Anda di halaman 1dari 15

1) Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata—entah di awal, di akhir, di

tengah, atau gabungan di antara tiga imbuhan itu—untuk membentuk kata baru yang artinya
berhubungan dengan kata yang pertama. Para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan
bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992). Ahli
lain juga menyampaikan, afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke dalam bentuk lain
akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksan, 1993). Dasar yang dimaksud pada penjelasan
tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang bisa diberi afiks apapun
(Samsuri, 1988). Kombinasi morfem ialah merupakan gabungan dari morfem bebas dan morfem
terikat atau morfem bebas dan morfem bebas sebagai bentuk kompleks. Contohnya, kata
menembak, kata itu terdiri atas dua unsur langsung, yaitu tembak yang merupakan bentuk bebas,
dan meN- yang merupakan bentuk terikat.
Jenis-Jenis Afiks :
1. Prefiks (awalan), yakni afiks yang ditempatkan di depan kata dasar. Contoh: ber-,
meN-, se-, per-, pe-, dan ter-.
2. Infiks (sisipan), yakni afiks yang di tempatkan di dalam bentuk dasar. Contoh: -el-, -er-,
-em-, dan -in-.
3. Sufiks (akhiran), yaitu afiks yang diletakakan di belakang bentuk dasar. Contoh: -an,
-kan, -i.
4. Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang di campur
pada bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dapat dimanifestasikan dengan
nasalisasi dari fonem pertama suatu bentuk dasar, dan fungsinya ialah membentuk
verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lainnya. Contoh berikut
terdapat dalam bahasa Indonesia nonstandar: kopi menjadi ngopi, cabit menjadi nyabit,
soto menjadi nyoto, santai menjadi nyantai, satai menjadi nyatai.
5. Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, yakni di depan dan di belakang bentuk
dasar. Konfik berguna sebagai suatu morfem terbagi. Konfiks harus dibedakan dengan
kombinasi afiks (imbuhan gabung). Konfiks ialah satu morfem dengan satu makna
gramatikal, sedangkan kombinasi afiks adalah gabungan dari beberapa morfem.
Greenberg memakai istilah ambifiks untuk konfiks. pengertian lain untuk gejala tersebut
adalah sirkumfiks. pengertian dan konsep konfiks sudah lama dikenal dalam linguistik
dan pernah diperkenalkan oleh Knbloch (1961) dan Achmanova (1966) dalam Putrayasa
(1998). Contoh konfiks dalam bahasa Indonesia adalah ke-an, peN-an, per-an, dan ber-
an. Misal: keadaan yang berawal dari bentuk dasar ada dan mendapat imbuhan ke-an.
Pengiriman, persahabatan, kepandaian, dan berpandangan.
6. Kombinasi afiks (imbuhan gabung), yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang
bergabung dengan bentuk dasar. Afiks tersebut bukan jenis afiks khusus dan hanya
sebagai gabungan beberapa afiks yang mempunyai bentuk dan makna gramatikal
sendiri, atau dengna kata lain masing-masing menjaga intensitasnya sendiri, muncul
secara bersamaan pada bentuk dasar, tetapi berasal dari dalam proses yang bertahap
atau berlainan.
Perhatikan contoh dalam tabel.

BENTUK DASAR AFIKS HASIL


kenal Sufiks -kan kenalkan
kenalkan Prefiks per- perkenalkan
perkenalkan Prefiks meN- memperkenalkan

