Dosen Pembimbing:
Ns, Sajodin, M.Kes.,AIFO
Oleh:
Kelompok 2
DAFTAR ISI............................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................ii
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................4
D. Manfaat.........................................................................................................4
BAB II METODE...................................................................................................5
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
diakibatkan adanya kerusakan jaringan, secara aktual maupun potensial atau yang
digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu pengalaman
sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitasnya
(ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar, tajam), durasi (transien,
intermiten,persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau
difus). Nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan
dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan reflex menghindar
dan perubahan output otonom (Bahrudin, 2017)
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Nyeri memberikan stimulus yang
mengenai tubuh seperti (mekanik, termal, kimia) menyebabkan pelepasan
substansi kimia seperti histamine, bradykinin, kalium. Substansi tersebut
menyebabkan nosiseptor bereaksi saat mencapai ambang nyeri, maka akan timbul
impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer ( serabut A-delta dan
serabut C). impuls syaraf akan dibawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu
dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu
dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan
transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf
pusat. Setelah impuls syaraf sampai diotak, otak mengolah kemudian akan timbul
respon reflek protektif.
Proses fisiologi nyeri diawali dengan 1) Transduksi: Proses dimana akhiran
syaraf aferen menerjemahkan stimulus ke dalam impuls nosiseptif. Ada tiga
serabut saraf yang terlibat dalam proses ini yaitu serabut A-beta, A-delta dan C.
silent nociceptor, juga terlibat dalam proses transduksi, merupakan serabut saraf
aferen yang tidak berespon terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator
inflamasi. 2) Transmisi: Proses dimana impuls disalurkan menuju kornu dorsalis
medulla spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik menuju otak. Neuron
aferen primer merupakan pengirim dan penerima aktif dari sinyal elektrik dan
kimiawi. Aksonnya berakhir di kornu dorsalis medulla spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal. 3) Modulasi: Proses amplifikasi sinyal
neural terkait nyeri. Proses ini terjadi di kornu dorsalis medulla spinalis, dan
mungkin juga terjadi di level lainnya. Sistem nosiseptif mempunyai jalur
desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke
otak tengah (midbrain) dan medulla oblongata, selanjutnya menuju medulla
spinallis. Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebut lah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. 4)
Persepsi: Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat
individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka terjadi suatu reaksi
kompleks. Fase ini dimulai saat nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada
formation reticularis dan thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan
afek. Kemudia sinyal dilanjutkan ke area limbik dimana area ini mengandung sel-
sel yang bias mengatur emosi. Area ini akan memproses reaksi emosi terhadap
suatu nyeri. Proses ini berlangsung cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat
segera menghasilkan emosi.
Sectio caesarea yaitu salah satu tindakan operasi untuk mengeluarkan bayi
dengan melakukan insisi atau pemotongan pada kulit, otot perut, serta rahim ibu.
Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui
vagina tidak memungkinkan atau karena adanya indikasi medis maupun non-
medis. Adapun kontraindikasi sectio caesarea adalah : Gawat janin, syok, anemia
berat, kelainan kongenital berat, infeksi progenik pada dinding abdomen,
minimnya fasilitas operasi sectio caesarea. Sebaiknya sebelum dilakukan
persalinan SC perlu dilakukan pemeriksaan : Kadar Hb, pemeriksaan Ultra sound
pada usia 12 sampai 20 minggu, pemeriksaan doppler untuk mengetahui kondisi
jantung janin, pemeriksaan hormone Hcg untuk mengetahui umur kehamilan, dan
amniosentesis untuk mengetahui fungsi paru janin.
Jenis sectio caesarea berdasarkan irisannya ada 2 macam, yang pertama SC
Segmen bawah, untuk indikasi : janin letak memanjang, masih ingin anak, tidak
ada kesulitan mencapai segmen bawah rahim. Yang kedua yaitu untuk indikasi :
kesulitan mencapai SBR, letak lintang dengan janin besar, gawat janin, plasenta
previa dengan insersi di depan, sterilisa. Sedangkan menurut waktu pelaksanaan
SC ada 2 macam, yaitu emergency dan elective. Emergency adalah apabila
persalinan tidak segera dikerjakan bisa mengancam keselamatan ibu dan atau
janinnya, sedang elective adalah persalinan yang bisa direncanakan waktunya.
Komplikasi utama persalinan sectio caesarea adalah kerusakan organ-organ
seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi
anastesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar jika
dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Sulit untuk memastikan hal tersebut
terjadi apakah dikarenakan prosedur operasinya atau karena alasan yang
menyebabkan ibu hamil tersebut harus dioperasi. Takipneu sesaat pada bayi baru
lahir lebih sering terjadi pada persalinan sectio caesarea dan kejadian-kejadian
trauma persalinanpun tidak dapat disingkirkan. Resiko jangka panjang yang dapat
terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio plasenta akrata dan ruptur uteri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perlu dilakukan
analisis studi literatur yang penting untuk dijadikan evidence based nursing
dalam pemberian asuhan keperawatan, penulis akan menganalisis literatur
mengenai mengenai pengaruh terapi murrotal Al-quran dalam menurunkan nyeri
pada pasien post Sectio Caesarea. Adapun penentuan PICO adalah sebagai berikut
Tabel 1. PICO
C. Tujuan
Tujuan umum penulis dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh dan
efektifitas terapi murottal al-qur’an dalam menurunkan intensitas nyeri post sectio
caesarea di ruang Nifas Rumah sakit ibu dan anak kota Bandung.
D. Manfaat
Hasil studi literatur ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk
pemberian intervensi non farmakologi untuk pasien post sectio caesarea yang
mengalami nyeri. Selain itu, hasil ini dapat diaplikasikan secara langsung oleh
tenaga kesehatan maupun berbagai pendukung kegiatan pelayanan kesehatan di
masyarakat
BAB II
METODE
4. Outcome : adalah hasil atau luaran yang didapatkan dari studi terdahulu
sesuai dengan tema yang telah ditentukan dalam literatur.
5. Study : adalah metode penelitian yang digunakan dalam artikel yang akan di
review.
Tabel 2. Format PICOS
Berdasrkan dari 5 jurna; yang telah dianalisa ada 3 jurnal yang dipilih dalam
pemberian terapi murrottal al-quran pada pasien post Post Sectio Caesarea,
karena termasuk terapi nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri sebab murottal
al-quran merupakan salah satu terapi distraksi yang efektif terhadap penurunan
rasa nyeri dan sering membuat pasien dapat menahan nyerinya serta dapat
mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Dengan pemberian murottal al-quran
ini, dapat menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan
depresi, menurunkan tekanan darah, dan dapat mengubah persepsi seseorang
terhadap nyeri.
Mendengarkan murrotal al-quranjuga memberikan efek ketenangan dalam
tubuh sebab adanya unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi. Rasa tenang ini
akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam
mendatangkan persepsi positif. Persepsi positif yang didapat dari murottal Ar
Rahman selanjutnya akan merangsang hipotalamus untuk mengeluarkan hormon
endorfin, Selanjutnya amigdala akan merangsang pengaktifan sekaligus
pengendalian saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf
parasimpatis berfungsi untuk mempersarafi jantung dan memperlambat denyut
jantung, sedangkan saraf parasimpatis sebaliknya. Rangsangan saraf otonom yang
terkendali akan menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medula
adrenal menjadi terkendali pula. Terkendalinya hormon epinefrin dan norepinefrin
akan menghambat pembentukan angiotensin yang selanjutnya dapat menurunkan
tekanan darah. Untuk pemberian murottal ii juga dapat dilakukan selama 20-30
menit dengan menggunakan surat Ar-Rahman, AL-kahfi maupun surat-surat
pendek yang terdapat di dalam al-quran bisa di dengarkan ketika mulai merasakan
nyeri atau pun ketika sedang istirahat agar merileksasikan pikiran dan tubuh yang
akan menciptakan rasa nyaman, tenang dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Purwati, E., Machmudah, M., & Khayati, N. (2019). Terapi Murottal Al-Qur’an
Menurunkan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Roemani
Muhammadiyah Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas, 2(1), 35-
43.
Siswanti, H., & Ummi, K. (2017). Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Nyeri
Pasien Post Seksio Sesaria Di Rsi Sunan Kudus Kabupaten Kudus Tahun
2016. In The 6th University Reserch Colloquium.