Makalah Aik 2 Shalat Di Berbagai Keadaan
Makalah Aik 2 Shalat Di Berbagai Keadaan
Disusun oleh:
Kinanti Tri Andini 702020043
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian shalat safar, jamak dan jamak qashar........................................ 2
2.2 Syarat sah shalat jamak qashar………….................................................... 3
2.3 Tata cara shalat jamak qashar ..................................................................... 4
2.4 Tata cara shalat di kendaraan……………………………………………… 5
2.5 Tata cara shalat orang sakit………………………………………………... 6
BAB III KESIMPULAN………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
b. Shalat Jamak
2
c. Shalat Jama Qashar
Qashar artinya memendekkan (meringkas). Adapun shalat jamak
qashar ialah meringkas jumlah raka’at. Sedangkan shalat yang dapat do
qashar ialah shalat Zuhur, Ashar dan Isya. Sementara shalat Maghrib dan
Subuh tidak diringkas (raka’atnya tetap), seperti:
- Shalat Zuhur dua raka’at dan Ashar dua Raka’at.
- Shalat Maghrib tiga raka’at dan Isya tiga raka’at.
- Shalat Subuh tidak di jamak dan tidak di qashar.
3
3. Telah meninggalkan kota.
Seluruh ahli fikih sepakat, seseorang tidak boleh mengqashar
shalat kecuali telah meninggalkan kotanya. Oleh sebab itu, jika
seseorang berniat pergi menempuh jarak yang ditetapkan, tetapi
belum meninggalkan negerinya, maka tidak boleh mengqashar
shalatnya. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang maksud “
meninggalkan kotanya”. Menurut mazhab Hanafi, Maliki dan
Syafi’i, tidak dikatakan meninggalkan kota kecuali telah
meninggalkan bangunan yang ada dikota tersebut.
4. Berniat menempuh jarak yang telah ditetapkan.
Seluruh ahli fikih sepakat bahwa dalam melakukan shalat qashar,
seseorang yang berpergian harus memiliki niat menempuh jarak
yang ditetapkan sejak awal keberangkatan.9
4
“Bahwa kaum Musyrikin mengganggu Nabi dari melakukan 4 shalat,
ketika pertempuran Khandak, hingga berlalu waktu malam yang
hanya Allah saja yang tahu berapa lamanya. Cerita selanjutnya;
Maka Nabi pun menyuruh bilal menyerukan azan dan qamat, lalu ia
shalat Zuhur, kemudian disuruhnya qamat lagi dan ia pun shalat
Ashar, kemudian disuruhnya lagi qamat dan ia pun shalat Maghrib,
dan setelah itu disuruhnya pula qamat lalu shalat Isya.”(HR. Abu
Daud).
jika tidak bisa shalat sambil berdiri, cara shalat yang dibolehkan adalah
duduk semampunya. Dari Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
5
فإن لم، ًصلِّ قائما ً فإن لم تستطع فقاعدا
تستطع فعلى جنب
“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak
mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari 1117)
“Saya menderita penyakit bawazir, lalu saya tanyakan kepada Nabi SAW,
bagaimana caranya shalat ?. beliau bersabda: Shalatlah dengan berdiri,
kalau tak dapat hendaklah dengan duduk, dan kalau tak dapat juga maka
berbaringlah.(HR. Jama’ah).
6
Di dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda:
“Dari Ali bin Abi Thalib, menceritakan dari Nabi SAW, beliau bersabda
Shalat orang yang sakit sambil berdiri jika mampu, kalau tidak mampu
shalatlah sambil duduk. Jika ia tidak kuat sujud, isyaratkan saja dengan
kepalanya, tetapi hendaklah sujudnya lebih rendah dari pada ruku’nya.
Kalau ia tidak mampu shalat sambil duduk, shalatlah sambil berbaring ke
sebelah kanan, shalatlah sambil nelentang, kedua kakinya ke arah kiblat”.
(HR. Daruquthmi).
7
BAB III
KESIMPULAN
Dari penjelasan materi-materi diatas dapat disimpulkan bahwa bagi umat muslim
shalat tetap dilakukan dalam keadaan apapun dimanapun dan semampunya sesuai
dengan ajaran al-qur’an dan hadist. Ketika sedang berpergian dapat dilakukan
shalat safar, jamak dan jamak qashar, di kendaraan shalat dapat dilakukan dengan
berdiri, duduk, dan menghadap kiblat jika memadai. Dan untuk orang sakit shalat
dapat dilakukan dengan duduk dan berbaring dengan kaki tetap menghadap kiblat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, alih bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad
Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani, 2007), cet-1, jilid-1, h. 510
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997 ), Jilid V, h. 1536