7. Suprafiks atau superfiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri


suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmenta.
8. Interfiks, yaitu adalah jenis afiks yang muncul di antara dua unsur. Dalam bahasa
Indonesia , Interfiks terdapat dalam kata-kata bentuk baru, misalnya interfiks -n- dan -o-
pada gabungan Indonesia dan logi menjadi Indonesianologi.
9. Transfiks, yaitu adalah jenis infiks yang menyebabkan bentuk dasar menjadi terbagi.
Bentuk tersebut terdapat pada bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain bahasa Arab.
Misalnya akar ktb dapat diberi transfiks a-a, l-a, a-l, dan lain sebagainya menjadi katab
(ia menulis), kitab (buku), katib (penulis).
2) Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditempatkan pada bagian bawah, disetiap
lembar atau pada akhir bab keterangan ilmiah. Catatan kaki biasanya digunakan untuk memberikan
keterangan dan juga komentar. berfungsi sebagai sarana menerangkan sumber kutipan atau sebagai
pedoman dalam penulisan daftar bacaan. Tujuan penulisan catatan kaki adalah untuk menyusun
dalam sebuah pembuktian sebuah karya tulisan dari mana sumber itu diperoleh, serta sebagai
ungkapan dalam menyatakan terima kasih. Cara penulisan catatan kaki
 Memisahkan antara catatan kaki dengan garis sepanjang 14 karakter dan margin kiri
dengan spasi 4 dari teks
 Menggunakan satu spasi
 Memberikan nomor dari setiap bab dan judul dalam penulisan
 Memberi nomor catatan kaki dengan jarak 6 karakter dari sebelah kiri
 Memberi jarak atau space yang sama antara catatan kaki yang pertama dengan catatan
kaki yang kedua dan catatan kaki selanjutnya
 Dalam penulisan baris terakhir catatan kaki berjarak 3 cm, dimulai dari bawah
 Untuk keterangan yang sama dan berurutan ditulis dengan kata ibid
 Jika penulisan tidak tidak berurutan maka tulis op . cit , lih
 Penulisan nama pengarang tidak perlu untuk dibalik
 Jika dalam penulisan nama pengarang ada dua orang atau tiga orang maka ditulis semua
 Jika dalam penulisan nama pengarang ada yang dengan tiga maka hanya ditulis nama
pengarang pertama lalu kata yang lainnya
 Pangkat atau gelar tidak perlu ditulis dalam nama pengarang.
 Judul buku perlu dicetak miring atau ditebal jika diketik melalui mesin ketik atau
computer
Contoh catatan kaki :

 Chairil Anwar, Deru Campur Debu, (Jakarta: PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, 1992),
hlm9.
 Abdul Khalik, Rapi Armad, Bagus Kuncoro, Belajar Bahasa Indonesia, (Surabaya:
Dwikarya, 2009), hlm 25.
 Dwi Fajar, “Menjadi Seorang Bersahaja Selalu”, diakses dari http://infoana.com/contoh-
catatan-kaki/, pada tanggal 18 April 2017 pukul 10.27.
 Budi Sumarno, Penyusutan Arsip Nasional dalam manajemen kearsipan (Bandung:
Pustaka Sinar Terang, 1997), hlm. 15
 Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 tentang Penyusutan Arsip, pasal 9.
 Developing and Oprating a Records retention Programmer, ARMA, 1999, hlm. 72.
 Wawancara dengan Budi Utomo, tanggal 12 April 2008 di Kantor
 Gemar Berkarya Hatta, “Rekam Kesehatan dan Medis (Medical Records) dalam
Kedudukannya sebagai Penunjang Kesehatan Nasional”, dalam Berita Arsip Nasional,
No. 28, Juni 1988 (Surabaya: ANRI, 1988), hlm. 7
 Jaki Handayani dkk., “Perubahan Pengelolaan Arsip Aktif dari Sentralisasi ke
desentralisasi di P.T. Seni Barokah”, LTA D-III Kearsipan Fakultas Ilmu Kesenian, UGM,
2000, hlm. 31
3) Daftar pustaka yaitu daftar yang berisi tentang semua buku atau tulisan yang dijadikan acuan atau
landasan dalam penelitian. Ada beberapa manfaat pencantuman daftar pustaka atau catatan kaki,
baik bagi penulis, pembaca atau penyumbang data/sumber yang diambil, yaitu:
1. memenuhi etika penulisan;
2. sebagai ucapan terima kasih penulis kepada penyumbang data;
3. sebagai pendukung ide seorang penulis karena biasanya sumber yang diambil ditulis oleh
pakar yang terkenal;
4. sebagai petunjuk untuk melacak kebenaran data yang diambil;
5. sebagai referensi silang, yaitu menunjukkan pada halaman atau bagian mana data itu diambil.
Tujuan :
1) Agar terhindar dari tuduhan penjiplakan (plagiarism)
2) Menghargai penulis sebelumnya
3) Membantu pembaca yang ingin tahu lebih dalam mengenai sumber kutipan

Penulisan Sumber Kutipan

Berdasarkan cara mengutipnya, kutipan dibedakan menjadi 2 jenis (Universitas Kristen Petra,
2008) yaitu:

1) Kutipan tidak langsung yaitu penulis mengambil ide orang lain, kemudian merangkainya
dengan kalimat sendiri. Hal ini berarti penulis tidak menulis sama persis dengan kalimat
asli yang dikutip. Penulis merangkai dan merangkum kalimat berdasarkan artikel atau
sumber lain.

2) Kutipan langsung yaitu menulis ulang ide orang lain sesuai dengan aslinya. Hal ini berarti
penulis langsung menggunakan teknik copy lalu paste tanpa mengubah kalimat
aslinya.Ada dua jenis kutipan langsung, yaitu kutipan langsung panjang dan kutipan
langsung pendek. Kedua kutipan ini berbeda cara menuliskan dan syaratnya.

a. Kutipan langsung pendek.


