WahyuDioPrima 215313032 UTSCoporateGovernance
WahyuDioPrima 215313032 UTSCoporateGovernance
NPM : 215313032
Jawab :
Jawab :
a. Transparency / Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan dan
penyampaian informasi yang cukup akurat, tepat waktu, material dan relevan
mengenai perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder).
b. Accountability / Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban
organisasi sehingga pengelolaan usaha terlaksana dengan efektif. Prinsip
akuntabilitas memberikan kejelasan pemisahan hak dan kewajiban antara pemegang
saham, dewan direksi, dan dewan komisaris.
c. Responsibility / Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban adalah kesesuaian pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat.
d. Independency / Kemandirian
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa berbenturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan serta prinsip korporasi yang sehat.
Implementasi dari kemandirian adalah dewan komisaris dan dewan direksi memiliki
pendapat yang independen pada setiap pengambilan keputusan, tetapi masih bisa
mendapat masukan dari konsultan atau sumber daya manusia lainnya yang berguna
untuk menunjang kemajuan perusahaan.
e. Fairness / Kewajaran
Kewajaran adalah keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak pemangku
kepentingan (stakeholder) yang timbul berdasar perjanjian dan peraturan perundang-
undangan.
Implementasi dari Kewajaran adalah perlakuan yang setara kepada publik, otoritas
pasar modal, komunitas pasar modal, dan pemangku kepentingan. Karyawan juga
diperhatikan dengan baik hak serta kewajibannya secara adil dan wajar.
Jawab :
Di Indonesia, konsep Good Corporate Governance (GCG) mulai dikenal sejak krisis
ekonomi tahun 1997 krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya
perusahaan–perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan
sarat dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN (Budiati, 2012). Bermula dari
usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa
Efek Indonesia/BEI) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di
BEI yang mewajibkan untuk mengangkat Komisaris Independen dan membentuk
Komite Audit pada tahun 1998, GCG mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan
publik di Indonesia.
Jawab
Penerapan tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance (GCG)
merupakan keharusan bagi keberhasilan mewujudkan visi dan misi serta kelangsungan
usaha perusahaan. Penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban
saja, namun telah menjadi kebutuhan dasar dalam menjalankan kegiatan bisnis perusahaan
dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan, meningkatkan nilai
perusahaan dan sebagai upaya agar perusahaan dapat bersaing.
Jawab :
Contoh penerapan GCG pada perusahaan yaitu Pada tanggal 30 April 2010 ini Bank
Indonesia melalui Surat Edarannya memberikan penegasan terhadap PBI No.
11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Melalui PBI ini diatur kegiatan-kegiatan yang
menyangkut dengan check and balance yang harus dilakukan bank dan juga
menghindari conflict of interest dalam melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan
kulaitas pelaksanaan GCG Bank diwajibkan untuk melakukan self assessment secara
komprehensif agar kekurangan bisa segera di deteksi. Dan pada akhirnya Bank akan
menyerahkan Laporan penerapan GCG ini kepada stakeholder sebagai sebuah bentuk
transparansi yang dilakukan oleh manajemen. Pelaksanaan Good Corporate
Government pada industri perbankan Syariah harus berlandaskan kepada lima prinsip
dasar. Pertama, transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan. Kedua, akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organisasi bank sehingga pengelolaannya berjalan
secara efektif. Ketiga, pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian
pengelolaan bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip pengelolaan bank yang sehat. Keempat, profesional (proffesional) yaitu
memiliki kompetensi, mampu bertindak obyektif, dan bebas dari pengaruh/tekanan dari
pihak manapun (independen) serta memiliki komitmen yang tinggi untuk
mengembangkan bank syariah. Kelima, kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan
kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.