KEPERAWATAN MATERNITAS
(SHOCK HEMORAGIK DAN GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH PADA MASA
KEHAMILAN)
(Dosen Pembimbing : NS. WIWIEK HIDAYATI JAYA S,Kep , M.Kes)
OLEH :
KELOMPOK 2
MELISA
MUNAWARAH
NURUL MUTMAINNAH
NURHIKMA
NURIMANI LETHULUR
NEVI INDRIYANI
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shock
B. Patofisiologi Sindroma Shock
C. Definisi Shock Himoragik
D. Sirkulasi Shock Himoragik
E. Pembagian Shock Himoragik
F. Penanganan Shock Hemoragik
G. Gangguan Pembekuan Darah Pada Kehamilan
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Kritik dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital. Kedaruratan dalam pelayanan obsetetri dan
ginekologi yang bisa berakibat fatal merupakan salah satu kedaruratan yang tidak
jarang terjadi. Jika diingat akan semua penyebab utama kematian dalam obstetric, yaitu
perdarahan, infeksi, gestosis, komplikasi atau pengaruh sampingan anastesia pasca
bedah, dan kegagalan jantung, maka semua keadaan patologis ini terlebih dahulu
diawali oleh syok yang jika tidak terkendali dengan cepat akan berlanjut ke dalam
stadium yang membahayakan jiwa. Oleh karena itu, sangatlah penting mendalami
sindroma syok agar mampu mengantisipasi lebih awal segala sesuatunya daripada
mencoba mengatasinya setelah semuanya terlambat. Kata kunci dalam upaya mencegah
kematian akibt syok tak lain adalah pencegahan, antisipasi, deteksi dini dan ketepatan
serta kecepatan dalam mengambil tindakan.
Diagnosis syok dapat terjadi tanda dan gejala sebagai berikut : nadi cepat dan
lemah (110 kali/menit atau lebih), tekanan darah yang rendah (sistolik kurang dari 90
mmHg), pucat, keringat atau kulit terasa dingin dan lembab, pernapasan yang cepat (30
kali/menit atau lebih), gelisah, bingung, atau hilangnya kesadaran, urin yang sedikit
(kurang dari 30 ml/jam).
Prinsip dasar penanganan syok bertujuan untuk melakukan penanganan awal
dan khusus dimana dapat menstabilkan kondisi pasien, memperbaiki volume cairan
sirkulasi darah, mengefisiensikan system sirkulasi darah dan tentukan penyebab syok.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Shock?
2. Bagaimana Patofisiologi Sindroma Shock?
3. Apa Yang Dimaksud Dengan Shock Himoragik?
4. Bagamana Sirkulasi Shock Himoragik?
5. Bagaimana Pembagian Shock Himoragik ?
6. Bagaimana Penanganan Shock Hemoragik?
7. Bagaimana Gangguan Pembekuan Darah Pada Kehamilan?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa Yang Dimaksud Shock
2. Untuk mengetahui Bagaimana Patofisiologi Sindroma Shock
3. Untuk mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Shock Himoragik
4. Untuk mengetahui Bagamana Sirkulasi Shock Himoragik
5. Untuk mengetahui Bagaimana Pembagian Shock Himoragik
6. Untuk mengetahui Bagaimana Penanganan Shock Hemoragik
7. Untuk mengetahui Bagaimana Gangguan Pembekuan Darah Pada Kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN SHOCK
Shock atau syok (rejatan) adalah kolaps akibat kegagalan sirkualisi perifer yang
akut dan biasanya terjai akibat trauma atau perdarahan hebat. Penyebab utama syok
adalah hemoragia antepartum dan postpartum.
Tanda-Tanda Syok
Syok Awal Syok Lanjut
Terbagun, sadar, cemas Bingung atau tidak sadar
Denyut nadi agak cepat (110 Denyut nadi cepat dan lemah
permenit atau lebih)
Pernapasa sedikit lebih cepat (30 Napas pendek dan napas cepat
tarikan napas permenit atau lebih)
Pucat Pucat dan dingin
Tekanan darah rendah-ringan Tekanan darah sangat rendah
(sistolik kurang dari 90 mmHg)
Pengeluaran urine 30 cc perjam Pengeluaran urine kurang dari 30 cc perjam
atau lebih
1. Pengertian
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan
yang terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu,
sehingga darah tetap mengalir.
2. Etiologi
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet
biasanya tidak menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada
kontraksi uterus untuk mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan
plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam hingga
beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini dapat menyebabkan
perdarahan post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi dari sebab lain,
terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.
Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau
sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet
dapat saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit
sebelumnya, walaupun sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang
berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang
didapat biasanya yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang
berhubungan dengan solusio plasenta, sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban
dan sepsis. Kadar fibrinogen meningkat pada saat hamil, sehingga kadar fibrinogen
pada kisaran normal seperti pada wanita yang tidak hamil harus mendapat perhatian.
Selain itu, koagulopati dilusional dapat terjadi setelah perdarahan post partum masif
yang mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya
disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata
(Disseminated Intravaskular Coagulation)
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi
jaringan, yang menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada
kasus ini terdapat peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang tajam,
serta pemanjangan waktu trombin (thrombin time).
3. Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya
substansi – substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke
dalam sirkulasi darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah itu
mulailah serangkaian reaksi berantai yang mengaktifkan mekanisme pembekuan
darah, pembentukan dan pengendapan fibrin dan, sebagai konsekuensinya, aktivasi
sistem fibrinolitik yang normalnya sebagai proteksi. Gangguan patofisiologi yang
kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang muncul sebagai diathesis
perdarahan klinis dengan berubah – ubahnya hasil rangkaian tes pembekuan darah
sehingga membingungkan.
5. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC
(Koagulasi Intravaskuler Diseminata) :
1. Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus
septic
2. Syok berat
3. Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus. (Schward, 2000)
6. Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil
saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana
yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses
persalinan, semua kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi
persalinan, slah satunya adalah perdarahan pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal
tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi
setiap penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan
persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.
2) Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak beras, hamil
kembar, hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan
resiko tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3) Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4) Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5) Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun
6) Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008)
7. Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau
dari serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran
fungsi pemebekuan darah secara progresif.
8. Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya
perdarahan post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari
terjadinya perdarahan post partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty
liver pada kehamilan, IUFD, emboli air ketuban dan septikemia. Ambil langkah
spesifik untuk menangani penyebab yang mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati
dilusional. Restorasi dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk
darah bersifat sangat esensial. Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi
masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada
pasien dengan trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit
dengan cepat. Satu unit trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar
5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-
gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung trombosit di bawah 20.000/mm3.
transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000 – 50.000/mm3, jika
direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif atau diperkirakan diperlukan
suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan karena masa paruh
trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V,
VII, IX, X dan fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak
diperlukan adanya kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi
dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan koagulopati, dan belum terdapat
pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukan harus dipakai secara
empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan
fibrinogen, dipakai dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan
penyakit von Willebrand. Kuantitas faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk
terjadinya suatu pembekuan, serta bervariasi menurut keadaan klinis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Shock hemoragic adalah syok yang terjadi akibat perdarahan dalam jumlah yang
besar (500 ml). disebabkan oleh perdarahan postpartum, perdarahan karena abortus,
kehamilan ektopik terganggu, plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri dan
perlukaan jalan lahir. Syok hemoragi reversibel dibagi dalam 2 stadium :
Syok reversibel dini (early reversible shock), yang dapat dikompensasikan
Syok reversibel lanjut (late reversible shock), yang dalam keadaan dekompensasi.
Syok hemoragi dalam obsetri dapat dijumpai pada :
Antepartum : plasenta previa, solusio plasenta.
Intrapartum : ruptura uteri
Postpartum : perdarahan postpartum, luka-luka jalan lahir.
Penanganannya adalah dengan menghilangkan penyebab dan mengganti segera
darah yang hilang.
Gangguan pada faktor pembekuan darah (trombosit) adalah Pendarahan yang
terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan darah sang ibu, sehingga darah
tetap mengalir.
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau
dari serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi
pemebekuan darah secara progresif.
DAFTAR PUSTAKA