Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Peranan Sumber Daya Alam Dalam
Pembangunan Ekonomi ini dengan baik tanpa hambatan. Kami mengucapkan
terima kasih banyak kepada dosen pembimbing dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah
Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
sehingga kritik, koreksi, dan saran dari semua pihak untuk menyempurnakan
makalah yang telah kami buat ini senantiasa akan kami terima dengan tangan
terbuka.
Akhirul kalam, terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Tim penyusun
i2
DAFTAR ISI
ii3
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagai penggerak
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya.
3. Sumber daya manusia adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi
sebagai modal (non material/nonfinansial) didalam organisasi bisnis, yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik
dalam mewujudkan eksistensinya. (Nawami dalam Sulistiyani dan
Rosidah, 2003:9)
Selain definisi Sumber daya manusia di atas Faustino Cardoso Gomes
(2003:1) menyebutkan bahwa: Sumber daya manusia merupakan salah satu
sumber daya yang terdapat dalam organisasi, meliputi semua orang yang
melakukan aktivitas.
3
dilihat hanya sebagai sumber energi, tapi yang terutama ialah sebagai
sumber daya cipta (sumber daya mental) yang sangat penting bagi
perkembangan kebudayaan manusia. (Rindi, 2012)
4
Ruang lingkup pengembangan SDM yaitu:
1. Pengembangan kompetensi : Pelatihan kompetensi, project
management, dsb
2. Pengembangan Jumlah SDM : Dilakukan apabila organisasi
membutuhkan tenaga kerja
untuk melakukan peningkatan kinerja
3. Pengembangan organisasi : Dengan terciptanya unit usaha baru, maka
secara
organisasi perlu dilakukan penyesuaian
struktur organisasi. (Rindi, 2012)
5
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas
angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang
berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang
memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun
dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari
pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal
asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal
dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM.
Rendahnya SDM Indonesia diakibatkan kurangnya penguasaan IPTEK,
karena sikap mental dan penguasaan IPTEK yang dapat menjadi subyek atau
pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan
pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu
dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya
memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus
dikedepankan.
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan
adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi.
Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu
dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. (Ratih,
2013)
2.3 DAMPAK IPTEK TERHADAP SDM DI INDONESIA
Pengaruh IPTEK terhadap peningkatan SDM Indonesia khususnya dalam
persaingan global sekarang ini meliputi berbagai aspek dan merubah segenap
tatanan masyarakat. Aspek-aspek yang dipengaruhi salah satunya adalah pada
aspek ekonomi.
Dengan adanya IPTEK, maka SDM Indonesia akan semakin meningkat
dengan pengetahuan-pengetahuan dari teknologi tersebut. Dengan kemajuan SDM
ini, tentunya secara tidak langsung akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di
6
Indonesia. Berkaitan dengan pasar global dwasa ini, tidaklah mungkin jika suatu
negara dengan tingkat SDM rendah dapat bersaing, untuk itulah penguasaan
IPTEK sangat penting sekali untuk dikuasai. Selain itu, tidak dipungkiri
globalisasi telah menimbulkan pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat di
masa kini akibat pengaruh negatif dari globalisasi. (Ratih, 2013)
7
2.4.2 Tujuan Pembangunan Ekonomi
Pembangunan didefinisikan sebagai upaya suatu bangsa untuk
meningkatkan mutu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik
sumber daya manusia maupun sumber daya alam melalui proses perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang berkelanjutan (Sudarja 2005 :1). Sedangkan
menurut Soerjono Soekamto (1990:454) Pembangunan merupakan suatu proses
perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja
berdasarkan suatu rencana tertentu. Pembangunan nasional Indonesia
misalnya, merupkan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana
tertentu dengan sengaja dan memang dikaehendaki , baik oleh pemerintah
yang menjadi pelopor pembangunan maupun masyarakat.
Pembangunan menurut kacamata Sosiologis terbagi menjadi tiga dimana
setiap bagian memiliki dimensi ukuran, yaitu :
1. Pertumbuhan (Growth) yang diukur melalui Perkapita, GNP, Fasilitas
sosial
2. Perbaikan (Improvement) yang di fokuskan pada distribusi/pemerataan
diukur melalui kurva lorenz dan koefisien gini.
