatkan sebijak mungkin guna menambah
anggaran negara yang bersangkutan. Ditambah lagi apabila SDM yang dimiliki
negara tersebut merupakan SDM yang berkualitas, dengan begitu pasti akan
menambah nilai atau keuntungan tersendiri bagi perekonomian suatu negara.
Menurut Werther dan Davis yang dikutip oleh Edy Sutrisno menyatakan
bahwa sumber daya manusia adalah pegawai yang siap, mampu dan siaga dalam
mencapi tujuan – tujuan organisasi (Werther dan Davis dalam Sutrisno, 2009:1).
Menurut Hadari Nawami yang dikutip oleh Ambar Teguh Sulistiyani dan
Rosidah yang dimaksudkan sebagai sumber daya manusia meliputi tiga pengertian
yaitu:
1. Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu
organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pegawai atau karyawan)

2
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi
sebagai modal (non material/nonfinansial) didalam organisasi bisnis, yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensinya. (Nawami dalam Sulistiyani dan
Rosidah, 2003:9)
Selain definisi Sumber daya manusia di atas Faustino Cardoso Gomes
(2003:1) menyebutkan bahwa: Sumber daya manusia merupakan salah satu
sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang
melakukan aktivitas.

2.1.2 Jenis-Jenis Sumber Daya Manusia


Manusia memiliki akal, budi dan pikiran yang tidak dimiliki oleh
tumbuhan maupun hewan. Meskipun paling tinggi derajatnya, namun dalam
ekosistem, manusia juga berinteraksi dengan lingkungannya, mempengaruhi dan
dipengaruhi lingkungannya sehingga termasuk dalam salah satu faktor saling
ketergantungan.
Sumber daya manusia dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Manusia sebagai sumber daya fisik
Dengan energi yang tersimpan dalam ototnya, manusia dapat bekerja
dalam berbagai bidang, antara lain: bidang perindustrian, transportasi,
perkebunan, perikanan, perhutanan, dan peternakan.
2. Manusia sebagai sumber daya mental
Kemampuan berpikir manusia merupakan suatu sumber daya alam yang
sangat penting, karena berfikir merupakan landasan utama bagi
kebudayaan. Manusia sebagai makhluk hidup berbudaya, mampu
mengolah sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya dan mampu
mengubah keadaan sumber daya alam berkat kemajuan ilmu dan
teknologinya. Dengan akal dan budinya, manusia menggunakan sumber
daya alam dengan penuh kebijaksanaan. Oleh karena itu, manusia tidak

3
dilihat hanya sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah sebagai
sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting bagi
perkembangan kebudayaan manusia. (Rindi, 2012)

2.1.3 Perkembangan Sumber Daya Manusia


SDM sudah ada sejak dahulu dalam berbagai bentuk. Manajemen sumber
daya manusia muncul begitu manusia berkumpul untuk sebuah tujuan yang sama.
Meskipun demikian, keberadaan MSDM belum dapat dipastikan secara jelas
pertama kali muncul. Tetapi dalam kurun waktu terakhir, proses memanajemen
manusia menjadi formal.
Suharyanto menyebutkan bahwa aktivitas MSDM berawal dari tahun 1915
ketika militer Amerika Serikat mengembangkan suatu korps pengujian psikologi,
suatu tim penguji serikat buruh dan suatu tim semangat kerja (Suharyanto:2005).
Beberapa orang yang terlatih dalam praktek-praktek di ketiga tim tersebut
kemudian menjadi manajer-manajer personalia di bidang industri.
Manajemen kepegawaian di Inggris dan Amerika Serikat dikembangkan
lebih dahulu daripada di Australia ketika negara-negara ini mengadopsi proses
kerja produksi massa, mengikuti perkembangan revolusi industri. Salah satu tokoh
besar dalam masa ini adalah FW Taylor dengan Gerakan Manajemen Ilmiah
sebagai hasil Studi Gerak dan Waktu. Perangkat yang digerakkan oleh energi dan
sistem produksi yang dikembangkan, memungkinkan produksi yang lebih murah.
Oleh karenanya, hal ini menciptakan banyak tugas yang monoton, tidak sehat dan
bahkan berbahaya. Dampaknya adalah terdistorsinya peran manusia dalam
perusahaan.
Kesadaran akan pentingnya peran manusia dalam organisasi berkembang
ketika produktivitas karyawan ternyata mempengaruhi daya saing perusahaan.
Faktor manusia menjadi bagian penting dalam perusahaan karena pengelolaan
karyawan yang baik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas
di satu sisi dan daya saing perusahaan di sisi lain. Hal inilah yang kemudian
mendorong manajemen personalia/kepegawaian berubah menjadi kajian
Manajemen SDM.