Syarat:
i. APA Style(American Psychological Association) Jika panjang kalimat yang
dikutip tidak lebih dari 40 kata.
ii. MLA Style (Modern Language Asociation) Jika panjang kalimat yang dikutip
tidak lebih dari 4 baris

Cara menuliskan: Kutipan langsung pendek dituliskan menjadi satu dalam paragraf karya
tulis Anda, tambahkan tanda petik pada kutipan sehingga tanda petik ini menjadi
pemisah antara kalimat Anda dengan kalimat kutipan. Sumber kutipan ditulis sedekat
mungkin dengan kalimat kutipan.

b. Kutipan langsung panjang (block quote)


Syarat:
i. APA Style(American Psychological Association) Jika panjang kalimat yang
dikutip lebih dari 40 kata.
ii. MLA Style (Modern Language Asociation) Jika panjang kalimat yang dikutip
lebih dari 4 baris

Cara menuliskan: Sesuai dengan istilah yang mengikutinya, yaitu dengan cara membuat
blok kalimat yang dikutip tanpa tanda petik, ukuran font, dan spasi sesuai dengan karya
tulis tetapi ditulis menjorok/masuk 1 cm (5 spasi) dari batas margin kiri tulisan Anda.
Oleh karena kalimat yang dikutip ini tergolong banyak/panjang maka kalimat kutipan
dipisahkan dari kalimat Anda.

Berikut adalah urutan sebuah referensi dari buku.

1. Nama. Contoh :
 Mahaso, Ode (Ed.). 1997.
 Sumardjan, Selo dan Marta Susilo.
 Kusmadi, Ismail. Dini A., dan Eva R.
 Kartika, Salma dkk.
 Susan, Alberta et. all.
 Keraf, Gorys. 1979.
 _________ . 1982.
 _________ . 1984.
 Bakri, Oemar. 1987a.
 __________ . 1987b.
2. Tahun Terbit
3. Judul Buku
4. Kota dan Nama Penerbit

Contoh Daftar Pustaka dari Buku

Data Buku:
Judul : Family Medical Care Volume 4
Penulis : Dr. John F. Knight
Penerbit : Indonesia Publishing House
Kota Penerbit : Bandung
Tahun Terbit : 2001

Cara Penulisan:

Knight, John F. 2001. Family Medical Care Volume 4. Bandung: Indonesia Publishing
House.
4) Drama yaitu genre (jenis) sastra yang menggambarkan gerak kehidupan manusia. Drama berasal
dari kode dalam bahasa Jawa sandi dan wara. Sandi berarti rahasia, sementara wara (warah) berarti
mengajar. Maka istilah menyiratkan ajaran teater yang dilakukan oleh simbol.
Ciri ciri Drama
1).Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca dan
di pentaskan.
2).Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
3).Drama terdiri dari pada diaolog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang
diwujudkan.
4).Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog-dialog watak-
wataknya.
5).Konflik ialah unsur-unsur penting dalam drama. Konflik digerakan oleh watak-watak
dalam plot,elemen penting dalam skrip drama.
6).Sebuah skrip yang tidak didasari oleh konflik tidak dianggap sebagai drama yang baik.
7).Gaya Bahasa dalam sebuah drama juga penting karena menunjukkan latar masa dan
masyarakat yang di wakilinya,sekaligus drama ini mencerminkan sosiobudaya
masyarakat yang digambarkan oleh pengarang.

Struktur Drama

1) Tema, tema merupakan gagasan sentral yang menjadi dasar disusunya atau dibuatnya
drama
2) Plot atau alur merupakan jalinan cerita dari awal sampai akhir cerita. Jalinan cerita ini
berupa jalannya cerita dalam drama yang berupa permasalahan, konflik, klimaks cerita
atau permasalahan, dan akhir atau penyelesaian permasalahan
3) Penokohan atau perwatakan merupakan jati diri seorang tokoh. Apakah seoarang tokoh
itu baik, jahat, buruk, pendengki atau memiliki watak lainya.
4) Dialog, dialog atau percakapan merupakan unsure utama yang membedakan drama
dengan cerita lain
5) Setting, setting merupakan latar terjadinya cerita. Setting meliputi setting waktu, setting
waktu tempat, dan setting ruang
6) Amanat, merupakan pesan yang hendak disampaikan pengarang lewar drama yang
diciptakan.
7) Petunjuk teknis, petunjuk teknis merupakan petunjuk mementaskan atau
mengaudiovisualkan naskah drama. Petunjuk teknis juga biasa disebut teks samping
5) Etimologi merupakan cabang ilmu liguistik yang mempelajari asal-usul kata. Contohnya kata
etimologi sebenarnya diambil dari bahasa Belanda etymologie yang berakar dari bahasa Yunani
étymos (arti sebenarnya adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu).
6) EYD Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:
 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci
 "dj" menjadi "j": djarak → jarak
 "j" menjadi "y": sajang → sayang
 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
 "ch" menjadi "kh": achir → akhir
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
 Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya.
 Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan,
misalnya pada kata furqan, dan xenon.
 Awalan "di-" dan kata depan "di" dibedakan penulisannya. Kata depan "di" pada contoh
di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara "di-" pada dibeli
atau dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
 Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan
7) Jenis kalimat
8) Jenis paragraph
 Paragraf Deduktif, Jenis ini memiliki gagasan atau pikiran utama di bagian awal rangkaian
kalimat. Biasanya, pada paragraf deduktif, gagasan utamanya berada di kalimat pertama.
 Paragraf Induktif, Berkebalikan dengan yang sebelumnya, gagasan utama pada jenis
paragraf induktif baru bisa ditemukan di bagian akhir dari rangkaian kalimat dan lebih sering
berada di kalimat terakhir.
 paragraf campuran adalah gabungan gagasan utama yang berada di awal dan akhir
rangkaian kalimat. Gagasan di kalimat awal biasanya berupa inti pikiran dari paragraf
tersebut. Sementara itu, di bagian akhir kembali ditekankan mengenai gagasan utama
dengan kalimat yang mungkin saja berbeda dari kalimat gagasan utama di awal

9) Jenis teks
 Teks narasi adalah karya tulis yang menceritakan atau menjelaskan suatu peristiwa secara
detail berdasarkan urutan waktu. Cerita atau karangan yang dibuat dalam teks narasi dapat
berupa kejadian yang benar-benar terjadi (non fiksi) atau bisa juga hanya berupa imajinasi
(fiksi). Contoh teks narasi yang bersifat fiksi diantaranya adalah roman, novel, cerpen,
drama, dan biografi.
 Teks deskripsi adalah karya tulis yang disusun dengan cara menggambarkan benda, objek,
tempat, atau peristiwa secara jelas. Misalnya kalimat: Buah tomat yang baru saja dibeli ibu
berwarna merah dan kulit buahnya halus. Kalimat tersebut memberikan bayangan kepada
pembacanya bahwa buah tomat yang baru dibeli ibu memiliki warna merah dan permukaan
kulitnya halus.
 Teks eksposisi adalah karya tulis yang menyajikan gagasan/pendapat penulis yang disertai
fakta dan alasan-alasan logis. Teks eksposisi disusun dari dua unsur utama. Kedua unsur
utama penyusun teks eksposisi tersebut adalah pendapat dan fakta. Kejadian sebenarnya
disajikan dalam kalimat fakta. Sedangkan alasan-alasan logis disajikan dalam kalimat
opini/pendapat. Gagasan adalah pernyataan berupa ide atau pendapat yang menyatakan
