2
KATA PENGANTAR
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Eka Santi, Ns.,
M.Kep. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak II. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan.
Kelompok 7
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................2
KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Tujuan Makalah..............................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN TEORI DAN KONSEP PENYAKIT......................................7
2.1 Defini..............................................................................................................7
2.2 Manifestasi Klinis...........................................................................................7
2.3 Klasifikasi.......................................................................................................8
2.4 Patofisiologi..................................................................................................10
2.5 Pemeriksaan Penunjang................................................................................11
2.6 Penatalaksanaan............................................................................................11
BAB 3 PATHWAY (WOC)..................................................................................13
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................14
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................29
5.1 Kesimpulan...................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit Thalasemia terbagi menjadi dua jenis yaitu thalasemia minor dan
thalasemia mayor. Perbedaan diantara keduanya adalah penderita thalasemia
minor dapat hidup normal dan tidak memerlukan perawatan dan pengobatan
khusus. Namun penderita thalasemia minor dapat menurunkan penyakit
thalasemia kepada anak-anaknya. Sedangkan penderita thalasemia mayor
memerlukan perawatan dan pengobatan khusus. Dikarenakan thalasemia mayor
merupakan kelainan darah yang cukup berat. Penderita thalasemia mayor tidak
mampu memproduksi sel darah merah yang cukup dan kemungkinan besar harus
menjalani transfusi darah seumur hidupnya (Nadesul, 2006: 23).
Indonesia menjadi salah satu Negara yang berisiko tinggi untuk penyakit
thalasemia. Di tahun 2009 penderita thalasemia mencapai 4000 jiwa hingga pada
tahun 2014 penderita thalasemia mencapai 6000 jiwa. Peningkatan tiap tahunnya
mencapai 5-10 persen. Banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal
penyakit kelainan darah tersebut karena penyakit thalasemia memang tidak
sepopuler HIV/AIDS, namun bagi pengidap penyakit ini juga sama berbahayanya
hingga mangakibatkan kematian (Beritasatu, 2011).
Menurut POPTI Kota Bandung tahun 2015 perubahan fisik akibat dari
thalasemia berpotensi mengganggu hubungan interaksi anak dengan orang lain.
5
Bagi orang tua anak penyandang thalasemia yang masih awam dengan penyakit
ini, mereka akan cenderung mengunci anaknya di rumah. karena menyadari
adanya kelainan fisik pada anak dan khawatir keluarga mendapatkan cemoohan
dan ejekan dari masyarakat tempat mereka tinggal. Bagi anak sendiri, disaat
menyadari bahwa secara fisik ia berbeda dengan anak pada umumnya, ia akan
merasa rendah diri dan mulai menarik diri. Bahkan di beberapa kasus, banyak
anak penyandang thalassemia yang dikucilkan oleh teman-temannya karena
secara fisik ia berbeda dari mereka dan akibat lebih jauh dari dikucilkan tersebut
adalah anak berhenti bersekolah sebelum waktunya (Regar, J, 2009).
Hal ini akan menimbulkan stressor bagi keluarga yang memiliki anak
dengan thalasemia, keluarga memiliki fungsi sebagai pemeliharaan kesehatan,
memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama
sama merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan akan mempengaruhi tingkat kesehatan keluarga
dan individu, tingkat pengetahuan keluarga terkait konsep sehat sakit akan
mempengaruhi prilaku keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
(Harmoko, 2012).
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI DAN KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Talasemia adalah sekelompok penyakit/kelainan herediter yang heterogen
disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan
sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-
indeks eritrosit. Hemoglobin terdapat dalam sel darah merah. Hemoglobin terdiri
dari dua gugus molekul yaitu heme dan globin. Heme adalah pirol yang memiliki
poros atom Fe, sedangkan globin diatur oleh dua varian molekul yang menyusun
satu molekul Hb yaitu α dan ß. Ketiga molekul ini memiliki variasi yang sangat
kecil, namun memiliki sifat yang sangat berbeda. Jika salah satu rantai tidak
terbentuk pada waktunya maka terjadilah talasemia (Regar, 2009).
7
darah setiap dua sampai empat mingguDaftar pustaka (Rejeki, Nurhayati,
Supriyanto, dan Kartikasari, 2012)
2.3 Klasifikasi
Secara molekuler talasemia dibedakan atas (Regar, 2009):
a. Talasemia-α
Talasemia-α Talasemia-α pertama kali di laporkan di Amerika Serikat
dan Yunani tahun 1955 dan dikenal sebagai penyakit hemoglobin H.
