Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PELANGGARAN ETIKA

KEPERAWATAN “ABORSI”

D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Yonathan Hutagalung
2114021

Dosen M.Kuliah: Oknalita Simbolon M.Tr, Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU PRODI D III


KEPERAWATAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGULKABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang

Menganalisa Kasus Pelanggaran Kode Etik Keperawatan “Aborsi”

 Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah etika

Keperawatan program studi D III Keperawatan di STIKES Kesehatan Baru.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Oknalita simbolon M.Tr Keb

selaku dosen pengajar mata kuliah Etika Keperawatan, sehingga saya dapat

menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.

           saya sangat menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah

ini. Oleh karena itu, dimohon saran dan kritik yang membangun.Akhir kata semoga

makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sabtu, 02,Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
KONSEP TEORI KEPERAWATAN...........................................................................................................5
2.1. Asas dan Kode Etik Keperawatan...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Prinsip Etika Keperawatan.......................................................................................5
2.1.2 Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan.......................................................................................5
2.2 Kode Etik Keperawatan Indonesia....................................................................................................7
2.2.2 Perawat dan Praktek....................................................................................................................7
2.2.3 Perawat dan Masyarakat.............................................................................................................8
2.2.4 Perawat dan Teman Sejawat........................................................................................................8
2.2.5 Perawat dan Profesi.....................................................................................................................8
2.3 Ikrar Perawat Indonesia dalam MUNAS IV PPNI 1989...................................................................8
BAB III....................................................................................................................................................10
KONSEP TEORI ABORSI........................................................................................................................10
3.1 Pngertian aborsi...............................................................................................................................10
3.2 Jenis Aborsi.............................................................................................................................10
3.3 Efek Aborsi..............................................................................................................................11
3.4 Resiko kesehatan dan keselamatan fisik................................................................................12
3.5 Aborsi Legal dan Ilegal.................................................................................................................12
BAB IV....................................................................................................................................................15
TINJAUAN KASUS................................................................................................................................15
4.1 CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA KEPERAWATAN............................................15
4.2 Analisis kasus..........................................................................................................................15
4.3 KEBIJAKAN KESEHATAN..................................................................................................16
BAB V......................................................................................................................................................19
PENUTUP................................................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................19
5.2 Saran..............................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yng di sengaja dan saat
ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Pengertian aborsi menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1996) abortus (aborsi) didefinisikan sebagai terjadi keguguran
janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak
menginginkan bakal bayi yang dikandung itu).

Menurut Potter&Perry (2010), setengah dari kehamilan di Amerika Serikat adalah


tidak direncanakan; sebagian besar kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada
remaja, wanita berusia di atas 40 tahun, dan wanita Afrika-Amerika yang berpenghasilan
rendah. Hampir setengah dari kehamilan yang tidak diharapkan berakhir dengan aborsi.

Sementara itu, kendati dilarang, baik oleh KUHP, UU, maupun fatwa MUI atau
majelis tarjih Muhammadiyah, praktik aborsi (pengguguran kandungan) di Indonesia
tetap tinggi dan mencapai 2,5 juta kasus setiap tahunnya dan sebagian besar dilakukan
oleh para remaja.

Aborsi atau pengguguran kandungan seringkali identik dengan hal-hal negatif bagi
orang-orang awam. Bagi mereka, aborsi adalah tindakan dosa, melanggar hukum dan
sebagainya. Namun, sebenarnya tidak semua aborsi merupakan tindakan yang negatif
karena ada kalanya aborsi dianjurkan oleh dokter demi kondisi kesehatan ibu hamil yang
lebih baik.

Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi kehamilan
yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan mengalami perasaan
kehilangan, kesedihan yang mendalam, atau rasa bersalah.
Dalam kasus aborsi yang dianjurkan dokter, perawat tak hanya sebagai conselor
atau peran dan fungsi perawat yang lain, tetapi juga dapat menjalankan prinsip
dan asas etik keperawatan yang ada untuk membantu pasien menghadapi
pilihan yang telah dipilih(abors)BAB II
KONSEP TEORI KEPERAWATAN

2.1. Asas dan Kode Etik Keperawatan

2.1.1 Pengertian Prinsip Etika Keperawatan


Prinsip etika keperawatan merupakan asas, kebenaran yang jadi pokok dasar
atau patokan seorang perawat untuk berpikir, bertindak membuat keputusan yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap prinsip-
prinsip etika keperawatan sehingga kejadian pelanggaran etika dapat dihindarkan.

2.1.2 Prinsip-Prinsip Asas Etik Keperawatan


Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman
pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu
keperawatan. Prinsip utamanya adalah moral dan etika keperawatan. Untuk
menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus
berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi:

a. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak
memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional
merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik/asas manfaat (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik dan setiap tindakan
yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan
dari kecacatan. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau
kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh
diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)
Setiap tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi klien tidak ada
diskriminasi. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan
yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.

e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran.
Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan
yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
keadaan dirinya selama menjalani perawatan.

f. Menepati janji (Fidelity)


Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan
kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab
dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit,
memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan
klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun
dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan
bukti persetujuan. Jadi, apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan
pada tanggung-jawab moral dan profesi dan merahasiakan apapun tentang pasien
kecuali jika sebagai saksi dalam kasus hokum.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

i. Respek
a) Perilaku perawat yang menghormati / menghargai pasien /klien. hak – hak

pasien,penerapan inforned consent


b) Perilaku perawat menghormati sejawat
c) Tindakan eksplisit maupun implisit
d) Simpatik, empati kepada orang lain.
j. Azas Kesehatan dan Kesejahteraan
Semua tindakan yang dilakukan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan dan
kesejahteraan pada klien
2.2 Kode Etik Keperawatan Indonesia

2.2.1 Perawat dan Klien


 Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social.
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat-istiadat, dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
 Tanggung jawab utama Perawat adalah kepada mereka yang

membutuhkan asuhan keperawatan.


 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai dengan ketentuan hokum yang berlaku.
2.2.2 Perawat dan Praktek
1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di
bidang

keperawatan melalui belajar terus menerus

2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang


tinggi disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan
serta
ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
kuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan mamberikan
delegasi kepada orang lain.

4. Perawat senantiasa menjujung tinggi nama baik profesi


keperawatan

dengan selalu menunjukan perilaku professional.

2.2.3 Perawat dan Masyarakat


Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan masyarakat.
2.2.4 Perawat dan Teman Sejawat
1. Perawat senantiasa memelihara hubungan dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kesehatan secara
menyeluruh.
2. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak eti dan illegal.
2.2.5 Perawat dan Profesi
1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan
profesi keperawatan.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam berbagai profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang konduktif demi
terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.

2.3 Ikrar Perawat Indonesia dalam MUNAS IV PPNI 1989

1. Kami Perawat adalah Warga Negara Indonesia yang berasaskan Pancasila


dan Undang-Undang Dasar 1945, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Kami Perawat Indonesia senantiasa mengabdikan diri untuk kepentingan
kemanusiaan.
3. Kami Perawat Indonesia senantiasa melaksanakan tugas sebaik-baiknya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta mengembangkan Ilmu
Keperawatan dengan penuh tanggung jawab dan sesungguh-sungguhnya.
4. Kami Perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas tidak akan
membedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan social.
5. Kami Perawat Indonesia memegang teguh segala rahasia ynag behubungan
dengan tugas, kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku
6. Kami Perawat Indonesia senantiasa menghormati guru dan pembimbing
kami, sesama perawat serta menjunjung tinggi kehormatan profesi
keperawatan.
BAB III
KONSEP TEORI ABORSI
3.1 Pngertian aborsi