3. Perubahan (Change) yang direncanakan dan diarahkan (Planned and
Directed) yang diukur strata sosial dan indikator sosial
4. Ukuran yang lebih komprehensif di ukur melalui Indeks Mutu Hidup
(IMH) atau Quality of Lives. IMH terdiri dari komponen angka harapan
hidup (AHH), angka kematian Bayi (AKB) dan Angka Melek Huruf
(AMH). Soekamto (1990:454)
Proses pembangunan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ,
baik secara material maupun spiritual. Peningkatan taraf hidup masyarakat
mencakup suatu perangkat cita-cita yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pembangunan harus bersifat rasionalistis, artinya haluan yang diambil
harus berlandaskan pada pertimbangan rasional dalam suatu sistem.
b. Adanya rencana Pembangunan dan proses Pembangunan . Artinya
adanya keinginan untuk selalu membangun pada ukuran dan haluan
yang terkoordinasi secara rasional dalam suatu sistem.
8
c. Peningkatan Produktivitas
d. Peningkatan standar kehidupan
e. Kedudukan, peranan dan kesempatan yang sederajat dan sama
dibidang politik, sosial, ekonomi dan hokum
f. Pengembangan lembaga-lembaga sosial dan sikap-sikap dalam
masyarakat Konsolidasi nasional dan
g. Kemerdekaan nasional
Dari pemaparan diatas kita dapat merekonstruksi kembali tentang hakekat
SDM yang berkualitas untuk membangun bangsa ini.
Pembangunan ekonomi menurut Maier bertujuan untuk membangun
identitas nasional atau kepribadian bangsa. Adapun cara untuk mencapai tujuan
ini sangat dipengaruhi pandagan hidup bangsa tersebut dalam upaya menaikkan
output nasional dan pendapatan masyarakat. (Maier dalam Mudrajad Kuncoro,
1997:17)
Irawan dan Suparmoko mengartikan pembangunan ekonomi sebagai usaha
untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang diukur melalui tinggi rendahya
pendapatan perkapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi disamping
meningkatkan pendapatan nasional riil, juga meningkatkan produktivitas ( Irawan
dan M. Suparmoko, 1987:7)
9
bagaimana seorang manusia berhubungan dengan karakteristik sosial dan
ekonomi agar terciptanya suatu keberhasilan dalam pembangunan suatu Negara.
Tentunya sangat dibutuhkan sekali sumber daya manusia yang tangguh, unggul
dan baik secara fisik maupun mental.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
persaingan global, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan
memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang
selama ini kita abaikan. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh
bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha.
Sumber daya manusia atau penduduk menjadi asset tenaga kerja yang
efektif untuk menciptakan kesejahteraan. Kekayaan alam yang melimpah tidak
akan mampu memberikan manfaat yang besar bagi manusia apabila sumber daya
manusia yang ada tidak mampu mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam
yang tersedia.
10
Salah satu pilar penyangga ekonomi kerakyatan adalah usaha informal
yang berkembang dalah kehidupan masyarakat. Ciri-ciri sektor usaha informal
adalah sebagai berikut :
Sektor usaha informal tidak memiliki alat-alat produksi yang
canggih.
Pelaku ekonomi sektor usaha informal tidak memiliki pendidikan /
keahlian khusus.
Sektor usaha informal dapat membuka lapangan kerja yang tidak
sedikit jumlahnya.
Sektor usaha informal hanya memiliki ruang lingkup usaha
ekonomi yang sempit dan kecil.
Beberapa contoh kegiatan ekonomi sektor usaha informal adalah pedagang
asongan, pedagang sambilan, pedagang kaki lima, pedagang keliling
11
dengan kegiatan konsumsi, perlu dilandasi sikap mental untuk bisa mengukur
kemampuan diri, sehingga tidak besar pasak daripada tiang.
12
sebagian mereka besar didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi.
Beberapa ahli sepakat bahwa pembangunan di Indonesia juga sudah
semestinya mengandalkan sumber daya manusia. Dengan tersedianya sumber
daya yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas, maka tantangan di masa
mendatang akan bisa diatasi dengan baik. Para ahli juga sepakat bahwa kualitas
sumber daya manusia yang sekarang kita miliki masih perlu ditingkatkan, agar
tantangan tersebut bisa teratasi dengan baik.
13
cukup baik. Namun kita sadar bahwa angka yang telah dicapai tersebut belum
memuaskan. Disamping masih ada sebagian yang belum mengenyam pendidikan
formal, kebanyakan usianya lanjut, proporsi yang pendidikannya rendah cukup
besar (Sunarto, 1992). Oleh karena itu bisa dimengerti bila pemerintah dalam
waktu dekat ini akan mengenakan wajib sekolah hingga 9 tahun masa belajar
(setingkat SLTP).
Kenaikan jumlah yang berpendidikan formal ini disertai juga dengan
kecenderungan naiknya tingkat pendidikan angkatan kerja. Sekali lagi, kita tidak
boleh cepat puas dengan keadaan ini. Disamping perbedaan tempat (desa-kota)
dan jenis kelamin yang masih menjadi masalah, angkatan kerja yang tingkat
pendidikannya rendah masih menonjol. Kita barangkali sepakat, bahwa dimasa
mendatang dibutuhkan lebih banyak lagi tenaga kerja dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
Belum lengkap rasanya hanya melihat data-data seperti yang telah
disajikan diatas. Bagaimana pemanfaatan tenaga kerja kita? Dari tahun ke tahun,
tingkat pengangguran di Indonesia menunjukkan angka resmi yang kecil. Hal ini
dikarenakan oleh definisi pengangguran yang terlalu lunak.
Oleh karena itu, para ahli ketenagakerjaan umumnya lebih tertarik melihat
proporsi tenaga kerja yang kurang termanfaatkan (underutilization). Tenaga kerja
kurang termanfaatkan ini secara operasional didefinisikan sebagai jumlah
pengangguran ditambah setengah pengangguran. Dengan melihat proporsi tenaga
kerja yang kurang termanfaatkan, maka akan diketahui bahwa produktivitas
tenaga kerja masih memprihatinkan. Banyak faktor yang mempengaruhi hal
tersebut. Terbatasnya lapangan kerja adalah salah satu factor yang sering
dijadikan alasan munculnya keadaan seperti itu. Meskipun kenyataan ini harus
diakui, ada baiknya tidak semata-mata menyalahkan kurangnya kesempatan kerja
ini. Sebab pada kenyataannya sering dijumpai keluhan masih kurangnya tenaga
kerja yang dibutuhkan, terutama tenaga kerja dengan kualifikasi yang
berketerampilan tinggi. Keluhan seperti ini kemudian merembet pada terbatasnya
tenaga kerja yang siap pakai.
14
Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian muncul dan meningkat
pengangguran terdidik. Keadaan semacam ini juga bisa mengakibatkan
munculnya mismatch (ketidaksesuain antara keahlian dengan pekerjaan). Kendati
data-data tentang mismatch ini masih sulit sekali diperoleh, namun, diperkirakan
hal ini akan mempengaruhi pula produktivitas tenaga kerja, selain juga
menyebabkan pemborosan biaya.
Disamping dua masalah yang dikemukakan tadi, tentunya masih ada
beberap masalah lain yang terkait. Masalah-masalah ini banyak terkait dengan
kualitas manusia yang antara lain meliputi etos kerja, disiplin, daya saing, dan
sebagainya. Sebagai contoh, penelitian Ancok dan Faturochman (1989)
menemukan bahwa kualitas kekaryaan merupakan pengembangan dari etos kerja
pada sebagian masyarakat kita masih perlu ditingkatkan.
15
keuntungan merupakan fungsi dari luasnya pasar, maka investasi yang tergantung
pada tingkat keuntungan akan menurun. Disamping alasan itu pertambahan
penduduk juga mendorong adanya perluasan investasi karena adanya kebutuhan
perumahan yang semakin besar dan juga kebutuhan-kebutuhan yang bersifat
umum seperti jalan raya, fasilitas transportasi umum, persediaan air minum,
kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital dalam bidang ini relatif lebih
besar daripada bidang-bidang lain sehingga penurunan tingkat perkembangan
penduduk akan mengakibatkan turunya akumulasi kapital.
Produktivitas penduduk dinegara-negara berkembang adalah rendah
sehingga mengakibatkan rendahnya produksi pula. Karena sebagian besar
penduduk tinggal di desa dan hidupnya sebagian berasal dari sector pertanian.
Maka hampir semua hampir semua penghasilan yang didapatnya akan
dikondumeir seluruhnya. Seandainya ada sisa, hanya relatif kecil jumlahnya.
Akibatnya tingkat investasi juga akan rendah. Jadi, di negara-negara sedang
berkembang, dimana sudah terdapat perbandingan yang tinggi antara jumlah
manusia dan jumlah faktor-faktor produksi yang lain, perkembangan penduduk
yang cepat akan menimbulkan diseconomies of scale. Di negara-negara yang
sedang berkembang dimana kepadatan penduduk yang cepat akan dapat pula
mendorong perkembangan ekonomi, apabila kapital dan kemampuan managerial
termasuk organisasi dan administrasi dapat mengimbangi tantangan penduduk
tersebut.
16
demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia. Rendahnya tingkat
pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan
penyediaan sarana pendidikan.
Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap
pembangunan adalah:
a. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan
tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan
jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi
kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
b. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat
menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan
masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak
fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat
memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan
akan menghambat jalannya pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah
mengambil beberapa kebijakan yang dapat meningkatkan mutu pendidikan
masyarakat. Usaha-usaha tersebut di antaranya:
Pencanangan wajib belajar 9 tahun.
Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP Terbuka dan
Universitas Terbuka.
Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan (gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain).
Meningkatkan mutu guru melalui penataran-penataran.
Menyempurnakan kurikulum sesuai perkembangan zaman.
Mencanangkan gerakan orang tua asuh.
Memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi.
Sistem pendidikan perlu dirubah total karena jika kita terus bertahan
disistem pendidikan lama seperti sekarang ini maka kita akan terus terpuruk
17
khususnya dibidang ekonomi. Karena sistem pendidikan diIndonesia terus
menerus melatih siswa dengan mematikan karakteristik dan bakat terpendam
siswa. Sistem pendidikan di Indonesia hanya membunuh karakter siswa lihat saja
siswa yang baru masuk sekolah begitu riang dan gembira akan tetapi setelah
masuk sekolah dan menerima berbagai pelajaran, dirinya mulai bosan dan ingin
segera keluar dari sekolah. Karena ada yang terbunuh dari jiwanya yaitu
kebebasannya dalam mengembangkan bakat dasar yang dia bawa sejak lahir.Jika
siswa terbiasa terkekang dan takut dengan berbagai ancaman maka wajar saja
kelak dirinya menjadi pengangguran karena kreativitasnya telah lama terpasung
dan terbiasa bergantung serta lebih senang mencari kerja dari pada menciptakan
lapangan kerja padahal lapangan kerja semakin terbatas.
18
d. Gizi yang rendah.
e. Penyakit menular.
f. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
Dampak rendahnya tingkat kesehatan terhadap pembangunan adalah
terhambatnya pembangunan fisik karena perhatian tercurah pada perbaikan
kesehatan yang lebih utama karena menyangkut jiwa manusia. Selain itu, jika
tingkat kesehatan manusia sebagai objek dan subjek pembangunan rendah, maka
dalam melakukan apa pun khususnya pada saat bekerja, hasilnya pun akan tidak
optimal.
19
Berdasarkan pendapatan per kapitanya, negara digolongkan menjadi 3, yaitu:
Negara kaya, pendapatan per kapitanya > US$ 1.000.
Negara sedang, pendapatan per kapitanya = US$ 300 – 1.00.
Negara miskin, pendapatan per kapitanya < US$ 300.
20
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi,
merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-
negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi
dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti
dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam
dunia usaha.
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan
isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan
keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk
Indonesia,tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya
produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam
pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif merupakan faktor yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan
daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia tidak
dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai
kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat
birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang merupakan
lingkungan kerja dari bisnis corporate (kerjasama).
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sistem pendidikan perlu
dirubah.Hubungan antara pendidikan dengan dunia kerja mutlak diperlukan.Siswa
butuh praktek lapangan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan serta diberi
test tulis yang amat membosankan tapi berilah soal dunia nyata agar kreativitas
dan pikiran bawah sadarnya dapat optimal serta terlatih. Namun sayang sistem
pendidikan diIndonesia hanya menitik beratkan pada test tulis terbukti pada
peningkatan standart kelulusan pada UAN atau UNAS tiap tahunnya. Padahal jika
dilihat lebih lanjut kebijakan tersebut merupakan kebijakan terbodoh yang pernah
ada. Karena hal tersebut hanya membuat siswa terpaksa belajar hanya untuk
meraih nilai standar bukan untuk melatih skill yang dirinya butuhkan untuk
menghadapi tantangan persaingan global padahal yang dibutuhkan sekarang
bukan nilai akademik yang tertulis tapi skill yang benar-benar dikuasai dan
21
dipraktekkan didunia nyata maka wajar saja jika Indonesia masih minim
sumberdaya manusia yang benar-benar memiliki keahlian dibidangnya sebaliknya
angka pengangguran terus meningkat.
Di Indonesia terjadi ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan
angkatan kerja dimana tentunya lapangan pekerjaan yang jauh lebih sedikit
dibandingkan para pencari kerjanya. Selain itu kondisi ini juga diperparah dengan
tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah dimana stuktur
pendidikan angkatan kerja di Indonesia masih didominasi pendidikan dasar
hampir lebih dari 50%. Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja
terutama bagi lulusan perguruan tinggi hal inilah yang membuat angka
pengangguran sarjana makin tinggi. Karena begitu banyaknya lulusan perguruan
tinggi tiap tahunnya tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang memadai.
Pengaturan Sumber Daya Manusia adalah sangat sulit dan kompleks.
Manusia mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan, latar belakang sosial
budaya dan sebagainya yang bervariasi dan sering terbawa serta ke dalam unit
kerja/ organiasi.
Jumlah penduduk yang besar adalah merupakan salah satu modal dasar
pembagunan nasional, tetapi penduduk yang tidak memiliki kemauan dan
kemampuan untuk bekerja akan menimbulkan masalah di dalam pembangunan
nasional. Hampir setiap Negara mengalami masalah di dalam menangani masalah
pengangguran. Penyebab timbulnya pengangguran adalah:
Tidak dimilikinya pendidikan yang memadai
Tidak dimiliki bekal keterampilan untuk dapat melakukan aktifitas
pekerjaan
22
perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan
tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan
kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan
perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran
sarjana di Indonesia.
Pendidikan memang merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
mutu sumberdaya manusia. Dengan pendidikan dapat ditingkatkan pengetahuan
dan ketrampilan yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan
produktivitas.
Pendidikan dapat pula dilihat sebagai investasi sumberdaya manusia dan
hasilnya akan diperoleh beberapa tahun kemudian (Tjiptoherijanto P, 1996).
Namun, peningkatan mutu pendidikan yang tidak diimbangi dengan tersedianya
lapangan pekerjaan akan menimbulkan permasalahan baru. Walaupun saat ini ada
kecenderungan bahwa sarjana lulusan perguruan tinggi lebih banyak yang
menganggur daripada bekerja. Hal, ini terutama disebabkan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang tersedia, padahal penduduk yang lulus perguruan tinggi setiap
tahunnya selalu bertambah. Sebagai akibatnya banyak diantara para sarjana yang
bekerja pada bidang yang bukan keahliannya. Hal ini terpaksa dilakukannya
dengan pertimbangan daripada menganggur.
23
dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan
ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan
pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan
ekonomi global.
Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan
kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat
memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki dengan kemampuan SDM
yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu yang mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik
secara perorangan maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi
kebutuhan mereka dengan berbagai alat pemuas kebutuhan atau SDA yang
terbatas. Di samping itu penggunan barang sumber daya bisa mengakibatkan
terjadinya pencemaran. Oleh karena itu dalam penggunaannya kita harus
pandai dalam mengolahnya dan memperhatikan dampak dari adanya
penggunaan seperti eksploitasi dan mengolah hasil limbah menjadi suatu
produk yang dapat digunakan kembali
Dalam hal pertumbuhan ekonomi, negara yang baru memulai pembagunan
akan kewelahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Karena
untuk meningklatkan pertumbuhan ekonomi membutuhkan banyak sumber
daya tyerutama pada negara yang sedang mengalami pertambahan penduduk.
Salah satu cara pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan.
25
DAFTAR RUJUKAN
26