8
Terdapat dua globin α yang berhubungan erat dalam kromosom 16.
Dengan demikian terdapat empat gen globin α per selnya. Talasemia-α di
tandai dengan penurunan sintesis rantai α globin karena delesi salah satu
sampai keempat gen α globin yang seharusnya ada.
Kelainan genetik pada talasemia-α Talasemia α dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
9
c. Talasemia-δ dan -γ
Kelainan ini disebabkan oleh delesi gen δ atau gen γ. Mekanisme
terjadinya diperkirakan karena persilangan yang tidak seimbang.
Talasemia-δ dan γ tidak menimbulkan gejala-gejala klinis (asimtomatik)
sehingga sulit dikenal. Talasemia-δ ditandai dengan ketidakadaan Hb A2
(homozigot) atau kadar Hb A2 yang lebih rendah dari normal
(heterozigot). Talasemia-γ ditandai dengan delesi gen G-γ disertai adanya
gen gabungan G-γ/A-γ. Gejala satu-satunya adalah kadar Hb F yang lebih
rendah pada darah tali pusat (cord blood). Pada penderita dewasa hanya
dijumpai Hb F (tanpa Hb A dan Hb A2) dalam kadar yang lebih rendah
dibanding dengan penderita Thal-F.
2.4 Patofisiologi
Mutasi pada β-Thalassemia meliputi delesi gen globin, mutasi daerah
promotor, penghentian mutasi dan mutasi lainnya. Terdapat relatif sedikit mutasi
pada α-Thalassemia. Penyebab utama adalah terdapatnya ketidakseimbangan
rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi thalassemia mengganggu pematangan
sel darah merah, sehingga tidak efektifnya eritropoiesis akibat hiperaktif sumsum
tulang, terdapat pula sedikit retikulosit dan anemia berat. Pada β-Thalassemia
terdapat kelebihan rantai globin α- yang relatif terhadap β- dan γ-globin;
tetramers-globin α (α4) terbentuk, dan ini berinteraksi dengan membrane eritrosit
sehingga memperpendek hidup eritrosit, yang mengarah ke anemia dan
meningkatkan produksi erythroid. Rantai globin γ- diproduksi dalam jumlah yang
normal, sehingga menyebabkan peningkatan Hb F (γ2 α2). Rantai δ-globin juga
diproduksi dalam jumlah normal, Hb A2 meningkat (α2 δ2) di β-Thalassemia.
Pada α-Thalassemia terdapat sedikit globin rantai α dan β dan berlebihan dan
rantai γ-globin. Kelebihan rantai ini membentuk Hb Bart (γ4) dalam kehidupan
janin dan Hb H (β4) setelah lahir. Tetramers abnormal ini tidak mematikan tetapi
mengakibatkan hemolysis ekstravaskular (Regar, J. 2009).
10
2.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi lengkap (CBC)
Hb,
nilai eritrosit rerata seperti MCV, MCH, MCHC, dan RDW
b. Gambaran darah tepi
Badan inklusi HbH
c. Analisis hemoglobin
pemeriksaan elektroforesis Hb, kadar HbA2, HbF
d. Pemeriksaan cadangan besi tubuh berupa pemeriksaan feritin atau
serum iron (SI) / total iron binding capacity (TIBC)
2.6 Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Bedah
11
Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfuse darah
melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun
Suportif
12
BAB 3
PATHWAY (WOC)
13
BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Asal Keturunan
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia sendiri,
thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang paling banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut
telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 – 6 tahun.
14
5. Pola Makan
Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,
sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan usianya.
6. Pola aktivitas
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak banyak
tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal mudah merasa
lelah.
15
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai
bentuk khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah
mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua
mata lebar, dan tulang dahi terlihat lebar.
c. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
d. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
e. Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat
adanya pembesaran jantung yang disebabkan oleh anemia kronik
f. Perut
Kelihatan membuncit dan pada perabaan terdapat pembesaran
limpa dan hati (hepatosplemagali).
g. Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya dan BB nya kurang
dari normal.
Ukuran fisik anak terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan
anak-anak lain seusianya.
h. Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada usia pubertas
Ada keterlambatan kematangan seksual, misalnya, tidak
adanya pertumbuhan rambut pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan
mungkin anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena adanya
anemia kronik.
i. Kulit
Warna kulit pucat kekuning- kuningan. Jika anak telah sering
mendapat transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti
besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis)
16
Diagnosis yang muncul menurut NANDA 2018-2020 adalah:
B. Diagnosis keperawatan
17
terkait kontrol perawatan luka yang
infeksi dari jarang tepat.
menunjukkan 4. Tingkatkan intake
menjadi sering nutrisi yang tepat.
menunjukkan. 5. Dorong intake cairan
2. Mengidentifikasi yang sesuai.
faktor risiko Infeksi
dari tidak pernah
menunjukkan
menjadi kadang-
kadang m
nunjukkan.
3. Mengenali faktor
risiko individu
terkait infeksi dari
jarang
menunjukkan
menjafi kadang-
kadang
menunjukkan.
4. Mengetahui
konsekuensi terkait
infeksi dari jarang
menunjukkan
menjadi sering
menunjukkan.
5. Mengidentifikasi
tanda dan gejala
infeksi dari jarang
menunjukkan
menjadi sering
18
menunjukkan.
2. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan: Manajemen Sensasi
Perpusi jaringan Perifer (0407) Perifer (2660)
ferifer (00204)
Definisi: Definisi:
Kecukupan aliran darah Mencegah atau
melalui pembuluh kecil meminimalisir cidera dan
di ujung kaki dan ketidaknyamanan pada
tangan untuk pasien yang Mengalami
mempertahankan fungsi gangguan
jaringan. ketidaknyamanan.
19
dapat berkurang permukaan suatu
dari deviasi berat benda.
menjadi tidak adda 4. Instruksikan pasien
deviasi dari kisaran dan keluarga untuk
normal. memeriksa adanya
4. Kekuatan denyut kerusakan kulit
nadi kerotis dapat setiap harinya.
berkurang dari 5. Monitor adanya
deviasi berat penekanan dari
menajdi tidak ada gelang, alat-alat
deviasi dari kisaran medis, sepatu dan
normal. baju.
5. Tekanan darah
dapat berkurang
dari deviasi berat
menajdi tidak ada
deviasi dari kisaran
normal.
3. Intoleran Aktifitas Status Nutrisi: Energi Terapi Aktivitas (4310)
(00092) (1007)
Definisi:
Definisi: Persepam terkait dengan
Sejauh mana nutrisi menggunakan bantuan
menyediakan energi aktivitas fisik, kognisi,
untuk sel. sosial dan spiritual untuk
meningkatkan frekuensi
Setelah diberikan dan durasi dari aktivitas
intervensi 2x24 jam kelompok.
diharapkan pasien:
1. Stamina pasien Aktivitas-aktivitas:
dapat ditingkatkan 1. Pertimbangkan
20
dari dari kemampuan klien
menyimpang dalam
menjadi sedikit berpartisipasi
menyimpang dati melalui aktivitas
rentang normal. kelompok.
2. Daya tahan pasien 2. Pertimbangkan
dapat ditingkatkan komitmen klien
dari banyak untuk
menyimpang meningkatkan
menjadi sedikit frekuensi dan jarak
menyimpang. aktivitas.
3. Bentuk tonus dapat 3. Dorong aktivitas
ditingkatkan dari kreatif yang tepat.
banyak 4. Bantu klien
menyimpang mengidentifikasi
menjadi sedikit aktivitas yang
menyimpang. diinginkan.
4. Penyembuhan 5. Bantu klien
jaringan dapat mengidentifikasi
ditingkatkan dari aktivitas yang
banyak bermakna.
menyimpang
menjadikan sedikit
menyimpang dari
rentang normal.
5. Resistensi infeksi
dapat ditingkatkan
dari banyak
menyimpang
menjadi sedikit
mneyinpang dari
21
rentang normal.
4. Risiko Pemulihan Terhadap Peningkatan
Keterlambatan Kekerasan: Emosi perkembangan: Anak
Perkembangan (2502) (8274)
(00112)
Definisi: Definisi:
Keberlanjutan Memfasilitasi atau
penyembuhan trauma mengajarkan kepada
psikologis akibat orang tua/caregiver untuk
kekerasan [yang memfasilitasi
dialami]. keterlambatan motorik
kasar, motorik halus,
Setelah diberikan bahasa, kognitif, sosial,
intervensi 2x24 jam emosional yang optimal
diharapkan pasien: untuk anak pra sekolah
1. Kepercayaan diri dan anak usia sekolah.
pasien dapat
bertambah dari Aktivitas-aktivitas:
terbatas menjadi 1. Bangun hubungan
besar. saling percaya
2. Harga diri pasien dengan anak.
dapat bertambah 2. Lakukan interaksi
dari terbatas personal dengan
menjadi besar. anak
3. Adek sesuai 3. Dampingi setiap
dengan situasi anak untuk
pasien dapat menyadari bahwa
ditingkatkan dari anak adalah pribadi
tidak ada menjadi penting.
sedang. 4. Bangun hubungan
4. Pengendalian saling percaya
22
rangsangan pasien dengan orang tua.
dapat bertambah 5. Bantu integrasi anak
dari terbatas dengan
menjadi besar. kelompoknya.
5. Interaksi sosial
psoitif pasien dapat
ditingkatkan dari
terbatas menjdi
besar.
5. Risiko Cidera Kontrol Risiko (1902) Manajemen
(00035) Lingkungan:
Definisi: Keselamatan (6586)
Tindakan individu
untuk mengerti, Definisi:
mencegah, Memonitor dan
mengeliminasi, atau memanipulasi lingkungan
mengurangi ancaman fisik untuk meningkatkan
kesehatan Yang telah kemampuan.
dimodifikasi.
Aktivitas-aktivitas:
Setelah diberikan 1. Identifikasi
intervensi 2x24 jam kebutuhan dan
diharapkan pasien: keamanan pasien
1. Mencari informasi berdasarkan fungsi
tentang faktor fisik dan kognitif
risiko kesehatan serta riwayat
dari jarang perilaku dimasa lalu.
menunjukkan 2. Singkirkan bahan
menjadi sering berbahaya dari
menunjukkan. lingkungan jika
2. Mengidentifikasi diperlukan.
23
faktor risiko dari 3. Modifikasi
tidak pernah lingkungan
menunjukkan meminimalkan
menjadi kadang- bahan berbahaya dan
kadang berisiko
menunjukkan. 4. Inisiasi dan lakukan
3. Mengenali faktor program skrining
risiko individu terhadap bahan yang
mulai dari jarang membahayakan
menunjukan lingkungan
menjadi sering (misalnya., Logam
menunjukkan. berat dan ladon).
4. Mengenali 5. Edukasi individu
kemampuan untuk dan kelompok yang
merubah perilaku berisiko tinggi
mulai jarang terhadap bahan
menunjukkan berbahaya yang ada
menjadi kadang- di lingkungan.
kadang
menunjukan.
5. Menjalankan
strategi kontrol
Risiko yang sudah
ditetapkan dari
tidak pernah
menunjukkan
menjadi kadang-
kadang
menunjukkan.
24
(1400)
Definisi:
Tindakan pribadi untuk Definisi:
mengontrol nyeri. Pengurangan atau reduksi
nyeri sampai pada tingkat
Setelah diberikan kenyamanan yang dapat
intervensi 2x24 jam diterima oleh pasien.
diharapkan pasien:
1. Mengenal kapan Aktivitas-aktivitas:
nyeri terjadi dari 1. Lakukan pengkajian
sering nyeri komprehensif
menunjukkan yang meliputi lokasi,
menjadi tidak karakteristik,
pernah onset/durasi,
menunjukkan. frekuensi, kualitas,
2. Menggambarkan intensitas atau
factor penyebab beratnya nyeri dan
dari sering faktor pencetus.
menunjukkan 2. Observasi adanya
menjadi tidak petunjuk nonverbal
menunjukkan. mengenai
3. Menggunakan ketidaknyamanan
tindakan terutama pada
pencegahan dari mereka yang tidak
sering dapat berkomunikasi
menunjukkan secara efektif.
menjadi tidak 3. Pastikan perawatan
pernah analgesik bagi
menunjukkan. pasien dilakukan
4. Menggunakan dengan pemantauan
sumber daya yang ketat.
25
tersedia dari sering 4. Gunakan strategi
menunjukkan komunikasi
menjadi tidak terapeutik untuk
pernah mengetahui
menunjukkan. pengalaman nyeri
5. Melaporkan nyeri dan smapiakna
yang terkontrol dari penerimaan pasien
sering terhadap nyeri.
menunjukkan 5. Gali pengetahuan
menjadi tidak dan kepercayaan
pernah pasien mengalami
menunjukkan. nyeri.
7. Risiko kerusakan Integritas Jaringan Pengecekan Kulit
Integritas Kulit :Kulit dan Membran (3590)
(00047) Mukosa (1101)
Definisi:
Definisi: Pengumpulan dan
Keutuhgan struktur dan analisis data pasien untuk
fungsi fisiologis kulit menjaga kulit dan
dan selaput lender integritas membrane
secara normal. mukosa.
26
dari sangat bengkak, pulsasi,
terganggu menjadi tekstur, edema, dan
tidak terganggu. ulserasi pada
3. Keringat berkurang ektremitas.
dari sangat 3. Periksa kondisi luka
terganggu menjadi operasi, dengan
tidak terganggu. tepat.
4. Perfusi jaringan 4. Monitor warna dan
berkurang dari suhu kuli.
sangat terganggu 5. Monitor infeksi,
menjadi tidak terutama dari daerah
terganggu. edema.
5. Integritas kulit
berkurang dari
sangat terganggu
menjadi tidak
terganggu.
8. Ketidakseimbanga Nafsu Makan (1014) Manajemen Nutrisi
n Nutrisi: Kurang (1100)
dari kebutuhan Definis:
tubuh (00002) Keinginan untuk makan Definisi:
Menyediakan dan
Setelah diberikan meningkatkan intake
intervensi 2x24 jam nutrisi yang seimbang.
diharapkan pasien:
1. Hasrat/keinginna Aktivitas-aktivitas:
untuk makan dapat 1. Tentukan status gizi
bertambah dari pasien dan
banyak terganggu kemampuan
menjadi sedikit [pasien] untuk
terganggu. memenuhi
27
2. Mencari makan kebutuhan gizi.
dapat ditingkatkan 2. Identifikasi [adanya]
dari banyak alergi atau
terganggu menjadi intoleransi makanan
sedikit terganggu. yang dimiliki pasien.
3. Merasakan 3. Tentukan apa yang
makanan dapat menjadi preferensi
ditingkatkan dari makanan bagi
banyak terganggu pasien.
menjadi sedikit 4. Tentukan jumlah
terganggu. kalori dan jenis
4. Intake nutrisi dapat nutrisi yang
ditingkatkan dari dibutuhkan untuk
sangat terganggu memenuhi
menjafi sedikit persyaratan gizi.
tergnaggu. 5. Monitor kalori dan
5. Rangsangan untuk asupan makanan.
makan dapat
ditingkatkan dari
banyak tergnaggu
menjadi sedikit
tergnaggu.
28
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Talasemia adalah sekelompok penyakit/kelainan herediter yang heterogen
disebabkan oleh adanya defek produksi hemoglobin normal, akibat kelainan
sintesis rantai globin dan biasanya disertai kelainan morfologi eritrosit dan indeks-
indeks eritrosit. Talasemia merupakan penyakit anemia hemalitik dimana terjadi
kerusakan sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Transfusi darah berulang dan peningkatan
absorpsi besi di usus sebagai akibat eritropoiesis yang tidak efektif pada penderita
thalassemia menyebabkan penimbunan besi. Gejala klinis penderita talasemia-β
meliputi anemia, jaundice, retardasi atau keterbelakangan pertumbuhan, kelainan
bentuk tulang terutama di wajah, pembesaran limpa, dan kerentanan terhadap
infeksi. Salah satu pengobatan yang dilakukan oleh penderita talasemia adalah
transfusi darah setiap dua sampai empat minggu. Penyebab utama adalah
terdapatnya ketidakseimbangan rantai globin. Pada sumsum tulang mutasi
thalassemia mengganggu pematangan sel darah merah, sehingga tidak efektifnya
eritropoiesis akibat hiperaktif sumsum tulang, terdapat pula sedikit retikulosit dan
anemia berat
29
DAFTAR PUSTAKA
Rejeki, D. S. S., Nurhayati, N., Supriyanto, S., & Kartikasari, E. (2012). Studi
epidemiologi deskriptif talasemia. Kesmas: Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (National Public Health Journal), 7(3), 139-144.
Tita menawati liansyah, heru noviat herdata. (2018). Aspek klinis dan tata laksana
thalassemia pada anak. Jurnal kedokteran N.Med Vol 1 No. 1 maret 2018.
Hadi Susanto, Diana Susanti. (2019). Korelasi Kadar Hba2 Dengan Indeks
Mentzer Pada Pasien Thalasemia Di Rs Hermina Depok. Anakes : Jurnal
Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 5 No. 1 ; Maret 2019 p-ISSN: 2088-5687 e-
ISSN: 2745-6099.
30