Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AIK 2

SHALAT DI BERBAGAI KEADAAN

Dosen Pembimbing: Tenti Anggreasi, S.Ag., M.Pd.I.

Disusun oleh:
Kinanti Tri Andini 702020043

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT. berkat limpahan dan rahmat-Nya saya
mampu menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam
Kemuhammadiyahan yang berjudul “Shalat Di Berbagai Keadaan”. Shalawat dan
salam tidak lupa saya haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. karena atas berkat
perjuangan beliau kita dapat dihantarkan kepada zaman yang terang benderang
seperti sekarang ini.
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Tenti Anggreasi, S.Ag., M.Pd.I
karena atas bimbingan beliau akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan ini. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan tugas ini,
karena jika tidak ada kerja sama yang baik, maka tugas ini tidak akan
terselesaikan dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang dasar-dasar
Ibadah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Palembang, 7 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian shalat safar, jamak dan jamak qashar........................................ 2
2.2 Syarat sah shalat jamak qashar………….................................................... 3
2.3 Tata cara shalat jamak qashar ..................................................................... 4
2.4 Tata cara shalat di kendaraan……………………………………………… 5
2.5 Tata cara shalat orang sakit………………………………………………... 6
BAB III KESIMPULAN………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shalat merupakan ma’lum min al din bi al dharurah (bagian dari urusan
agama yang difahami urgensitasnya). Shalat adalah kewajiban dalam Islam yang
paling utama dan menjadi pilar agama yang paling agung, agama tidak akan
tertegak tanpanya. Shalat merupakan rutinitas ibadah yang tetap saja dilakukan
dalam kondisi apa pun, apakah itu dalam kondisi sehat atau pun sakit, ketika
menetap di suatu tempat maupun ketika dalam perjalanan. Islam memandang
shalat sebagai tiang agama yang dapat membuktikan keislaman seseorang dan
untuk mengukur sejauh mana keimanannya.
Dalam kondisi tertentu shalat tidak dapat didirikan secara normal karena
ada halangan yang menyebabkan ianya tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
kondisi normal. Orang yang sakit sehingga tidak mampu berdiri, maka shalat
dalam kondisi duduk adalah sebuah rukhshah,4 begitu juga dengan mereka yang
dalam kondisi safar, terdapat ketentuan untuk memendekkan, menghimpun
( jama’) shalat dan berbuka jika berpuasa.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan shalat safar, jamak dan jamak qashar?
b. Apa saja syarat sah shalat jamak qashar?
c. Bagaimana tata cara shalat jamak qashar?
d. Bagaimana tata cara shalat di kendaraan?
e. Bagaimana tata cara shalat orang sakit?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui:
a. Pengertian shalat safar, jamak dan jamak qashar?
b. Syarat sah shalat jamak qashar?
c. Tata cara shalat jamak qashar?
d. Tata cara shalat di kendaraan?
e. Tata cara shalat orang sakit?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Shalat Safar, Jamak dan Jamak Qashar


a. Shalat Safar
Safar artinya bepergian. Jadi shalat safar ialah shalat yang dikerjakan
Ketika dalam perjalanan. Jika perjalanan itu sudah menempuh jarak 3 mil, maka
menurut Rasulullah SAW, boleh mengerjakan shalat jamak qashar.

Menurut Imam al-Jurjani, safar adalah seseorang yang keluar dengan


maksud mengadakan perjalanan selama tiga hari atau lebih. Menurut kalangan
mazhab Hanafi yang dimaksud dengan safar adalah keluarnya seseorang dari
tempat tinggal dengan maksud mengadakan perjalanan selama tiga hari dengan
perjalanan sedang. Menurut kalangan mazhab Syafi’i yang dimaksud dengan safar
adalah keluarnya seseorang dari tempat tinggalnya dengan maksud
melakukanperjalanan minimal selama dua hari

b. Shalat Jamak

Yang dimaksud dengan menjamak shalat ialah menghimpun (mengumpulkan)


dua sholat yang dikerjakan dalam satu waktu. Adapun shalat yang dapat dijamak
adalah shalat Zuhur dengan Ashar, dan shalat Maghrib dengan Isya. Dilihat dari
segi pelaksanaan shalat jamak ini terbagi dua macam, yaitu:
1. Jamak Taqdim.
Yang dimaksud dengan jamak taqdim ialah menghimpun dua shalat yang
dikerjakan pada waktu yang pertama, seperti:
- Shalat Zuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Zuhur
- Shalat Maghrib dan Isya dikerjakan pada waktu Maghrib
2. Jamak Takhir.
Yang dimaksud dengan jamak takhir ialah menghimpun dua shalat yang
dikerjakan pada waktu yang kedua (terakhir), seperti:
- Shalat Zuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu Ashar
- Shalat Maghrib dan Isya dikerjakan pada waktu Isya

2
c. Shalat Jama Qashar
Qashar artinya memendekkan (meringkas). Adapun shalat jamak
qashar ialah meringkas jumlah raka’at. Sedangkan shalat yang dapat do
qashar ialah shalat Zuhur, Ashar dan Isya. Sementara shalat Maghrib dan
Subuh tidak diringkas (raka’atnya tetap), seperti:
- Shalat Zuhur dua raka’at dan Ashar dua Raka’at.
- Shalat Maghrib tiga raka’at dan Isya tiga raka’at.
- Shalat Subuh tidak di jamak dan tidak di qashar.

2.2 Syarat Sah Shalat Jamak Qashar


a. Syarat Sah Shalat Jamak Qashar.
1. Mengadakan Perjalanan bukan dalam kemaksiatan
Sebagaimana firman Allah:
“Dan apabila kamu berpergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa
kamu mengqashar shalat(mu). Jika kamu takut diserang oleh orang-
orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”.(an-Nisa: 101).
2. Jarak Perjalanan Sekurang-Kurangnya 80,640 Km
(perjalanan sehari semalam)
Sebagaimana sabda Nabi SAW:

“Dari Sya’bah. Ia berkata; Saya bertanya kepada Anas tentang


mengqashar shalat. Jawabnya: Rasulullah SAW, apabila menempuh
jarak perjalanan tiga farsakh atau tiga mil (80,640 km), beliau shalat
dua raka’at”,(HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud).

3
3. Telah meninggalkan kota.
Seluruh ahli fikih sepakat, seseorang tidak boleh mengqashar
shalat kecuali telah meninggalkan kotanya. Oleh sebab itu, jika
seseorang berniat pergi menempuh jarak yang ditetapkan, tetapi
belum meninggalkan negerinya, maka tidak boleh mengqashar
shalatnya. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang maksud “
meninggalkan kotanya”. Menurut mazhab Hanafi, Maliki dan
Syafi’i, tidak dikatakan meninggalkan kota kecuali telah
meninggalkan bangunan yang ada dikota tersebut.
4. Berniat menempuh jarak yang telah ditetapkan.
Seluruh ahli fikih sepakat bahwa dalam melakukan shalat qashar,
seseorang yang berpergian harus memiliki niat menempuh jarak
yang ditetapkan sejak awal keberangkatan.9

2.3 Tata Cara Shalat Jamak Qashar


Tata Cara Shalat Jamak Qashar.
Secara umum tidak ada perbedaan cara mengerjakan shalat jamak
qashar ini dengan shalat lain, tetapi yang berbeda itu adalah:
1. Niat Jamak Qashar Taqdim atau Takhir.
Sebagaiman sabda Nabi SAW:

“sesungguhnya pekerjaan itu tergantung dengan niat. (HR. Bukhari-


Muslim).

2. Di antara dua Shalat dikelangi dengan Iqamat.


Sebagaiman sabda Nabi SAW:

4
“Bahwa kaum Musyrikin mengganggu Nabi dari melakukan 4 shalat,
ketika pertempuran Khandak, hingga berlalu waktu malam yang
hanya Allah saja yang tahu berapa lamanya. Cerita selanjutnya;
Maka Nabi pun menyuruh bilal menyerukan azan dan qamat, lalu ia
shalat Zuhur, kemudian disuruhnya qamat lagi dan ia pun shalat
Ashar, kemudian disuruhnya lagi qamat dan ia pun shalat Maghrib,
dan setelah itu disuruhnya pula qamat lalu shalat Isya.”(HR. Abu
Daud).

2.4 Tata Cara Shalat di Kendaraan


Sebagaiman sabda Nabi SAW:

“Nabi SAW ditanya perihal shalat di kapal, maka ujarnya beliau


shalatlah di sana dengan berdiri, kecuali bila engkau takut tenggelam.
(HR. Daruqathni-Hakim).

jika tidak bisa shalat sambil berdiri, cara shalat yang dibolehkan adalah
duduk semampunya. Dari Imran bin Husain radhiyallahu ‘anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

5
‫ فإن لم‬، ً‫صلِّ قائما ً فإن لم تستطع فقاعدا‬
‫تستطع فعلى جنب‬
“Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika tidak
mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari 1117)

Jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka


wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun
jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, dia bisa shalat dengan
menghadap sesuai arah kendaraan.
Allah berfirman,

‫ال يُكلف هللا نفسا ً إال وسعها‬


“Allah tidak membebani satu jiwa kecuali sebatas kemampuannya.”
(QS. Al-Baqarah: 286).
Allah juga berfirman,

m‫فاتقوا هللا ما استطعتم‬


“Bertaqwalah kepada Allah semampu kalian.”
(QS. At-Taghabun: 16).
2.5 Tata Cara Shalat Orang Sakit
Sebagaiman hadits diterima dari Imran bin Hushain. Katanya:

“Saya menderita penyakit bawazir, lalu saya tanyakan kepada Nabi SAW,
bagaimana caranya shalat ?. beliau bersabda: Shalatlah dengan berdiri,
kalau tak dapat hendaklah dengan duduk, dan kalau tak dapat juga maka
berbaringlah.(HR. Jama’ah).

6
Di dalam riwayat lain, Nabi SAW bersabda:

“Dari Ali bin Abi Thalib, menceritakan dari Nabi SAW, beliau bersabda
Shalat orang yang sakit sambil berdiri jika mampu, kalau tidak mampu
shalatlah sambil duduk. Jika ia tidak kuat sujud, isyaratkan saja dengan
kepalanya, tetapi hendaklah sujudnya lebih rendah dari pada ruku’nya.
Kalau ia tidak mampu shalat sambil duduk, shalatlah sambil berbaring ke
sebelah kanan, shalatlah sambil nelentang, kedua kakinya ke arah kiblat”.
(HR. Daruquthmi).

7
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan materi-materi diatas dapat disimpulkan bahwa bagi umat muslim
shalat tetap dilakukan dalam keadaan apapun dimanapun dan semampunya sesuai
dengan ajaran al-qur’an dan hadist. Ketika sedang berpergian dapat dilakukan
shalat safar, jamak dan jamak qashar, di kendaraan shalat dapat dilakukan dengan
berdiri, duduk, dan menghadap kiblat jika memadai. Dan untuk orang sakit shalat
dapat dilakukan dengan duduk dan berbaring dengan kaki tetap menghadap kiblat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, alih bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad
Zaidun. Jakarta: Pustaka Amani, 2007), cet-1, jilid-1, h. 510

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997 ), Jilid V, h. 1536

Anda mungkin juga menyukai