komentar pribadi, penilaian, saran, dorongan, atau bujukan.
Fakta adalah pernyataan yang memberikan keterangan tentang kejadian yang sebenarnya
terjadi. Dalam teks eksposisi, kalimat fakta digunakan untuk memperkuat opini atau
pendapat. Alasan-alasan logis dari gagasan opini penulis, dapat digunakan untuk
mengevaluasi, mengklarifikasi, atau membuktikan kebenaran dari suatu permasalahan.
 Teks eksplanasi sering digunakan untuk menuliskan bacaan yang bersifat ilmiah. Contoh
karya tulis yang disajikan dalam bentuk eksplanasi adalah bacaan yang menjelaskan proses
terjadinya suatu fenomena alam atau fenomena sosial. Ringkasnya, teks eksplanasi dapat
diartikan sebagai teks yang berisi penjelasan-penjelasan tentang proses mengapa dan
bagaimana dari suatu topik yang berhubungan dengan fenomena alam maupun sosial yang
terjadi di kehidupan kita setiap harinya.
 teks persuasi adalah karya tulis berupa ajakan atau bujukan kepada pembacanya agar
melakukan atau mengikuti isi dalam teks persuasi yang telah dibuat. Penulis membuat teks
persuasi untuk meyakinkan pembaca agar terpengaruh bacaan sehingga memiliki pemikiran
yang sama. Isi bacaan dibuat dari sudut pandang pribadi penulisnya. Di dalam bacaan juga
disertakan data – data pendukung atau bukti untuk meyakinkan pembaca. Dalam membuat
teks persuasi perlu memperhatikan pemilihan kata, kemampuan mengolah emosi, dan
data/bukti.
 Teks argumentasi adalah karya tulis berupa pengembangan paragraf yang bertujuan untuk
meyakinkan atau membujuk pembaca agar memiliki pemikiran yang sama dengan penulis.
Penulisan teks argumentasi dapat berupa ide, gagasan, pendapat dengan disertai analogi,
contoh, penjelasan argumen yang kuat sehingga membuat pembaca terpengaruh dengan isi
yang ada dalam bacaan. de pokok paragraf argumentasi berupa pendapat, ide, atau gagasan
penulis. Kemudian ide pokok tersebut diperluas yang menyertakan ulasan pendapat
dilengkapi dengan alasan logis.
10) Kalimat baku adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, meliputi kaidah dalam
ejaan, struktur kalimat, hingga pemilihan kata. Persyaratan Kalimat Baku :
1. Logis. Contoh : Pengunjung yang membawa telepon genggam harap segera
mematikan telepon genggamnya.
Bandingkan dengan kalimat berikut:
Pengunjung yang membawa telepon genggam harap segera dimatikan.
Kalimat ke-2 ini justru meminta mematikan pengunjung yang membawa telepon
genggam.
2. Hemat. Contoh : Para mahasiswa saling pandang-memandang dengan mata kepala
mereka masing-masing dalam games unik ini.
Kalimat di atas mengandung pemborosan kata dengan penggunaan kata “saling” dan
“pandang-memandang”, serta “mata kepala mereka masing-masing”. Kalimat tersebut
dapat menjadi lebih efektif jika diubah menjadi:
Para mahasiswa saling pandang dalam games unik ini.
3. Padu dalam suatu kalimat dapat diartikan sebagai kesesuaian antar unsur kalimat
agar tidak terjadi kesalahan penafsiran. Contoh: Dari hasil rapat menunjukkan bahwa
keputusan PHK berdampak buruk bagi perekonomian rakyat.
Kalimat di atas tidak padu karena tidak memiliki unsur subjek. Agar menjadi kalimat
yang padu dan baku maka dapat diubah menjadi:
Keputusan PHK berdampak buruk bagi perekonomian rakyat.
4. Kesesuaian Struktur menjadi penting dalam suatu kalimat agar tidak terjadi kerancuan
makna. Kalimat baku memiliki struktur yang sesuai. contoh
Ibu membelikan baju ayah untuk kado ulang tahun.
Kalimat di atas justru mengandung makna yang rancu. Yang dibelikan oleh Ibu bukanlah
baju akan tetapi ayah. Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:
Ibu membelikan ayah baju untuk kado ulang tahun.
11) Karya ilmiah dan proposal
 Proposal adalah suatu rancangan kegiatan atau rencana yang ditulis secara sistematis,
teliti, juga matang, sebelum melaksanakan kegiatan atau penelitian tertentu.
 Karya ilmiah adalah suatu hasil penelitian/ pengkajian yang disusun menjadi satu
laporan, baik dilakukan oleh individu ataupun kelompok.