4
Ruang lingkup pengembangan SDM yaitu:
1. Pengembangan kompetensi : Pelatihan kompetensi, project
management, dsb
2. Pengembangan Jumlah SDM : Dilakukan apabila organisasi
membutuhkan tenaga kerja
untuk melakukan peningkatan kinerja
3. Pengembangan organisasi : Dengan terciptanya unit usaha baru, maka
secara
organisasi perlu dilakukan penyesuaian
struktur organisasi. (Rindi, 2012)

2.2 SUMBER DAYA MANUSIA DI INDONESIA


Terkait dengan kondisi sumber daya manusia Indonesia yaitu adanya
ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah
angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73
juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta
orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment).
Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8
juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah.
Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan
kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di
berbagai sektor ekonomi. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja
terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan
kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada
sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang
terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak
angka pengangguran sarjana di Indonesia.

5
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas
angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang
memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun
dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari
pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal
asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal
dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM.
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK,
karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau
pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan
pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu
dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya
memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus
dikedepankan.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan
adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi.
Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu
dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. (Ratih,
2013)
2.3 DAMPAK IPTEK TERHADAP SDM DI INDONESIA
Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam
persaingan global sekarang ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap
tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi salah satunya adalah pada
aspek ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat
dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM
ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di

6
Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu
negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan
IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu, tidak dipungkiri
globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat di
masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi. (Ratih, 2013)

2.4 DEFINISI DAN TUJUAN PEMBANGUNAN EKONOMI


2.4.1 Definisi Pembangunan Ekonomi
Menurut Lincolin Arsyad (1993:4), pembangunan ekonomi adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan batasan tersebut, maka
pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara meningkat dalam
jangka panjang. Dari batasan dan defenisi tersebut dapat diperoleh pengertian
bahwa pembangunan ekonomi adalah:
1. Suatu proses, yang berarti perubahan secara terus menerus
2. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.
3. Kenaikan pendapatan perkapita yang berlangsung dalam jangka panjang.

Definisi pembangunan ekonomi menurut Maier adalah suatu proses


dimana pendapatan perkapita suatu negara meningkat selama kurun waktu yang
panjang. Dengan catatan bahwa; jumlah penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan absolut tidak meningkat dan distribusi pendapatan tidak semaking
timpang (Maier dalam Mudrajad Kuncoro, 1997:17)
Menurut Suparmoko, pembangunan atau perkembangan ekonomi adalah
kegiatan yang menunjukkan perubahan-perubahan dalam struktur output dan
alokasi imput pada berbagai sektor perekonomian, disamping kenaikan output.
(Irawan dan M. suparmoko, 1987:5)

7
2.4.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk
meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan (Sudarja 2005 :1). Sedangkan
menurut Soerjono Soekamto (1990:454) Pembangunan merupakan suatu proses
perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja
berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia
misalnya, merupkan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana
tertentu dengan sengaja dan memang dikaehendaki , baik oleh pemerintah
yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat.
Pembangunan menurut kacamata Sosiologis terbagi menjadi tiga dimana
setiap bagian memiliki dimensi ukuran, yaitu :
1. Pertumbuhan (Growth) yang diukur melalui Perkapita, GNP, Fasilitas
sosial
2. Perbaikan (Improvement) yang di fokuskan pada distribusi/pemerataan
diukur melalui kurva lorenz dan koefisien gini.
3. Perubahan (Change) yang direncanakan dan diarahkan (Planned and
Directed) yang diukur strata sosial dan indikator sosial
4. Ukuran yang lebih komprehensif di ukur melalui Indeks Mutu Hidup
(IMH) atau Quality of Lives. IMH terdiri dari komponen angka harapan
hidup (AHH), angka kematian Bayi (AKB) dan Angka Melek Huruf
(AMH). Soekamto (1990:454)
Proses pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ,
baik secara material maupun spiritual. Peningkatan taraf hidup masyarakat
mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya haluan yang diambil
harus berlandaskan pada pertimbangan rasional dalam suatu sistem.
b. Adanya rencana Pembangunan dan proses Pembangunan . Artinya
adanya keinginan untuk selalu membangun pada ukuran dan haluan
yang terkoordinasi secara rasional dalam suatu sistem.