Pengertian aborsi menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) adalah


terpencarnya embrio yang tak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan).
Pengertian aborsi menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia
adalah : 1) Pengeluaran hasil konsepsi pada stadium perkembangannya sebelum masa
kehamilan yang lengkap tercapai (38-40 minggu); 2) Pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan (berat kurang dari 500 gram atau
kurang
dari 20 minggu).
Pada UU kesehatan, pengertian aborsi dibahas secara tersirat pada pasal 15 (1)
UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya, dapat dilakukan
tindakan medis
tertentu. Maksud dari ‘tindakan medis tertentu, yaitu aborsi.
Sementara aborsi atau abortus menurut dunia kedokteran adalah kehamilan
berhenti sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Apabila janin lahir selamat sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, disebut
kelahiran prematur.
Wanita dan pasangannya yang menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan
biasanya mempertimbangkan aborsi. Alasan untuk memilih aborsi berbeda-beda,
termasuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan atau ketika mengetahui janin
memiliki kelainan (Perry&Potter,2010).

3.2 Jenis Aborsi


Klasifikasi abortus atau aborsi berdasarkan dunia kedokteran, yaitu:
1) Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Aborsi

ini dibedakan menjadi 4 yaitu :


a. Abortus imminens, pada kehamilan kurang dari 20 minggu terjadi perdarahan dari
uterus atau rahim, dimana janin masih didalam rahim, serta leher rahim
belum melebar (tanpa dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens, istilah ini kebalikan dari abortus imminens, yakni pada
kehamilan kurang dari 20 minggu,terjadi pendarahan,dimana janin masih didalam
rahim, dan ikuti dengan melebarnya leher rahim(dengan dilatasi
serviks)
c. Abortus inkompletus, keluarnya sebagian organ janin yang berusia
sebelum

20 minggu, namun organ janin masih tertinggal didalam Rahim


d. Abortus kompletus, semua hasil konsepsi(pembuahan) sudah di keluarkan

2) Abortus provokatus
Berbeda dengan abortus spontanea yang prosesnya tiba-tiba dan tidak
diharapkan tapi tindakan abortus harus dilakukan. Maka pengertian aborsi atau
abortus jenis provokatus adalah jenis abortus yang sengaja dibuat atau
dilakukan, yakni dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup diluar tubuh ibu atau kira-kira sebelum berat janin mencapai
setengah
kilogram.
3) Abortus habitualis
Abortus habitualis termasuk abortus spontan namun habit (kebiasaan) yang

terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.


4) Missed abortion
Kematian janin yang berusua sebelum 20 minggu, namun janin tersebut
tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih, dan terpaksa harus
dikeluarkan.
Missed abortion digolongkan kepada abortus imminens.
5) Abortus septik
Tindakan menghentikan kehamilan karena tindakan abortus yang disengaja
(dilakukan dukun atau bukan ahli ) lalu menimbulkan infeksi.

3.3 Efek Aborsi


Pada kasus aborsi terdapat efek dari aborsi. Efek aborsi di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Efek Jangka Pendek
 Rasa sakit yang intens
 Terjadi kebocoran uterus
 Pendarahan yang banyak
 Infeksi
 Bagian bayi yang tertinggal di dalam
 Shock/Koma
 Merusak organ tubuh lain
 Kematian

2. Efek Jangka Panjang


 Tidak dapat hamil kembali
 Keguguran Kandungan
 Kehamilan Tubal
 Kelahiran Prematur
 Gejala peradangan di bagian pelvis
 Hysterectom

3.4 Resiko kesehatan dan keselamatan fisik


Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang akan dihadapi seorang wanita, diantaranya:
1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya.


6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
9. Kanker hati (Liver Cancer)
10. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat

pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

3.5 Aborsi Legal dan Ilegal


Hukum aborsi menurut undang – undang
Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :

Pasal 314
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.

Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan
ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama
kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak
sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.

Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 348
1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kejahatan dilakukan.
Pasal 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah.
Selain pasal-pasal dalam KUHP, larangan tentang aborsi juga terdapat dalam Undang-
undang RI no 38 Tahun 2014 tentang keperawatan BAB IV tentang Hak dan Kewajiban
perawat, pasal 36 ayat 4 yang berbunyi :
 Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak :
o Menolak keinginan klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode
etik, standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional,
atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan
BAB IV
TINJAUAN KASUS

4.1 CONTOH KASUS PELANGGARAN ETIKA KEPERAWATAN

Perawat yang Membantu Aborsi Terancam Hukuman 5,5 Tahun Penjara


Wednesday, 19 September 2007 SAWAHAN Mudjiati, pegawai Puskesmas Peneleh
Surabaya yang menjadi terdakwa kasus aborsi ilegal terancam hukuman penjara 5,5
tahun. Mudjiati yang dalam kasus ini didakwa membantu dr Suliantoro Halim
(terdakwa lain) melakukan aborsi janin dijerat Pasal 348 (1) KUHP Jo Pasal 56 ke 1
KUHP jo Pasal 65 (1) KUHP. Dalam dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum
(JPU) Mulyono SH, terungkap bahwa tindakan yang dilakukan Mudjiati telah
menyalahi praktek kesehatan Pasal 15 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Kesehatan.
Menurut Mulyono, praktek aborsi itu dilakukan terhadap tiga pasien, yakni Ade Tin
Suertini, Indriwati Winoto dan Yuni Kristanti. Aborsi terhadap Tin terjadi pada 16 Juni
2007 pukul 17.00 WIB sampai dengan 19.30 WIB di lokasi praktek dr Halim, Jl
Kapasari Nomor 4 Surabaya. Dalam praktek ini, dr Halim meminta pasien membayar
Rp 2 juta, namun oleh Tin baru dibayar Rp 100 ribu. Peranan Mudjiati dalam kasus ini
adalah membantu memersiapkan peralatan untuk operasi aborsi dengan cara suction
(dihisap) menggunakan alat spet 50 cc. & ldquo; Adanya aborsi ini diperkuat dengan
visum et repertum Nomor 171/VI/2007 atas nama Ade dari RS Bhayangkara Samsoeri
Mertojoso,” kata Mulyono.

4.2 Analisis kasus


a. Benefincence Menurut Ascension Health (2011)
prinsip beneficence adalah prinsip yg pertama dalam prinsip moral yaitu
melakukan kebaikan dan mencegah atau menghilangkan kejahatan atau bahaya. Dalam
kasus ini perawat yang ikut serta dalam pelaksanaan aborsi sudah jelas bahwa perawat
tersebut telah melanggar prinsip beneficence yaitu tidak mencegah dokter maupun
pasien untuk melakukan aborsi. Aborsi ilegal merupakan tindakan pidana, dan secara
langsung perawat tersebut membantu dalam kejahatan dan dapat membahayakan
pasien karena Willke (2011) menyatakan bahwa aborsi dapat menyebabkan kematian
karena infeksi, perdarahan dan perforasi uterus karena alat alat yang digunakan untuk
tindakan aborsi.
b. Non-Maleficence
  Non-Maleficence :berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera
bagi orang lain. Menurut Johnson (1989) dalam dalam Suhaemi (2004) menyatakan
bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda dan keras daripada prinsip
untuk melakukan yang baik. Aborsi merupakan tindakan penghentian kehamilan,
dimana jika dilakukan dengan prosedur yang salah dan oleh orang yang tidak
kompeten maka dapat menyebabkan cedera. Pada kasus tindakan aborsi di atas,
Perawat Mudjiati ikut berperan dalam tindakan pengguguran dengan mempersiapkan
peralatan untuk operasi aborsi. Tindakan ini berpotensi membahayakan klien dan janin
yang dikandungnya.
etika keperawatan aplikasi pada praktik Jakarta egc Konsekuensi tindakan aborsi
”Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun”.
dan yang Perawat Mudjiati lakukan melanggar Kepmenkes RI No.
1239/Menkes/SK/XI/2001 Pasal 16 melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan
kewajiban perawat yaitu tidak memberikan informasi kepada klien.
Pasal 17 praktik keperawatan tidak sesuai dengan kewenangan, pendidikan, dan
pengalaman.
Pasal 37 :
1. Perawat yang melanggar ketentuan praktik keperawatan dikenakan sanksi
administratif sebagai berikut : -lamanya 3 (tiga) bulan. edang, pencabutan izin
selama-lamanya 6 (enam) bulan. -lamanya 1 (satu) tahun.
2. Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas motif
pelanggaran serta situasisetempat. Tindakan yang Perawat Mudjiati lakukan juga
menyalahi praktek kesehatan
Pasal 15 ayat (1) dan (2) UndangUndang Kesehatan mengenai tindakan aborsi atas
indikasi medis.

4.3 KEBIJAKAN KESEHATAN

Kebijakan kesehatan merupakan aplikasi dari kebijakan publik ketika pedoman


yang ditetapkan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Kebijakan kesehatan nasional ditujukan untuk meningkatkan status kesehatan dan
kesejahteraan penduduk suatu negara (Ayuningtyas, 2014). Kebijakan kesehatan
merupakan segala tindakan pengambilan keputusan yang memengaruhi sistem
kesehatan yang dilakukan oleh aktor institusi pemerintah, organisasi, lembaga
swadaya masyarakat dan lainnya (Buse, 2005).
Kebijakan kesehatan adalah keputusan, rencana dan tindakan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan kesehatan tertentu di dalam suatu masyarakat1. Urgensi
kebijakan kesehatan sebagai bagian dari kebijakan publik semakin menguat
mengingat karakteristik unik yang ada pada sektor kesehatan yaitu sektor kesehatan
amat kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak dan kepentingan
masyarakat luas dan ketidakpastian kondisi sakit (Ayuningtyas, 2014).
Indonesia merupakan salah satu negara peserta dalam konferensi ICPD dan
berkomitmen untuk melaksanakan hasil konferensi, yaitu 10 program kesehatan
yang meliputi: (1) pelayanan sebelum, semasa kehamilan, dan pascakehamilan; (2)
pelayanan kemandulan; (3) pelayanan KB yang optimal; (4) pelayanan dan
penyuluhan HIV/AIDS; (5) pelayanan aborsi; (6) pelayanan dan pemberian
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi; (7) pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi remaja; (8) tanggung
jawab keluarga; (9) peniadaan sunat dan mutilasi anak perempuan; dan (10) pelayanan
kesehatan lansia (Idrus, 2006; 251). Di samping 10 program kesehatan reproduksi
tersebut, dalam Deklarasi ICPD juga diakui adanya 4 hak reproduksi perempuan,
yaitu:
1. Kesehatan reproduksi sebagai komponen dari kesehatan secara keseluruhan, sepanjang
siklus hidup, baik bagi laki-laki maupun perempuan;
2. Pengambilan keputusan yang terkait dengan reproduksi, termasuk pilihan sukarela
dalam pernikahan, pembentukan keluarga dan penentuan jumlah anak, waktu dan
jarak kelahiran, dan hak untuk memiliki akses kepada informasi dan sarana yang
dibutuhkan untuk latihan pilihan sukarela;
3. Kesetaraan dan keadilan untuk laki-laki dan perempuan untuk memungkinkan
individu membuat pilihan bebas dan informasi di semua bidang kehidupan,
bebas dari diskriminasi berdasarkan gender;
4. keamanan seksual dan reproduksi, termasuk kebebasan dari kekerasan seksual dan
pemaksaan, dan hak untuk privasi.
Keempat hak reproduksi ini dikukuhkan lagi dalam Deklarasi Beijing Tahun
1995 dalam Pasal 96. Tujuan utama dua kesepakatan internasional tersebut adalah
untuk mengurangi AKI dan kesakitan/kecacatan akibat unsafe abortion.
Masalah kesehatan reproduksi, termasuk aborsi, di Indonesia telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Aborsi dalam undang-
undang ini secara tegas dilarang. Hal itu diatur dalam Pasal 75 ayat (1). Namun
demikian dalam ayat selanjutnya dinyatakan bahwa aborsi dapat dilakukan bila
terdapat indikasi medis yang menunjukkan bahwa kehamilan akan mengancam
nyawa ibu dan janin atau kehamilan akibat perkosaan, yang diatur dalam Pasal 75
ayat (2a) dan (2b).
Membendung perilaku aborsi tidaklah semudah membalikkan kedua telapak
tangan. Hal ini diperlukan kerjasama lintas sektoral secara komprehensif dan
berkelanjutan. Tentu saja dimulai dari hal terkecil yang bersifat pencegahan hingga
pertolongan pasca aborsi. Upaya-upaya/ Kebijakan dan pelayanan tersebut dapat kita
rangkum dalam penjelasan berikut ini:

1. Memberikan edukasi seks di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan masih banyaknya
para remaja kita yang mempelajari fungsi reproduksi para sudut “kenikmatan” nya
saja tanpa memandang efek-efek negatif di kemudian hari. Maka harapannya dengan
pemahaman yang tepat dan lengkap, maka remaja akan dapat membuat keputusan
yang tepat untuk menjaga kesucian dirinya masing-masing.
2. Menanamkan kembali nilai-nilai moral sosial dan juga keagamaan akan penting dan
mulianya untuk menjaga kehormatan diri. Kebanyakan, para remaja ini karena
memang semenjak kecil sudah dijauhkan oleh norma-norma yang mengatur
hubungan antar laki-laki dan perempuan sedangkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Aborsi dapat dikatakan sebagai pengguguran kandungan yang di sengaja dan saat
ini menjadi masalah yang hangat diperdebatkan. Klasifikasi abortus atau aborsi
berdasarkan dunia kedokteran, yaitu: abortus spontanea, abortus provokatus, abortus
habitualis, missed abortion dan abortus septik. aborsi dapat terjadi karena beberapa
sebab,yaitu: kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, faktor
maternal, kelainan traktus genitalia dan malu (aborsi ilegal).
Berdasarkan asas autonomy (otonomi), keputusan aborsi yang diambil pada kasus
aborsi adalah hak klien (orang yang melakukan aborsi). Tetapi, pada kasus aborsi ilegal
seperti contoh, hal tersebut melanggar asas beneficience (asas manfaat / berbuat baik)
sebab, aborsi ilegal bukan perbuatan baik dan dapat membahayakan kesehatan pelaku
aborsi tersebut.

5.2 Saran
Sebagai calon perawat sebaiknya kita memahami tentang kode etik keperawatan
sebelum berhadapan dengan klien agar kita dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada klien. Kita harus dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada klien. Kita
harus menjadikan keselamatan klien sebagai prioritas utama agar dapat meminimalisir
kelalaian yang tidak diinginkan.
seorang perawat yang sedang merawat klien yang akan melakukan aborsi,
hendaknya ciptakan suasana yang membuat klien dapat berdiskusi secara terbuka
tentang aborsi, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap asas-asas yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Anshor, Maria Ulfah, dan Ghalib, Abdullah. (2004). Fiqih Aborsi: Review Kitab Klasik
dan Kontemporer. Jakarta: Mitra Inti, Fatayat NU, dan the Ford Foundation.

Adisasmito, Wiku. 2013. Perancangan Naskah Akademik dan Kebijakan Kesehatan.


Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Kebijakan Kesehatan: Prinsip dan Praktik. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.

Ismani, Nila. 2000. Etika Keperawatan. Jakarta:Widya Medika.

Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.


Jakarta:Media Aesculapius.

Mansjoer, Arif., Kuspuji T.,dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.


Jakarta:Media Aesculapius

Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Buku 2.


Jakarta:Salemba Medika.

Hidayat, A.A. Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai