Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

SISTEM SANDI (KODE)

Pada mesin digital, baik intruksi (perintah) maupun informasi (data) diolah dalam
bentuk biner. Karena mesin digital hanya dapat memahami data dalam bentuk biner. Kita
sering menggunakan mesin- mesin digital seperti jam digital, multimeter digital,
thermometer digital, kalkulator, computer dan sebagainya. Tampilan yang langsung dapat
dilihat berupa angka desimal atau kumpulan huruf latin yang dikenal dalam keseharian,
padahal proses yang terjadi di dalam mesin-mesin tersebut berbentuk biner. Sedangkan
instruksi maupun informasi dalam bentuk biner tidsk disukai karena diluar kebiasaan
sehingga terasa rumit dan kurang praktis. Kita telah terbiasa dengan huruf latin A sampai
Z dsn angka-angka dari 0, 1, 2, …, sampai 9. Sehingga apabila disajikan bilangan atau
kata dalam bentuk biner tidak segera dapat diketahui maknanya.
Misalnya pada sederet bit biner 00010111, kita tidak segera tahu bahwa deretan
bit itu menyatakan bilangan atau huruf. Jika bilangan, deretan bit tersebut dapat
menunjukkan bilangan 1716 atau 2310. Agar deretan bit 00010111 dapat tampil sebagai
bilangan 1716 atau 2310 diperlukan teknik atau rangkaian tertentu. Sebaliknya, agar 1716
atau 2310 dapat dikenali oleh suatu mesin digital sebagai 00010111 juga diperlukan
teknik atau rangkaian tertentu. Dalam pemakaian kalkulator, bilangan yang dimasukkan
melalui tombol kunci (tuts) perlu diubah dari bentuk desimal menjadi biner. Sebaliknya
bilangan yang muncul pada tampilan kalkulator mengalami proses pengubahan dari
bentuk biner ke dalam format 7-segmen yang umumnya berbentuk desimal.
1. Sandi BCD (Biner Code Desimal)
Dalam mesin digital biasa menampilkan bilangan dalam bentuk desimal.
Sedangkan proses komputasi dalam mesin digital dalam bentuk biner, kita
mengalami hambatan atau bahkan sulit memahaminya, karena kita tidak biasa
dengan bilangan yang tampil dalam bentuk biner. Oleh karena itu diperlukan suatu
cara penyandian dari biner ke desimal dan sebalikya. Sebagai contoh bilangan
desimal 25 dan 43 masing- masing disandikan dalam biner sebagai berikut:
2510 = 110012
4310 = 1010112

Sembarang bilangan desimal dapat disajikan dalam bentuk biner yang setara.
Sekelompok 0 dan 1 dalam bentuk biner dapat dipikirkan sebagai penggambaran sandi
suatu bilangan desimal. Dua contoh diatas memperlihatkan bahwa setiap angka biner
mempunyai nilai sesuai dengan posisinya (satuan, duaan, empatan, dan seterusnya).
Dalam contoh diatas semua digit dilangan desimal disandikan langsung, atau sebaliknya
semua pernyataan biner menyandikan suatu bilangan desimal, jadi bukan digit per digit
yang disandikan.
Dalam sandi jenis lain bilangan-bilangan 0,1,2,3,4,5,6,7,8, dan 9 disandikan sendiri-
sendiri. Dengan demikian untuk menyatakan suatu bilangan desimal lebih dari satu
digit, maka setiap digitnya disandikan sendiri. Salah satu sistem sandi yang cukup
terkenal adalah BCD atau desimal yang disandikan biner. Karena digit desimal terbesar
9, maka diperlukan 4 bit biner untuk menyandi setiap digit. Susunan 4 bit biner tersebut
menghasilkan 16 kombinasi yang berbeda, tetapi hanya diperlukan 10 kombinasi di
antaranya. Untuk menyatakan bilangan desimal N digit diperlukan N x 4 bit biner.
Untuk bilangan bulat, kelompok 4 bit yang pertama (paling kanan) menyatakan satuan,
kelompok 4 bit ke dua adalah puluhan, kelompok 4 bit ke tiga merupakan ratusan, dan
seterusnya. Sebagai contoh bilangan desimal 468 (terdiri dari 3 digit) memerlukan 3
kelompok masing-masing 4 bit seperti tampak pada table berikut:

Desimal 4 6 8
BCD 0100 0110 1000
Bobot 800 400 200 100 80 40 20 10 8421

Setiap digit desimal diubah secara langsung menjadi biner yang setara. Perlu
dicatat bahwa 4 bit biner selalu digunakan untuk setiap digit. Dengan demikian sandi 4
bit biner yang digunakan adalah dari 0000, 0001, 0011, …, hingga 1001. Dalam BCD
tidak digunakan sandi- sandi 1010, 1011, 1100, 1101, 1110, dan 1111. Jika sembarang
bilangan 4 bit yang terlarang itu terjadi pada mesin yang menggunakan sandi BCD,
maka biasanya akan terjadi indikasi terjadi kesalahan. Tampaknya penulisan dengan
cara BCD ini merupakan pemborosan bit, karena 4 bit biner dapat untuk melambangkan
16 bilangan (pada BCD hanya 10). Tetapi keuntungannya kita tidak perlu
menuliskannya bilangan yang lebih besar dari 9 (dalam desimal tidak dikenal A, B, …,
F), sehingga BCD sangat cocok untuk memperagakan bilangan desimal, cukup dengan
mengubah setiap karakter BCD mejadi bilangan desimal yang diinginkan.

2. Sandi Excess-3 (XS-3)

Sandi XS-3 ini seperti BCD, terdiri dari kelompok 4 bit untuk melambangkan
sebuah digit desimal. Sandi ini untuk bilangan desimal dibentuk dengan cara yang
sama seperti BCD kecuali bahwa 3 tambahan pada setiap digit desimal sebelum
penyandian ke binernya. Misalkan untuk menyandi bilangan desimal 5 dalam XS-3,
pertama kali menambahkan 3 kepada 5 yang menghasilkan 8, kemudian 8
disandikan dalam biner 4 bit yang setara, yaitu 1000.
5+3=8 1000

Sandi XS-3 hanya menggunakan 10 dari 16 kelompok sandi 4 bit yang mungkin.
kelompok biner 4 bit yang tidak valid (terlarang) pada sandi XS-3 adalah 0000,
0001, 0010, 1101, 1110, dan 1111.

3. Sandi Gray

Merupakan sistem sandi tak berbobot karena posisi bit dalam kelompok sandi
tidak memiliki nilai bobot tertentu. Dengan demikian sandi gray cocok dalam
operasi aritmatik, dan aplikasinya banyak dijumpa berdekati dalam piranti
input/output dan ADC. Dalam sandi gray, antara sandi yang berdekatan mengalami
perubahan bit minimum, Karena sifatnya yang hanya berubah satu bit dalam
kelompok apabila berubah dari satu digit bilangan ke digit bilangan berikutnya.
Hal ini dapat mencegah terjadinya kesalahan dalam transisi perubahan apabila
lebih dari satu bit mengalami perubahan dari desimal 7 (binernya 0111) menjadi
desimal 8 (binernya 1000) yang seluruhnya bitnya mengalami perubahan yang
kemungkinan dapat bertransisi dahulu ke biner 1111 (desimal 15). Kejadian 1111
tersebut sebenarnya hanya sementara tetapi dapat menimbulkan operasi yang dapat
mengacau unsur-unsur yang dikendalikan bit tersebut.

Aturan untuk mengubah biner ke sandi gray adalah sebagai berikut:

a. Bit pertama (paling kiri) sandi gray sama dengan bit pertama dari bilangan
biner.
b. Bit kedua sandi gray sama dengan EX-OR dari bit pertama dan bit ke dua
bilangan biner. (EX-OR: sama dengan 1 bila kedua bit biner itu berbeda,
dan 0 bila sama).
c. Bit sandi gray ke tiga sama dengan EX-OR bit ke dua dan bit ke tiga
bilangan biner.
d. Dan seterusnya, perhatikan gambar dibawah ini yang merupakan gerbang
EX-OR untuk mengubah bit-bit bilangan biner ke dalam sandi gray,
kecuali bit pertama.
Sebagai contoh mengubah bilangan biner 10110 ke dalam sandi gray
(hasilnya 11101) adalah sebagai berikut:

Selanjutnya untuk mengubah sandi gray menjadi biner digunakan


langkah-langkah (yang berlawanan dengan cara mengubah biner ke sandi
gray) sebagai berikut:

a. Bit pertama biner sama dengan bit pertama sandi gray .


b. Bila bit sandi gray ke dua 0 maka bit biner ke dua sama dengan yang
pertama, dan bila bit sandi gray ke dua 1 maka bit biner ke dua adalah
kebalikan dari bit biner pertama.
c. Bila bit sandi gray ke tiga 0 maka bit biner ke tiga sama dengan yang ke
dua, dan bila bit sandi gray ke tiga 1 maka bit biner ke tiga adalah kebalikan
darri bit biner ke dua.
d. Demikian seterusnya.

Sebagai contoh mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya adalah
1001, seperti tampak pada ilustrasi berikut:
Ternyata setiap bit biner (kecuali yang pertama) diperoleh dengan mencari EX-OR
dari bit sandi gray yang sesuai dan bit biner sebelumnya, perhatikan gambar
berikut!

Contoh berikutnya mengubah sandi gray 1101 ke dalam biner yang hasilnya
adalah 1001.

4. Sandi ASCII

Sandi alpanumerik merupakan sejumlah tombol yang lengkap dan memadai yang
diperlukan itu meliputi 26 tombol untuk huruf kecil, 26 tombol untuk huruf besar,
10 tombol untuk digit angka, dan sedikitnya 25 tombol untuk tanda maupun
fungsi khusus seperti +, /, %, $, @, #, Esc, Insert, Page Up, dan seterusnya. Untuk
menampilkan 87 karakter yang berbeda tersebut dengan sandi biner setidaknya
diperlukan 7 bit. Dengan 7 bit tersebut akan diperoleh 27 = 128 sandi biner yang
berbeda.
Sandi alpanumerik yang paling terkenal adalah sandi ASCII (American Standard
Code for Information Interchange) yang digunakan oleh hampir seluruh computer.
Pada table berikut ini dikemukakan sandi ASCII.

Tabel sandi ASCII (7 bit).

LSB MSB
000 001 010 011 100 101 110 111
0000 NUL DLE SP 0 @ P p
0001 SOH DC1 ! 1 A Q A q
0010 STX DC2 “ 2 B R B r
0011 ETX DC3 # 3 C S C s
0100 EOT DC4 $ 4 D T D t
0101 ENQ NAK % 5 E U E u
0110 ACK SYN & 6 F V F v
0111 BEL ETB ‘ 7 G W G w
1000 BS CAN ( 8 H X H x
1001 HT EM ) 9 I Y I y
1010 LF SUB * : J Z J z
1011 VT ESC + ; K [ K {
1100 FF FS , < L \ L 1/2
1101 CR GS - = M ] M }
1110 SO RS . > N - N ~
1111 SI US / ? O 3/4 O DEL

Sebagai contoh seorang operator komputer memasukkan suatu pernyataan dari


papan kunci berupa tulisan STOP yang maksudnya memerintah komputer untuk
menghentikan suatu program, maka sandi biner yang dikenali komputer adalah
sebagai berikut:

101 0011 101 0100 100 01111 101 0000

S T O P
DAFTAR PUSTAKA

Azizmur.2012.Sistem Bilangan dan Format Data.Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta Press

(online) dalam http://kepala-blog.blogspot.com/2011/12/sistem-bilangan-biner.html,


diakses tanggal 5 Maret 2013

Putri Nurul Adha.2012. Bilangan Biner. (dalam


http://putlinulul.blogspot.com/2012/12/makalah-bilangan-biner.html , diakses tanggal 08
Maret 2013)

Anda mungkin juga menyukai