Anda di halaman 1dari 71

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT

SUCCEDANEUM POST VACUM EKSTRAKSI DI RUANG CATLEYA

BAYI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

TAHUN 2008

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :

NOVILIA DIHAN PRATIWI


NIM : 05059

AKADEMI KEBIDANAN KUSUMA HUSADA


SURAKARTA
2008
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN CAPUT

SUCCEDANEUM POST VACUM EKSTRAKSI DI RUANG CATLEYA

BAYI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA

TAHUN 2008

Diajukan Oleh :
Novilia Dihan Pratiwi
NIM.05059

Telah diperiksa dan disetujui

Pada tanggal 19 April 2008

Pembimbing

(Anis Nurhidayati, S.SiT)


HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat, rahmat hidayah

dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal

Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Dengan Caput Succedaneum Post Vacum Ekstraksi Di Ruang Catleya Bayi

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Diploma

III Kebidanan di Akademi Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT, selaku Direktur Akademi Kebidanan

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan ijin untuk keperluan

penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu Anis Nurhidayati, S.SiT, selaku Pembimbing telah memberikan

bimbingan dorongan dan pemikiran dalam pembuatan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini.

3. Rini Indiyati, Amd. Keb, selaku Kepala Ruang Catleya Bayi Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta yang telah memberikan bimbingan kepada penulis

dalam melaksanakan studi di lapangan.

4. Bapak Bambang Kamiwarno, S.Kep, selaku kepala keperawatan Rumah

Sakit Panti Waluyo Surakarta.


5. Seluruh Dosen beserta Staf Akademi Kebidanan Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberi dorongan kepada penulis.

6. Teman-teman Angkatan 2005 yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi

dorongan dan semangat dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dan sempurna

dan masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis. Oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari para pembaca. Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta

pembaca terutama bagi pendidikan baik itu bagi mahasiswa, Institusi Pendidikan

maupun Institusi Pelayanan Kesehatan.

Surakarta, 19 April 2008

Penulis
MOTTO
CURICULUM VITAE
INTISARI
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C. Manfaat Studi Kasus

D. Tujuan Studi Kasus

E. Keaslian Studi Kasus

F. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Teori Bayi Baru Lahir

2. Teori Caput Succedaneum

3. Teori Vacum Ekstraksi

B. Teori Asuhan Kebidanan

C. Data Perkembangan

D. Kerangka Konsep
BAB III METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

B. Lokasi Studi Kasus

C. Subyek Studi Kasus

D. Waktu Studi Kasus

E. Instrumen Studi Kasus

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Alat – Alat Yang Dibutuhkan

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penilaian Apgar Score


DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Format Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Mencari Data

Lampiran 3. Lembar Konsultasi


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian Ibu

sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar

10.000.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998).

Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Perinatal

(AKP) di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003, angka Kematian Ibu adalah

307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Perinatal adalah 35 per

1000 kelahiran hidup. Menurut Surkesda tahun 2005 angka kematian perinatal

di provinsi Jawa Tengah sebesar 7,5 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan

berdasarkan laporan dari Puskesmas di wilayah kota Surakarta selama tahun

2006 ditemukan bayi mati sejumlah 71 bayi (0,7 %), jumlah kelahiran bayi

hidup sebanyak 10.078. Dari data tersebut didapatkan angka kematian bayi di

wilayah kota Surakarta sebesar 7,05 per 1000 kelahiran hidup

(DinKes Kota Surakarta, 2006).

Dengan perkiraan persalinan di indonesia setiap tahunnya sekitar

5.000.000 dapat dijabarkan bahwa kematian bayi sekitar 56 per 10.000

menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18 – 20 menit sekali. Penyebab

kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49 – 60 %, infeksi 24 – 34 %,


prematuritas / BBLR 15 – 20 %, trauma persalinan 2 – 7 %, dan cacat bawaan

1– 3 % (Manuaba, 1998).

Salah satu penyebab kematian bayi adalah cidera lahir yaitu kelainan pada

bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir / trauma persalinan. Cidera

lahir dapat terjadi pada kelahiran, cara persalinan atau gangguan persalinan

yang diakibatkan kelainan fisiologik persalinan (Saifuddin, 2006).

Cidera lahir yang diakibatkan persalinan dengan tindakan vacum ekstraksi

yaitu caput succedaneum. Caput succedaneum dapat menimbulkan syok

akibat dari caput haemoragic dan infeksi sekunder bila timbul vesikel atau

lecet di daerah sirkular tersebut (Markum, 2002).

Menurut data survey di Rumah Sakit Panti Waluyo pada periode Januari

2007 sampai Februari 2008 diperoleh 624 kelahiran bayi hidup, 40 bayi

(6,4 %) dilakukan vacum ekstraksi, alasan dilakukan vacum ekstraksi yaitu

karena kala II lama sebanyak 39 (97,5%) dan PEB sebanyak 1 (2,5%), setelah

tindakan vacum ekstraksi diperoleh data 32 bayi (80%) mengalami caput

succedaneum, sedangkan 8 bayi (20%) tidak mengalami caput succedaneum.

Berdasarkan data tersebut, angka kejadian caput succedaneum post vacum

ekstraksi di Rumah Sakit Panti Waluyo relatif tinggi sehingga penulis

mengambil judul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir dengan Caput

Succedaneum Post Vacum Ekstraksi Di Ruang Catleya Bayi Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta ”. Karena tindakan vacum ekstraksi dapat

menimbulkan resiko pada bayi yaitu bisa menimbulkan caput succedaneum

dan jika tidak segera ditangani bisa menimbulkan infeksi sekunder di daerah
caput yang berkaitan dengan angka kematian bayi. Penulis ingin mengkaji

lebih banyak dalam pengelolaan bayi baru lahir dengan caput succedaneum

post vacum ekstraksi melalui pendekatan asuhan kebidanan menurut 7 langkah

varney.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam

penyusunan studi kasus ini adalah “Bagaimana penerapan asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi di

Ruang Catleya Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dengan menggunakan

pendekatan asuhan kebidanan sesuai dengan 7 langkah Varney?”

C. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi :

1. Penulis

Penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum post vacum ekstraksi.

2. Profesi

Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan tentang masalah yang

timbul pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum post vacum

ekstraksi.
3. Institusi Pelayanan

Meningkatkan mutu pelayanan, khususnya pelayanan asuhan kebidanan

pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi.

4. Institusi Pendidikan

Meningkatkan mutu pendidikan dan untuk menambah referensi

perpustakaan.

D. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan

caput succedaneum post vacum ekstraksi dengan menerapkan manajemen

kebidanan sesuai dengan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Melaksanakan pengkajian pada bayi baru lahir

dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi

b. Menginterpretasikan data dasar yang meliputi

diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan bayi baru lahir dengan

caput succedaneum

c. Membuat diagnosa potensial pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi

d. Melaksanakan intervensi dan tindakan segera

terhadap masalah yang timbul pada bayi baru lahir dengan caput

succedaneum post vacum ekstraksi


e. Membuat rencana asuhan kebidanan yang

menyeluruh pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum post

vacum ekstraksi

f. Melaksanakan tindakan kebidanan pada bayi

baru lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi

g. Melaksanakan evaluasi pada bayi baru lahir

dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi

h. Menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus

nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat

i. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan

menggunakan pendekatan 7 langkah Varney yang dilanjutkan dengan

catatan perkembangan SOAP

E. Keaslian Studi Kasus

1. Lies Indarwati, (2007) dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru

Lahir Ny. N Dengan Caput Succedaneum Di Bangsal Perinatologi RSUD

Sragen ”. Dalam laporan kasus ini menggunakan manajemen asuhan

kebidanan menurut Varney. Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi

keadaan umum dan vital sign, mencegah hipotermi, memberi nutrisi yang

adekuat, menjelaskan informasi kepada keluarga tentang keadaan bayinya,

melaksanakan perawatan caput succedaneum dengan cara mengusahakan

mengangkat bayi seminimal mungkin sampai caput hilang, dan caput

dapat menghilang selama 3 hari.


2. Siwi Tripadmini, (2007) dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada Bayi

Baru Lahir Dengan Caput Succedaneum Di Desa Soko Kecamatan Miri

Kabupaten Sragen”. Dalam laporan kasus ini menggunakan manajemen

asuhan kebidanan menurut Varney. Asuhan yang diberikan yaitu

mengusahakan bayi tidak sering diangkat sampai caput hilang, mengatur

posisi kepala bayi sejajar dengan tubuh bayi,memberikan nutrisi yang

adekuat, mencegah terjadinya hipotermi, mencegah terjadinya infeksi,

mengukur tanda – tanda vital, caput dapat menghilang selama 3 hari.

3. Indah Sulistiyaningsih , (2005) dengan judul “ Asuhan Kebidanan Pada

Bayi Baru Lahir Dengan Caput Succedaneum Post Vacum Ekstraksi Atas

Indikasi Partus Lama Di RSUD Karang Anyar”. Dalam laporan kasus ini

telah ditetapkan manajemen kebidanan menurut Varney. Asuhan yang

diberikan yaitu memberi nutrisi yang adekuat, mengatur posisi kepala bayi

lebih tinggi dari pada tubuh agar tidak terjadi aspirasi dan kepala bayi

jangan sering diangkat agar benjolan tidak meluas, mempertahankan suhu

tubuh bayi dengan meletakkan bayi dalam inkubator, mencegah terjadinya

infeksi, memonitoring tanda – tanda vital dan keadaan umum bayi,

memberikan informasi kepada orang tua agar tidak cemas bahwa caput

akan menghilang dalam waktu kurang lebih 2 – 3 hari, dan setelah di

berikan asuhan kebidanan caput dapat menghilang selama 4 hari.

Persamaan dengan studi kasus yang penulis buat adalah sama – sama pasien

dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi. Sedangkan perbedaannya

terletak pada tempat, waktu dan subyek dari studi kasus.


F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan studi kasus ini meliputi urutan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat mengenai latar

belakang masalah, perumusan masalah, manfaat studi kasus,

tujuan studi kasus, keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang landasan teori medis

mengenai teori bayi baru lahir meliputi : pengertian, ciri – ciri,

perubahan – perubahan fisiologis, penilaian, penatalaksanaan bayi

baru lahir normal, teori caput succedaneum meliputi : pengertian,

etiologi, tanda dan gejala, komplikasi, patofisiologi,

penatalaksanaan caput succedaneum, teori vacum ekstraksi

meliputi : pengertian, indikasi, kontra indikasi, syarat, cara

melakukan, kegagalan, komplikasi, keunggulan, kerugian vacum

ekstraksi, dan teori asuhan kebidanan dengan menggunakan proses

asuhan menurut 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan

SOAP, serta kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI

Berisi tentang jenis studi, lokasi pengambilan studi kasus, subyek

studi kasus, waktu studi kasus, instrumen yang digunakan, teknik

pengumpulan data serta alat – alat yang dibutuhkan selama

pelaksanaan studi kasus.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Teori Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan dari

kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu dengan berat badan sekitar

2.500 gram sampai 3.000 gram dan panjang badan sekitar 50 cm

sampai 55 cm (Manuaba, 1998).

b. Ciri – ciri bayi baru lahir

Menurut Stright (2005) ciri – ciri bayi baru lahir adalah :

1) Berat badan 2500 – 4250 gram.

2) Rata – rata panjang badan bayi cukup bulan

adalah 49,5 cm.

3) Rata – rata lingkar dada bayi cukup bulan adalah

33 cm.

4) Rata – rata lingkar kepala adalah bayi cukup

bulan 35,5 cm.

5) Rata – rata tekanan darah pada waktu lahir

adalah 80 / 46 mmHg.

6) Bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira

– kira 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 140 – 120


kali/menit pada waktu bayi berumur 30 menit (Wiknjosastro,

2002).

7) Frekuensi pernapasan yang normal adalah 30

sampai 60 kali/menit

8) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia

minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada anak laki –

laki).

9) Refleks – refleks sudah terbentuk dengan baik.

10) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar

dalam 24 jam pertama, mekoneum berwarna hitam kecoklatan

(Wiknjosastro, 2002).

c. Perubahan – perubahan fisiologis pada bayi baru lahir

1) Respirasi

Pola respirasi agak menyimpang selama beberapa jam pertama

setelah dilahirkan dengan frekuensi antara 40 dan 60 kali per

menit. Sesudah dua jam, frekuensi respirasi menurun dan berkisar

disekitar 40 kali per menit ketika bayi dalam keadaan tidur.

Frekuensi respirasi dihitung dengan mengamati naik turunnya

abdomen (Farrer, 2001).

2) Suhu

Sesaat sesudah bayi lahir, maka bayi tersebut akan berada ditempat

yang suhunya lebih rendah dari pada dalam kandungan dan dalam
keadaan basah. Suhu rectal antara 36°C – 37°C dan axilla atau kulit

36,5°C – 37°C (wiknjosastro, 2002).

3) Kulit

Kulit bayi berwarna merah muda dan bersih, mungkin terdapat

sedikit sianosis pada kaki dan tangan selama 24 jam (Farrer, 2001).

4) Feces

Feces pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak berbau. Substansi

yang kental disebut meconium yang mengandung sejumlah cairan

amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan

zat sisa dari jaringan tubuh. Meconium akan mulai keluar dalam

waktu 24 jam. Pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2 –

3, pada hari ke 4 – 5 warna feces menjadi coklat kehijau - hijauan.