8
c. Peningkatan Produktivitas
d. Peningkatan standar kehidupan
e. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat dan sama
dibidang politik, sosial, ekonomi dan hokum
f. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap dalam
masyarakat Konsolidasi nasional dan
g. Kemerdekaan nasional
Dari pemaparan diatas kita dapat merekonstruksi kembali tentang hakekat
SDM yang berkualitas untuk membangun bangsa ini.
Pembangunan ekonomi menurut Maier bertujuan untuk membangun
identitas nasional atau kepribadian bangsa. Adapun cara untuk mencapai tujuan
ini sangat dipengaruhi pandagan hidup bangsa tersebut dalam upaya menaikkan
output nasional dan pendapatan masyarakat. (Maier dalam Mudrajad Kuncoro,
1997:17)
Irawan dan Suparmoko mengartikan pembangunan ekonomi sebagai usaha
untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahya
pendapatan perkapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping
meningkatkan pendapatan nasional riil, juga meningkatkan produktivitas ( Irawan
dan M. Suparmoko, 1987:7)

2.5 PERANAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI NASIONAL
Sumber daya manusia (SDM) merupakan seluruh kemampuan atau potensi
penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu beserta karakteristik atau
ciri demografis, sosial maupun ekonominya yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembangunan. Jadi membahas sumber daya manusia berarti membahas
penduduk dengan segala potensi atau kemampuannya yang terdiri atas aspek
kualitas dan kuantitas.
Bicara tentang kuantitas (jumlah) berarti menunjukkan bagaimana
karakteristik demografis tentang jumlah dan pertumbuhan penduduk, penyebaran
dan komposisi penduduk. Sedangkan untuk kualitas (mutu) menjelaskan

9
bagaimana seorang manusia berhubungan dengan karakteristik sosial dan
ekonomi agar terciptanya suatu keberhasilan dalam pembangunan suatu Negara.
Tentunya sangat dibutuhkan sekali sumber daya manusia yang tangguh, unggul
dan baik secara fisik maupun mental.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan
memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang
selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh
bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha.
Sumber daya manusia atau penduduk menjadi asset tenaga kerja yang
efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang melimpah tidak
akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia apabila sumber daya
manusia yang ada tidak mampu mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam
yang tersedia.

2.5.1 Penduduk sebagai Produsen


Masyarakat sebagai produsen mencakup berbagai bentuk kegiatan
masyarakat yang dapat menghasilkan pendapatan, misalnya dapat berupa kegiatan
usaha, berdagang, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya.
Sistem ekonomi Indonesia memiliki acuan yang jelas, yaitu Undang-
Undang Dasar 1945. Maka dari itu sistem ekonomi bukanlah pasar bebas maupun
perencanaan sentral, melainkan sistem ekonomi Indonesia mendasarkan pada
ekonomi kerakyatan. Dalam sistem ekonomi kerakyatan masyarakat memegang
peranan aktif dalam kegiatan ekonomi, sedangkan pemerintah menciptakan iklim
yang sehat bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha.
Sistem ekonomi kerakyatan dapat didefinisikan sebagai pengaturan
kehidupan ekonomi yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat untuk
berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan ekonomi. Kesejahteraan rakyat yang
meningkat, merata, dan berkeadilan merupakan tujuan utama demokrasi ekonomi
kerakyatan.

10
Salah satu pilar penyangga ekonomi kerakyatan adalah usaha informal
yang berkembang dalah kehidupan masyarakat. Ciri-ciri sektor usaha informal
adalah sebagai berikut :
 Sektor usaha informal tidak memiliki alat-alat produksi yang
canggih.
 Pelaku ekonomi sektor usaha informal tidak memiliki pendidikan /
keahlian khusus.
 Sektor usaha informal dapat membuka lapangan kerja yang tidak
sedikit jumlahnya.
 Sektor usaha informal hanya memiliki ruang lingkup usaha
ekonomi yang sempit dan kecil.
Beberapa contoh kegiatan ekonomi sektor usaha informal adalah pedagang
asongan, pedagang sambilan, pedagang kaki lima, pedagang keliling

