Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
PADA MAHASISWI NON-
KESEHATAN DI STAI
DDI JENEPONTO

OLEH:

SRI AYU ASHARI


NIM: 119451714

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2021
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
PADA MAHASISWI NON-
KESEHATAN DI STAI
DDI JENEPONTO

Diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) dalam


program Studi Ilmu Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
(STIK) Famika Makassar

OLEH:

SRI AYU ASHARI


NIM: 119451714

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN
PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
PADA MAHASISWI NON-
KESEHATAN DI STAI
DDI JENEPONTO

Disusun dan diajukan oleh:

SRI AYU ASHARI


NIM: 119451714

Dinyatakan telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diajukan dalam Seminar
Proposal.

Disetujui oleh:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Ns. Wahyuni Wahab, S.Kep Ns. Faisal Rizal, S.Kep., M.Kes


NIDN: 0921058306 NIDN: 0910018201

iii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG


PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN
PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
PADA MAHASISWI NON-KESEHATAN DI STAI DDI
JENEPONTO

Disusun dan diajukan oleh:

SRI AYU ASHARI


NIM: 119451714

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji dalam seminar Proposal

Pada Hari : Senin

Tanggal : 1 Maret 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk seminar Proposal

Tim Pembimbing :

1. Ns. Wahyuni Wahab, S.Kep ( )


2. Ns. Faisal Rizal, S.Kep., M.Kes ( )

Tim Penguji :
1. Dr. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep., M.Kes ( )
2. Ns. Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep ( )

Mengetahui

KETUA STIK FAMIKA KETUA PRODI S1

Dr. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep., Ns. Ambo Anto, S.Kep., M.MKep
M.Kes NIDN: 0913029103

iv
NIDN: 0916096903

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT

PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

(SADARI) DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI

(SADARI) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

PADA MAHASISWI NON-KESEHATAN DI STAI DDI JENEPONTO”

yang dibuat untuk memenuhi syarat dalam melakukan penelitian guna

menyelesaikan studi pada program studi S1 Keperawatan pada Sekolah

Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK) Famika Makassar.

Tak lupa pula penulis haturkan salam dan shalawat atas junjungan

Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi uswatun hasanah dan

sebagai motivator bagi penulis untuk selalu menuntut ilmu sesuai dengan

tuntunannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini dapat selesai

karena adanya bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

v
tak terhingga kepada ibu dan kakak saya tercinta atas segala dukungan,

perhatian, kasih sayang, do’a restu serta pengorbanannya yang tak

terhingga. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

juga penulis sampaikan kepada:

1. DR. Oichida selaku Ketua Yayasan Fani Mitra Karya Makassar.

2. Ibu Dr. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep., M.Kes., selaku Ketua STIK

FAMIKA beserta seluruh stafnya.

3. Bapak Ns. Ambo Anto S.Kep., M.Mkep., selaku Ketua Program Studi

S-1 Keperawatan STIK FAMIKA Makassar.

4. Ibu Ns. Wahyuni Wahab, S.Kep., selaku pembimbing I dan Bapak

Ns. Faisal Rizal, S.Kep., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing

penulis selama penyusunan proposal ini.

5. Ibu Dr. Ns. Yudit Patiku, S.Si, S.Kep., M.Kes., selaku penguji I dan

Bapak Ns. Septi Hendy Telaumbanua, S.Kep., selaku penguji II

yang telah membantu memberikan saran dan masukan dalam

penyusunan proposal penelitian ini.

6. Seluruh dosen dan staf STIK Famika Makassar.

7. Sahabat dan teman seperjuanganku yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini

baik bantuan materi maupun non materi.

Dalam penulisan proposal ini penulis menyadari bahwa proposal ini

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan lapang dada

vi
penulis menerima kritikan dan saran yang konstruktif demi sempurnanya

proposal ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang

diberikan semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sungguminasa, 13 Februari 2021

Penulis

SRI AYU ASHARI


NIM: 119451714

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL........................................................................................................i

HALAMAN JUDUL.......................................................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................v

KATA PENGANTAR....................................................................................vi

DAFTAR ISI.................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................x

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN..........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................5

C. Tujuan Penelitian..............................................................................5

D. Manfaat Penelitian............................................................................6

BAB II...........................................................................................................8

viii
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................8

A. Kanker Payudara...............................................................................8

B. SADARI Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara................................18

C. Mahasiswi Non-Kesehatan.............................................................23

D. Pengetahuan...................................................................................23

E. Perilaku............................................................................................29

F. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Metode SADARI

dengan Perilaku SADARI.......................................................................30

BAB III........................................................................................................32

KERANGKA KERJA PENELITIAN............................................................32

A. Kerangka Konseptual.......................................................................32

B. Hipotesis Penelitian..........................................................................33

C. Variabel Penelitian..........................................................................34

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.......................................34

BAB IV........................................................................................................36

METODE PENELITIAN..............................................................................36

A. Desain Penelitian.............................................................................36

B. Populasi dan Sampel.......................................................................36

C. Pengumpulan Data dan Analisis Data............................................37

D. Instrument Penelitian......................................................................38

ix
E. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................40

F. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................40

G. Pengolahan Data............................................................................41

H. Analisa Data....................................................................................43

I. Etika Penelitian.................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA................................................................................45

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 4 : Instrumen Penelitian

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di

dunia. Kanker adalah suatu penyakit kronis yang penderitanya banyak

di seluruh dunia. Angka kematian di dunia disebabkan oleh penyakit

kanker dan merupakan pembunuh nomor dua setelah penyakit

kardiovaskular, yakni 12% [CITATION Dep13 \l 1033 ]. Kanker payudara

merupakan salah satu jenis kanker mematikan dan banyak kasusnya

di Indonesia. Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh

dalam jaringan payudara [ CITATION Sur13 \l 1033 ].

Penderita kanker payudara mengalami peningkatan pada tahun

2018 menjadi 2,09 juta kasus [CITATION Wor18 \l 1033 ]. Hal ini didukung

oleh data yang menunjukkan bahwa kanker payudara merupakan

kanker yang penderitanya paling banyak adalah wanita yaitu

sebanyak 24,2% [CITATION GLO18 \l 1033 ]. Besarnya angka ini membuat

kanker payudara menjadi penyebab kematian kelima terbanyak di

seluruh dunia yaitu sebesar 627.000 atau sekitar 6,6% [CITATION

WHO18 \l 1033 ]. Menurut Pathological Based Registration di Indonesia,

kanker payudara berada pada posisi pertama dengan frekuensi relatif

mencapai hingga 18,6%. Estimasi kasus kanker payudara mencapai

1
2

40 per 100.000 wanita di Indonesia. Di Indonesia, kanker payudara

adalah jenis kanker yang paling banyak diderita oleh wanita dengan

banyaknya penderita mencapai 42,1 per 100.000 masyarakat, disusul

oleh kanker serviks yaitu sebesar 23,4 per 100.000 masyarakat pada

tahun 2018[ CITATION dal18 \l 1033 ]. Di Indonesia, yang merupakan

penyebab kematian tertinggi pada wanita yaitu kanker payudara yang

mencapai 17 per 100.000 masyarakat pada tahun 2018 [ CITATION dal18

\l 1033 ].

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

pada tahun 2019 tercatat 170 kasus kanker payudara, dan dari 317

perempuan kasusnya terdeteksi melalui pemeriksaan SADANIS

[CITATION Din16 \t \l 1033 ].

Mengingat adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita

kanker payudara, maka perlu dilakukan upaya deteksi dini secara

mandiri. Program deteksi dini yang telah dilaksanakan dan

direkomendasikan oleh Kemenkes RI dikenal dengan metode

SADARI. SADARI adalah metode pemeriksaan payudara sendiri yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya benjolan dalam payudara

wanita [CITATION Yus13 \l 1033 ]. Selain itu, upaya pencegahan kanker

payudara bisa juga dengan cara melakukan skrining kanker payudara

yang merupakan suatu pemeriksaan atau upaya untuk mengetahui

sesuatu yang tidak normal yang mengacu pada kanker payudara pada

individu tanpa gejala.


3

Kanker payudara menjadi sulit untuk disembuhkan karena

keterlambatan penderita menyadari kanker yang dideritanya pada

stadium yang masih awal sehingga tidak bisa mendapatkan

penanganan yang lebih awal. Jika kasus kanker ditemukan pada

stadium dini maka akan dapat dilakukan pengobatan lebih awal yang

cepat dan tepat sehingga masih ada harapan kesembuhan dan akan

meningkatkan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu,

pemeriksaan secara rutin dan berkala perlu dilakukan sebagai upaya

deteksi dini dan pencegahan kanker payudara.

Seorang wanita dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara

sendiri setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali ketika usia mulai 20

tahun untuk mendeteksi sejak dini jika terdapat kelainan pada

payudara dan segera mendapatkan penanganan yang tepat [ CITATION

ESe12 \l 1033 ]. Dalam hal ini mahasiswi termasuk salah satu komunitas

yang telah mencapai usia tersebut, dimana mahasiswi telah

memasuki tahap perkembangan remaja akhir (adolescence) [ CITATION

Sar14 \l 1033 ].

Pada dasarnya mahasiswi yang menempuh pendidikan yang

mengarah di bidang kesehatan biasanya telah mendapatkan

pengetahuan tentang pentingnya metode Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) sehingga akan lebih cenderung menerapkan

perilaku tersebut. Berbeda halnya dengan mahasiswi yang menempuh

pendidikan bukan di bidang kesehatan, jika tidak mencari informasi


4

secara mandiri mengenai metode ini maka mereka tidak akan

mengetahui pentingnya penerapan perilaku ini. Tingkat pengetahuan

yang tinggi tentang kanker payudara akan cenderung membentuk

sikap postif yang tercermin melalui perilaku [CITATION Not101 \t \l 1033 ].

Penelitian yang hampir serupa sebelumnya dilakukan oleh Rizki

Hafidzah Baswedan, Ekorini Listiowati (2014) dimana hasil penelitian

ini adalah tingkat pengetahuan pada mahasiswi non kesehatan

tentang metode SADARI dan kanker payudara adalah baik,

sedangkan perilaku penerapan metode SADARI pada mahasiswi non

kesehatan adalah kurang. Sehingga tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat pengetahuan tentang metode SADARI dan

kanker payudara dengan perilaku penerapan metode SADARI (p =

0,680) dengan kekuatan korelasi lemah [ CITATION Bas14 \l 1033 ].

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri Halimu

Husna (2017) menunjukkan bahwa tingkat keterampilan mahasiswi

untuk melakukan metode SADARI adalah masih banyak yang tidak

terampil dikarenakan tingkat pengetahuan mahasiswi tentang kanker

payudara dan metode SADARI masih sangat rendah, dimana tingkat

pengetahuan mahasiswi tentang kanker payudara dan metode

SADARI sebagian besar masih rendah yaitu sebanyak 31 responden

(77%), sedangkan tingkat keterampilan mahasiswi untuk melakukan

SADARI masih banyak yang tidak terampil melakukan SADARI yaitu

sebanyak 28 responden (70%) [ CITATION Put17 \l 1033 ].


5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan pertanyaan

penelitian “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan perilaku

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai upaya deteksi dini

kanker payudara pada mahasiswi non-kesehatan di STAI DDI

Jeneponto?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan tingkat pengetahuan

tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan perilaku

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai upaya deteksi

dini kanker payudara pada mahasiswi non-kesehatan di STAI DDI

Jeneponto

2. Tujuan khusus

a. Mengukur pengetahuan tentang Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI) pada mahasiswi non-kesehatan di STAI DDI

Jeneponto

b. Mengukur perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

pada mahasiswi non-kesehatan di STAI DDI Jeneponto


6

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan tentang SADARI

dengan perilaku SADARI pada mahasiswi non-kesehatan di

STAI DDI Jeneponto

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu

keperawatan maternitas dalam memberikan pengetahuan kepada

mahasiswi non-kesehatan agar menyadari pentingnya penerapan

perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai upaya

deteksi dini kanker payudara

2. Manfaat praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga

bagi peneliti khususnya dalam peningkatan wawasan dalam

bidang penelitian serta menambah pengetahuan tentang hal-

hal yang berkaitan dengan metode Pemeriksaan Payudara

Sendiri (SADARI)

b. Manfaat bagi responden

Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan tentang

metode SADARI dan menumbuhkan kesadaran agar

menerapkan perilaku SADARI

c. Manfaat bagi instansi


7

Dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi sekolah

untuk meningkatkan dan mengetahui tentang metode SADARI

d. Manfaat bagi institusi

Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu bidang

keperawatan maternitas dengan menambah kepustakaan di

bidang ilmu keperawatan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

1. Definisi kanker payudara

Kanker merupakan suatu penyakit yang tidak menular

namun berbahaya karena adanya sel-sel pada tubuh yang tumbuh

tidak normal, tidak terkendali dan menekan jaringan tubuh

sehingga mempengaruhi organ tubuh[CITATION Akm10 \l 1033 ].