Pada bayi yang mendapat ASI, fecesnya berwarna kuning dan

lembek, defekasi mungkin terjadi 3 – 8 x sehari. Bayi yang

mendapat susu formula, fecesnya berwarna keabu-abuan dengan

bau yang sedikit menusuk (Wiknjosastro, 2002).

5) Urine

Bayi berkemih hanya sekali atau 2 kali selama 24 jam pertama.

Urine sering disekresikan pada saat lahir dan kejadian ini mungkin

tidak diketahui sesudah hari pertama, ekskresi urine akan terjadi

dengan sering yaitu sekitar 10 – 12 kali per hari. Mungkin urine

berwarna agak kemerahan akibat kandungan urat didalamnya

(Ferrer, 2001).
6) Tali Pusat

Pada umumnya tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 6 –

7 hari. Bila tali pusat puput (lepas) maka sudah setiap mandi tali

pusat harus dibersihkan dan dikeringkan. Caranya adalah dengan

membersihkan pangkal tali pusat yang ada di perut bayi dan daerah

sekitar dengan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik

(betadin, alkohol 70%) (Wiknjosastro, 2002).

7) Refleks

Menurut Ferrer (2001), bayi yang dilahirkan mempunyai sejumlah

reflek. Hal ini merupakan dasar bagi bayi untuk mengadakan

reaksi dan tindakan aktif, antara lain :

a) Refleks morro atau refleks terkejut

Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan gerakan

melontarkan kedua lengan serta kemudian menariknya kembali

dalam bentuk gerakan ‘memeluk’. Paha dan tungkai dapat pula

bereaksi dengan cara seperti ini.

b) Refleks mencari atau refleks Rooting

Kalau pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya kesisi

yang disentuh itu untuk mencari puting susu.

c) Refleks Melangkah

Jika bayi didirikan dengan memegang badannya dibawah

kedua lengannya demikian rupa sehingga kedua kakinya


menyentuh sesuatu permukaan yang keras, maka ia akan

mengangkat mula – mula tungkai yang satu kemudian tungkai

lainnya seperti gerakan mencoba berjalan/melangkah. Reflek

ini biasanya menghilang setelah tempo 48 jam.

d) Refleks Plantar Grasp

Jari – jari kaki bayi akan menekuk ke bawah bila jari

diletakkan di dasar jari – jari kakinya (Stright, 2005).

e) Refleks Sucking (menghisap dan menelan)

Bayi normal yang mature akan berupaya untuk menghisap

setiap benda yang menyentuh bibirnya. Refleks menelan juga

terdapat.

f) Refleks Tonic Neck

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditorehkan akan

ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila

kepala bayi ditorehkan ke satu sisi selagi beristirahat

(Stright, 2005).

g) Refleks menggenggam atau palmar Grasp

Jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan

menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di telapak

tangan bayi (Stright, 2005).

h) Refleks Babinski
Bila ada rangsangan dari telapak kaki, ibu jari kaki akan

bergerak ke atas dan jari yang lainnya akan terpisah seperti

kipas (Stright, 2005).

8) Berat Badan

Bayi harus ditimbang tanpa pakaian, penimbangan yang pertama

ini harus selalu dicek oleh bidan kedua, kemudian dicatat pada

kartu catatan bayi dan kartu tempat tidur bayi. Berat rata – rata bayi

aterm normal adalah sekitar 3,5 kg. Kehilangan berat badan sampai

10% selama 2 – 4 hari pertama merupakan keadaan normal, dan

berat badan tersebut akan naik kembali pada hari ke- 10 sampai ke-

14 (Farrer, 2001).

d. Penilaian Bayi Baru Lahir dengan Menggunakan

Apgar Score

Keadaan umum bayi dinilai satu menit setelah lahir dengan

menggunakan nilai Apgar. Penilaian ini perlu untuk mengetahui

apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Yang dinilai ialah frekuensi

jantung (heart rate), usaha nafas (respiratory effort), tonus otot (muscle

tone), warna kulit (colour) dan reaksi terhadap rangsangan (response to

stimuli). Setiap penilaian diberi angka 0, 1 dan 2. Dari penilaian

tersebut dapat diketahui apakah bayi normal (nilai apgar 7 – 10),

asfiksia sedang – ringan (nilai apgar 4 – 6) atau bayi menderita asfiksia

berat (nilai apgar 0 – 3). Penilaian tersebut dilakukan selain pada umur

1 menit juga pada umur 5 menit (Wiknjosastro, 2002).


Tabel 2.1
Penilaian Apgar Score
Gejala 0 1 2

Denyut jantung Tak ada <100 >100


Pernapasan Tak ada Lemah, menangis Baik, menangis
lemah kuat
Otot Lemas Refleks lemah Gerak aktif,
refleks baik
Reaksi terhadap Tak ada Menyeringai Menangis
rangsangan
Warna kulit Biru / Badan merah / Seluruhnya
pucat ekstremitas pucat merah
(Sumber : Manuaba, 1998)

e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Normal

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada

bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar

bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan

dengan sedikit bantuan atau gangguan. Aspek – aspek penting dari

asuhan segera bayi yang baru lahir :

1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.

2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit

ibunya sesegera mungkin.

3) Segera setalah melahirkan badan bayi :

(a) Sambil secara tepat

menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas

perut ibu.
(b) Dengan kain bersih

dan kering atau kassa lap darah atau lendir dari wajah bayi

untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang

pernapasan bayi sebagian besar bayi akan menangis atau

bernapas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.

4) Klem dan potong tali pusat :

(a) Klem tali pusat

dengan dua buah klem pada titk kira – kira 2 – 3 cm dari

pangkal pusat bayi.

(b) Potong tali pusat

diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting

dengan tangan kiri.

(c) Pertahankan

kebersihan pada saat memotong tali pusat, potong tali pusat

dengan pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat

tinggi (DTT).

(d) Periksa tali pusat

setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan lakukan

pengikatan ulang yang lebih ketat.

5) Jagalah bayi agar tetap hangat :

(a) Pastikan bayi tetap

hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.
(b) Bungkus bayi dengan

selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah

terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

(c) Pastikan bayi tetap

hangat dengan memeriksa telapak kaki setiap 15 menit.

6) Kontak dini dengan ibu :

(a) Berikan bayi pada ibu

secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi sangat

penting untuk kehangatan, ikatan batin dan pemberian ASI.

(b) Dorong ibu untuk

menyusui bayinya apabila bayi telah “siap” (dengan

menunjukkan refleks rooting). Jangan paksa bayi untuk

menyusu.

7) Pernapasan :

(a) Periksa pernapasan

dan warna kulit bayi setiap 5 menit.

(b) Sebagian besar bayi

akan bernapas secara spontan. Jika bayi tidak segera barnapas,

lakukan hal – hal berikut :

(1) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat.

(2) Gosok punggung bayi dengan lembut.

(3) Jika bayi masih belum bisa bernapas setelah 60 detik,

mulai resusitasi.
8) Perawatan mata :

Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.

Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat dan Neosporin dan

langsung diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.

2. Teori Caput Succedaneum

a. Pengertian

1) Caput succedaneum adalah pada bagian kepala terjadi

oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah

(Wiknjosastro, 2002).

2) Caput succedaneum adalah terjadinya oedema di bawah

kulit kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari

pembuluh darah (Mochtar, 1998).

3) Caput succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan

lunak kepala, yang dapat melampaui sutura garis tengah

(Saifuddin, 2006).

4) Caput succedaneum adalah timbul karena kepala janin terlalu lama

tertekan di dasar panggul (Manuaba, 1998).

b. Etiologi

Menurut Moctar (1998) terjadinya caput succedaneum disebabkan

karena :

1) Partus lama.

2) Partus obstruksi.
3) Pertolongan persalinan dengan vacum ekstraksi.

c. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dari Caput Succedaneum menurut Markum (2002)

adalah sebagai berikut :

1) Benjolan terdapat di daerah presentasi lahir.

2) Pada perabaan teraba benjolan lunak.

3) Berbatas tidak tegas.

4) Bersifat oedema tekan.

5) Biasanya menghilang dalam waktu 2 – 3 hari tanpa

pengobatan khusus.

d. Patofisiologi

Kelainan ini timbul akibat tekanan yang keras pada kepala ketika

memasuki jalan lahir hingga terjadi pembendungan sirkulasi kapiler

dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vasa.

Benjolan caput berisi cairan serum dan sering bercampur sedikit darah,

secara klinis benjolan ditemukan di daerah presentasi lahir, pada

perabaan teraba benjolan lunak, berbatas tidak tegas, bersifat oedem

tekan. Benjolan terletak di luar periosteum hingga dapat melampui

sutura (Markum, 2002).

e. Komplikasi

Menurut Markum (2002) akibat dari Caput Succedaneum dapat

menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

1) Syok akibat dari caput haemoragic.


2) Infeksi sekunder bila timbul vesikel atau lecet di daerah

sirkular tersebut.

f. Penatalaksanaan Caput Succedaneum

Menurut Depkes RI (1996) penatalaksanaan bayi baru lahir dengan

Caput succedaneum adalah sebagai berikut :

1) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal.

2) Awasi keadaan umum bayi.

3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi

untuk masuk sinar matahari.

4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara

menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering

diangkat, agar benjolan tidak meluas.

5) Mencegah terjadinya infeksi dengan cara :

a) Perawatan tali pusat dengan baik.

b) Personal higiene yang baik.

6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang :

a) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena

benjolan akan menghilang 2 – 3 hari.

b) Perawatan bayi sehari – hari.

c) Manfaat dan cara pemberian ASI.

3. Teori Vacum Ekstraksi

a. Pengertian
Ekstraksi vacum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk

mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu

dan ekstraksi pada bayi (Saifudin, 2006).

b. Indikasi Vacum Ekstraksi

1) Menurut Wiknjosastro (2000)

a) Untuk memperpendek kala II, misalnya : pada ibu

yang mempunyai penyakit jantung dan paru – paru.

b) Waktu kala II yang memanjang.

c) Adanya gawat janin.

2) Menurut Saifuddin (2006)

a) Kala II lama dengan presentasi kepala belakang / verteks.

3) Menurut Mochtar (1998)

a) Kelelahan ibu.

b) Partus tak maju.

c) Toxemia gravidarum.

d) Ruptura uteri imminens.

c. Kontra Indikasi Vacum Ekstraksi

1) Menurut Saifuddin (2006)

a) Mal presentasi (dahi, puncak kepala, muka,

bokong).

b) Panggul sempit (disproporsi kepala – panggul).

2) Menurut Wiknjosastro (2000)


a) Ibu : Ruptura uteri membakat, pada

penyakit – penyakit

dimana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan,

misalnya payah jantung, preeklamsia berat.

b) Janin : Presentasi muka, kepala menyusul, janin

preterm

d. Syarat Untuk Vacum Ekstraksi

Menurut Saifuddin (2006) syarat untuk melakukan vacum ekstraksi

adalah :

1) Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.

2) Presentasi kepala.

3) Cukup bulan (tidak prematur).

4) Tidak ada kesempitan panggul.

5) Anak hidup dan tidak ada gawat janin.

6) Penurunan H III / III + (Puskesmas H IV / dasar panggul).

7) Kontraksi baik.

8) Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengedan.

e. Cara Melakukan Vacum Ekstraksi

Menurut Saifuddin (2001) cara melakukan ekstraksi vakum terdiri

dari:
1) Kaji ulang syarat – syarat untuk melakukan vacum.

2) Persetujuan tindakan medis.

3) Persiapan alat – alat sebelum tindakan.

4) Pencegahan infeksi sebelum tindakan.

5) Periksa dalam untuk menilai posisi kepala bayi dengan

meraba sutura sagitalis dan ubun – ubun kecil / posterior.

6) Masukkan mangkok vakum melalui introitus vagina

secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah

mangkok pada sutura sagitalis ± 1 cm anterior dari ubun – ubun

kecil.

7) Nilai apakah diperlukan episiotomi, jika perlu maka

lakukan pada saat perineum meregang, ketika kepala akan lahir.

8) Pastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit.

9) Pompa hingga tekanan – 0,2 kg / cm² periksa aplikasi

mangkok dan tunggu 2 menit.

10) Setelah 2 menit naikkan hingga – 0,6 kg / cm² periksa

aplikasi mangkok, tunggu 2 menit lagi.

11) Periksa adakah jaringan vagina yang terjepit. Jika ada

turunkan tekanan dan lepaskan jaringan yang terjepit tersebut.

12) Setelah mencapai tekanan negatif yang maksimal,

lakukan traksi searah dengan sumbu panggul dan tegak lurus pada

mangkok.
13) Tarikan dilakukan pada puncak his dengan mengikuti

sumbu jalan lahir, pada saat penarikan (pada puncak his) minta

pasien meneran.

14) Tarikan bisa diulangi sampai 3 kali saja.

15) Lakukan pemeriksaan diantara kontraksi yaitu DJJ dan

aplikasi mangkok.

16) Saat sub oksiput sudah berada di bawah simfisis, arahkan

tarikan ke atas hingga lahirlah berturut – turut dahi, muka dan

dagu. Segera lepaskan mangkok vakum dengan membuka tekanan

negatif.

17) Selanjutnya kelahiran bayi dan plasenta dilakukan seperti

pertolongan persalinan normal.