2.5.2 Penduduk sebagai Konsumen


Masyarakat sebagai konsumen memerlukan barang dan jasa bagi
kelangsungan hidup masyarakat. Masyarakat adalah pengguna
(konsumen) "public goods" atau produk-produk umum, seperti jalan raya,
jembatan, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain. Penggunaan public goods yang pada
umumnya disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah, bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran merupakan
bentuk kehidupan yang hanya melakukan kegiatan konsumsi saja, sehingga sering
menimbulkan masalah di masyarakat. Berbagai tindak kejahatan dilakukan
semata-mata karena untuk memenuhi kegiatan konsumsi. Di mana orang memiliki
banyak kebutuhan, tetapi tidak memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan
pendapatan bagi pemenuhan kebutuhan tersebut.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang sejak dini tertanam sikap untuk mampu
berproduksi dan bukan hanya melakukan konsumsi saja. Di samping itu berkaitan

11
dengan kegiatan konsumsi, perlu dilandasi sikap mental untuk bisa mengukur
kemampuan diri, sehingga tidak besar pasak daripada tiang.

2.5.3 Penduduk sebagai Distributor


Masyarakat sebagai distributor diwujudkan dalam bentuk terjadinya
penyaluran proses penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Lalu
lintas perdagangan dan transportasi yang membawa barang-barang pemenuhan
kebutuhan dalam kehidupan masyarakat merupakan bentuk kegiatan distribusi
yang berlangsung di masyarakat.
Kelancaran arus distribusi yang berlangsung di masyarakat dapat kita
amati dari lancar-tidaknya proses transportasi barang kebutuhan dari satu kota ke
kota yang lain. Salah satu faktor yang memicu terjadinya kelangkaan barang
antara lain disebabkan ketidaklancaran proses distribusi. Hal ini sering terjadi di
daerah-daerah yang sulit transportasinya.

2.6 MASALAH DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


Penduduk Indonesia yang berjumlah besar dapat menjadi modal
pembangunan bila memiliki kualitas yang memadai. Hal ini mengacu pada konsep
bahwa manusia merupakan pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.
Artinya, dengan kualitas penduduk yang rendah, maka manusia akan lebih banyak
berperan sebagai penikmat dan kurang berperan sebagai pelaku dan pelaksana
pembangunan.
Akhir-akhir ini pembicaraan tentang sumber daya manusia semakin
terdengar. Hal ini tidak lepas dari kesadaran bersama bahwa manusia tidak hanya
sebagai penikmat pembangunan. Disamping itu muncul juga kesadaran bahwa
pembangunan tidak hanya bisa tergantung pada sumber daya alam. Teknologi
sebagai sumber daya pembangunan yang lain memang menjadi penting pula
belakangan ini. Namun perkembangan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri
sangat tergantung pada manusia. Pengalaman-pengalaman negara maju seperti
Jerman, Inggris, Perancis, Amerika Serikat, serta negara-negara industry baru,
seperti Korea Selatan dan Taiwan, menunjukkan bahwa pertumbuhan mereka

12
sebagian mereka besar didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi.
Beberapa ahli sepakat bahwa pembangunan di Indonesia juga sudah
semestinya mengandalkan sumber daya manusia. Dengan tersedianya sumber
daya yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas, maka tantangan di masa
mendatang akan bisa diatasi dengan baik. Para ahli juga sepakat bahwa kualitas
sumber daya manusia yang sekarang kita miliki masih perlu ditingkatkan, agar
tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik.

2.6.1 Pendidikan dan Ketenagakerjaan


Dimensi sumber daya manusia meliputi jumlah, komposisi, karakteristik
(kualitas), dan persebaran penduduk (Effendi, 1991). Dimensi tersebut saling
terkait satu dengan yang lainnya. Selain keterkaitan antara kuantitas dan kualitas
yang telah disinggung sebelumnya, komposisi dan persebaran juga sangat penting.
Bila rasio ketergantungan tinggi, artinya banyak penduduk usia tidak
produktif, pengembangan sumber daya manusia juga akan mengalami banyak
kesulitan. Demikian pula bila sumber daya manusia yang berkualitas
terkonsentrasi di wilayah tertentu.
Ada beberapa pendekatan untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Satu diantaranya adalah pendekatan mutu modal manusia (human capital). Dalam
pendekatan human capital, manusia menempati peranan yang amat penting selain
modal (uang), sumber alam, dan teknologi dalam proses produksi. Untuk
mengembangkan sumber daya manusia, perlu juga diingat bahwa ada beberapa
hambatan yang tentu akan dihadapi. Secara garis besar hambatan itu ada dua,
hambatan dari dalam dan hambatan dari luar. Akan tetapi menurut perhitungan
World Bank, untuk negara berkembang seperti Indonesia, hambatan dari dalam
lebih besar pengaruhnya. Karena alasan ini pula, maka dalam pembicaraan
selanjutnya juga akan banyak dibicarakan tentang kondisi kita sendiri.
Dua hal kiranya bisa menggambarkan keadaan sumber daya manusia
Indonesia saat ini disamping hal-hal lain, yaitu pendidikan dan ketenagakerjaan.
Pada tahun 1971 hingga 1990, kenaikan proporsi penduduk yang berpendidikan