Kanker Payudara (KPD) atau disebut juga dengan carcinoma

mammae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang

dapat berasal dari kelenjar kulit, saluran kelenjar dan jaringan di

sebelah luar rongga dada [ CITATION Kem15 \l 1033 ].

2. Faktor risiko kanker payudara

Menurut Kemenkes RI (2015) secara umum penyebab

kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun ada

beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang

terkena kanker payudara, antara lain:

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah:

1) Faktor usia

8
9

Bertambahnya usia seseorang wanita, maka risiko

untuk terkena kanker payudara juga semakin tinggi, tidak

menutup kemungkinan usia muda juga dapat terkena

kanker payudara [ CITATION Mul13 \l 1033 ].

2) Riwayat keluarga dan genetik

Adanya riwayat keluarga dan genetik. Pada genetik

adanya pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau

TAPI53 (p53) [ CITATION Kem15 \l 1033 ].

3) Adanya riwayat penyakit payudara

Seorang wanita mempunyai riwayat tumor jinak pada

payudara sebelumnya dapat bermutasi menjadi ganas.

Wanita yang menderita Hyperplasia atipikal mempunyai

risiko 5 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara

[ CITATION LBr15 \l 1033 ].

4) Usia menarche

Menarche atau disebut dengan menstruasi pertama.

Apabila seorang wanita mengalami menstruasi pada usia

≤12 tahun akan berhubungan dengan lamanya terpapar

oleh hormon estrogen dan hormon progesteron akan

mempengaruhi proses proliferasi jaringan, salah satunya

yang termasuk adalah jaringan pada payudara [ CITATION

Mul13 \l 1033 ].

5) Menopause usia lanjut


10

Menoupause setelah usia 55 tahun akan

meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara

[CITATION RMP10 \l 1033 ].

b. Faktor risiko yang dapat diubah:

1) Riwayat kehamilan

Seseorang wanita yang berusia >30 tahun dan belum

pernah melahirkan anak, berisiko terkena kanker

payudara lebih tinggi [ CITATION Mul13 \l 1033 ].

2) Masa menyusui

Menyusui merupakan salah satu faktor hormon yang

dapat dimodifikasi. Wanita yang menyusui memiliki faktor

risiko kanker payudara lebih rendah dibandingkan dengan

wanita yang tidak menyusui [ CITATION Lan11 \l 1033 ].

3) Hormonal

Pemakaian kontrasepsi hormonal dapat

meningkatkan risiko terkena kanker payudara karena

adanya peningkatan paparan atau pajanan hormon

esterogen yang dapat memicu pertumbuhan sel secara

tidak normal pada payudara [ CITATION DNa13 \l 1033 ].

4) Obesitas

Faktor obesitas menyebabkan 30% risiko lebih tinggi

terjadinya kanker dikarenakan asupan energi yang

berlebihan pada obesitas dapat menstimulasi produksi


11

hormon esterogen, terutama pada wanita setelah

menopause [CITATION TKr12 \l 1033 ].

5) Konsumsi alkohol

Konsumsi alkhol akan menyebabkan risiko

berkembangnya kanker payudara, hal ini tergantung

jumlah alkohol yang dikonsumsi [ CITATION Bag15 \l 1033 ].

Perempuan yang mengkonsumsi lebih dari satu gelas

alkohol per hari memiliki risiko terkena kanker payudara

lebih tinggi [ CITATION Cur13 \l 1033 ].

Mengkonsumsi alkohol tidak hanya mengurangi

kepadatan dan kekuatan tulang namun juga kemampuan

tulang untuk memperbaiki kerusakan atau keropos,

menuanya sel pada tulang menyebabkan kanker

kolorektal dan kanker payudara [ CITATION Mog12 \l 1033 ].

3. Tanda dan gejala kanker payudara

Terdapat beberapa gejala kanker payudara, antara lain

[CITATION Nat19 \l 1033 ]:

a. Munculnya benjolan yang tidak normal atau penebalan pada

payudara atau daerah ketiak;

b. Puting terasa lembek;

c. Adanya perubahan bentuk, ukuran yang tidak normal pada

payudara;
12

d. Adanya lesung pada payudara;

e. Pembengkakan;

f. Adanya penyusutan yang tidak normal pada payudara;

g. Putting tenggelam atau terlihat masuk ke dalam payudara

(nippleretraction);

h. Adanya sisik, kulit kemerahan, bengkak dan adanya

perubahan kulit yang teksturnya mirip kulit jeruk pada kulit

payudara, areola, atau puting; dan

i. Keluarnya cairan jernih dari puting saat tidak sedang kondisi

hamil atau menyusui atau keluar darah dari puting.

4. Sistem staging pada kanker payudara

Klasifikasi TNM Kanker Payudara adalah sebagai berikut

[CITATION Ame10 \l 1033 ]:

Klasifikasi TNM Kanker Payudara Berdasarkan AJCC Cancer

Staging Manual.
13

Sumber: American Joint Committee On Cancer (AJCC),

2013

Stadium Klinis Berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual

Sumber: American Joint Committee on Cancer (AJCC),

2013

5. Pencegahan kanker payudara


14

Pencegahan kanker payudara bertujuan untuk mengurangi

insiden dan mortalitas. Kementerian Kesehatan RI (2015)

membagi dua jenis, yaitu pencegahan primer dan pencegahan

sekunder:

a. Pencegahan primer

Suatu pencegahan yang dapat dilakukan oleh seseorang

dengan cara menghindari agar tidak terkena kanker payudara.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara mengetahui

faktor-faktor risiko kanker payudara seperti faktor yang dapat

diubah dan membiasakan pola hidup yang sehat sejak dini.

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan suatu usaha dengan

mencegah kerusakan yang lebih lanjut akibat kanker

payudara, yaitu dengan cara mengidentifikasi kelompok-

kelompok yang mempunyai risiko. Pencegahan sekunder

dapat berupa deteksi dini dan skrining kanker payudara.

Skrining kanker payudara merupakan pemeriksaan atau

usaha seseorang maupun kelompok untuk menemukan

abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara.

6. Skrining payudara

Berikut ini adalah cara skrining payudara [ CITATION Kem15 \l

1033 ]:
15

a. Mammogram

Mammografi merupakan suatu alat yang dapat

membantu mendeteksi adanya kanker payudara. Tujuan dari

mammografi adalah membantu wanita untuk mendeteksi

perubahan bentuk payudara yang mengarah kepada kanker

payudara.

Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

wanita yang melakukan mammografi secara teratur biasanya

menemukan kanker payudara pada tahap awal, karena

penemuan lebih awal lebih mudah disembuhkan dan diobati,

sehingga tidak memerlukan penanganan yang berat seperti

pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara atau

mastektomi ataupun sampai kemoterapi [CITATION Ame15 \l 1033

].

Berikut ini merupakan pedoman penatalaksanaan

mammografi menurut Kementerian Kesehatan RI (2015):

1) Mammogram dilakukan pada wanita yang usianya di atas

35 tahun, karena pada usia tersebut payudara terlihat

lebih padat. Untuk hasil yang maksimal pada mamografi

pada usia >40 tahun.

2) Dilakukan seminggu sampai sepuluh hari setelah

menstruasi yang dihitung dari hari pertama masa

menstruasi, karena pada masa ini akan mengurangi rasa


16

yang tidak nyaman pada wanita ketika mendapat

kompresi dan dapat memberikan hasil yang lebih optimal.

b. Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS)

SADANIS yaitu pemeriksaan payudara klinis yang

dilakukan oleh petugas kesehatan yang sudah terlatih untuk

mengenali berbagai jenis kelainan pada payudara. Berikut ini

merupakan langkah-langkah SADANIS [CITATION Nat192 \l

1033 ]:

1) Pada tahap awal pasien akan diperiksa pada bagian luar

payudara terlebih dahulu dengan mengangkat tangan

sampai di atas kepala, menggantungkan tangan di sisi

tubuh, atau menekan tangan di pinggul. Pada posisi

tersebut akan memudahkan petugas kesehatan untuk

melakukan identifikasi adanya perbedaan bentuk ataupun

ukuran payudara. Area kulit pada daerah payudara

diperiksa untuk mengecek adanya ruam, lesung, atau

tanda-tanda yang tidak normal lainnya. Bagian puting

diperiksa dan diberi remasan ringan untuk melihat apakah

ada cairan keluar atau tidak.

2) Pada tahap kedua, payudara diraba dengan

menggunakan ujung jari yang dimulai dari ketiak hingga

daerah tulang selangka untuk mencari apakah ada

benjolan maupun kelainan yang mengarah pada kanker


17

payudara. Perlu diketahui bahwa beberapa wanita yang

memiliki jaringan payudaranya tampak jenuh dan benjolan

berserat kecil pada seluruh jaringan payudara tersebut,

dikenal sebagai payudara fibrokistik. Kondisi jaringan

semacam ini akan dicatat oleh petugas kesehatan namun

tidak berhubungan dengan kanker.

3) Apabila ditemukan adanya benjolan, maka petugas

kesehatan akan mengidentifikasi bentuk, ukuran dan

teksturnya, untuk melihat apakah benjolan tersebut

sifatnya mudah berpindah atau tidak. Benjolan yang

bersifat jinak biasanya terasa berbeda dari benjolan yang

bersifat kanker. Setiap benjolan yang ditemukan akan

diperiksa dengan tindakan diagnostik yang lebih lanjut.

c. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Pusat Medis Johns Hopkins menyatakan bahwa 40%

dari diagnosis kanker payudara pertama kali terdeteksi oleh

wanita yang merasakan adanya benjolan pada payudaranya,

maka dari itu sangat penting untuk melakukan SADARI secara

rutin paling sedikit satu bulan sekali [CITATION Nat191 \l 1033 ].

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan SADARI yaitu pada

wanita usia subur (WUS), wanita pascamenopause, dan

setiap wanita yang berusia di atas 20 tahun, adanya riwayat

menstruasi dini pada usia kurang dari 12 tahun, serta wanita


18

dewasa yang berusia 20 tahun ke atas [ CITATION WAN11 \l

1033 ].

B. SADARI Untuk Deteksi Dini Kanker Payudara

SADARI adalah metode pemeriksaan payudara sendiri yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya benjolan dalam payudara

wanita [CITATION Yus13 \l 1033 ]. SADARI dapat dilakukan dengan posisi

tegak dengan berdiri menghadap ke arah cermin atau posisi berbaring

dengan satu tangan diletakkan di bawah kepala, lalu dilakukan

pengamatan dan perabaan pada payudara secara sistematis,

sehingga akan lebih mudah apabila ditemukan adanya suatu benjolan

pada payudara [ CITATION Dal14 \l 1033 ].

1. Waktu melakukan SADARI

SADARI dilakukan secara rutin yaitu sebulan sekali, yakni 7-

10 hari setelah menstruasi yang dihitung dari hari pertama

menstruasi. Diharapkan pada saat pemeriksaan tersebut

payudara tidak dalam keadaan bengkak ataupun nyeri saat

ditekan. Aktivitas dalam kehidupan wanita melalui pemeriksaan

rutin sebaiknya dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan

setelah menopause [ CITATION MNB15 \l 1033 ].

2. Cara melakukan SADARI


19

Berikut merupakan langkah-langkah melakukan SADARI

menurut yang dianjurkan dalam rangka Breast Awarness Month

[CITATION Kem16 \l 1033 ]:

a. Langkah 1

Berdiri dan menghadap ke arah cermin, lalu periksa kedua

payudara apakah normal atau tidak normal. Perhatikan jika

ada perubahan seperti adanya cairan yang keluar pada puting

susu, keriput, kulit mengelupas atau dimpling.

Gambar 2.1 Langkah pertama SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
[CITATION Kem19 \l 1033 ]

b. Langkah 2

Angkat kedua tangan ke atas kepala. Perhatikan setiap

perubahan kontur pada payudara, apakah ada kelainan pada

kedua payudara atau putting.


20

Gambar 2.2 Langkah kedua SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
c. Langkah 3

Letakkan kedua tangan ke arah pinggang dan sedikit

membungkuk menghadap ke arah cermin sambil menarik

bahu ke belakang dan siku ke arah depan. Perhatikan setiap

perubahan kontur pada kedua payudara dan puting.

Pemeriksaan payudara ini dapat dilakukan ketika mandi

dengan shower, jika kulit bersabun dan terguyur air dipijat

dengan jari-jari dapat merasakan adanya perubahan pada

payudara.

Gambar 2.3 Langkah ketiga SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
21

d. Langkah 4

Angkat tangan sebelah kiri dengan posisi tangan ditekuk di

belakang kepala, lalu gunakan 3 atau 4 jari pada tangan

kanan untuk meraba payudara sebelah kiri dengan lembut,

kuat, hati-hati dan merata. Dimulai dari bagian tepi luar, tekan

bagian yang datar dari jari tangan dalam lingkaran kecil,

bergerak melingkar dengan lambat pada sekitar payudara

secara bertahap ke arah puting susu. Beri perhatian khusus

pada area di antara payudara dan bawah lengan dan rasakan

apakah ada benjolan atau massa yang tidak biasa pada

bawah kulit.