18) Eksplorasi jalan lahir untuk melihat apakah ada robekan

pada dinding vagina atau perpanjangan luka episiotomi.

f. Kegagalan Yang Dapat Terjadi Pada Vacum Ekstraksi

Menurut Wiknjosastro (2000) kriteria ekstraksi vakum gagal adalah :

1) Waktu dilakukan traksi, mangkok terlepas sebanyak 3

kali.

Mangkok lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan :

a) Tenaga vakum terlalu rendah.

b) Tekanan negatif dibuat terlalu cepat, sehingga tidak

terbentuk caput succedaneum yang sempurna mengisi seluruh

mangkok.
c) Selaput ketuban melekat antara kulit kepala dan

mangkok sehingga mangkok tidak dapat mencengkam dengan

baik.

d) Bagian – bagian jalan lahir (vagina, serviks) ada

yang terjepit ke dalam mangkok.

e) Kedua tangan kiri dan tangan kanan penolong tidak

bekerja sama dengan baik.

f) Traksi terlalu kuat.

g) Cacat pada alat, misalnya kebocoran pada karet

saluran penghubung.

h) Adanya disproporsi sefalopelvik.

2) Dalam waktu 30 menit dilakukan traksi, janin tidak lahir.

Menurut Saifuddin (2002) ekstraksi vakum dianggap gagal jika :

a) Kepala tidak turun pada tarikan.

b) Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum

turun, atau tarikan sudah 30 menit.

c) Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan

maksimum.

g. Komplikasi Vacum Ekstraksi

Komplikasi vacum ekstraksi adalah sebagai berikut :

1) Pada ibu

a) Menurut Wiknjosastro (2000)

(1) Perdarahan.
(2) Trauma jalan lahir.

(3) Infeksi.

b) Menurut Mochtar (2002)

(1) Robekan serviks uteri.

(2) Robekan vagina dan perineum

yang lebih luas.

2) Pada janin

a) Caput succedaneum

Caput succedaneum adalah oedema di bawah kulit kepala bayi

sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah

(Mochtar, 1998).

b) Sefalhematoma

Sefalhematoma adalah perdarahan subperiosteal akibat

kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan

lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah

(Saifuddin, 2006).

c) Perdarahan dan oedema.

d) Trauma langsung pada bagian janin tempat cup

vacum.

e) Infeksi.

h. Keunggulan Vacum Ekstraksi

Menurut Winkjosastro (2000), keunggulan vacum ekstraksi dibanding

ekstraksi cunam adalah :


1) Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan

infeksi).

2) Tidak diperlukan anestesi umum.

3) Mangkok tidak menambah besar ukuran kepala yang

harus melalui jalan lahir.

4) Vacum ekstraksi dapat dipakai pada kepala yang masih

tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap.

5) Trauma pada kepala janin lebih ringan.

i. Kerugian Vacum Ekstraksi

Menurut Wiknjosastro (2000), kerugian ekstraksi vacum dibandingkan

dengan cunam adalah :

1) Persalinan janin memerlukan waktu yang lebih lama.

2) Tenaga traksi tidak sekuat seperti pada cunam.

3) Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian – bagiannya

banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.

B. Teori Asuhan Kebidanan

1. Pengertian

Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode

pengorganisasian pikiran dan tindakan – tindakan yang urut dan logis serta

menguntungkan kedua belah pihak yaitu pasien dan tenaga kesehatan

(Varney, 2004). Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum post ekstraksi vacum penulis beracuan


pada pola pikir Varney karena metode dan pendekatan sistematis dan

analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah

terhadap klien.

2. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Menurut Varney (2004)

a. Pengkajian dan Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam

menerapkan asuhan kebidanaan pada pasien dan merupakan suatu

proses sistematis dalam pengumpulan data – data lengkap untuk

mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam,

2001). Data dasar ini mencakup riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,

mempelajari rekam medik rumah sakit, mempelajari data laboratorium.

Laporan studi pembanding yaitu semua informasi yang ada sangkut

pautnya dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien dan

mengumpulkan data – data awal secara lengkap meskipun pasien

mempunyai komplikasi yang perlu dilaporkan pada dokter.

Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien

dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien secara

lengkap, yaitu :

1) Data Subyektif

Adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat

terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2001). Data ini

diperoleh dari wawancara dengan keluarga pasien (orang tua)

meliputi :
(a) Biodata

Menurut Priharjo (2007)

(1) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.

(2) Umur bayi : Untuk mengetahui umur bayi

yang nanti akan disesuaikan dengan

tindakan yang akan dilakukan.

(3) Tanggal/jam lahir : Untuk mengetahui kapan bayi

lahir sesuai atau tidak dengan

perkiraan lahirnya.

(4) Jenis kelamin : Untuk mengetahui jenis kelamin.

(5) Berat badan : Untuk mengetahui

kesesuaian

antara berat badan dengan umur

kehamilan.

(6) Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian

antara panjang badan dengan umur

kehamilan.

(7) Nama ibu/ayah : Untuk mengetahui identitas orang

tua bayi.

(8) Umur : Untuk mengetahui faktor - faktor

resiko dan tingkat kesuburan.

(9) Agama : Untuk mengetahui agama /

keyakinan apa yang dianut pasien.


(10) Suku Bangsa : Berguna untuk mengetahui

faktor pembawaan ras.

(11) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat

pendidikan orang tuanya.

(12) Pekerjaan : Untuk mengetahui gambaran

keadaan sosial ekonomi.

(13) Alamat : Untuk mengetahui gambaran

tentang tempat dimana pasien

tinggal.

(b) Keluhan Utama

Keluhan harus dinyatakan dengan singkat dan menggunakan

bahasa yang dipakai oleh pemberi keterangan (Munro, 2001).

(c) Riwayat Kehamilan

Sekarang

Untuk mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan.

Pengkajian ini meliputi: HPHT, HPL, keluhan – keluhan pada

trimester pertama sampai trimester ketiga, frekuensi ANC,

penyuluhan yang pernah didapat, imunisasi TT

(Varney, 2002).

(d) Riwayat persalinan

sekarang

Berisi tentang tempat persalinan, penolong, jenis persalinan,

komplikasi / kelainan dalam persalinan, plasenta, cairan


ketuban, insersi tali pusat, lama persalinan dari kala I sampai

kala IV (Varney, 2002).

(e) Riwayat penyakit

Untuk mengetahui adanya penyakit yang dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin, misalnya : riwayat penyakit saat hamil

dan riwayat penyakit sistemik seperti: jantung, ginjal, asma,

TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, riwayat penyakit

keluarga, riwayat keturunan kembar, riwayat operasi

(Priharjo, 2007).

2) Data oyektif

Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001).

Data obyektif diperoleh dengan melakukan pemeriksaan antara

lain:

a) Pemeriksaan khusus

Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama

kelima dan kesepuluh (Wiknjosastro, 2002).

b) Pemeriksaan umum

Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu

dengan pasien kemudian dilanjutkan mengukur tanda – tanda

vital (Priharjo 2007), meliputi:

(1) Suhu

Kisaran suhu bayi pada lipatan axilla yang normal adalah

36,4ºC sampai 37,2ºC (Stright, 2005).