13
cukup baik. Namun kita sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum
memuaskan. Disamping masih ada sebagian yang belum mengenyam pendidikan
formal, kebanyakan usianya lanjut, proporsi yang pendidikannya rendah cukup
besar (Sunarto, 1992). Oleh karena itu bisa dimengerti bila pemerintah dalam
waktu dekat ini akan mengenakan wajib sekolah hingga 9 tahun masa belajar
(setingkat SLTP).
Kenaikan jumlah yang berpendidikan formal ini disertai juga dengan
kecenderungan naiknya tingkat pendidikan angkatan kerja. Sekali lagi, kita tidak
boleh cepat puas dengan keadaan ini. Disamping perbedaan tempat (desa-kota)
dan jenis kelamin yang masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat
pendidikannya rendah masih menonjol. Kita barangkali sepakat, bahwa dimasa
mendatang dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
Belum lengkap rasanya hanya melihat data-data seperti yang telah
disajikan diatas. Bagaimana pemanfaatan tenaga kerja kita? Dari tahun ke tahun,
tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan angka resmi yang kecil. Hal ini
dikarenakan oleh definisi pengangguran yang terlalu lunak.
Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih tertarik melihat
proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan (underutilization). Tenaga kerja
kurang termanfaatkan ini secara operasional didefinisikan sebagai jumlah
pengangguran ditambah setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga
kerja yang kurang termanfaatkan, maka akan diketahui bahwa produktivitas
tenaga kerja masih memprihatinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut. Terbatasnya lapangan kerja adalah salah satu factor yang sering
dijadikan alasan munculnya keadaan seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus
diakui, ada baiknya tidak semata-mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja
ini. Sebab pada kenyataannya sering dijumpai keluhan masih kurangnya tenaga
kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga kerja dengan kualifikasi yang
berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini kemudian merembet pada terbatasnya
tenaga kerja yang siap pakai.

14
Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian muncul dan meningkat
pengangguran terdidik. Keadaan semacam ini juga bisa mengakibatkan
munculnya mismatch (ketidaksesuain antara keahlian dengan pekerjaan). Kendati
data-data tentang mismatch ini masih sulit sekali diperoleh, namun, diperkirakan
hal ini akan mempengaruhi pula produktivitas tenaga kerja, selain juga
menyebabkan pemborosan biaya.
Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih ada
beberap masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak terkait dengan
kualitas manusia yang antara lain meliputi etos kerja, disiplin, daya saing, dan
sebagainya. Sebagai contoh, penelitian Ancok dan Faturochman (1989)
menemukan bahwa kualitas kekaryaan merupakan pengembangan dari etos kerja
pada sebagian masyarakat kita masih perlu ditingkatkan.

2.7 PENGARUH TINGKAT PERKEMBANGAN PENDUDUK TERHADAP


PEMBANGUNAN EKONOMI
Penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi; satu dari
segi permintaan dan yang lain dari segi penawaran. Dari segi permintaan
penduduk bertindak sebagai konsumen dan dari segi penawaran bertindak sebagai
produsen. Oleh karena itu perkembangan penduduk yang cepat tidak selalu
merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi jika penduduk ini
mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan dan menyerap hasil
produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertambahan penduduk yang tinggi
disertai dengan tingkat penghasilan yang tinggi pula. Jadi pertambahan penduduk
dengan tingkat penghasilan yang redah tidak ada gunanya bagi pembagunan
ekonomi.
Kalau seandainya terjadi penurunan jumlah penduduk, maka akan terjadi
pula penurunan dalam rangsangan untuk mengadakan investasi dan permintaan
agregatif juga akan turun. Jika perkembangan penduduk tertunda maka akumulasi
kapital juga akan menjadi lesu karena beberapa alasan,yaitu: wiraswasta akan
mengira bahwa pasar menjadi semakin sempit. Sedangkan karena tingkat

