Disusun Oleh :
Miftah (20.86208.095)
Dosen Pengampu : Muhammad Munzaini S.Ag.,M.Pd.i
i
Kata Pengantar
Puji syukur kami kehadirat Allah swt. atas segala limpahan Rahmat,
Taufik, serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dengan sungguh-sungguh. Semoga makalah ini dapat digunakan
sebagai salah satu acuan maupun pedoman bagi pembaca dalam mengenal ilmu
jiwa belajar. Harapan kami makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca, sehingga kami lebih semangat ntuk mempelajarinya
lebih dalam.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 2
A. Kesimpulan..................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adapun bentuk kompetensi guru Guru penidikan agama Islam diantaranya adalah
dituntut untuk banyak berkreasi dan berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya
adalah berkreasi dalam hal menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam
proses pembelajaran. Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang
baik kepada anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir,
sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru agama Islam memerlukan wawasan
yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan belajar pendidikan agama Islam yang telah dirumuskan, baik tujuan belajar
yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun hasil ikutan yang
didapat dalam proses belajar, misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka
setelah anak didik mengikuti diskusi kecil kelompok kecil dalam proses belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar strategi pembelajaran PAI dan dasar-dasar yang perlu
diperhatikan untuk memilih stategi pembelajaran yang tepat?
2. Bagaimanakah konsep dasar metode pembelajaran PAI serta hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran PAI yang tepat?
3. Bagaimankah konsep dasar media pembelajaran PAI dan cara memilih media
pembelajaran PAI yang tepat?
4
4. Bagaimankah konsep dasar bahan pembelajaran PAI dan cara memilih bahan
pembelajaran PAI yang tepat?
5. Bagaimankah konsep dasar evaluasi pembelajaran PAI dan cara memilih evaluasi
pembelajaran PAI yang tepat?
C. Tujuan Masalah
1. Mampu memahami konsep dasar strategi pembelajaran PAI dan memilih strategi
pembelajaran PAI yang tepat.
2. Mampu memahami konsep dasar metode pembelajaran PAI serta memilih metode
pembelajaran PAI yang tepat.
3. Mampu memahami konsep dasar media pembelajaran PAI dan memilih media
pembelajaran PAI yang tepat.
4. Mampu memahami konsep dasar bahan pembelajaran PAI dan memilih bahan
pembelajaran PAI yang tepat.
5. Mampu memahami konsep dasar evaluasi pembelajaran PAI dan cara memilih alat
evaluasi pembelajaran PAI yang tepat
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “strategi” dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain:
2. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapai musuh dalam kondisi yang
menguntungkan.
Istilah strategi sering digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang
diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: “strategi mengajar adalah taktik yang
digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi
peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.” Sedangkan
pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan peserta didik agar dapat mempelajari
sesuatu yang relevan dan bermakna bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk
1
Tim penyusun kamus Besar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka.1990)
5
mengembangkan pengalaman belajar dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan
apa yang sudah diketahuinya dengan pengalaman yang diperoleh. Dan kegiatan ini akan
mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara lebih efektif dan efisien.2
Dengan demikian, Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas,
ada dua hal yang perlu dicermati, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disussun untuk mencapai tujuan tertentu.3
Adapun pengertian strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu strategi
yang menjelaskan tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran
pendidikan agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-
bahan tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien. Komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan agama
meliputi:
1. Kegiatan pendahuluan,
2. Kegiatan penyajian
3. dan penutup. 4
Strategi Pembelajaran inkuiri adalah rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
suatu masalah.
2
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996), 157
3
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2008), 186.
4
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar , 103.
6
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis
kelamin, rasa tau suku yang berbeda.5
Secara umum ada empat dasar dalam menentukan strategi pembelajaran, yakni:
3. Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggappaling tepat dan
efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.
Selain empat dasar diatas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum
mengembangkan strategi pembelajaran pendidikan agama, yakni:
1. Tujuan pembelajaran umum pendidikan Agama (dapat dilihat pada silabus atau garis-
garis besar program pembelajaran yang diberlakukan)
3. Karakteristik siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui pre tes secara
lisan maupun tertulis, angket dan lainnya)7
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya
bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar
yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.8
Dari pengertian diatas, Metode Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan oleh seorang guru agama dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan pendidikan pendidikan Islam.
7
Berikut ini akan dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang sekirannya dapat
dipertimbangkan penggunannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
Pendidikan Agama Islam.
1. a. Ceramah Bervariasi
Metode ceramah bervariasi adalah suatu cara penyampaian informasi atau materi pelajaran
melalui penuturan secara lisan divariasikan penggunaanya dengan penyampaian lain, seperti
diskusi, tanya jawab, dan tugas.
Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis
besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan
bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari peserta didik. Pada akhir ceramah perlu dikemukakan kesimpulan,
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, dan memberikan tugas kepada
peserta didik serta adanya penilaian akhir.9
Metode tanya jawab adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan
dari guru yang harus dijawab oleh peserta didik atau sebaliknya, baik secara lisan maupun
tertulis.
Dalam praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang
diagkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses
tanya jawab yang berlangsung.10
1. c. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-sama peserta
didik mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Inti dari pengertian diskusi
adalah meeting of mind. Para peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, dan yang
didiskusikan adalah pemecahannya. Dalam pemecahan masalah terdapat berbagai alternatif.
Dari macam-macam kesimpulan jawaban yang dikemukakan dalam diskusi perlu dipilih satu
jawaban yang lebih logis dan tepat. Jawaban ini melalui mufakat. Jawaban yang merupakan
pemecahan masalah itu mempunyai argumentasi yang kuat.11
Kata simulasi berasal dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, atau
perbuatan yang pura-pura saja. Simulasi dapat digunakan untuk melakukan proses-proses
tingkah laku secara imitasi. Adapun Bentuk-bentuk simulasi adalah sebagai berikut:
9
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999), 121.
10
Ibid., 122.
11
. Ibid., 124
8
Latihan atau praktek mengajar, yang menjadi peserta didiknyaadalah temannya sendiri.
Tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
2 Sosiodrama
Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan
terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh peserta didik menghapal sesuatu.
Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati
peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-
peristiwa sejarah masa lampau, mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan
mengekspos kejadian-kejadian masa kini. Permainan ini lebih cocok untuk pelajaran
sejarah.12
Metode pemberian tugas dan resistasi adalah suaatu cara penyajian pelajaran dengan cara
guru memberi tugas tertentu kepada peserta didik dalam waktu yang telah ditentukan dan
peserta didik mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya.
Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh peserta didik seyogyanya dapat dipantau sehingga dapat
diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh peserta didik sendiri terutama bila
tugas itu dilakukan diluar sekolah atau diluar jam tatap muka.
Pemeriksaan tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas
berikutnya. Jika tugas peserta didik tidak diperiksa sebagai mana mestinya, anak akan kecewa
dan akhirnya tidak akan menghiraukan tugas berikutnya.13
Metode Demontsrasi dan Eksperimen adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan
penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan sesuatu proses tertentu yang
kemudian diikuti atau dicoba oleh peserta didik untuk melakukannya. Dalam Demonstrasi,
guru atau peserta didik melakukan suatu proses yang disertai penjelasan lisan. Setelah guru
12
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 126-128
13
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 128-129
9
atau peserta didik meragakan suatu demonstrasi tersebut, selanjutnya di eksperimenkan oleh
peserta didik yang lainnya.14
Metode Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara peserta didik
mengerjakan sesuatu tugas dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.15
Metode Problem solving adalah suatu cara penyajain pelajaran dengan cara peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahakan atau diselesaikan, baik individual
maupun kelompok.
Metode ini baik untuk melatih kesanggupan peserta didik dalam memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Tak ada manusia yang lepas dar kesulitan atau
masalah dalam hidupnya yang harrus diselesaikan secara rasional. Oleh sebab itu, sekolah
berkewajiban melatih kemampuan memecahkan masalah melalui situasi belajar-mengajar.
Alasan penggunaan metode ini antara lain adalah karena objek yang akan dipelajari hanya
ada di tempat objek itu berada. Selain dari itu, pengalaman langsung pada umumnya lebih
baik daripada tidak langsung, misalnaya mengunjungi museum atau situs sejarah akan lebih
jeas jika diamati secara langsung. Dengan metode ini, peserta didik lebih banyak mengetahui
bukti-bukti nyata dari peninggalan peristiwa sejarah yang dilakukan oleh para pejuang pada
masa lampau.16
Yakni metode mengajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan, perbuatan, atau
tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi peserta didik untuk meniru
atau mengikutinya. Dalam pemberian keteladanan tersebut dapat bersifat langsung maupun
tidak langsung. Yang bersifat langsung misalnya: pendidik memberikan contoh bagaimana
sikap membaca Al-Quran yang baik, sikap sholat yang benar, dan lain sebagainya.
Sedangkan yang bersifat tidak langsung misalnya: tampilan fisik dan pribadi pendidik dan
tenaga lainnya yang sesuai dengan suasana agamis. Pendidik hendaknya harus memiliki sikap
yang penuh sopan santun, disiplin serta selalu menyambut peserta didiknya ketika masuk
dengan sambutan yang ramah.
14
Ibid., 129.
15 Ibid., 130.
15
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 131-134.
16
10
1. K. Metode Kisah Atau Cerita
Merupakan suatu cara mengajar dengan cara meredaksikan kisah untuk menyampaikan
pesan-pesan yang terkandung di dalam materi pembelajaran.17
a. Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Allah
dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah disertai dengan tauhid, mengesakan Allah,
tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid ini menjadi ruh bagi aktivitas muslim. Prinsip ketauhidan
ini yang membedakan dengan metode yang lain. Penerapan metode apa pun diterima asal
memperkuat keimanan dan pengabdian kepada Allah. Keterpaduan (integrative, tauhîd). Ada
kesatuan antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir), dhahir-batin
(jiwa-raga), dunia-akhirat, dulu-sekarang-akan datang.
b. Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan itu benar, disampaikan dengan
cara yang benar, dan dengan dasar niat yang benar.
c. Kejujuran (sidq dan amânah). Berbagai metode yang dipakai harus memegang teguh
kejujuran (akademik). Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun dilarang.
Keteladanan pendidik. Ada kesatuan antara ilmu dan amal. Pendidik yang mengajar dituntut
menjadi contoh tauladan bagi peserta didiknya. Tidak diperkenankan ada kata “saya hanya
mengajar”. Pengajar shalat, ia harus juga melaksanakan shalat. Ada dispensasi
(rukhshah) jika pendidik berhalangan secara syar’i semisal ia mengajar tentang haji
sementara ia belum memiliki biaya untuk naik haji sehingga belum mampu haji.
d. Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan pada al-akhlâq al-
karîmah, budi utama. Metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas nilai semisal proses
pembelajaran harus memperhatikan waktu shalat (wajib).
e. Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqûlihim).
f. Sesuai dengan kebutuhan peserta didik (child center), bukan untuk memenuhi
keinginan pendidik apalagi untuk proyek semata.
g. Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan
ataupun yang menyedihkan.
17
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 153.
11
Dalam memilih dan menganalisis metode pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
2. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode
driil kurang tepat digunakan.
3. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila
jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila
ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain
jangkauan suara guru.
4. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan.
Bila metode eksperimen yang akan dipakai, maka alat-alat untuk eksperimen harus
tersedia, dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
6. Sifat bahan pengajaran. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat
metode ceramah, ada yang lebih baik dengan metode driil, dan sebagainya.
Demikianlah beberapa pertimbangan dalam menentukan metode yang akan digunakan
dalam proses interaksi belajar mengajar.18
Hal-hal diatas perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam rangka memilih dan
menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, karena kebanyakan pendidik hanya
menggunakan satu metode saja yang hal itu akan membuat peserta didik menjadi bosan dan
akan mengabaikan proses pembelajaran.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, perantara
atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara ( )وسائلatau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Menurut Gelach dan Ely, media apabila difahami secara
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru,
buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media
dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.19
18
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-pembelajaran-
yang-tepat
19
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 3.
12
Ada pula yang mendefinisikan media sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.20 Adapun pengertian media
pembelajaran PAI adalah perantara atau pengantar pesan (informasi) dari guru agama Islam
kepada penerima informasi yakni peserta didik.21
1. Media Visual
2. Media Auditif
3. Media Audio-visual
5. Media Pajang
7. a. Media Visual
Adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Artinya media ini hanya dapat
dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media ini ada yang menampilkan gambar diam
seperti film strip (film rangkaian), slides (bingkai) foto, gambar, atau lukisan, cetakan, grafis,
diagram, peta dan lainnya.
Kelebihan media visual yaitu dalam media ini siswa dapat melihat obyek yang diperlihatkan
guru dalam proses pembelajarannya sehingga peserta didik tahu obyek apa yang sedang
dijelaskan dan dipelajarinya.
Kelemahan media visual yaitu dalam media ini hanya kemampuan indera penglihat saja yang
terasah kemampuannya, sehingga siswa hamya mampu melihat gambar tersebut tanpa
mengasah indera peraba dan indera pendengaran, serta terbatas bagi yang mempunyai
kelainan penglihatan atau buta.
1. b. Media Auditif
Adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette
recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan
pendengaran.
Kelebihan media auditif yaitu dalam media ini siswa dapat lebih fokus karena peserta didik
dituntut untuk lebih peka dalam pendengarannya. Jadi kemampuan peserta didik dalam
mendengarkan dapat terasah.
20
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , 137.
21
Muhaimin, Strategi Belajar dan Mengajar, 91.
13
Kelemahan media auditif yaitu dalam media ini hanya mengasah indera pendengar saja, tanpa
dapat mengasah indera lain seperti indera penglihat dan peraba. Selain itu media ini sangat
terbatas bagi yang mempunyai kelainan tuna rungu.
1. c. Media Audio-visual
Adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.
Seperti contoh: rekaman video, film dan lain sebagainya.22
Kelebihan media audio-visual yaitu dalam media ini mencakup segala aspek indera
pendengar, penglihat dan peraba. Sehingga kemampuan semua indera dapat terasah dengan
baik karena dipergunakan dengan seimbang dan bersama.
Media pembelajaran berbasis cetakan yang umum digunakan adalah buku teks, pamflet,
poster, majalah dan lain sebagainya.23 Kelebihan yang dimiliki oleh media ini diantaranya
adalah peserta didik dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, peserta
didik dapat mempelajari berulang kali dan lainnya. Adapun kekurangan dari media ini antara
lain, biaya percetakan mahal, sulit menampilkan gerak, umumnya media cetakan hanya
mampu membawa hasil tujuan bersifat koginif saja.24
1. e. Media Pajang
Media pajang biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi didepan kelompok kecil.
Contoh: Papan tulis, Flip Chart, Papan magnetik dan lain-lain. Kelebihan media ini
diantaranya adalah bermanfaat di uang manapun tanpa harus ada penyesuain khusus, pemakai
dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara penyajian berlangsung.
Sedangkan kekurangan dari media ini antara lain, pada saat menulis di papan hal yang sering
terjadi adalah guru membelakangi peserta didik dam jika ini berlangsung lama tentu akan
menggangu suasana dan pengelolaan kelas.25
Media ini menggunakan komputer sebagai perantara untuk menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Contoh :
22
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211.
23
24
25
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 37 -40.
14
2) Computer assisted instruction, yakni suatu system penyampaian materi pelajaran yang
berbasis mikroprosesor yang pelajarannya diancang dan dipogram ke dalam system tersebut,
dan lain-lain.26
Kelebihan media ini, dapat merangsang peserta didik untuk mengerjakan latihan, simulasi
karena tersedianya animasi graik, warna dan music yang dapat menambah realisme.
Cara memilih media pembelajaran yang sesuai dengan Pendidikan Agama Islam adalah:
1. Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (dalam hal ini sesuai
dengan tujuan Pendidikan Agama Islam).
4. Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa dan kemampuan guru.
5. Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang
tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.29
Interaksi peserta didik dengan media berarti bagaimana peran media pembelajaran dalam
merangsang kegiatan belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran PAI yang
direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan dan dikembangkan sehingga dapat menimbulkan
interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang dibawa media pembelajaran.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang
digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar
26
Ibid., 41-42.
27
Ibid., 35
28
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 56.
29
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), 306.
30
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 224.
15
adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai
kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan tujuan pendidikan
Agama Islam. 31
Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional
materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara
terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,
prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. 32
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama
tempat, nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus,
komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada
sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, atau hubungan antara konsep yang
menggambarkan “jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus
menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara
sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah
menjalankan ibadah sholat; langkah-langkah berwudlu. Materi jenis sikap (afektif) adalah
materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan lain-lain. 33
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif
tersebut, perhatikan tabel di bawah ini:
Jenis
No. Materi Pengertian dan contoh
Contoh:
31
Ibid., 225.
32
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, (Hak Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama
Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam), 2.
33
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 142-143.
16
Ka’bah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia bernama
Istiqlah yang berada di Jakarta Negara Indonesia.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
a) Niat
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan
pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga
tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara
umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak
(printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar
interaktif.34
34
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4- 15.
17
1. a. Bahan cetak ( printed)
Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto atau gambar,. Bahan cetak dapat disajikan dalam berbagai bentuk. Adapun macam-
macam bahan ajar cetak antara lain:
1) Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki
relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
2) Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku sebagai bahan ajar
merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam
bentuk tertulis.
3) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala
komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna
kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.
Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas
yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat
digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain
atau refrensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
5) Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara
bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi.35 Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama
sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.
6) Wallchart
35
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4-5.
18
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang
bermakna menunjukkan posisi tertentu. agar wallchart terlihat menarik abgi siswa maupun
guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang
baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini
wallchart didesain sebagai bahan ajar.
7) Foto/gambar
Foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan
dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti
dengan muda karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang
diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.
Bahan ajar dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media dengan
(audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.36
Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan
kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar kaset biasanya
digunakan untuk pembelajaran bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat
berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti
tape recorder dan lembar skenario guru.
2) Radio
Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio
peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru
merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita
siaran langsung suatu kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.
Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan media audio
visual seperti video compact disk, film.
1) Video/film
Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual
aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap,
sehingga setaip akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya,
mulai analisis kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal
36
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4-5.
19
dengan skenario) dari sebuah program video atau film, skrip, pengambilan gambar dan proses
editingnya.
2) Orang/Nara Sumber
Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang
dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut
memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan
bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis
diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil
belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar
tidak dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.
Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar,
animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah
dan perilaku alami dari suatu presentasi. 37
Saat ini sudah mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik
juga memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya
bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap mulai dari petunjuk penggunaannya hingga
penilaian.
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit
siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan pembelajaran
harus memenuhi kriteria berikut:
2. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
3. Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana,
sistematis, sehingga mudah difahami.
4. Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih
mempermudah memahami isinya.
6. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.38
Selain kreteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta
pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang
37
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4-15.
38
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), 182.
20
penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang
disusun adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, KD dan Indikator serta buku
pegangan utama yang digunakan.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip
relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
a. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta,
maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
b. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci),
macam-macam hadats dan najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis, maka materi
yang diajarkan juga harus meliputi pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan
najis, dan cara mensucikan dari hadats dan najis.
c. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu
sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-
buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.39
Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang
sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.40
Analisis dan Pengembangan bahan ajar PAI adalah Kegiatan yang dilakukan oleh guru
dalam meneliti, menganalisis dan mengembangkan materi melalui penelaahan isi Kurikulum,
hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, kompetensi yang ingin dicapai, mulai dari analisis
rumusan kompetensi lulusan (SKL); standar kompetensi; dan Kompetensi Dasar (KD),
kemudian menjabarkan materi secara mendalam berdasarkan kompetensi secara sistematis
dengan mempertimbangkan penyajiannya.
39
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 17.
40
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 27.
21
Hasil dari analisis materi ini kemudian digunakan dalam menyusun silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jadi Analisis Materi Pembelajaran adalah salah satu
bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan materi
pelajaran dan penyusunan silabus/RPP. Berdasarkan pengertian tersebut maka langkah-
langkah analisis dan pengembangan materi PAI adalah sebagai berikut :
4) Analisis materi PAI (apakah materi termasuk informative, konseptual, procedural atau
nilai/sikap)
Secara harfiah, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation; dalam bahasa Arab
berarti al-taqdîr ( ;)التقديرdalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value;
dalam bahasa Arab berarti al-qîmah ( ;)القيمةdalam bahasa Indonesia berarti nilai.42
Adapun pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah proses
untuk mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar pelaksanaan
penilaian.
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu
41
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 28.
42
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 105
22
untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan
unjuk kerja peserta didik dapat dipantau
2. Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas
pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya, dan
berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan
dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar peserta didik
karena mereka merasa dianaktirikan.43
3. Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.44
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi
dasar) pada mata pelajaran tertentu.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik
setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan
jenjang berikutnya.
Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien.
Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian maka alat evaluasi
juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi digolongkan
menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes.
43
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 1.
44
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 226.
45
Ibid., 140.
46
Ibid., 227-228.
23
1. a. Alat/Instrumen Evaluasi Bentuk Non-Tes
1) Observasi (observation)
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif,
dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan
observasi adalah pedoman observasi.47
b) Fungsi Observasi
(1) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
(2) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
(3) Suatu tes essay / objektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa
dalam mengumpulkan data.
Dilihat dari teknik pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh melalui tiga cara:
(1) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek
yang diselidiki.
(2) Observasi tidak langsung, yaitu observaasi yang dilakukan melalui perantara.
(3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau
melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.48
(5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman
pedoman observasi.
47
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), 76-79.
48
Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran (Bandung: Rosdakarya , 2011), 153
24
(6) Merivisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
(tanya-jawab), baik secara langsung atau tidak langsung dengan peserta didik.
Wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu : pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab
(responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia
diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua, adalah wawancara terpimpin
dimana pewawancara telahmenyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan
untuk menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara
adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara
langsung (face to face) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain
misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini
hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai .
3) Angket
25
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu
melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh
orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya.
Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya.
Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan,
anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawabam lengkap sehingga
pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan
pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci
dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi,
tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner
terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.49
d) Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di lapangan.
e) Angket yang sudah diujicobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi.
4) Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya
berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada
49
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 167.
26
hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Sikap juga dapat diartikan
reaksi seseorang terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya.50
a) Bentuk Skala Sikap
Bentuk skala yang dapat di pergunakan dalam pengukuran bidang pendidikan yaitu:
1. Skala likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena
pendidikan mulai dari sangat negative sampai dengan sangat positif. Contoh alternatif
jawaban: Sangat setuju ( SS ), Setuju ( S ), Ragu-Ragu ( RR ), Sangat Tidak Setuju
( STS ).
2. Skala guttman yaitu skala berupa sederetan pernyataan opini tentang suatu objek
secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang
pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor
urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelunya dan tidak
setuju dengan pernyataan sesudahnya.
Penilaian berbasi portofolio adalah suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara
berkala, berkesinambungan, dan menyelurh tentang proses dan hasil pertumbuhan dan
perkembangan wawasan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik.
Penilaian Unjuk kerja (performance asasement) adalah suatu penilaian yang meminta
siswa untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai
50
Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 113-117
27
konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu
hasil dari unjuk kerja tersebut.
Penilaian produk adalah penilaian yang berpusat dari hasil kerja atau hasil karya siswa
dimana penilaian ini akan dievaluasi menurut kriteria tetentu. Hasil karya tersebut dapat
berupa:
1. bentuk tertulis, biasanya berwujud laporan, jurnal, drama, karya tulis ilmiah dan
sebagainya.
2. bentuk tidak tertulis, biasanya berbentuk tiga dimensi seperti pahatan, benda-benda
ruang matematika seperti balok, kubus dan lain-lain.
Adapun yang dimaksud penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Contoh : Guru memberikan tugas kepada
peserta didik untuk melakukan penelitian tentang sekelompok hadis shohih, hasan dan dlaif.51
Tes sebagai alat penilaian adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes
tulisan), dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk
menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan pengajaran.
Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan alat penilaian yang hasil
belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa
menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut
kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.52
2) Tes objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi, karena jawabannya anatara benar atau salah.
Disebut tes objektif karena penilaiannya bersifat objektif, siapapun yang mengoreksi
jawabannnya sudah jelas dan pasti.53 Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk
yakni:
51
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012), 117.
52
Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, 79.
53
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 135.
28
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simbol. Contoh bentuk soal dengan jawaban singkat.
Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa peryataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar (B) dan salah (S). Contoh bentuk soal
benar salah:
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada
dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan
sebelah kanan adalah jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang
disediakan lebih banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa
menjawab yang betul dengan hanya menebak. Contoh bentuk soal menjodohkan:
No Daftar A Daftar B
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling
tepat. Contoh bentuk soal pilihan ganda:
1. Bagian tertentu
3. Wajib
4. Harta peninggalan
29
3) Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta didik dalam bentuk lisan, peserta
didik akan mengucapkan jawaban dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau
perintah yang diberikan. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah:
mengajukan pertanyaan, member waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk
menjawab pertanyaan.
Untuk memilih alat evaluasi, maka harus memenuhi persyaratan atau kreteria sebagai berikut:
(1) Memiliki Validitas, (2). Mempunyai reliabitas, (3). Objektivitas, (4) Efesiensi, dan (5)
kegunaan/kepraktisan.
Valaditas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang hendak di ukur. Demikian
pula suatu tes memiliki suatu valaditas bila tes itu benar-benar mengukur hal yang hendak di
tes.
Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat ditempuh berbagai cara, yakni
dengan cara mengulangi kembali tes itu (test-retest.
Objektifitas, suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur, tanpa adanya
interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu. Guru harus menilai siswa
dengan kreteria yang sama bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A dengan si B
dan seterusnya.
Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang waktu dan
uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang
sedikit dianggap alat evaluasi yang baik.hal ini tergantung pada tujuan penggunaan alat
evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan sebagainya.
Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha yang sedikit,
dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai dengan cara :
3. Si penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama.
30
Keguanaan/kepraktisan. Ciri lain dari evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk
memperoleh keterangan tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbinagn sebaik-
baiknya bagi para siswanya.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian Metode Pembelajaran PAI adalah cara yang digunakan oleh seorang guru dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pendidikan pendidikan Islam
Pengertian Media Pembelajaran, media pembelajaran PAI adalah seluruh alat dan bahan yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang
digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.Secara umum wujud bahan
ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar
(audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
Pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah ingin mengetahahui,
memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang
sesuai dengan tujuan pendidikan islam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
31
Majid, Abdul . 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Marno. Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah. Hak Penerbitan: Direktorat
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Penyusun Kamus Besar, Tim. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Saleh, Abdul Rachman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi.
Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa.
Usman, Moh. Uzer, Lilis Setiawati. 1999. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar .
Bandung: Remaja Rosdakarya.
32