Anda di halaman 1dari 2

Dimas Agung Ramadhan

021928008

D3 Akuntansi

1. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih
sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor
kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %,
auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan
faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 %
memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba
bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas
materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :
Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

 Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta


 Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta
 Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta.

2. Hubungan SPI, materialitas, dan bukti audit: 1. SPI kuat → potensi salah saji kecil →
materialitas besar (toleransi terhadap salah saji besar) → bukti audit relatif sedikit. 2. SPI
lemah → potensi salah saji besar → materialitas kecil (toleransi terhadap salah saji kecil) →
bukti audit relatif banyak.
3. Ditentukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan audit serta pada saat mengevaluasi
dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang
tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat merumuskan opini dalam
laporan auditor.
4. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara
kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang
menimbulkan salah saji tersebut.
5. Tingkat laporan keuangan secara keseluruhan. 2. Tingkat segmen audit (transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan), dikenal dengan istilah performance materiality.
6. Aspek keuangan yang dijadikan fokus (user's focus) dalam menghitung angka materilitas
adalah :
- Earning - Based yaitu angka materilitas mengacu pada laba yang meliputi pretax income,
normalized earning, EBIT, EBITDA, atau gross margin.
- Activty - Based yaitu angka materilitas mengacu pada kinerja entitas yaitu pendapatan dan
biaya
- Capital - Based yaitu angka materilitas mengacu pada permodalan yang meluputi ekuitas
dan aset.
7. Risiko audit, yaitu risiko auditor salah dalam memberikan opini atas laporan keuangan,
disebabkan karena salah saji material dalam laporan keuangan tidak terdeteksi atau tidak
diketahui oleh auditor, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit.
8. Komponen Risiko Audit
- Risiko Bawaan
- Risiko Pengendalian
- Risiko deteksi
9. SPI Kuat = Risiko pengendalian rendah → Risiko bawaan rendah → Potensi salah saji kecil →
Materialitas besar → Risiko deteksi besar → Risiko Audit besar → Bukti audit sedikit
10. Pendekatan Audit
- Test Data Metode ini menggunakan data masukan yang telah dipersiapkan auditor dan
menguji data dengan Salinan dari perangkat lunak aplikasi auditan. - ITF Suati pendekatan
Teknik terotomasi yang memungkinkan auditor menguji alur logika dan kendali suatu
aplikasi pada saat operasi normal berlangsung.
- Parallel Simulation Pendekatan ini mengharuskan auditor untuk membuat suatu program
yang menyimulasikan fungsi utama tertentu dari aplikasi yang sedang diuji.

Anda mungkin juga menyukai