15
keuntungan merupakan fungsi dari luasnya pasar, maka investasi yang tergantung
pada tingkat keuntungan akan menurun. Disamping alasan itu pertambahan
penduduk juga mendorong adanya perluasan investasi karena adanya kebutuhan
perumahan yang semakin besar dan juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat
umum seperti jalan raya, fasilitas transportasi umum, persediaan air minum,
kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital dalam bidang ini relatif lebih
besar daripada bidang-bidang lain sehingga penurunan tingkat perkembangan
penduduk akan mengakibatkan turunya akumulasi kapital.
Produktivitas penduduk dinegara-negara berkembang adalah rendah
sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena sebagian besar
penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian berasal dari sector pertanian.
Maka hampir semua hampir semua penghasilan yang didapatnya akan
dikondumeir seluruhnya. Seandainya ada sisa, hanya relatif kecil jumlahnya.
Akibatnya tingkat investasi juga akan rendah. Jadi, di negara-negara sedang
berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi antara jumlah
manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang lain, perkembangan penduduk
yang cepat akan menimbulkan diseconomies of scale. Di negara-negara yang
sedang berkembang dimana kepadatan penduduk yang cepat akan dapat pula
mendorong perkembangan ekonomi, apabila kapital dan kemampuan managerial
termasuk organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan penduduk
tersebut.

2.8 KENDALA YANG DIHADAPI SDM DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI NASIONAL
Dalam pencapaian pembangunan ekonomi nasional banyak kendala yang
dihadapi. Termasuk juga SDM yang ada juga mengalami kendala-kendala dalam
pengembangan pembangunan ekonomi nasional, diantaranya:
2.8.1 Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat
pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju,

16
demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia. Rendahnya tingkat
pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
 Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
 Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan
penyediaan sarana pendidikan.
 Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah:
a. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan
tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan
jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi
kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
b. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat
menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan
masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak
fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat
memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan
akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah
mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
masyarakat. Usaha-usaha tersebut di antaranya:
 Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
 Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan
Universitas Terbuka.
 Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
 Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
 Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
 Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
 Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
Sistem pendidikan perlu dirubah total karena jika kita terus bertahan
disistem pendidikan lama seperti sekarang ini maka kita akan terus terpuruk

17
khususnya dibidang ekonomi. Karena sistem pendidikan diIndonesia terus
menerus melatih siswa dengan mematikan karakteristik dan bakat terpendam
siswa. Sistem pendidikan di Indonesia hanya membunuh karakter siswa lihat saja
siswa yang baru masuk sekolah begitu riang dan gembira akan tetapi setelah
masuk sekolah dan menerima berbagai pelajaran, dirinya mulai bosan dan ingin
segera keluar dari sekolah. Karena ada yang terbunuh dari jiwanya yaitu
kebebasannya dalam mengembangkan bakat dasar yang dia bawa sejak lahir.Jika
siswa terbiasa terkekang dan takut dengan berbagai ancaman maka wajar saja
kelak dirinya menjadi pengangguran karena kreativitasnya telah lama terpasung
dan terbiasa bergantung serta lebih senang mencari kerja dari pada menciptakan
lapangan kerja padahal lapangan kerja semakin terbatas.

2.8.2 Tingkat Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan,
perilaku kesehatan, pelayanan kesehatan dan kependudukan. Angka kematian bayi
merupakan salah satu indikator untuk mengukur derajat kesehatan masyarakat.
Meskipun angka kematian bayi di Indonesia menunjukkan penurunan yang sangat
signifikan sebagai dampak pelaksanaan pembangunan di segala bidang, termasuk
intervensi program kesehatan yang sangat intensif dilaksanakan di seluruh pelosok
tanah air, namun dengan terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan
tahun 1997 dapat dipastikan bahwa angka kematian bayi dapat meningkat kembali
sejalan dengan meningkatnya prevelensi balita kekurangan energi dan protein.
Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari investasi yang perlu
diperhatikan dan keberhasilan di bidang tersebut akan memberikan andil dalam
mempercepat pembangunan nasional.
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka
kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan. Kualitas
kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
a. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
b. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
c. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.

