Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Microwave

Yasmin Azzahra Fadjar, 22030119140151

Abstrak
Microwave merupakan alat pemanas makanan yang menggunakan gelombang elektromagnetik.
Gelombang elektromagnetik pada microwave berada pada frekuensi sekitar 2450 MHz, yaitu λ = 12,24
cm. Microwave merupakan salah satu alternatif teknologi pengeringan dengan menggunakan
gelombang mikro. Mekanisme pengeringan gelombang mikro berbeda dengan pengeringan biasa, yaitu
melalui rotasi dipolar molekul air yang menimbulkan panas. Dengan mekanisme tersebut, pengeringan
gelombang mikro untuk bahan pertanian yang mengandung banyak air dapat berlangsung lebih cepat,
sehingga dapat menghemat waktu dan energi. Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan dari
metode teknologi microwave dengan bahan percobaan berupa pisang. Serta adanya faktor yang dapat
memengaruhi kualitas produk akhir, seperti waktu dan daya yang digunakan selama praktikum.

Kata kunci: microwave, pengeringan, prinsip, karakteristik, pisang

1 PENDAHULUAN

Pada saat ini kebutuhan alat pemanas sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, sebagai
contohnya paling banyak digunakan sebagai alat pemanas pada makanan. Microwave digunakan untuk
pemanasan pada produk makanan yang mulai terkenal di awal tahun 1990-an. Pemanasan pada
microwave tidak terjadi karena temperatur gradien tetapi dengan perambatan gelombang. Gelombang
pada microwave menggunakan gelombang mikro dan di arahkan ke ruang pemanas. Energi
elektromagnetik gelombang mikro juga telah digunakan secara luas dalam aplikasi pengolahan
makanan. Dimana waktu pemanasan yang cepat dan pemanasan volumetrik adalah merupakan
keuntungan dari pemanasan microwave. Namun, ketidak seragaman dari pemanasan adalah kelemahan
dari pemanasan microwave. Pemanasan yang tidak seragam dalam microwave tidak hanya
mempengaruhi keamanan pangan tetapi juga mempengaruhi kualitas makanan tersebut (1).

Ketidak seragaman pada proses pemanasan microwave disebabkan oleh adanya perbedaan
temperatur yang terjadi di dalam ruang pemanas dan produk makanan yang di panaskannya. Ketidak-
meratanya proses pemanasan berpengaruh terhadap kualitas makanan yang dipanaskan, sehingga
mengkaji dan menganalisis distribusi temperatur yang terjadi dalam microwave pada proses
pemanasan merupakan hal yang penting. Kajian ruang pemanas didalam microwave menggunakan
metode Computational Fluid Dinamic (CFD). Dimensi ruang pemanas yang akan dikaji memiliki
dimensi 35 x 20 x 30 cm (P x L x T) (1).

Ruang pemanas microwave dibagi menjadi 16 titik dengan maksud untuk mengetahui nilai
temperatur yang terdapat pada dasar ruang pemanas microwave tersebut. Perbedaan temperatur antara
data numerik dengan data percobaan disebabkan karena berbagai faktor kondisi, seperti adanya
Microwave

pengaruh terhadap temperatur lingkungan, terjadinya penurunan temperatur yang terjadi pada saat
pengambilan data percobaan dan lain-lainnya (1).

Pisang (Musa paradisiaca L.) adalah tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan merupakan
salah satu tanaman hortikultura yang banyak dikembangkan di Indonesia. Pisang adalah tumbuhan
yang termasuk dalam famili Musaceae yang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi di
Indonesia. Tanaman ini mudah tumbuh dimana-mana, karena pada kondisi tanpa air, pisang masih
dapat tumbuh karena air disuplai dari batangnya. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah
penghasil pisang. Buah pisang juga memiliki kandungan gizi yang tinggi per 100 gramnya, yaitu 121
kkal, 1 gram protein, 0,1 gram lemak, 28,9 gram karbohidrat, 0,4 gram serat, 1,1 gram abu, 9 mg
kalsium, 37 mg fosfor, 0,9 mg besi, 31 mg natrium, 529,4 mg kalium, 0,3 mg tembaga, 0,6 mg seng,
48 mg beta karoten, 0,13 mg thiamin, 0,06 mg riboflavin, dan 13 mg vitamin C (2). Nilai produksi
pisang yang cukup tinggi membuat buah pisang dipasarkan dalam area yang cukup luas. Namun,
perdagangan pisang tidak berjalan lancar dan terbatas pada daerah yang memiliki jarak yang dekat
dengan daerah produksi. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan daya tahan pisang yang rendah karena
kandungan airnya yang tinggi sehingga membuat pisang yang diperdagangkan sering membusuk (3).

Salah satu metode untuk mengolah produk hasil pertanian dapat dilakukan dengan berbagai cara
salah satunya adalah pengeringan. Pengeringan adalah salah satu cara pengawetan hasil pertanian yang
sudah lama dikenal. Cara ini merupakan suatu proses yang ditiru dari alam dan telah diperbaiki pada
pelaksanaannya. Tujuan proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air yang berlebihan,
mempertahankan mutu, menekan kerusakan akibat kegiatan jasad renik, dan memperpanjang masa
simpan (4).

Maka dari itu, pengamatan dalam praktikum pemanasan pisang dengan menggunakan
microwave kali ini dilakukan untuk mengetahui prinsip pengolahan, prosedur pengolahannya,
karakteristik produk olahan, serta karakteristik organoleptik.

2 BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan baku

Alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu pisau, talenan, piring kecil, dan microwave.
Adapun bahan yang digunakan, yaitu pisang kering atau keripik pisang dan pisang segar.

Bahan-bahan
Microwave

2.2 Prosedur pengolahan

Prosedur pemanasan pisang kering dan pisang segar menggunakan microwave, yaitu pertama-
tama menimbang pisang segar dan mencatat hasilnya. Hal yang sama dilakukan pada pisang kering,
pisang kering ditimbang dan dicatat hasilnya. Memanggang pisang dalam suhu rendah dengan power
atau daya 100 watt selama 4 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang kembali berat pisang segar
dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel pengamatan. Langkah selanjutnya
untuk perlakuan atau ketentuan yang berbeda, menimbang pisang segar dan mencatat hasilnya. Hal
yang sama dilakukan pada pisang kering, pisang kering ditimbang dan dicatat hasilnya. Memanggang
pisang dalam suhu tinggi dengan power atau daya 800 watt selama 4 menit. Setelah proses pemanasan,
menimbang kembali berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam
tabel pengamatan. Hal yang sama untuk perlakuan atau ketentuan berikutnya, panggang dalam suhu
rendah dengan power atau daya 100 watt selama 1 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang
kembali berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel
pengamatan. Ulangi metode pemanasan untuk perlakuan atau ketentuan selanjutnya, dalam suhu tinggi
dengan power atau daya 800 watt selama 1 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang kembali
berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel pengamatan.

2.3 Prosedur analisa

Prosedur analisis yang dilakukan pada proses pemanasan pisang dengan menggunakan
microwave, yaitu uji organoleptik pada pisang kering dan pisang segar sebelum dipanaskan di dalam
microwave dan setelah dipanaskan di dalam microwave. Hasil uji organoleptik yang terdiri dari
karakteristik aroma, warna, rasa, dan tekstur.

Uji organoleptik pisang kering dan pisang segar

3 HASIL DAN DISKUSI

3.1 Proses Pemanasan dengan Microwave

Menurut Saputra dan Ningrum, microwave adalah sebuah peralatan dapur yang menggunakan
radiasi gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan. Microwave bekerja dengan
melewatkan radiasi gelombang mikro pada molekul air, lemak, maupun gula yang sering terdapat pada
bahan makanan. Molekul-molekul ini akan menyerap energi elektromagnetik tersebut. Proses
penyerapan energi ini disebut sebagai pemanasan dielektrik (dielectric heating). Molekul-molekul pada
makanan bersifat elektrik dipol (electric dipoles), artinya molekul tersebut memiliki muatan negatif
pada satu sisi dan muatan positif pada sisi yang lain. Akibatnya, dengan kehadiran medan elektrik yang
berubah-ubah yang diinduksikan melalui gelombang mikro pada masing-masing sisi akan berputar
untuk saling mensejajarkan diri satu sama lain. Pergerakan molekul ini akan menciptakan panas seiring
dengan timbulnya gesekan antara molekul yang satu dengan molekul lainnya. Energi panas yang
Microwave

dihasilkan oleh peristiwa inilah yang berfungsi sebagai agen pemanasan bahan makanan di dalam
dapur microwave (5).
Menurut Maxwell sebuah medan magnetik yang berubah terhadap waktu bertindak sebagai
sumber medan listrik dan sebuah medan listrik yang berubah terhadap waktu dapat bertindak sebagai
sumber medan magnet. Medan listrik dan medan magnet ini dapat saling menopang membentuk sebuah
gelombang elektromagnetik yang merambat melalui ruang. Menurut Maxwell jika sebuah muatan
listrik bergerak dengan kecepatan tetap maka di sekitar garis lintasan akan timbul medan magnet dan
medan listrik. Medan listrik dan medan magnet bergerak tegak lurus tehadap arah perambatan dan
medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus satu dengan lainya dan bergerak ke satu arah maka
gelombang tersebut merupakan gerak tranfersal (6).
Prosedur pemanasan pisang kering dan pisang segar menggunakan microwave, yaitu pertama-
tama menimbang pisang segar dan mencatat hasilnya. Hal yang sama dilakukan pada pisang kering,
pisang kering ditimbang dan dicatat hasilnya. Memanggang pisang dalam suhu rendah dengan power
atau daya 100 watt selama 4 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang kembali berat pisang segar
dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel pengamatan. Langkah selanjutnya
untuk perlakuan atau ketentuan yang berbeda, menimbang pisang segar dan mencatat hasilnya. Hal
yang sama dilakukan pada pisang kering, pisang kering ditimbang dan dicatat hasilnya. Memanggang
pisang dalam suhu tinggi dengan power atau daya 800 watt selama 4 menit. Setelah proses pemanasan,
menimbang kembali berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam
tabel pengamatan. Hal yang sama untuk perlakuan atau ketentuan berikutnya, panggang dalam suhu
rendah dengan power atau daya 100 watt selama 1 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang
kembali berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel
pengamatan. Ulangi metode pemanasan untuk perlakuan atau ketentuan selanjutnya, dalam suhu tinggi
dengan power atau daya 800 watt selama 1 menit. Setelah proses pemanasan, menimbang kembali
berat pisang segar dan berat pisang kering, kemudian mencatat hasilnya ke dalam tabel pengamatan.

3.2 Prinsip Pemanasan Microwave

Menurut Rasyid dkk, prinsip pemanasan microwave yaitu menggunakan gelombang radio untuk
memanaskan material dielektrik. Material dielektrik yang dimaksud adalah air, lemak dan gula (7).
Magnetron menggunakan arus ini untuk menghasilkan gelombang mikro dengan frekuensi 2,45 GHz.
Gelombang mikro diarahkan oleh sebuah antenna pada bagian atas magnetron ke dalam sebuah
waveguide. Waveguide meneruskan gelombang mikro ke sebuah alat yang menyerupai kipas, disebut
dengan stirrer. Stirrer menyebarkan gelombang mikro di dalam ruang microwave. Gelombang mikro
ini kemudian dipantulkan oleh dinding dalam microwave dan diserap oleh molekul – molekul
makanan. Karena setiap gelombang mempunyai sebuah komponen positif dan negatif, molekul -
molekul makanan didesak ke depan dan ke belakang selama 2 kali kecepatan frekuensi gelombang
mikro, yaitu 4,9 juta kali dalam setiap detik. Gelombang mikro merupakan hasil radiasi yang dapat
ditransmisikan, dipantulkan, atau diserap tergantung dari bahan yang berinteraksi dengannya.
Microvawe memanfaatkan 3 sifat dari gelombang mikro tersebut dalam proses memasak. Gelombang
mikro dihasilkan oleh magnetron, gelombang tersebut ditransmisikan ke dalam waveguide, lalu
gelombang tersebut dipantulkan ke dalam fan stirrer dan dinding dari ruangan didalam oven, dan
kemudian gelombang tersebut diserap oleh makanan.
Microwave dapat membuat air berputar, putaran molekul air akan mendorong terjadinya tabrakan
antar molekul. Tabrakan antar molekul inilah yang akan membuat molekul-molekul tersebut memanas.
Perlu diingat bahwa sebagian besar makanan memiliki kadar air didalamnya dan jika makanan tersebut
memiliki kadar air berarti efek yang sama akan terjadi jika makanan tersebut dimasukan dalam
Microwave

microwave. Selain itu harus dingat juga bahwa molekul makanan yang lain akan menjadi panas karena
ada kontak langsung antara molekul tersebut dengan molekul air yang memanas. Melalui perpindahan
energi, panas disebabkan oleh pergerakan molekulmolekul.
Perpindahan energi ini dapat terjadi dengan 3 cara berbeda, yaitu konduksi, konduksi terjadi
karena adanya kontak langsung dengan sumber panas, contoh papan pengorengan yang menjadi panas
setelah bersentuhan dengan sumber api pada kompor. Konveksi, konveksi terjadi ketika uap panas naik
atau uap berputar di dalam ruangan tertutup seperti oven. Panas uap ini akan memanaskan bagian luar
makanan dan diteruskan sampai bagian dalam makanan tersebut. Dan yang terakhir, yaitu radiasi,
radiasi terjadi karena adanya gelombang elektromagnetik yang membuat molekul-molekul air
bergerak.

3.3 Fungsi Pemanasan dengan Microwave

Menurut Nuri, energi gelombang mikro dapat memperlemah ikatan antara molekul hidrokarbon
dengan molekul air sehingga dengan pancaran gelombang mikro yang sesuai dapat menyebabkan
ikatan molekul hidrokarbon dengan molekul air menjadi pecah selanjutnya hidrokarbon akan terpisah
dengan air dalam waktu 4 sampai 12 jam. Air merupakan molekul polar sehingga muatan pada kutub-
kutubnya akan tarik menarik dengan medan listrik yang bermuatan berlawan jenis pada gelombang
elektro magnetik. Gelombang elektro magnetik dari alat pemasak mikro bergerak berotasi
menyebabkan molekul air ikut berputar. Satu putaran memakan waktu satu periode panjang
gelombang. Oven gelombang mikro memancarkan gelombang mikro biasanya pada frekuensi 2,450
MHz dengan panjang gelombang 12,24 cm, dengan demikian gelombang mikro setiap satu detik
berotasi sebanyak 2.450 ribu kali. Putaran sebanyak itu menyebabkan molekul air berputar sebanyak
2.450 ribu kali. Molekul minyak atau molekul bukan jenis polar tidak ikut berputar. Molekul air
berputar sangat cepat sedangkan molekul minyak diam akibatnya ikatan molekul air - minyak pecah
dan gesekan antara air dengan minyak menimbulkan friksi sehingga timbul panas, panas tersebut
membantu demulsifikasi. Demulsifikasi menggunakan gelombang mikro pemisahanya tergantung
pada frequensi dan kekuatan atau daya gelombang mikro (6).
Menurut Nuri, semakin besar daya listrik yang diberikan pada microwave, pemecahan emulsi
semakin cepat. Besarnya tingkat pemecahan emulsi ini disebabkan oleh daya listrik. Daya listrik yang
semakin besar mengakibatkan daya putar gelombang elektro magnetik berdiri semakin kuat. Air dan
garam yang merupakan senyawa polar akan ikut berputar jika mendapat pancaran gelombang elektro
magnetik berdiri sedangkan minyak tidak berputar oleh sebab itu emulsi yang diputar dengan kekuatan
putar yang lebik kuat akan lebih cepat pecah. Kekuatan putar gelombang elektromagnetik disebabkan
oleh daya listrik yang lebih besar. Di samping itu dengan daya putar yang semakin kuat tersebut akan
lebih cepat timbul panas, panas akan membantu pemecahan emulsi (6).

3.4 Karakteristik Organoleptik

Karakteristik pertama yaitu warna. Perubahan warna buah efektif untuk memvisualisasikan
penampilan suatu produk makanan. Suhu, waktu penyimpanan, perlakuan kimia, dan interaksi diantara
faktor-faktor itu memberikan efek yang cukup signifikan dalam proses perubahan warna buah menjadi
cokelat. Reaksi pencokelatan non-enzimatik terjadi selama proses perubahan warna buah menjadi
cokelat, mekanisme yang menyebabkan hal ini terjadi berhubungan dengan perubahan dalam
pengurangan molekul gula dan asam amino (8). Warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh suhu dan lama
pengeringan, semakin tinggi suhu dan lama pengeringan yang digunakan maka akan semakin coklat
warna yang dihasilkan. Perubahan warna disebabkan oleh terjadinya reaksi Maillad karena adanya
Microwave

pemanasan yang menyebabkan terjadinya reaksi antara gula reduksi dan dan asam amino yang
menghasilkan warna coklat (9).
Lalu ada karakteristik tekstur, tekstur didefinisikan sebagai sifat bahan makanan yang dideteksi
oleh mata, kulit dan otot-otot mulut (10). Tekstur sangat dipengaruhi oleh lama waktu pengeringan dan
suhu yang digunakan saat pengeringan. Hasil dari penelitian Astutik tentang pengaruh suhu dan lama
pengeringan terhadap mutu diperoleh data bahwa pada suhu 65°C dengan lama pengeringan 19 jam
dihasilkan kadar air yang rendah dan tekstur yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan pada
suhu 55°C dengan lama pengeringan 19 jam dimana dihasilkan kadar air cukup tinggi sehingga tekstur
yang dihasilkan sangat lunak. Sedangkan pada perlakuan suhu 75°C dengan lama pengeringan yang
sama tekstur yang sangat keras (3). Selain itu, menurut Nuri, semakin besar daya listrik yang diberikan
pada microwave, pemecahan emulsi semakin cepat. Besarnya tingkat pemecahan emulsi ini disebabkan
oleh daya listrik. Daya listrik yang semakin besar mengakibatkan daya putar gelombang elektro
magnetik berdiri semakin kuat. Air dan garam yang merupakan senyawa polar akan ikut berputar jika
mendapat pancaran gelombang elektro magnetik berdiri oleh sebab itu emulsi yang diputar dengan
kekuatan putar yang lebih kuat akan lebih cepat pecah. Kekuatan putar gelombang elektromagnetik
disebabkan oleh daya listrik yang lebih besar. Di samping itu dengan daya putar yang semakin kuat
tersebut akan lebih cepat timbul panas, panas akan membantu pemecahan emulsi (6).
Kemudian karakteristik aroma, aroma sangat dipengaruhi oleh lama pengeringan dan suhu dalam
pengeringan tersebut. Karena adanya pemanasan, protein dalam bahan makanan akan mengalami
perubahan dan membentuk persenyawaan dengan bahan lain, misalnya antara asam amino hasil
peruraian protein dengan gula reduksi yang membentuk senyawa dengan rasa dan aroma makanan.
Sedangkan pada proses pemanasan tambahan yang lebih tinggi terjadi fenomena case hardening
sehingga aroma pisang kurang keluar (3).
Indikator selanjutnya adalah rasa, Semakin tinggi suhu dan lama pengeringan, maka semakin
tinggi pula rasa manis yang tercipta pada pisang, hal ini seiring dengan kandungan gula reduksi yang
juga cenderung tinggi yang menyebabkan timbulnya rasa manis (9). Adanya pemanasan juga
mengakibatkan protein dalam bahan makanan akan mengalami perubahan dan membentuk
persenyawaan dengan bahan lain, misalnya antara asam amino hasil peruraian protein dengan gula
reduksi yang membentuk senyawa dengan rasa dari bahan makanan tersebut (3).
Selanjutnya untuk perubahan berat setelah pisang dipanaskan menggunakan microwave, Berat
buah pisang dapat berubah setelah pengeringan dikarenakan molekul air yang terdapat di dalam pisang
mengalami penguapan saat dilakukan proses pengeringan oven. Hal ini terjadi karena semakin lama
pemasakan dan semakin tinggi suhu yang digunakan akan menyebabkan terjadinya proses penguapan
air yang semakin tinggi pula. Semakin tinggi penguapan air yang terjadi akan menyebabkan penurunan
kadar air yang berakibat pada kenaikan persentase total gula (10). Pada pengamatan kali ini terbukti
bahwa setelah dilakukan pengeringan berat pisang menjadi menurun. Pada suhu rendah dengan waktu
pemanasan selama 1 menit terjadi penurunan berat sebanyak 1 gram. Pada suhu rendah dengan waktu
pemanasan selama 4 menit terjadi penurunan berat sebanyak 3 gram. Pada suhu tinggi dengan waktu
pemanasan selama 1 menit terjadi penurunan berat sebanyak 8 gram. Dan pada suhu tinggi dengan
waktu pemanasan selama 4 menit terjadi penurunan berat sebanyak 13 gram. Dapat diketahui bahwa
semakin lama dan/atau semakin tinggi waktu dan suhu yang diberikan pada bahan, maka semakin besar
penurunan dari berat bahan itu sendiri.
Microwave

Tabel 1. Hasil Pengamatan Suhu Rendah


Bahan Suhu Waktu Indikator Keterangan
Pisang Segar Rendah 1 menit Warna Pucat
Pisang Kering Kekuningan

Pisang Segar Rendah 1 menit Rasa Manis


Pisang Kering Gurih

Pisang Segar Rendah 1 menit Aroma Pisang kuat


Pisang Kering Tidak ada

Pisang Segar Rendah 1 menit Tekstur Lembek, kompak


Pisang Kering Empuk

Tabel 2. Hasil Pengamatan Suhu Rendah


Bahan Suhu Waktu Indikator Keterangan
Pisang Segar Rendah 4 menit Warna Putih kecoklatan
Pisang Kering Kuning

Pisang Segar Rendah 4 menit Rasa Manis


Pisang Kering Gurih

Pisang Segar Rendah 4 menit Aroma Harum


Pisang Kering Tidak ada

Pisang Segar Rendah 4 menit Tekstur Lembek


Pisang Kering Renyah

Tabel 3. Hasil Pengamatan Suhu Rendah


Bahan Suhu Waktu Berat Awal Berat Akhir
Pisang Segar Rendah 1 menit 12 gr 11 gr
Pisang Kering 3 gr 3 gr

Pisang Segar Rendah 4 menit 13 gr 10 gr


Pisang Kering 2 gr 2 gr
Microwave

Tabel 4. Hasil Pengamatan


Bahan Suhu Waktu Indikator Keterangan
Pisang Segar Tinggi 1 menit Warna Putih kecoklatan
Pisang Kering Kekuningan

Pisang Segar Tinggi 1 menit Rasa Manis


Pisang Kering Gurih

Pisang Segar Tinggi 1 menit Aroma Harum manis


Pisang Kering Tidak ada

Pisang Segar Tinggi 1 menit Tekstur Sangat lembek


Pisang Kering Renyah

Tabel 5. Hasil Pengamatan


Bahan Suhu Waktu Indikator Keterangan
Pisang Segar Tinggi 4 menit Warna Kuning gosong
Pisang Kering Kuning kecoklatan

Pisang Segar Tinggi 4 menit Rasa Pahit


Pisang Kering Gurih

Pisang Segar Tinggi 4 menit Aroma Harum pisang gosong


Pisang Kering Tidak ada

Pisang Segar Tinggi 4 menit Tekstur Keras


Pisang Kering Renyah

Tabel 6. Hasil Pengamatan


Bahan Suhu Waktu Berat Awal Berat Akhir
Pisang Segar Tinggi 1 menit 14 gr 6 gr
Pisang Kering 3 gr 2 gr

Pisang Segar Tinggi 4 menit 17 gr 4 gr


Pisang Kering 2 gr 1 gr
Microwave

4 KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan pada praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa prinsip
pemanasan microwave yaitu menggunakan gelombang radio untuk memanaskan material dielektrik.,
material dielektrik yang dimaksud adalah air, lemak, dan gula. Diketahui pula bahwa karakteristik
organoleptik pisang yang diolah menggunakan metode pemanasan dengan microwave dipengaruhi
oleh besarnya daya microwave, tingginya suhu microwave, dan lama waktu pemanasan menggunakan
microwave. Semakin besar daya microwave, semakin tinggi suhu microwave, dan semakin lama waktu
pemanasan menggunakan microwave yang diberikan pada bahan, maka semakin besar penurunan dari
berat bahan itu sendiri.
Microwave

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosyida Permatasari, M. Sjahrul Annas BA. Distribusi Temperatur Pada Microwave


menggunakan Metode CFD. Semin Nas Tah Tek Mesin XIV (SNTT M XIV) [Internet].
2015;(September):7–8. Available from: http://eprints.unlam.ac.id/634/1/KE-57.pdf

2. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. Tabel komposisi. 2018. 1–135 p.

3. Indradewi. Pengaruh Teknik Pengeringan terhadap Kadar Gizi dan Mutu Organoleptik Sale
Pisang (Musa paradisiaca L.). Fak Farm Univ Halu Oleo. 2016;4(2):58–65.

4. Rahman AF, Sukmawaty RS. Evaluasi Pengeringan Pisang Sale (Musa paradisiaca L.) pada Alat
Pengering Hybrid (Surya-Listrik) Tipe Rak. J Ilm Rekayasa Pertan dan Biosist. 2017;5(1).

5. Saputra A, Ningrum DK. Pengeringan Kunyit Menggunakan Microwave dan Oven. 2008;(24).

6. Nuri W. Pengaruh Daya Listrik Oven Gelombang Mikro terhadap Pemecahan Emulsi Minyak
Mentah Cepu. Eksergi. 2014;11(1):50–6.

7. Rasyid NP, Hartulistiyoso E, Fardiaz D. Aplikasi Microwave untuk Disinfestasi Tribolium


castaneum (Herbst.) serta Pengaruhnya terhadap Warna dan Karakteristik Amilografi Terigu.
Agritech. 2017;37(2):183.

8. Larasati RM, Lande ML, Wahyuningsih S. Analisis Browning Buah Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.) setelah Perlakuan Asam Askorbat dan Lidah Buaya (Aloe barbadensis L.).
17(3):72–7.

9. Marwati M, Yuliani Y, Andriyani Y, Mentari M. Pengaruh Suhu Dan Lama Pengeringan


Terhadap Sifat Kimia Dan Organoleptik Sale Pisang Kapas (Musa Comiculata). J Kim
Mulawarman. 2017;15(1):24.

10. Mukti KS, Rohmawati N, Sulistiyani S. Analisis Kandungan Karbohidrat, Glukosa, Dan Uji
Daya Terima Pada Nasi Bakar, Nasi Panggang, Dan Nasi Biasa. J Agroteknologi.
2018;12(01):90.

Anda mungkin juga menyukai