Gambar 2.4 Langkah keempat SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
e. Langkah 5

Pijat putting payudara secara perlahan dan perhatikan apakah

ada rabas atau keluarnya cairan. Ulangi pemeriksaan, jika

menemukan hal yang tidak normal seperti rabas dari puting

susu dalam waktu 1 bulan dan terjadi ketika sedang ataupun


22

tidak melakukan SADARI, segera pergi ke dokter untuk

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Gambar 2.5 Langkah kelima SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
f. Langkah 6

Ulangi langkah keempat dan kelima namun dalam posisi

berbaring. Berbaring mendatar, dengan lengan kiri posisinya

diletakkan pada bagian bawah kepala dan pada bahu kiri

diberi bantal atau lipatan handuk. Gunakan gerakan memutar

sama seperti yang diuraikan di atas tadi, dan diulangi pada

payudara kanan.

Gambar 2.6 Langkah keenam SADARI


Sumber: Brosur Kementerian Kesehatan RI, 2019
23

C. Mahasiswi Non-Kesehatan

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan

pada usia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada

masa remaja akhir sampai masa dewasa awal dilihat dari segi

perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini adalah

pemantapan pendirian hidup [ CITATION Sya12 \l 1033 ].

Mahasiswa non-kesehatan merupakan salah satu komponen

masyarakat yang mempunyai mempunyai tingkat pengetahuan tinggi

namun kurang terpapar informasi masalah kesehatan [CITATION Sah10 \l

1033 ].

D. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil

tahu seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu

materi ataupun objek. Penginderaan dapat terjadi melalui panca

indera, seperti indera: penglihatan, pendengaran, rasa,

penciuman, dan perabaan. Pengetahuan dapat memengaruhi

tindakan seseorang.

2. Tingkat pengetahuan
24

Pengetahuan yang termasuk dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkatan yaitu [CITATION Not12 \t \l 1033 ] :

a. Tahu (Know)

Tahu dapat diartikan apabila seseorang individu dapat

mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya ataupun rangsang yang telah diterimanya. Pada

tingkatan ini disebut tingkatan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehension)

Merupakan kemampuan seseorang untuk menjelaskan

objek ataupun materi yang terkait secara benar dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut.

c. Aplikasi (Application)

Merupakan kemampuan seseorang individu untuk

menggunakan atau menerapkan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

individu untuk menjabarkan dan memilah suatu materi ke

dalam komponen-komponen tertentu, namun masih memiliki

kaitan antara satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)
25

Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk

menunjukkan ataupun meringkas atau merangkum suatu

materi.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

individu yang dapat menilai suatu materi. Dari penilaian

tersebut diungkapkan suatu kriteria yang sudah ditentukan

oleh individu itu sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

Dari 6 tingkatan pengetahuan dengan domain kognitif

dapat ditarik kesimpulan, bahwa tingkat pertama, adalah tahu

karena adanya rangsangan atau stimulus terhadap suatu

materi. Tingkat kedua, adalah menginterpretasikan

pengetahuan yang telah didapat. Tingkat ketiga, yaitu dapat

menggunakan atau mengaplikasikan pengetahuan. Tingkat

keempat, yaitu seseorang individu mampu menjabarkan suatu

materi atau menganalisis. Tingkat kelima, yaitu seorang

individu mampu meringkas suatu materi. Tingkat keenam,

yaitu seseorang dapat menilai suatu materi.

3. Proses perilaku tahu

Seperti yang sudah diuraikan di atas pengetahuan

merupakan hasil tahu terhadap suatu objek. Menurut Notoatmodjo

(2014) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi


26

perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses

yang berurutan, di antaranya:

a. Awareness (Kesadaran)

Pada tahap ini seseorang sudah mulai menyadari adanya

stimulus atau rangsangan.

b. Interest (Tertarik)

Pada tahap ini individu tersebut mulai tertarik dengan stimulus

tersebut.

c. Evaluation (Mengevaluasi atau menilai)

Seorang individu setelah tertarik akan mempertimbangkan

atau menilai stimulus tersebut baik ataupun tidak.

d. Trial (Mencoba)

Apabila stimulus tersebut baik maka seseorang individu

memulai untuk mencoba perilaku baru.

e. Adaption (Menyesuaikan)

Setelah memiliki perilaku baru dan cocok sesuai dengan

pengetahuan, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus,

kemudian akan mengangkat atau menyesuaikan diri dengan

stimulus tersebut.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang, yaitu [ CITATION Bud13 \l 1033 ]:


27

a. Umur

Umur akan memengaruhi daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambahnya umur makan semakin

bertambah juga daya tangkap dan pola pikir, sehingga

pengetahuan yang diperoleh semakin baik [ CITATION Bud13 \l

1033 ].

b. Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu sumber untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan karena dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu

[ CITATION Bud13 \l 1033 ].

c. Pendidikan

Jika tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi maka

orang tersebut semakin luas pula pengetahuan yang dimiliki.

Perlu diperhatikan bahwa bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah pengetahuannya juga rendah.

Pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal

namun pendidikan non formal juga merupakan suatu cara

untuk memperoleh pengetahuan[CITATION Waw10 \l 1033 ].

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan


28

keluarganya. Bekerja merupakan suatu kegiatan yang dapat

menyita waktu serta dapat memberikan pengalaman maupun

pengetahuan bagi seseorang [CITATION Waw10 \l 1033 ].

e. Informasi

Banyak sumber informasi yang bisa diperoleh untuk

mendapatkan pengetahuan, seperti: televisi, radio, majalah

dan internet. Jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang

rendah namun mendapatkan informasi yang baik, maka dapat

meningkatkan pengetahuannya [ CITATION Bud13 \l 1033 ].

f. Minat

Minat adalah keinginan yang tinggi terhadap sesuatu

untuk dapat menjadikan seseorang mencoba dan menekuni

sesuatu agar dapat memperoleh pengetahuan yang

mendalam [ CITATION Dja16 \l 1033 ].

g. Kebudayaan

Kebudayaan atau tradisi tempat kita tinggal mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap [CITATION Not10 \t

\l 1033 ].

E. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan[CITATION Not10 \t \l 1033 ].