18
d. Gizi yang rendah.
e. Penyakit menular.
f. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah
terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan
kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika
tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka
dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak
optimal.

Untuk menanggulangi masalah kesehatan ini, pemerintah mengambil


beberapa tindakan untuk meningkatkan mutu kesehatan masyarakat, sehingga
dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan. Upaya-upaya tersebut di
antarnya:
 Mengadakan perbaikan gizi masyarakat.
 Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
 Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan.
 Membangun sarana-sarana kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit,
dan lain-lain.
 Mengadakan program pengadaan dan pengawasan obat dan makanan.
 Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan gizi dan kebersihan
lingkungan.

2.8.3 Tingkat penghasilan/pendapatan


Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari
pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu
negara. Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita
rendah, hal ini disebabkan oleh:
 Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
 Jumlah penduduk banyak.
 Besarnya angka ketergantungan.

19
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
 Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
 Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
 Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.

Adapun dampak rendahnya tingkat pendapatan penduduk terhadap pembangunan


adalah:
 Rendahnya daya beli masyarakat menyebabkan pembangunan bidang
ekonomi kurang berkembang baik.
 Tingkat kesejahteraan masyarakat rendah menyebabkan hasil
pembangunan hanya banyak dinikmati kelompok masyarakat kelas
sosial menengah ke atas.
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (kesejahteraan masyarakat),
sehingga dapat mendukung lancarnya pelaksanaan pembangunan pemerintah
melakukan upaya dalam bentuk:
 Menekan laju pertumbuhan penduduk.
 Merangsang kemauan berwiraswasta.
 Menggiatkan usaha kerajinan rumah tangga/industrialisasi.
 Memperluas kesempatan kerja.
 Meningkatkan GNP dengan cara meningkatkan barang dan jasa.

2.8.4 Minimnya Lapangan Pekerjaan dan Pengangguran


Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang
tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak
bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan
kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara
yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku
kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan
kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan
hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada
untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja.

20
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi,
merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-
negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti
dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam
dunia usaha.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan
isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan
keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk
Indonesia,tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya
produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam
pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif merupakan faktor yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan
daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia tidak
dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai
kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat
birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang merupakan
lingkungan kerja dari bisnis corporate (kerjasama).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sistem pendidikan perlu
dirubah.Hubungan antara pendidikan dengan dunia kerja mutlak diperlukan.Siswa
butuh praktek lapangan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan serta diberi
test tulis yang amat membosankan tapi berilah soal dunia nyata agar kreativitas
dan pikiran bawah sadarnya dapat optimal serta terlatih. Namun sayang sistem
pendidikan diIndonesia hanya menitik beratkan pada test tulis terbukti pada
peningkatan standart kelulusan pada UAN atau UNAS tiap tahunnya. Padahal jika
dilihat lebih lanjut kebijakan tersebut merupakan kebijakan terbodoh yang pernah
ada. Karena hal tersebut hanya membuat siswa terpaksa belajar hanya untuk
meraih nilai standar bukan untuk melatih skill yang dirinya butuhkan untuk
menghadapi tantangan persaingan global padahal yang dibutuhkan sekarang
bukan nilai akademik yang tertulis tapi skill yang benar-benar dikuasai dan

21
dipraktekkan didunia nyata maka wajar saja jika Indonesia masih minim
sumberdaya manusia yang benar-benar memiliki keahlian dibidangnya sebaliknya
angka pengangguran terus meningkat.
Di Indonesia terjadi ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja dimana tentunya lapangan pekerjaan yang jauh lebih sedikit
dibandingkan para pencari kerjanya. Selain itu kondisi ini juga diperparah dengan
tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah dimana stuktur
pendidikan angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
hampir lebih dari 50%. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja
terutama bagi lulusan perguruan tinggi hal inilah yang membuat angka
pengangguran sarjana makin tinggi. Karena begitu banyaknya lulusan perguruan
tinggi tiap tahunnya tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai.
Pengaturan Sumber Daya Manusia adalah sangat sulit dan kompleks.
Manusia mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan, latar belakang sosial
budaya dan sebagainya yang bervariasi dan sering terbawa serta ke dalam unit
kerja/ organiasi.
Jumlah penduduk yang besar adalah merupakan salah satu modal dasar
pembagunan nasional, tetapi penduduk yang tidak memiliki kemauan dan
kemampuan untuk bekerja akan menimbulkan masalah di dalam pembangunan
nasional. Hampir setiap Negara mengalami masalah di dalam menangani masalah
pengangguran. Penyebab timbulnya pengangguran adalah:
 Tidak dimilikinya pendidikan yang memadai
 Tidak dimiliki bekal keterampilan untuk dapat melakukan aktifitas
pekerjaan

Berikut ini adalah masalah-masalah yang akan timbul dari pengangguran :


 Adanya kesenjangan sosial
 Adanya kerawanan sosial

Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai


saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan

22
perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan
tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan
kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan
perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran
sarjana di Indonesia.
Pendidikan memang merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat ditingkatkan pengetahuan
dan ketrampilan yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan
produktivitas.
Pendidikan dapat pula dilihat sebagai investasi sumberdaya manusia dan
hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian (Tjiptoherijanto P, 1996).
Namun, peningkatan mutu pendidikan yang tidak diimbangi dengan tersedianya
lapangan pekerjaan akan menimbulkan permasalahan baru. Walaupun saat ini ada
kecenderungan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi lebih banyak yang
menganggur daripada bekerja. Hal, ini terutama disebabkan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang tersedia, padahal penduduk yang lulus perguruan tinggi setiap
tahunnya selalu bertambah. Sebagai akibatnya banyak diantara para sarjana yang
bekerja pada bidang yang bukan keahliannya. Hal ini terpaksa dilakukannya
dengan pertimbangan daripada menganggur.

Oleh karena itu, setiap dalam mengenyam pendidikan seharusnya peserta


didik diberikan ketrampilan agar memiliki kemampuan untuk berwirausaha.
Sehingga, tidak bergantung pada instansi yang sudah didirikan orang lain maupun
pemerintah, akan tetapi dapat mendirikan usaha sendiri sehingga juga dapat
menarik tenaga kerja dan mengurangi pengangguran.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang
memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun
dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari
pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal
asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal

23
dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan
ekonomi global.
Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan
kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat
memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki dengan kemampuan SDM
yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik
secara perorangan maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi
kebutuhan mereka dengan berbagai alat pemuas kebutuhan atau SDA yang
terbatas. Di samping itu penggunan barang sumber daya bisa mengakibatkan
terjadinya pencemaran. Oleh karena itu dalam penggunaannya kita harus
pandai dalam mengolahnya dan memperhatikan dampak dari adanya
penggunaan seperti eksploitasi dan mengolah hasil limbah menjadi suatu
produk yang dapat digunakan kembali
Dalam hal pertumbuhan ekonomi, negara yang baru memulai pembagunan
akan kewelahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Karena
untuk meningklatkan pertumbuhan ekonomi membutuhkan banyak sumber
daya tyerutama pada negara yang sedang mengalami pertambahan penduduk.
Salah satu cara pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.

25
DAFTAR RUJUKAN

Cahyani, Rindi Tri. 2012. Macam-Macam Sumber Daya Manusia. (Online),


(http://rinditri cahyani.blogspot.com/2012/11/macam-macam-sumber-
daya-manusia.html),

Rois, Fatma. 2014. Makalah Kontribusi Sumber Daya Manusia dalam


Pembangunan Ekonomi di Indonesia Dikaji Dari Geografi Ekonomi,
(Online), (http://aimowchan.blogspot.com /2014/04/makalah-kontribusi-
sumber-daya-manusia.html),

Gusmao, Laurenco. 2011. Peranan SDA dan SDM terhadap


Pembangunan Ekonomi, (Online),
(http://dodogusmao.wordpress.com/2011/05/26/peranan-sda-dan-sdm-
terhadap-pembangunan-ekonomi/),

Ratih. 2013. Pengaruh Sumber Daya Manusia Indonesia dalam Bidang


Pendidikan Terhadap Persaingan Globa., (Online),
(http://ratih102.wordpress.com/2013/05/02/pengaruh-sumber-daya-
manusia-indonesia-dalam-bidang-pendidikan-terhadap-persaingan-
global/),

Irawan, M. Suparmoko. 1995. Ekonomi Pembangunan, Edisi Lima, Cetakan ke


Empat. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan, Teori, Masalah dan


Kebijakan (Cetakan pertama). Yogyakarta: Unit penerbitan dan percetakan
akademi manajemen perusahaan YKPN.

26

Anda mungkin juga menyukai