(2) Pernapasan

Pola pernapasan pada jam pertama setelah dilahirkan

dengan frekuensi antara 40 – 60 kali/menit (Farrer, 2001).

(3) Denyut Jantung

Bunyi jantung dalam menit – menit pertama kira – kira 180

x/menit kemudian turun sampai 120 x/menit – 140 x/menit

pada waktu bayi berumur 30 menit (Wiknjosastro, 2002).

c) Pemeriksaan Fisik

Sistematis

(1) Kepala

Adakah caput succedaneum, dengan tanda seperti adanya

benjolan, teraba lunak, berbatas tidak tegas, berisi cairan

serum dan sering bercampur sedikit darah

(Markum AH, 2002).

(2) Ubun – ubun

Berdenyut atau tidak, jika ubun – ubun menonjol dan

tegang dapat menandakan tekanan intrakranial dan jika

ubun – ubun cekung merupakan karakteristik dari

dehidrasi (Stright, 2005).

(3) Muka
Kesan umum harus dicatat berkenaan dengan tanda –

tanda dismorfik, seperti lipatan epikantus, jarak mata

yang lebar, mikroftalmia, filtrum yang panjang, dan

telinga yang letaknya rendah, sering disertai dengan

sindrom kongenital (Nelson, 2000).

(4) Mata

Adakah kotoran pada mata, conjungtiva anemis atau

tidak, sklera ikterik atau tidak (Nelson, 2000).

(5) Telinga

Adakah kotoran / cairan, simetris atau tidak

(Stright, 2005).

(6) Hidung

Adakah napas cuping, adakah mukus yang menyumbat

lubang hidung (Wiknjosastro, 2002).

(7) Mulut

Mulut yang normal jarang menunjukkan perkembangan

gigi yang lebih cepat, adakah kelainan seperti labioskisis,

labiopalatoskisis (Nelson, 2000),

(8) Leher

Adakah kelainan leher yang tidak lazim terjadi akibat

trauma posisi bayi sewaktu berada di dalam uterus

(Nelson, 2000).

(9) Dada
Simetris atau tidak, adakah kelainan dalam pernapasan

(Stright, 2005).

(10) Perut

Pada perut apakah teraba massa (Farrer, 2001).

(11) Tali pusat

Tali pusat normalnya tampak putih dan seperti gelatin,

tidak terlihat perdarahan (Farrer, 2001).

(12) Punggung

Adakah spina bifida, spina normalnya rata dan bulat,

sekelompok rambut yang tumbuh atau lekuk kecil pada

sakrum atau dasar spina berhubungan dengan spina

bifida okulta (Stright, 2005).

(13) Ekstremitas

Jumlah jari kaki dan jari tangan lengkap atau tidak

(Farrer, 2001).

(14) Genetalia

Jika perempuan apakah labia mayora menutupi labia

minora dan klitoris, jika laki – laki apakah kedua testis

sudah turun ke dalam skrotum (Stright, 2005).

(15) Anus

Berlubang atau tidak yang ditandai keluarnya mekonium

dan pemeriksaan dengan cara memasukkan jari kecil atau

pipa rektum secara perlahan (Nelson, 2000).


d) Pemeriksaan Reflek

(1) Reflek Moro

Rangsangan mendadak yang menyebabkan lengan gerakan

melontarkan kedua lengan serta kemudian menariknya

kembali dalam bentuk gerakan ‘memeluk’. Paha dan

tungkai dapat pula bereaksi dengan cara seperti ini

(Farrer, 2001).

(2) Reflek Rooting

Kalau pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan kepalanya

kesisi yang disentuh itu untuk mencari puting susu

(Farrer, 2001).

(3) Reflek Walking

Jika bayi didirikan dengan memegang badannya dibawah

kedua lengannya demikian rupa sehingga kedua kakinya

menyentuh sesuatu permukaan yang keras, maka ia akan

mengangkat mula – mula tungkai yang satu kemudian

tungkai lainnya seperti gerakan mencoba

berjalan/melangkah. Reflek ini biasanya menghilang

setelah tempo 48 jam (Farrer, 2001).

(4) Reflek Garfis / Plantar


Jari – jari kaki bayi akan menekuk ke bawah bila jari

diletakkan di dasar jari – jari kakinya (Stright, 2005).

(5) Reflek Suching

Bayi normal yang mature akan berupaya untuk menghisap

setiap benda yang menyentuh bibirnya. Refleks menelan

juga terdapat (Farrer, 2001).

(6) Rreflek Tonik Neck

Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditorehkan akan

ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila

kepala bayi ditorehkan ke satu sisi selagi beristirahat

(Stright, 2005).

e) Pemeriksaan

Antropometri

(1) Lingkar kepala

Mengukur secara melingkar dari bagian oksiput yang

terbesar, rata – rata lingkar kepala adalah 35,5 cm

(Stright, 2005).

(2) Lingkar dada

Meletakkan pita pengukur di atas putting dan melintasi

batas bawah dari skapula normalnya 33 cm (Stright, 2005).

(3) Lingkar lengan atas

Untuk mengetahui besar lingkar lengan bagian atas

(Munro, 2001).
(4) Berat badan

Normalnya sekitar 2500 – 4250 gram (Stright, 2005).

(5) Panjang badan

Panjang badan lahir normalnya 49,5 cm (Stright, 2005).

f) Eliminasi

(1) Urine

Bayi berkemih hanya sekali atau 2 kali selama 24 jam

pertama (Farrer, 2001).

(2) Meconium

Meconium pertama bayi adalah hitam kehijauan, tidak

berbau. Meconium mulai keluar dalam waktu 24 jam

pertama, pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke2

– 3, pada hari ke 4 – 5 warnanya berubah menjadi coklat

kehijau – hijauan (Wiknjosastro, 2002).

3) Data Penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan

pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium dan

rontgen serta terapi dan advis dokter (Doengoes, 2000).

b. Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnosa

berdasarkan interpretasi yang benar atas data – data yang telah

dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa

masalah yang spesifik, interpretasi data bayi baru lahir dengan caput

succedaneum post vacum ekstraksi adalah :

1) Diagnosa kebidanan

Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan

(Varney, 2004).

Diagnosa : Bayi Ny…umur…dengan caput succedaneum.

Dasar :

a) DS : Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal… pukul…

Ibu mengatakan bayinya lahir dengan benjolan di kepala.

b) DO : Menunjukkan apakah dikepala terdapat

benjolan, teraba

lunak, berbatas tidak tegas, bersifat oedema tekan

(Markum, 2002).

2) Masalah

Tujuan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan

atau masalah kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat mungkin

(Nursalam, 2001).