Perbedaan Proposal dan Karya ilmiah:


1. Tujuan: Proposal untuk mengajukan suatu kegiatan, Karya ilmiah untuk melaporkan
hasil kegiatan
2. Sistematika proposal dan karya ilmiah: Proposal memilik struktur yang umum dan
general dalam penulisannya, Karya ilmiah memiliki struktur/ sistematika penulisan
yang lebih rinci

jenis karya ilmiah, diantaranya: laporan penelitian, makalah, seminar atau


symposium,artikel jurnal

Persamaan proposal kegiatan dan proposal karya ilmiah adalah sama-sama bertujuan untuk
mengajukan rancangan kegiatan yang belum dilaksanakan.

12) Karya sastra adalah penciptaan disampaikan kepada komunikatif tentang maksud penulis untuk
tujuan estetika. fungsi sastra, salah satunya disampaikan oleh amriyan Sukandi adalah untuk
mengkomunikasikan ide-ide dan menyalurkan pikiran dan perasaan dari pembuat estetika manusia.
Gagasan itu disampaikan melalui mandat yang umumnya ada dalam literature. Jenis-jenis Karya
Sastra: puisi, syair,pantun, roman, novel, cerpen, dongeng, legenda, dan naskah drama
13) Kecepatan membaca Definisi kecepatan membaca harus diartikan lagi sebagai kecepatan
memahami bahan-bahan tercetak dan tertulis. Dengan demikian, mengukur kecepatan membaca
berarti mengukur kecepatan pemahaman terhadap bahan yang dibaca. Menurut Asep Gandhi
Sadikin kemampuan membaca cepat siswa SMP dikategorikan sebagai berikut: Jumlah kata yang
terbaca dalam per menit, yaitu :
 201 – 250 kata per menit = baik sekali
 151 200 kata per menit = baik
 101 150 kata per menit = sedang
 50 100 kata per menit = kurang
Sedangkan untuk pemahaman isi bacaan, yaitu :
 91% – 100% jawaban benar = baik sekali;
 81% – 90% jawaban benar = baik
 71% – 80% jawaban benar = sedang
 61% – 70% jawaban benar = kurang
 < 60% jawaban benar = kurang sekali.
14) Kosakata adalah himpunan kata yang dimiliki oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan
bagian dari suatu bahasa tertentu.
15) Majas adalah gaya bahasa yang dipakai pada sebuah karya sastra yang bertujuan agar memberikan
efek-efek khusus sehingga menjadikan karya sastra tersebut lebih hidup. Sifat majas secara umum
adalah tidak ada makna sebenarnya, atau kiasan, atau bersifat konotasi.
1. Majas Perbandingan, Gaya bahasa yang dipakai untuk majas perbandingan bertujuan untuk
membandingkan atau menyandingkan sebuah objek dengan objek lain melalui proses
menyamakan, melebihkan, atau pun mengganti.
a. Majas Personifikasi adalah majas yang menggambarkan benda tak bernyawa seolah-
olah hidup dan mempunyai sifat-sifat seperti manusia.
Contoh Majas Personifikasi :
 Di malam yang indah ini, bulan tersenyum padaku, seolah ikut merasakan
kebahagiaan yang membuncah di dada.
 Kasur dan bantal melambai-lambai menyambut kedatanganku.
Keterangan:
 Bulan adalah benda mati yang sudah pasti tidak dapat tersenyum, tapi
digambarkan seolah-olah tersenyum layaknya manusia.
 Kasur dan bantal adalah benda mati yang digambarkan seolah-olah
menyapa seperti manusia.
b. Majas Metafora adalah majas yang meletakkan objek bersifat sama dengan pesan
yang ingin disampaikan dalam bentuk ungkapan. Gaya bahasa yang digunakan
sebagai kiasan secara eksplisit mewakili suatu maksud lain berdasarkan persamaan
atau perbandingan.
Contoh Majas Metafora;
 Dara merupakan tangan kanan manajer keuangan. Posisinya itu membuat
pegawai lain iri kepadanya.
 Alena baru bangun saat raja siang berada di tengah-tengah langit.
Keterangan:
 Tangan kanan yang dimaksud sama artinya dengan orang kepercayaan.
 Keterangan: Raja siang yang dimaksud adalah matahari.
c. Majas Simile adalah majas yang memperbandingkan 2 hal berbeda menjadi sesuatu
yang dianggap sama. Penggunaannya biasanya menggunakan konjungsi seperti;
bagai, laksana, seperti dan sebagainya.
Contoh Majas Simile:
 Wajah Asna dan Riska bagai pinang dibelah dua (mirip atau kembar).
 Keadaan ekonomi keluarga kami seperti langit dan bumi. Aku orang miskin,
sedangkan calon istriku sangat kaya raya.
 Anak perempuan itu seperti kura-kura dalam tempurung.
d. Majas Hiperbola adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan kesan
berlebihan, bahkan hampir tidak masuk akal.
Contoh Majas Hiperbola :
 Naufal adalah anak yang pintar hingga bisa mengerjakan soal matematika
sesulit itu dalam sekejap mata.
 Orang tuanya banting tulang mencari nafkah, sementara anaknya justru
menghambur hamburkan uang.
Keterangan:
 Dalam sekejap mata artinya sangat cepat.
 Banting tulang maksudnya adalah bekerja keras.
e. Majas Eufemisme adalah majas yang menggantikan kata-kata yang dianggap kurang
baik/kasar/tidak sopan dengan padanan yang lebih bagus.
Contoh Majas Eufemisme;
 Tahun ini beberapa perusahaan milik negara membuka lowongan kerja
untuk para difabel.
 Yosi adalah murid yang sering ketinggalan dalam pelajaran.
Keterangan:
 Difabel adalah kata untuk menggantikan “orang cacat”.
 kata Ketinggalan digunakan untuk menggantikan kata “bodoh” atau lambat
menangkap pelajaran.
f. Majas Metonimia adalah majas yang menyandingkan nama, barang atau istilah
tertentu yang maknanya sudah melekat dengan kata tertentu.
Contoh Majas Metonimia:
 Supaya noda cepat hilang sebaiknya menggunakan Vanish.
 Setiap liburan ke rumah Nenek di Bandung, aku selalu menggunakan Garuda
Indonesia.
 Tolong belikan aku Aqua di Alfamart! (air kemasan)
Keterangan:
 Vanish adalah salah satu merek pembersih noda pakaian.
 Makna Garuda Indonesia melekat pada pesawat terbang
 Nama aqua sudah melekat pada air kemasan. meskipun air kemasan itu
bermerk la minerale, vit, club, pure life, amidis, alto dll.
g. Majas Alegori adalah majas yang menyandingkan suatu dengan kata-kata kiasan.
Contoh Majas Alegori;
 Suami adalah nahkoda dalam mengarungi kehidupan rumah tangga.
(Nahkoda yang dimaksud di sini adalah pemimpin keluarga).
h. Majas Sinokdoke gaya bahasa yang digunakan untuk majas sinekdoke terbagi
menjadi dua, yaitu sinekdok pars pro toto dan sinekdoke totem pro parte. Sinekdoke
pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian unsur untuk
menampilkan keseluruhan sebuah benda.
Contoh Majas Sinekdoke Pars Pro Toto
 Sudah seminggu ini, Diva belum melihat sekalipun batang hidung atasannya.
(Batang hidung di sini merujuk pada individu secara keseluruhan).
 Kita adalah anak Adam (Adam disini artinya adalah manusia)
Sementara Sinekdoke totem pro parte adalah gaya kebalikannya, yaitu gaya bahasa
yang menyebutkan keseluruhan unsur untuk merujuk pada sebagian benda, atau
situasi.
Contoh Majas Sinekdoke Totem Pro Parte
 Indonesia menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut. (Dalam
hal ini Indonesia merujuk pada para pemain bulu tangkisnya saja).
i. Majas Simbolik adalah gaya bahasa yang membandingkan manusia dengan sikap
makhluk hidup lainnya dalam ungkapan.
Contoh Majas Simbolik
 Kebanyakan perempuan itu memang malu-malu kucing. (Perempuan
diibaratkan memiliki sifat pemalu yang menutupi rasa kemauannya seperti
kucing).
2. Majas pertentangan, menggunakan kata-kata kiasan yang bertentangan dengan maksud asli
sang penulis. Majas pertentangan terbagi lagi menjadi subjenis sebagai berikut:
a) Majas Paradoks adalah majas yang membandingkan situasi sebenarnya dengan
situasi kebalikannya.

Contoh Majas Paradoks


 Di tengan keramaian aku masih merasa sepi.
 Dia itu orang kaya, tapi miskin.
 Badannya itu kecil, tapi dia sangat kuat
Keterangan:
 Sepi dan ramai adalah suatu kondisi yang bertentangan.
 Kaya dalam harta, miskin dalam ilmu dll.
b) Majas litotes digunakan untuk merendahkan diri, meskipun keadaan sebenarnya
lebih bagus dari apa yang diungkapkan.
Contoh Majas Litotes:
 Kapan-kapan jika pergi ke Bogor, saya harap Anda mau mampir ke gubuk
kami.
 Selamat menikmati hidangan ala kadarnya ini!. (padahal didepannya ada
daging, sate, ikan, sayur mayur, buah-buahan dsb)
Keterangan:
 Gubuk yang dimaksud di sini adalah rumah, sekalipun sebetulnya bukan
gubuk melainkan rumah yang memiliki bangunan kokoh.
c) Majas antitesis adalah gaya bahasa dengan memadukan 1 pasang kata yang artinya
bertentangan atau berlawanan.
Contoh Majas Antitesis:
 Semua masyarakat tua-muda berkumpul di istana untuk menyambut putra
sang Raja.
 Lebih dan kurangnya kami mohon maaf.
Keterangan:
 Tua-muda adalah kata yang bertentangan.
 Kata lebih dan kurang juga adalah 2 kata yang saling berlawanan.
3. Majas Sindiran menggunakan kata-kata kiasan yang memang tujuannya untuk menyindir
seseorang ataupun perilaku dan kondisi. Majas Sindiran dibagi lagi menjadi subjenis sebagai
berikut.
1) Majas Ironi adalah sindiran HALUS dengan menggunakan kata-kata yang
bertentangan dengan fakta, atau kenyataan yang ada.
Contoh Majas Ironi:
 Pagi sekali datangmu, padahal jam makan siang sebentar lagi.
 Pintar sekali anak itu, sampai-sampai 2 kali tak naik kelas.
Keterangan:
 Padahal jelas-jelas jika jam makan siang adalah pukul 12, tapi mengatakan
pagi sekali.
 Kata Pintar sekali sebetulnya adalah kalimat sindiran dari makna ‘bodoh’
atau kurang pintar.
2) Majas Sinisme adalah majas sindiran, hanya saja sindirannya bermakna SEDIKIT
lebih kasar.

Contoh Majas Sinisme:


 Suaramu bagus sekali seperti tikus kejepit sampai membuatku tak bisa fokus
bekerja.
Keterangan:
 Suara tikus kejepit adalah sindirian keras bahwa suara orang tersebut sangat
tidak enak didengar.
3) Majas Sarkasme adalah majas sindirian yang menggunakan kata-kata SANGAT Kasar
sehingga cenderung menyakiti perasaan orang yang mendengarkannya.
Contoh Majas Sarkasme:
 Pergi dari sini! Kamu hanyalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan
dari muka bumi ini.
 Kau ini benar-benar otak udang!
Keterangan:
 Sampah masyarakat adalah orang-orang yang tidak berguna bagi lingkungan
sekitarnya.
 Maksud dari otak udang adalah bodoh.
4. Majas Penegasan bertujuan untuk meningkatkan pengaruh kepada pembacanya supaya
menyetujui sebuah ujaran, atau kejadian. Majas Penegasan dibagi lagi menjadi subjenis
sebagai berikut.
A. Majas Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata sama sehingga
terkesan tidak efektif, namun tujuannya memang untuk menegaskan suatu hal.
Contoh Majas Pleonasme
 Para anggota band naik ke atas panggung untuk menyanyikan lagu pertama
mereka yang tengah naik daun.
 Saya melihat perkelahian itu dengan mata kepala saya sendiri.
Keterangan:
 Padahal sudah jelas kalau naik itu pasti keatas bukan kebawah.
 Padahal penggunaan kata mata saja sudah cukup jelas tanpa ditambah kata
kepala
B. Majas Repetisi adalah majas mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat sebagai
penegasan atau untuk menarik perhatian.
Contoh Majas Repetisi
 Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil mobilku.
 Fokus kita adalah pada kerja, saya tekankan kita harus kerja, kerja, kerja!
Keterangan:
 Dia yang dimaksud dalam kalimat ini hanyalah satu orang, yaitu si pencuri
mobil.
C. Majas Klimaks adalah majas yang digunakan untuk mengurutkan gagasan dari yang
terendah sampai tertinggi.

Contoh majas klimaks:


 Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa hingga orang tua sekarang
diwajibkan memiliki Kartu Tanda Penduduk.
 Uang ratusan rupiah pun saya tidak punya, apalagi ribuan, jutaan, milyaran,
triliunan.
Keterangan:
 Bayi, anak kecil, remaja, orang dewasa, orang tua adalah urutan
pertumbuhan manusia.
 Ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, triliunan adalah urutan nomimal
terendah-tertinggi.
D. Majas Antiklimaks adalah majas mengurutkan gagasan dari tinggi ke rendah
Contoh Majas Antiklimaks
 Kini kekeringan melanda rata di seluruh perkotaan, pedesaan hingga
pegunungan.
 Jangankan satu juta rupiah, seratus ribu rupiah, sepuluh ribu rupiah bahkan
seratus rupiah pun saya tidak punya.
Keterangan:
 Perkotaan, pedesaan dan pegunungan adalah mengurutkan dari tinggi ke
rendah.
 1 juta, 100 ribu, 10 ribu, 100 rupiah adalah urutan dari nominal tertinggi
sampai terendah.
E. Majas Pararelisme gaya bahasa pada majas ini menggunakan kata yang diulang-
ulang dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya terletak di awal
disebut dengan anafora. Apabila pengulangannya di akhir, disebut dengan epifora.
Majas pararelisme sering digunakan dalam pembuatan puisi.
Contoh Majas Paralelisme:
 Dengarkan aku yang kauabaikan,
 Dengarkan suara hatiku yang merintih memohon,
 Dengarkan gelisah yang tak berujung ini.
Keterangan:
 Dalam pembuatan puisi setiap kata yang dikurangi akan menghilangkan
makna dan rasa di dalamnya. Jika kata ‘dengarkan’ dihilangkan maka
rasanya akan sangat berbeda.
F. Majas Tautologi majas yang menggunakan kata atau ungkapan yang memiliki makna
sama (sinonim) untuk menegaskan sebuah kondisi, atau ujaran.
Contoh Majas Tautologi:
 Hatiku terasa nyaman, tenang, tenteram setiap kamu di sisiku.
 Pertandingan Mancherster United melawan Arsenal tadi malam sangat tidak
enak ditonton, disaksikan dan dilihat.
Keterangan:
 Tenang dan tentram adalah sinonim/persamaan dari kata nyaman.
Kata ditonton, disaksikan dan dilihat memiliki makna yang hampir sama.

Anda mungkin juga menyukai