Anda di halaman 1dari 4

Konjungtivitis

A.Definisi : Konjungtivitis adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi pada konjungtiva atau
selaput bening yang melapisi bagian mata yang secara umum dapat disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, alergen). Konjungtivitis, juga dikenal sebagai mata merah.

B. ETIOLOGI

3 Penyebab utama Konjungtivitis adalah Bakteri , Virus dan Alergen

Konjungtivitis juga bisa disebabkan karena iritasi oleh angin, debu, polusi udara dan juga karena
pemakaian kontak lensa dalam jangka panjang. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme
ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata
menjadi merah dan nyeri.

1. Konjungtivitis Virus

disebabkan oleh adenovirus dan sering disebut "mata merah muda“. Adenovirus mudah
menyebar melalui kolam renang, dan jari yang terkontaminasi.

o Patofisiologi

Patofisiologi konjungtivitis akibat infeksi Adenovirus didahului oleh interaksi reseptor sel primer
seperti CAR, CD46, dan asam sialik dengan protein fiber-knob.  Interaksi tersebut memperantarai
penempelan virus dengan sel host pada lapisan konjungtiva.

Konjungtivitis viral memiliki masa inkubasi 5-12 hari, mampu menular hingga 10-14 hari atau selama
hiperemia masih ada

o Terapi Non Farmakologi

1. Kompres Dingin
2. Pasien konjungtivitis tidak berbagi benda dengan orang lain. (pencegahan)
3. Cuci tangan dengan bersih dan menyeluruh
4. Pasien dengan infeksi konjungtivis sebaiknya menghindari aktivitas berenang selama 2
minggu

o Terapi Farmakologi

● Air mata buatan


● Dekongestan topikal
● Pemberian antibiotik topikal tidak dianjurkan karena tidak mencegah infeksi sekunder dan
dapat memperburuk gejala klinis akibat reaksi alergi dan reaksi toksik serta tertundanya
kemungkinan diagnosis penyakit mata lain.
● Pasien dengan infiltrasi subepitel yang parah mungkin memerlukan steroid topikal (namun
harus dengan resep dokter) karena dapat menyebabkan komplikasi okular, meningkatkan
periode pelepasan virus, dan dapat memperburuk konjungtivitis herpes.
● Bila gejala belum reda:
● Dalam kurun waktu 7-10 hari belum reda dan terjadi komplikasi pada kornea sebaiknya
pasien dirujuk ke dokter spesialis mata.
2. Konjungtivitis Bakteri

disebabkan oleh organisme gram positif, termasuk Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus


aureus, dan Haemophilus gram negatif influenza. Konjungtivitis bakteri akut dan kronis dapat
sembuh sendiri kecuali jika disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Konjungtivitis bakterial
hiperakut dikaitkan dengan gonokokal (Neisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitides) yaitu
infeksi pada pasien yang aktif secara seksual.

o Terapi Farmakologi

Pengobatan pada konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya,


dapat memulai terapi dengan antimikroba tropikal spektrum luas seperti polymyxin-
trimethoprim (bacitracin, eritromisin) sebelum dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.
Konjungtivitis bakterial dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu hiperakut, akut dan kronik.

● Hiperakut:
- Oral: Dosis tunggal ceftriaxone intramuscular 1 g dengan kombinasi antibiotic
- Topikal: gentamisin atau antibiotik topikal lainnya.

● Akut:

- Oral: Antibiotik golongan aminoglikosida: gentamisin, tobramisin, neomisin


- Topikal: Eritromisin dan bacitracin-polimiksin B

● Kronik:
- Oral: Tetrasiklin
- Topikal: Fluoroquinolone topikal, Eritromisin, metronidazol (acne roacea)
3. Konjungtivitis Alergi

• VKC (Vernal keratoconjunctivitis) biasanya berhubungan dengan cuaca, sering terjadi pada
daerah-daerah dengan cuaca hangat
• AKC (Atopic Keratoconjunctivitis) sering terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit atopik
• SAC (Seasonal Allergic Conjunctivitis) dan PAC (Perennial Allergic Conjunctivitis)
disebabkan oleh serbuk sari, debu, jamur, hewan, atau suatu alergen pada tempat kerja
• GPC (Giant Papillary Conjunctivitis) terjadi pada orang-orang yang menggunakan kontak
lensa
• Konjungtivitis medicamentosa adalah bentuk konjungtivitis alergi yang diinduksi obat yang
disebabkan oleh penggunaan agen vasokonstriksi topikal yang berlebihan.

Diagnostik Konjungtivitis Alergi


● Conjunctival provocation test (CPT)
- CPT digunakan untuk menentukan tingkat reaksi konjungtiva terhadap alergen.
Sebuah antigen untuk mengevaluasi yang diterapkan pada satu mata, kemudian uji
balanced salt solution (BSS) pada mata yang lain sebagai control
- CPT dapat digunakan sebagai model alergi okular untuk mempelajari okular respon
terhadap rangsangan alergi, dan untuk mengevaluasi terapi anti alergi.
● Nasal provocation test (NPT)
- NPT digunakan untuk menentukan reaksi hidung dan/atau konjungtiva terhadap
alergen. NPT telah digunakan terutama sebagai alat penelitian untuk penyelidikan
rinitis alergi dan non-alergi dengan berbagai macam teknik tergantung pada tujuan
ilmiah tertentu. NPT bisa menjadi parameter diagnostik tambahan yang berharga
untuk respon hidung akhir.
● Epicutaneous skin test (EST)/Skin Prick Test (SPT)
- Memberikan peranan penting dalam evaluasi alergi, digunakan untuk membantu
pembentukan gejala alergi dan pemicu alergi spesifik, dan membantu mengevaluasi
tingkat sensitivitas terhadap agen tertentu.
● Atopy patch test (APT)
- Tes ini mampu mengidentifikasi faktor pemicu dan terdiri dari aplikasi epikutan dari
alergen selama 48 jam, dengan evaluasi lesi eksim yang diinduksi setelah 48 dan 72
jam.

Terapi Farmakologi Konjungtivitis

1. Konjungtivitis Virus
Obat Antivirus ; Acyclovir

2. Kongjungtivitis Bakteri
Obat AntiBiotik : Kloramfenikol , Gentamisin, Tobramisin, Sulfa

3. Konjungtivitis Alergi
AntiHistamine : Sodium Kromolin dan ladoxamid

Anda mungkin juga menyukai