Ruangan :- No.MR :-
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas / Biodata
Alamat Rumah : Jl. Budi Mulia Alamat Rumah : Jl. Budi Mulia
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh mulas dan nyeri
dipinggang dan ibu mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah sejak tanggal
23 April 2013 pada pukul 05.00 WIB.
5. Riwayat Haid
6. Riwayat Psikososial
- Perkawinan ke : Pertama
1. Hamil Muda :
- Imunisasi TT :-
2. Hamil Lanjutan :
b. Pola Eliminasi
e. Olahraga : Ada
- Frekuensi : 1x sehari
B. DATA OBJEKTIF
- Pemeriksaa Umum
- Berat Badan : 58 kg
- BB sebelum hamil : 45 kg
- Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Simetris
- Muka : Simetris
- Mata : Simetris
- Hidung : Simetris
- Kebersihan : Terjaga
- Leher : Normal
- Dada : Simetris
- Mamae : Normal
Ø Pembesaran : Ada
Ø Kebersihan : Terjaga
- Status Obstetri
1. Inspeksi
Striae : Ada
2. Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak
melenting diperkirakan bokong janin
Leopold II : Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan
punggung janin, dan di sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil diperkirakan
ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting
diperkirakan kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
3. Auskultasi
- Warna : Coklat
5. Pemeriksaan Dalam
- Pembukaan : 3 cm
- Portio : Lunak
- Ketuban : Utuh
- Presentasi : Kepala
- Posisi : UUK
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
- Hb : Tidak dilakukan
- Golongan darah : A
2. Urine
KALA I
Diagnosa : Ibu G3P2A0H2 dengan usia kehamilan 37 minggu 2 hari, janin hidup, tunggal,
intrauterine, punggung kiri, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase laten, K/U ibu
dan janin baik.
Data Dasar :
- HPHT : 2-8-2012
- UK : 37 minggu 2 hari
- TP : 9-5-2013
N : 68x/i S : 36,7
- Leopold :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX, padafundus teraba agak bundar, lunak, dan tidak
melenting diperkirakan bokong janin
Leopold II : Pada bagian sebelah kiri perut ibu teraba panjang memapan diperkirakan
punggung janin, dan di sebelah kanan perut ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil diperkirakan
ekstremitas janin.
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting
diperkirakan kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
DJJ : 147x/menit
Kebutuhan :
V. Perencanaan
VI. Penatalaksanaan
- TD : 110/80 mmHg
- N : 68x/i
- R : 22x/i
- S : 36,7
- DJJ : 147x/i
3. Melakukan pengawasan kala I dengan partograf dengan mencatat setiap hasil temuaan
dan asuhan pada partograf
b. Mempersiapkan alat pertolongan persalinan : partus set, heacting, dll dalam kondisi
steril
b. Mempersiapkan peralatan bayi : pakaian bayi. Bedong, kaos kaki, dan sarung tangan
bayi
a. Memberikan makan dan minum bila ibu merasa haus dan lapar
7. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan cara mengedan yang efektif, yaitu :
a. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam melalui hidung
keluarkan dari mulut
b. Mengajarkan ibu cara mengedan yang efektif yaitu seperti orang BAB keras
VII. Evaluasi
- N : 68x/i - S : 36,7
P :
3. Keluarga mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan
memberikan semangat serta dukungan kepada ibu
5. Alat pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi sudah
dipersiapkan
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
Pukul 10.30
S : - Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari
pinggang ke perut bagian bawah
- N : 72 x/i - S : 36,9
- DJJ : 148x/menit
3. Keluarga mengerti tentang memberi dukungan psikologis kepada ibu dan akan
memberikan semangat serta dukungan kepada ibu
5. Alat pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan bayi sudah
dipersiapkan
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus dan lapar serta
memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
KALA II
Data Dasar :
- Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang ke perut
bagian bawah
- Pada periksa dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban (-),
persentasi kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV
N : 72x/i S : 36,9
- Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala
kura-kura)
Kebutuhan :
b. Pada Ibu : Perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri, robekan jalan perineum dan
vagina yang luas
a. Mandiri :
- Perbaiki KU ibu
b. Kolaborasi :
c. Merujuk
V. Perencanaan
VI. Penatalaksanaan
- TD : 120/80 mmHg
- N : 72x/i
- R : 24x/i
- S : 36,9
- DJJ : 148x/i
b. Beritahukan hasil PD :
- Pembukaan servik : 10 cm
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan seperti orang BAB keras dan kepala melihat ke
fundus
a. Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan keluargaan
melalui mulut
b. Terdapat distosia bahu yaitu bahu anterior tertahan pada tulang symphisis
- Dengan posisi ibu berbaring pada punggungnya, minta ibu untuk menarik kedua
lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Minta suami atau anggota keluarga untuk
membantu ibu.
- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke arah anus ibu)
untuk menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis. Catatan : Jangan lakukan
dorongan dengan fundus, karena bahu akan lebih jauh dari rupture uteri
6. Bayi lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis
kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
VII. Evaluasi
S :
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
O :
- TTV:
N : 66 x/menit S : 36,5
P :
6. Bayi telah lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup, jenis
kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
KALA III
Data Dasar :
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
N : 66 x/menit S : 36,5
- Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan keras, TFU : sepusat
V. Perencanaan
VI. Penatalaksanaan
- N : 66x/menit S : 36,5
a. Periksa fundus dan pastikan tidak ada janin lagi, kandung kemih kosong, dan kontraksi
uterus baik
b. Beritahu ibu bahwa akan disuntik 10 U IM pada 1/3 paha bagian luar
e. Lahirkan plasenta
f. Periksa kelengkapan plasenta dan tangan kiri melakukan masase dengan 4 jari palmer
secara sirkuler selama 15 detik
g. Ajarkan ibu untuk membantu melakukan masase dan beritahu ibu uterus yang
berkontraksi baik.
3. Plasenta lahir spontan pukul 11.10 WIB, dan memeriksa kelengkapan plasenta :
c. Diameter plasenta : 10 cm
e. Tebal plasenta : 3 cm
f. Insersi : marginal
a. Terdapat robekan yang mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum transversalis,
tetapi tidak mengenai otot sfingter ani disebut luka episiotomi tingkat II
5. Menjaga Personal Hygiene ibu dengan membersihkan dan mengganti pakaian ibu
VII. Evaluasi
S :
O :
- Diameter plasenta : 10 cm
- Insersi : marginal
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,5
P :
1. Bidan telah melakukan pemeriksaan pada fundus dan memastikan tidak ada janin lagi,
kandung kemih kosong dan konstruksi uterus baik
3. Peregangan tali pusat terkendali pada saat ada kontraksi telah dilakukan
5. Plasenta telah lahir lengkap dan dilahirkan secara spontan pada pukul 11.10 WIB serta
telah diperiksa kelengkapannya
KALA IV
Diagnosa : Ibu P3A0 partus spontan, partu kala IV K/U ibu baik
Data Dasar :
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,5
Kebutuhuan :
1. Observasi keadaan ibu : keadaan umum, perdarahan, involusi uterus, dan vital sign
V. Perencanaan
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap 30
menit pada jam kedua
5. Ajarkan ibu dan keluargaaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis
2. Lakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum dan setiap 30
menit pada jam kedua
- TD : 120/80 mmHg
- N : 64 x/menit
- R : 23 x/menit
- S : 36,50 C
a. Bersihkan tubuh ibu dan lakukan vulva hygiene untuk menghindari infeksi pada luka
jahitan.
b. Ajarkan ibu cara menjaga personal hygiene dan cara merawat luka episiotomi
a. Tanda-tanda bahaya seperti demam, perdarahan berlebihan, perut tidak mulas dan
fundus tidak ada kontraksi.
5. Mengajarkan ibu dan keluargaa cara pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis :
a. Anjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
c. Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan dan semangat pada ibu
d. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya BBL : panas tinggi, kejang, biru, susah untuk bernafas
VII. Evaluasi
S :
O :
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Composmentis
- TD : 110/70 mmHg
- N : 64 x/menit
- R : 23 x/menit
- S : 36,50 C
P :
2. Bidan telah melakukan pemeriksaan pada ibu setiap 15 menit pada 1 jam postpartum
dan setiap 30 menit pada jam kedua
3. Ibu merasa nyaman telah dilakukan perawatan pada luka episiotomi
4. Ibu dan keluarga telah mengerti tentang tanda-tanda bahaya post partum
5. Ibu dan keluarga bersedia dan mengerti untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis
dan akan menerapkannya dirumah
6. Ibu telah diberikan konseling tentang cara merawat bayi baru lahir
BAB IV
Dalam bab ini akan dibahas mengenai hubungan antara tinjauan pustaka dan studi kasus
Asuhan Kebidanan pada NY “ S ” dengan Distosia bahu untuk menguraikan kesenjangan
teori dan praktek, maka digunakan pendekatan asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah
yaitu pengumpulan data dasar, identifikasi diagnosa masalah/aktual, antisipasi
diagnosa/masalah potensial, tindakan segera kolaborasi, rencana asuhan kebidanan,
pelaksanaan asuhan kebidanan/implementasi dan evaluasi asuhan kebidanan, serta dilakukan
pendokumentasian asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP.
Pada kasus distosia bahu ada beberapa faktor resiko menurut teori yang menyebabkan
terjadinya distosia bahu, diantaranya: Makrosomia/kelahiran sebelumnya bayi > 4 kg, ibu
obesitas, penambahan berat badan berlebih, panggul sempit, diabetes maternal, kala II lama
dan kejadian distosia bahu sebelumnya. Pada praktek penulis melakukan pengkajian pada
kasus persalinan Ny. S dengan distosia bahu, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktek. Dimana pada kelahiran sebelumnya anak Ny. S tidak pernah lahir dengan berat
badan > 4 kg, selama kehamalan ibu tidak mengalami penambahan berat badan yang
berlebihan, ibu tidak obesitas, ibu tidak diabetes, dan ibu tidak mengalami kala II lama serta
pada anak sebelumnya tidak pernah mengalami distosia bahu.
Pada tinjauan pustaka diagnosis pada distosia bahu disebutkan bahwa akan terjadi hal seperti
kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertahan dan tidak dapat dilahirkan, kepala bayi sudah
lahir tetapi menekan vulva dengan kencang, dagu tertarik dan menekan perineum dan traksi
pada kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang tetap tertahan di kranial simfisis pubis.
Masalah yang terdapat selama kala II pada Ny. S yaitu kepala bayi telah lahir tetapi tetap
berada di vagina, kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar, kepala bayi tersangkut di
perineum, seperti masuk kembali ke dalam vagina (kepala kura-kura). Maka dapat ditegakkan
diagnosa Ibu G3P2A0H2 inpartu kala II dengan distosia bahu. Berdasarkan masalah atau
diagnosa tersebut, maka terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
Masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus distosia bahu yaitu pada janin dapat
tejadi gawat janin, asfiksia, fraktur clavicula, dan meninggal, sementara pada ibu dapat terjadi
perdarahan pasca persalinan, ruptur uteri, hingga robekan perineum dan vagina yang luas.
Masalah potensial yang timbul pada Ny. S hanya terjadi robekan perineum dan vagina yang
cukup luas, sedangkan pada janin tidak terjadi hal yang dapat dijadikan sebagai masalah
potensial.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan atau kolaborasi pada distosia bahu
kebutuhan kolaborasi dengan dokter SpOG dan hal tersebut tidak dilakukan. Dalam hal ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada kasus distosia bahu ini, dilakukan tindakan kolaborasi dengan DSOG/SpOG sebagai
tindakan segera dalam menghadapi masalah pada Ny. S, namun tidak dilakukan dilapangan.
Selain itu, tindakan merujuk kepada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sebagai tindakan
segera untuk mengidentifikasi kebutuhan juga tidak dilakukan dalam hal ini. Maka dalam
identifikasi kebutuhan akantindakan segera/kolaborasi tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dengan kasus yang ada di lapangan.
Dalam melakukan perencanaan untuk memberikan asuhan pada kasus distosia bahu penulis
merencanakan tindakan sesuai dengan kebutuhan dan diagnosa yaitu menjelaimpin ibu untuk
meneran, beritahu ibu untuk bernafas yang baik selama persalinan, pertolongan persalinan
dengan teknik aseptik dan antiseptik, lakukan pertolongan persalinan distosia bahu hingga
bayi lahir secara spontan.
Pada penatalaksanaannya pengkaji memberikan asuhan kepada ibu yaitu memberitahu ibu
kondisi ibu dan janin yang akan dilahirkannya, memimpin ibu meneran, mempersiapkan
pertolongan persalinan dengan tindakan aseptik dan antiseptik, lakukan episiotomi hingga
menolong persalinan dengan distosia bahu. Dimana pada saat di lapangan pertolongan
persalinan dilakukan dengan Manuver McRobert. Di saat bahu bayi tidak segera lahir, maka
dilakukan pendorongan pada fundus sementara tindakan tersebut hanya akan semakin
menyulitkan bahu untuk dilahirkan dan beresiko menimbulkan ruptura uteri.
Pada teori, seharusnya dalam melakukan Manuver McRobert dibutuhkan seorang asisten
untuk menekan suprasimfisis ke arah posterior menggunakan pangkal tangannya untuk
menekan bahu anterior agar mau masuk di bawah simfisis. Sementara hal ini tidak
dilaksanakan dilapangan.
Maka pada tindakan pertolongan persalinan dengan distosia bahu yang dilakukan di lapangan
tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek saat di lapangan.
Pada tahap ini evaluasi asuhan kebidanan merupakan akhir dari manajemen asuhan
kebidanan dengan mengetahui berhasil atau tidaknya suatu asuhan. Pada tinjauan pustaka
evaluasi yang dilakukan adalah perawatan dan pengawasan masa nifas. Berdasarkan studi
kasus persalinan Ny. S dengan distosia bahu tidak ditemukan hal – hal yang menyimpang
dari evaluasi tinjauan pustaka dan studi kasus. Oleh karena itu, pada tahap ini terlihat ada
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.