29

2. Perilaku manusia

Menurut Notoatmodjo (2013) perilaku manusia dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (convert behaviour), yang artinya perilaku

dapat terjadi apabila respon terhadap stimulus belum dapat

diamati oleh orang lain secara jelas, karena respon hanya

sebatas dalam bentuk persepsi, perhatian, pengetahuan dan

sikap stimulus yang ada. Contoh: Wanita usia subur

mengetahui kanker payudara kemudian mencari tahu

informasi mengenai bahaya kanker payudara dan pencegahan

kanker payudara.

b. Perilaku terbuka (overt behaviour), artinya perilaku ini dapat

terjadi apabila respon terhadap stimulus berupa tindakan atau

praktik yang dapat diamati oleh orang lain. Contoh: Wanita

usia subur melakukan permeriksaan payudara sendiri sebagai

upaya deteksi dini secara rutin.

3. Perubahan perilaku

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2014), terdapat faktor-

faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seperti:

a. Faktor yang mempermudah (predisposingfactor)


30

Merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti:

pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai, demografi (status

ekonomi, umur, jenis kelamin, jumlah keluarga).

b. Faktor pendukung (enablingfactor)

Merupakan faktor yang menentukan keinginan terlaksananya

perilaku, seperti: sumber daya, sarana dan prasarana,

keahlian dan keterampilan.

c. Faktor pendorong (reinforcingfactor)

Merupakan faktor yang memperkuat perubahan perilaku

seseorang karena adanya sikap dan perilaku orang lain,

seperti: keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan.

F. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Metode SADARI

dengan Perilaku SADARI

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain

[CITATION Not12 \t \l 1033 ].

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik

yang diamati secara langsung atau tidak langsung. Antara

pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku sangat berhubungan

satu sama lain. Apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh

pengetahuan, kesadaran maka akan terjadi perilaku yang diharapkan


31

sehingga terjadi perubahan perilaku. Pengetahuan yang baik tentang

kanker payudara akan membuat seseorang berperilaku untuk

melakukan deteksi dini kanker payudara yang diperoleh dari interaksi

sosial baik dalam kelompok maupun di luar kelompok [CITATION Sob03 \l

1033 ].
BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual

Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan merupakan hasil

tahu seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu

materi ataupun objek. Penginderaan dapat terjadi melalui panca

indera, seperti indera: penglihatan, pendengaran, rasa, penciuman,

dan perabaan. Pengetahuan dapat memengaruhi tindakan seseorang.

SADARI adalah metode pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya benjolan dalam payudara wanita

[CITATION Yus13 \l 1033 ].

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan [CITATION Not10 \t \l 1033 ].

Seorang wanita dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara sendiri

setiap bulan atau setiap tiga bulan sekali ketika usia mulai 20 tahun

untuk mendeteksi sejak dini jika terdapat kelainan pada payudara dan

segera mendapatkan penanganan yang tepat [ CITATION ESe12 \l 1033 ].

Pengetahuan yang baik tentang kanker payudara akan membuat

seseorang berperilaku untuk melakukan deteksi dini kanker payudara

yang diperoleh dari interaksi sosial baik dalam kelompok maupun di

luar kelompok [CITATION Sob03 \l 1033 ].

32
33

Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut, maka dibuat

skema pola variabel sebagai berikut:

Tingkat pengetahuan
tentang Perilaku Perilaku Pemeriksaan
Pemeriksaan Payudara Payudara Sendiri
Sendiri (SADARI) (SADARI) sebagai upaya
deteksi dini kanker
payudara

Keterangan:

Variabel independen

Variabel dependen

Penghubung antar variabel

B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan yang signifikan antara Tingkat Pengetahuan tentang

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan Perilaku

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) sebagai Upaya Deteksi Dini

Kanker Payudara pada Mahasiswi Non-Kesehatan di STAI DDI

Jeneponto.
34

C. Variabel Penelitian

1. Variabel independen : tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan

payudara sendiri (SADARI)

2. Variabel dependen : perilaku pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI) sebagai upaya deteksi dini kanker payudara

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Tingkat pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri

(SADARI)

Sejauh mana pengetahuan mahasiswi non-kesehatan

tentang pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) perlu diukur

untuk mencari tahu bagaimana hubungannya dengan perilakunya

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) karena

pengetahuan kerap mempengaruhi bagaimana perilaku

seseorang. Metode SADARI kerap tidak dilakukan karena

kurangnya pengetahuan tentang pentingnya penerapan metode

SADARI sebagai upaya deteksi dini kanker payudara.

a. Kriteria objektif:

Jumlah pertanyaan
Median =
2

20
=
2

= 10

Maka,
35

Baik: jika total skor >10

Kurang: jika total skor ≤10

2. Perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)

Perilaku biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

satunya pengetahuan. Seseorang yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang pentingnya metode SADARI akan cenderung

menerapkan perilaku SADARI tersebut. Oleh karena itu setelah

mengukur tingkat pengetahuan, maka perlu juga dilakukan

pengukuran perilakunya.

a. Kriteria objektif:

Median =

Ju mlah pertanyaan× skor tertinggi− jumlah pertanyaan× skor terendah


2

14 × 4−14 ×1
=
2

56−14
=
2

42
=
2

= 21

Maka,

Melakukan: jika total skor >21

Tidak melakukan: jika total skor ≤21


36
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik korelatif yang

menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diteliti yaitu

hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku. Desain penelitian ini

menggunakan pendekatan cross sectional study yakni seluruh

variabel dalam penelitian ini diukur dan diamati pada saat yang sama.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua mahasiswi non-

kesehatan di STAI DDI Jeneponto.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi non-

kesehatan di STAI DDI Jeneponto. Responden dipilih dengan

teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel

diambil dengan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu. Adapun

kriteria-kriterianya sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

36
37

1) Bersedia menjadi responden

2) Responden yang bisa membaca dan menulis

3) Mahasiswi non-kesehatan yang juga berasal dari sekolah

menengah non-kesehatan

4) Mahasiswi berusia ≥20 tahun

b. Kriteria eksklusi:

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Mahasiswi non-kesehatan yang berasal dari sekolah

menengah jurusan kesehatan

3) Mahasiswi berusia <20 tahun

C. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Menurut Notoatmodjo (2014) pengetahuan merupakan hasil tahu

seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap suatu materi

ataupun objek. Penginderaan dapat terjadi melalui panca indera,

seperti indera: penglihatan, pendengaran, rasa, penciuman, dan

perabaan. SADARI dapat dilakukan dengan posisi tegak dengan

berdiri menghadap ke arah cermin atau posisi berbaring dengan satu

tangan diletakkan di bawah kepala, lalu dilakukan pengamatan dan

perabaan pada payudara secara sistematis, sehingga akan lebih

mudah apabila ditemukan adanya suatu benjolan pada payudara

[ CITATION Dal14 \l 1033 ].


38

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan [CITATION Not10 \t \l 1033 ].

Pengetahuan yang baik tentang kanker payudara akan membuat

seseorang berperilaku untuk melakukan deteksi dini kanker payudara

yang diperoleh dari interaksi sosial baik dalam kelompok maupun di

luar kelompok [CITATION Sob03 \l 1033 ].

Adapun penentuan skor penilaian untuk setiap responden adalah

sebagai berikut:

1. Skor penilaian tingkat pengetahuan

Jawaban Favourable Unfavourable


Benar 1 0
Salah 0 1

2. Skor penilaian perilaku

Tidak
Skala Selalu Sering Kadang
Pernah
Positif (+) 4 3 2 1
Negatif (-) 1 2 3 4

D. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan

dalam pengumpulan data pada sebuah penelitian. Instrumen

penelitian dapat berupa kuesioner atau daftar pertanyaan/pernyataan,

formulir observasi, atau formulir-formulir lain yang berkaitan dengan

pencatatan data penelitian [ CITATION Mas18 \l 1033 ].


39

Pada penelitian ini instrumen yang akan digunakan adalah 2

macam kuesioner, yaitu kuesioner tingkat pengetahuan tentang

SADARI dan kuesioner tentang perilaku SADARI yang sebelumnya

telah digunakan pada penelitian terkait Hubungan Tingkat

Pengetahuan tentang SADARI dengan Perilaku SADARI sebagai

Deteksi Dini Kanker Payudara pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK

UNS. Kuesioner pengukuran tingkat pengetahuan akan digunakan

skala guttman (dengan kategori pilihan jawaban “benar” dan “salah”),

sedangkan kuesioner untuk mengetahui perilaku SADARI akan

digunakan skala likert (dengan kategori pilihan jawaban “selalu”,

“sering”, “jarang” dan “tidak pernah”). Jumlah pertanyaan pada

kuesioner pengetahuan sebanyak 20 nomor soal, sedangkan pada

kuesioner perilaku sebanyak 14 nomor soal.

Sebuah kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika memiliki

nilai 𝔞 minimal 0,6. Pada kuesioner ini telah dilakukan uji reliabilitas

oleh Angesti Nugraheni (2011) didapatkan nilai Cronbach’s alpha

0,949 (>0,6) untuk pertanyaan mengenai pengetahuan tentang

SADARI, sedangkan untuk pertanyaan mengenai perilaku SADARI

didapatkan nilai 0,901 (>0,6) sehingga kuesioner dapat dikatakan

reliabel [CITATION Ang10 \l 1033 ].

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat
40

Penelitian ini akan dilaksanakan di STAI DDI Jeneponto.

b. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan sekitar bulan April – Juni 2021.

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari sumber

utama, individu, atau perseorangan. Biasanya data primer

didapatkan melalui angket, wawancara, jajak pendapat, dan lain-

lain [ CITATION Moh14 \l 1033 ]. Data primer dalam penelitian ini di

antaranya tingkat pengetahuan tentang SADARI dan perilaku

SADARI. Data primer tersebut akan dikumpulkan melalui

kuesioner.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak

langsung baik dari buku, literatur, arsip, dan dokumen-dokumen

yang dimiliki oleh instansi bersangkutan atau media lain. Data

sekunder digunakan untuk memberikan gambaran tambahan,

pelengkap, atau diproses lebih lanjut [ CITATION Moh14 \l 1033 ]. Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan

Sulawesi Selatan melalui berita yang diakses peneliti mengenai

kasus kanker payudara pada tahun 2019 di Sulawesi Selatan.


41

G. Pengolahan Data

Menurut Masturoh dan Anggita (2018), pengolahan data

merupakan suatu cara atau proses memperoleh data. Pengolahan

data ini upaya mengubah data yang telah dikumpulkan menjadi

informasi yang dibutuhkan. Prosedur pengolahan data yang dilakukan

sebagai berikut:

a. Editing

Peneliti akan melakukan proses editing atau penyuntingan data

yaitu tahap pengisian kuesioner yang telah terkumpul dicek

kelengkapan data dan jawabannya. Apabila didapatkan

ketidaklengkapan jawaban, maka peneliti akan melakukan

pengambilan data ulang.

b. Coding

Setelah dilakukan proses editing atau penyuntingan data, maka

tahap selanjutnya yaitu pengkodean atau coding, yaitu proses

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi sebuah kode

berupa angka atau bilangan. Setiap kategori jawaban atau data

yang berbeda diberi kode yang berbeda pula.

c. Entry Data

Data yang telah dilakukan pengkodean atau proses coding,

selanjutnya akan dilakukan entry data atau proses memasukkan

data ke dalam software atau program pengolahan data di

komputer oleh peneliti, seperti Ms. Excel atau Statistical Package


42

for Social Sciences (SPSS). Pada proses ini, peneliti memasukkan

data berupa data khusus seperti pengetahuan kanker payudara

dan perilaku deteksi dini, serta data umum berupa jeniskelamin,

umur, pendidikan, pekerjaan responden satu-persatu ke dalam

program pengolahan data tersebut.

d. Scoring

Tahap berikutnya setelah memasukkan data yaitu pemberian skor

atau scoring. Skor ditentukan setelah setiap pertanyaan dan

jawaban responden dimasukkan. Peneliti akan memberikan skor

pada variabel bebas dan variabel terikat sesuai dengan

kategorinya masing-masing.

e. Tabulating

Data yang telah melalui proses editing sampai scoring, selanjutnya

dilakukan tabulasi data, yaitu memasukkan data-data tersebut ke

dalam sebuah tabel. Data-data pada penelitian ini yang akan

dimasukkan ke dalam tabel meliputi data umum berupa jenis

kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, serta data khusus yang

berupa tingkat pengetahuan kanker payudara dan perilaku deteksi

dini. Tabel yang disajikan berupa tabel frekuensi, tabel korelasi,

dan table silang.


43

H. Analisa Data

Data dianalisa melalui presentase dan perhitungan jumlah

dengan cara berikut:

1. Analisa univariat

Dilakukan dalam tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini

menghasilkan frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang

diteliti.

2. Analisa Bivariat

Dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan

dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variabel

tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan

yang dipakai adalah α = 0,05 dengan menggunakan rumus chi-

square.

( 0−E ) ❑2
x 2= ∑
E

Keterangan :

x2 : Nilai chi-square test

0: Nilai observasi

E: Nilai yang diharapkan

∑: Jumlah data

Penilaian:
44

1. Apabila X2 Hitung > X2 Tabel, maka H 0 ditolak atau H1

diterima, artinya ada hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

2. Apabila X2 Hitung ≤ X2 Tabel, maka H 0 diterima atau H1

ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat

rekomendasi dari institusinya dengan mengajukan permohonan izin

kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekankan

masalah etika yang meliputi:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila

subjek tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksakan

kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

3. Confidentiality (kerahasiaan)
45

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

peneliti.
DAFTAR PUSTAKA

Akmal, M. e. (2014). Ensiklopedi Kesehatan untuk Umum. Jogjakarta: Ar-


Ruzz Media.
American Cancer Society. (2015). Recommendations For Early Breast
Symptoms.(https://www.cancer.org/cancer/breast-
cancer/screening-tests-and-early-detection/american-cancer-
society-recommendations-for-the-early-detection-of-breast-
cancer.htmlOktober2020)
American Joint Committe on Cancer. (2013). AJJC Cancer Staging
Manual And The Future TNM Edisi 7.
(https://doi.org/10.1245/s10434-010-0985-Oktober 2020)
Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Bagnardi, V., Rota, M., Botteri, E., & et al. (2015). Alcohol consumption
and sitespecific cancer risk: a comprehensive dose-response
metaanalysis'. British Journal of Cancer, Nature Publishing Group,
vol. 112, no.3, pp. 580-593. doi: 10.1038/bjc.2014.579.
Baswedan, R. H., & Listiowati, E. (2014). Hubungan tingkat pengetahuan
tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan perilaku
SADARI pada mahasiswi non kesehatan di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Biomedika.
Briston, L. (2015). Prospective Evaluation of Risk Factors for Breast
Cancer.
Budiman dan Riyanto A. (2013). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan
Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Bustan, M. N. (2015). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta.
Curm, C. L., & S.C, C. R. (2013). The Breast, Basic Pathology.
Philadelphia: Elsevier: p 705-17.
dalam Berita Satu. (2018). Prevalensi Kanker Payudara di Indonesia.
Dalimartha, S. (2014). Kanker Payudara Deteksi Dini Kanker dan
Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya.
Department Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pemerintah Targetkan
80% Perempuan dapat Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker
Serviks.
(http://www.depkes.go.id/development/siteite/jkn/indekx.php/cid=13

45
46

100003&id=pemerintah-targetkan-80%-perempuan-dapat-deteksi-
dini-kanker-payudara-dan-kanker-serviks.htmlOktober2020)
Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan. (2019). Data Kasus Kanker Payudara
di Sulawesi Selatan. BaKTINews.
Djaali. (2016). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
GLOBOCAN. (2018). Estimated cancer incidence, mortality and
prevalence worldwide in 2018. International Agency for Research
on Cancer Internet. (https://www.iarc.fr/wp-
content/uploads/2018/09/pr263_E.pdfOktober 2020)
Husna, P. H. (2017). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) pada Mahasiswi Tingkat
I. Jurnal KEPERAWATAN GSH.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Panduan Nasional
Penanganan Kanker Payudara. Jakarta: Komite Nasional
Penanggulangan Kanker (KNPK).
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Enam Langkah SADARI Untuk
Deteksi Dini Kanker Payudara.
(http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/enam-langkah-sadari-
untuk-deteksi-dini-kanker-payudaraOktober2020)
Kementerian Kesehatan RI. (2019). Brosur Deteksi Dini.
(http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/BrosurDeteksiDini.pdf.Oktob
er2020)
Kresnawan, T. (2012). Mengatur Makanan Untuk Pencegahan dan Terapi
Kanker Payudara. (http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2012/05/MENGATUR-MAKANAN-KANKER-
PAYUDARA.pdfOktober2020)
Lanfranchi, A., & Brind J. (2011). Breast cancer: risk and prevention. 4th
ed. Breast Cancer Prevention Institute: p 6-14.
Masturoh, I., & Anggita T, N. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan (RMIK): Metodologi Penelitian Kesehatan.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Moghadam, G., & Moradi, M. (2012). Effect of Alcohol Consumption on
Human Health from the Perspective of Holy Qur'an and Modern
Medicine. Quran Medicine, 1 (3): 35-53.
Mulyani, & Nuryani. (2013). Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
47

Nani, D. (2013). Hubungan Umur Awal Menopause dan Status


Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker
Payudara. Jurnal Keperawatan Soedirman, 4 (3): 102-106.
National Breast Cancer Foundation. (2019). Breast Cancer Symptoms.
(https://www.nationalbreastcancer.org/breast-cancer-symptoms-
and-signsOktober2020)
National Breast Cancer Foundation. (2019). Clinical Breast Exam.
(https://www.nationalbreastcancer.org/clinical-breast-
examOktober2020)
National Breast Cancer Foundation. (2019). Early Detection.
(https://www/nationalbreastcancer.org/early-detection-of-breast-
cancerOktober2020)
Nazir, M. (2014). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nisman, W. (2011). Lima Menit Kenali Payudara. Yogyakarta: C.V Andi.
Notoatmodjo, S. (2013). Ilmu Perilaku Kesehatan 1st ed. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, A. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang SADARI
dengan Perilaku SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara
pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS. Karya Tulis Ilmiah.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Olfah, Y. (2013). Kanker Payudara dan SADARI. Jakarta: Nuha Medika.
Pulungan, R. M. (2012). Karakteristik Penderita Kanker Payudara Rawat
Inap di RS Haji Medan Tahun 2005-2009. Skripsi: FKM USU
Medan.
Pulungan, Sahara. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Antibiotika dan Penggunaannya di Kalangan Mahasiswa Non
Medis Universitas Sumatra Utara. Karya Tulis Ilmiah strata satu,
Universitas Sumatra Utara, Medan.
Sarwono, S. (2014). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
48

Setiati, E. (2012). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita: Kanker


Rahim, Kanker Indung Telur, Kanker Leher Rahim, Kanker Payudara.
Jakarta: Penerbit Andi.
Sobur, A. (2013). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
Suryaningsih, E., & Sukaca, B. (2013). Kanker Payudara: Kupas Tuntas
Kanker Payudara. Yogyakarta: Paradigma Indonesia.
Syamsu, Yusuf. (2012). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wawan, A., & Dewi Maria. (2012). Medical book: Teori dan Pengukuran
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Numed.
p.15.
WHO. (2018). Cancer. (http://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/cancer)
World Health Organization. (2018). Cancer burden rises to 18,1 million
new cases and 9,6 million cancer deaths in 2018.
(http://www.who.int/cancer/en/)

Anda mungkin juga menyukai