Masalah : Gangguan rasa nyaman akibat caput succedaneum dari


oedema di bawah kulit kepala bayi.

3) Kebutuhan

Menurut Varney (2004) kebutuhan adalah hal – hal yang

dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan

masalah didapatkan dengan analisa data.

Kebutuhan : Perawatan caput succedaneum (Depkes RI, 1996).

Menjaga bayi tetap hangat (Saifuddin, 2002).

Pencegahan infeksi (Saifuddin, 2002).

c. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila kemungkinan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan

dapat bersiap – siap bila diagnosa masalah potensial ini benar – benar

terjadi (Varney, 2004).

Masalah potensial pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum

adalah syok akibat dari caput haemoragic dan infeksi sekunder bila

timbul vesikel atau lecet di daerah sirkular tersebut (Markum, 2002).

d. Antisipasi / Tindakan Segera


Antisipasi masalah mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengidentifikasi

situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk

kepentingan keselamatan jiwa bayi. Pada langkah ini dilaksanakan

antisipasi pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum pada

ekstraksi vacum sesuai dengan kondisi (Varney, 2004).

e. Rencana Tindakan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi (Varney, 2004). Rencana asuhan

kebidanan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum post vacum

ekstraksi menurut Depkes RI(1996) adalah :

1) Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal.

2) Awasi keadaan umum bayi.

3) Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup

ventilasi, masuk sinar matahari.

4) Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara

menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering

diangkat, agar benjolan tidak meluas.

5) Mencegah terjadi infeksi dengan cara :

(a) Perawatan tali pusat dengan

baik.
(b) Personal higiene yang baik.

6) Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang :

(a) Keadaan trauma pada bayi,

tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2 – 3 hari.

(b) Perawatan bayi sehari – hari.

(c) Manfaat dan cara pemberian

ASI.

f. Pelaksanaan

Langkah ini merupakan pelaksanaan asuhan secara menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima secara efisien dan aman.

Pelaksanaan asuhan ini biasa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian dilakukan oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya.

Pelaksanaan asuhan pada bayi baru lahir dengan caput succedaneum

post vacum ekstraksi disesuaikan dengan rencana tindakan

(Varney, 2004).

g. Evaluasi

Merupakan langkah terakhir untuk menilai keefektifan dari rencana

asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2004). Evaluasi pada bayi baru

lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi antara lain :

1) Keadaan umum bayi baik.


2) Caput di kepala bayi sudah menghilang.

3) Luka bekas vacum di kepala bersih dan kering.

4) Bayi tampak tenang dan nyaman.

5) Tidak terdapat tanda – tanda infeksi.

6) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

C. Data Perkembangan

Selanjutnya rencana asuhan kebidanan ditulis dalam data perkembangan

SOAP, yang merupakan salah satu pendokumentasian yang ada menurut

Varney (2004), SOAP merupakan singkatan dari :

S : Subyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa.
O : Obyektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien , hasil

laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assesment (analisa).

A : Assesment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi.

P : Planing

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment.

D. Kerangka Konsep Hasil asuhan


Asuhan Kebidanan kebidanan
PadaGambar
Bayi 2.1Baru 1. Kea
Lahir dengan daan umum
manajemen
Kerangka Konsep bayi baik
kebidanan Varney 2. Cap
(2004) ut di kepala
1. Pengkajian bayi sudah
INPUT 2. PROSES
Interpretasi OUTPUT
menghilang
Data 3. Luk
3. Diagnosa a bekas vacum
Potensial di kepala
Bayi baru lahir bersih dan
4. Antisipasi /
dengan Caput kering
Tindakan
Succedaneum 4. Bay
Segera
5. Rencana i tampak
Tindakan tenang dan
6. Pelaksanaa nyaman
n 5. Tid
7. Evaluasi ak terdapat
8. Data tanda – tanda
perkembangan infeksi
SOAP 6. Keb
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis Studi Kasus

Karya tulis ilmiah ini merupakan laporan studi kasus dengan metode

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.

Laporan studi kasus yaitu laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu

permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit tunggal


(Notoatmodjo, 2002).

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2002). Lokasi pengambilan kasus ini adalah di ruang Catleya

Bayi Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan

pengambilaan kasus (Budiarto, 2003). Subyek studi kasus ini adalah bayi baru

lahir dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi.

D. Waktu Studi kasus

Waktu adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus

(Notoatmodjo, 2002). Waktu pelaksanaan pengambilan kasus ini dilakukan

pada bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2008.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk

mendapatkan data (Budiarto, 2003).

Adapun instrumen untuk melakukaan pengambilan data dalam studi kasus

ini adalah dengan menggunakan format asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir.

F. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data atau informasi yang digunakan penulis ada 2,

yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh

orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang

memerlukannya (Hasan, 2002). Data primer dapat diperoleh dari :

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik digunakan untuk memperoleh data obyektif dari

riwayat pasien. Menurut Nursalam (2001) ada 4 teknik dalam

pemeriksaan fisik, yaitu :

1) Inspeksi

Adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik.

Observasi dilaksanakaan dengan menggunakan indra penglihatan,

pendengaran, dan penciuman sebagai suatu alat untuk

mengumpulkan data, yang dimulai pada saat berinteraksi dengan

pasien dan dilanjutkan dengan pemeriksaan lebih lanjut. Fokus

inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi: ukuran tubuh, warna,

bentuk, posisi dan simetris. Inspeksi dilakukan secara berurutan

mulai dari kepala sampai kaki.

2) Palpasi

Adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan

jari – jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan digunakan

untuk mengumpulkan data tentang : temperatur, turgor, bentuk,


kelembaban, vibrasi dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan

untuk memeriksa keadaan turgor kulit bayi.

3) Perkusi

Adalah suatu pemeriksaan dengan jalan mengetuk untuk

membandingkan kiri – kanan pada setiap daerah permukaan tubuh

dengan tujuan menghasilkan suara. Perkusi bertujuan untuk

mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan.

Dalam hal ini pemeriksaan dilakukan pada daerah abdomen.

4) Auskultasi

Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Dalam hal

ini auskultasi dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung.

c. Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data,

dimana penulis mendapat keterangan atau pendirian seorang sasaran

(responden) atau bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang

tersebut atau face to face (Notoatmodjo, 2002). Dalam studi kasus ini

wawancara atau tanya jawab dilakukan dengan keluarga pasien

ataupun tenaga kesehatan yang terkait dengan menggunakan format

yang mendukung ke arah asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

dengan caput succedaneum post vacum ekstraksi.

d. Observasi
Adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian

untuk menyadari adanya rangsangan (Notoatmodjo, 2002). Dalam

studi kasus ini observasi dilakukan untuk pengumpulan data dan

mengetahui data perkembangan keadaan pasien setiap harinya, yang

dicatat dalam lembar status pasien.

2. Data Sekunder

Adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian

(Riwidikdo, 2007). Data sekunder dapat diperoleh dari :

a. Dokumentasi Catatan Medis

Merupakan sumber informasi yang penting bagi tenaga kesehatan

untuk mengidentifikasi masalah untuk menegakkan diagnosa,

merencanakan tindakan keperawatan atau kebidanan dan memonitor

respon pasien terhadap tindakan yang diberikan.

b. Catatan Asuhan Kebidanan

Merupakan teori dari asuhan kebidanan yang menggunakan

pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney.

c. Studi Kepustakaan

Bahan – bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam

menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Dalam studi kasus ini menggunakan studi

kepustakaan dari buku – buku kesehatan terbitan tahun 1996 – 2007.


G. Alat – Alat yang Dibutuhkan

Dalam studi kasus ini, alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Alat – alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

wawancara (interview) antara lain :

a. Format pengkajian pada

bayi baru lahir.

b. Buku tulis.

c. Alat tulis.

2. Alat – alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

pemeriksaan fisik dan observasi (pengamatan) antara lain :

a. Stetoskop.

b. Termometer.

c. Timbangan berat

badan.

d. Jam tangan.

e. Box bayi.

f. Mide line.

g. Kain kassa steril.

3. Alat – alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

vacum ekstraksi antara lain :

a. Mangkuk atau cup.

b. Botol.

c. Karet penghubung.
d. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang.

e. Pemegang (extraction handle).

f. Pompa penghisap (vacum pump).

4. Alat – alat dan bahan yang dibutuhkan dalam

studi kasus ini terdiri dari :

a. Buku register bayi di ruang catleya bayi.

b. Catatan rekam medik kelahiran bayi di rumah sakit Panti Waluyo

Surakarta.

AKADEMI KEBIDANAN
KUSUMA HUSADA SURAKARTA
JL. JAYAWIJAYA NO. 11 KADIPIRO SURAKARTA TELP / FAX 0271 856832

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Ruang :

Tanggal masuk :

No. register :

1. PENGKAJIAN, Tanggal

Pukul WIB

A. IDENTITAS BAYI

1. Nama Bayi :

2. Umur :

3. Tanggal / jam lahir :

4. Jenis Kelamin :

5. BB / PB :

IDENTITAS IBU IDENTITAS AYAH

1. Nama :

Nama :

2. Umur :

Umur :

3. Agama :

Agama :

4. Suku Bangsa :

Suku Bangsa :
5. Pendidikan :

Pendidikan :

6. Pekerjaan :

Pekerjaan :

7. Alamat :

Alamat :

B. ANAMNESA

(DATA SUBYEKTIF)

PADA IBU

1. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT :

b. HPL :

c. Keluhan – Keluhan Pada

Trimester I :

Trimester II :

Trimester III :

d. ANC………kali…………….teratur / tidak teratur

e. Penyuluhan yang pernah didapat :

f. Imunisasi TT :

2. Riwayat Persalinan Ini

a. Tempat Persalinan :………………….Penolong……….

b. Jenis Persalinan :
c. Komplikasi / kelainan dalam persalinan :

d. Placenta

- Berat placenta :………..gram

- Panjang placenta :………..cm

- Jumlah kotiledon :

- Cairan ketuban :………..cc

- Insersi tali pusat :

- Kelainan :

- Lama persalinan :

Kala I……………jam…………..menit

Kala II…………...jam…………..menit

Kala III………….jam…………..menit

Kala IV………….jam…………..menit

3. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit saat hamil :

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung :

2) Ginjal :

3) Asma :

4) TBC :

5) Hepatitis :

6) DM :

7) Hipertensi :
8) Epilepsi :

9) Lain – lain :

c. Riwayat penyakit keluarga :

d. Riwayat keturunan kembar :

e. Riwayat operasi :

C. PEMERIKSAAN

FISIK BAYI

1. Pemeriksaan Khusus (Apgar Score)

ASPEK NILAI JUMLAH


YANG 0 1 3 Menit 5 mnt 10
DINILAI I
II mnt

III
Denyut Tak <100 >100 x/mnt
jantung teraba x/mnt
Pernapasan Tak Lambat, Teratur,
bernapas tak menangis
teratur
Tonus otot Terkulai Sikap Menggerakkan
anggota anggota
ditekuk
Kepekaan Tidak Meringis Menangis
reflek ada dengan sangat
keras
Warna Badan Anggota Seluruhnya
kulit pucat / badan merah muda
biru biru
JUMLAH

2. Pemeriksaan umum
a. Suhu :

b. Pernapasan :

c. Nadi :

d. Keaktifan :

3. Pemeriksaan Fisik Sistematis

a. Kepala :

b. Ubun – ubun :

c. Muka :

d. Mata :

e. Telinga :

f. Hidung :

g. Mulut :

h. Leher :

i. Dada :

j. Perut :

k. Tali pusat :

l. Punggung :

m. Ektremitas :

n. Genetalia :

o. Anus :

4. Reflek

a. Reflek Moro

:
b. Reflek Rooting

c. Reflek Walking

d. Reflek Garfis / Plantar

e. Reflek Suching

f. Reflek Tonik Neck

5. Antropometri

a. Lingkar Kepala

b. Lingkar Dada

c. LLA

d. BB / PB

6. Eliminasi

a. Urine :

b. Meconium :
D. PEMERIKSAAN

PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium :

2. Pemeriksaan Penunjang Lain :

II. INTERPRETASI DATA

III. DIAGNOSA POTENSIAL

IV. ANTISIPASI / TINDAKAN SEGERA

V. RENCANA TINDAKAN

VI. PELAKSANAAN

VII. EVALUASI

DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko.2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta : EGC.


Depkes RI. 1996. Asuhan Kesehatan Anak Dalaam Konteks Keluarga. Jakarta :

Depkes RI.

Dinkes Kota Surakarta. 2006. Profil Kesehatan Kota Surakarta Th. 2006.

http : // www.geogle.com

Doengoes, M.E. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa

Keperawatan. Jakarta : EGC.

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Hasan, M.I. 2002. Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya.

Ghalia Indonesia.

Manuaba, I.G.B. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Markum, A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Mochtar, R.1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Munro, J.F. 2001. Pengantar Pemeriksaan Klinis. Jakarta : EGC.

Nelson, W.E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan Konsep & Praktik. Jakarta:

Salemba Medika.

Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Riwidikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

Saifuddin, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Saifuddin, A.B. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Stright, B.R. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Varney, H. 2002. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC.

Varney, H. 2004. Varney’s Midwifery (terjemahan). Bandung : Sekeloa Publisher.

Wiknjosastro, H. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : YBPSP.

Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Cetakan ke – 6. Jakarta : YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai