Anda di halaman 1dari 9

Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

Urgensi, Kedudukan, dan Keunikan


Bimbingan dan Konseling

A. Kedudukan BK Dalam Pendidikan


Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah
dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan
layanan bimbingna dan penyuluhan pendidikan dan layanan di bidang pembelajaran
yang dibingkai dalam kurikulum sebagai mana tampak pada gambar 1.

Manajemen
Wilayah dan Supervisi
Manajemen
& Kepemimpinan

Wilayah Tujuan
Pembelajaran Perkembangan
Pembelajaran
Yang mendidik Optimal Tiap
Bidang Studi
Peserta Didik

Wilayah Bimbingan dan


Bimbingan dan Konseling
Konseling yang
Memandirikan

Gambar 1. Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

Dalam gambar terdapat tiga wilayah yaitu wilayah manajemen dan


kepeminpinan, wilayah poembelajaran yang mendidik dan wilayah bimbingan dan
konseling yang memandirikan.

1. Wilayah Manajemen dan Kepemimpinan


Wilayah ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan
pengambilan kebijaksanaan sereta bentuk-bentuk kegiuatan pengelolaan dan
manajemen sekolah seperti perencanaan, pengadaan dan pengembangan staf,
prasarana dan sarana fisik dan pengawasan.
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

2. Wilayah Pembelajaran yang Mendidik


Wilayah ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran yaitu penyampaian dn pengembangan pengetahuan, ketrampilan, sikap
dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

3. Wilayah Bimbingan dan Konseling yang Memandirikan


Wilayah ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada
pelayanan kesisiwaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi dan tahap-tahap
perkembangannya.
Dalam Permendiknas No. 23/2007 dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang harus dicapai peserta didik melalui proses pembelajaran bidang studi,
maka kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan
bimbingan dan konseling adalah kompetensi kemandirian untuk mewujdukan diri (self
actualization) dan pengembangan kapasitasnya (capacity development) yang dapat
mendukung pencapaian kompetensi lulusan (sebagaimana dimaksud dan dirumuskan
dalam Permendiknas No.23/2006 tentang SKL). Persamaan, keunikan, dan
keterkaitan wilayah layanan guru dan konselor dapat digambarkan dalam Gambar 2.

Perkembangan Optimum Siswa

Standar Kompetensi Misi bersama Standar


Kemandirian utk guru dan konselor Kompetensi
mewujdukan diri dalam Lulusan mata
(akademik, karir, memfasilitasi pelajaran
sosial, pribadi) perkembangan (Pembelajaran
(Bimbingan dan peserta didik bidang studi)
Konseling) seutuhnya dan
pencapaian
tujuan pendidikan
nasional

Wilayah Wilayah Penghormatan Wilayah Guru


Konselor Bersama

Gambar 2. Kesamaan dan Keunikan Wilayah Kerja Guru dan Konselor


Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

Telaah di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri dalam Permendiknas


No. 22/2006 lebih merupakan wilayah penghormatan bersama yang harus
dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja.
Sementara itu bimbingan dan konseling tetap memiliki wilayah layanan khusus dalam
mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik.
Posisi wilayah penghormatan bersama mengandung arti bahwa masalah-
masalah perkembangan siswa yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk
kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani
konselor dirujuk kepada guru untuk menindak lanjutinya apabila itu terkait dengan
proses pembelajaran bidang studi.
Masalah kesulitan belajar siswa sesungguhnya akan lebih banyak bersumber
dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berati bahwa di dalam proses pembelajaran,
dan untuk membangun pembelajaran bermutu, perlu ada fungsi-fungsi bimbingan dan
konseling yang diperankan guru di dalam proses pembelajaran. Jadi sesungguhnya
tidak ada wilayah yang betul-betul digarap bersama oleh guru dan konselor, tapi
keduanya menghadapi wilayah penghormatan bersama itu. Reposisi optimum atas
keberadaan bimbingan dan konseling di dalam struktur kurikulum berdasarkan
Permendiknas No. 22/2006 dapat dilukiskan dalam Gambar 3.
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

Pimpinan Satuan
Pendidikan Manajemen

Muatan Lokal

Perkembangan
Guru Mata Pelajaran/ KURIKULUM
(KTSP) Optimum
Bidang Studi
Peserta Didik

Pengembangan Diri

Konselor Bimbingan dan


Konseling

Gambar 3. Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

B. Keunikan dan Keterkaitan Tugas Guru Dan Konselor


Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta diidik secara utuh dan
optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang bharus dilakdanakan oleh
guru, konselor dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-
masing pihak tetao memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi
diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional
kemiotraan antara konselor dengan guru, santara lain dapat dilakuan melalui kegiatan
rujukan (referal). Masalah-masalah perkembagan peserta didik yang dihadapi guru
pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya. Demikian
pula masalah yang ditangni konselor dirujuk kepada guru untuk mrenindak lanjutinya
apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi.
Secara rinci keterkaitan dan kekhusuan layanan pembelajaran oleh guru dan
layanan bimbingan dan konseling oleh konselor dapat dilukiskan dalam matriks
berikut.
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

Matriks 1
Kontribusi Unik dan keterkaitan Layanan Guru dan Konselor

Worldview Guru Konselor


Wilayah Gerak Khususnya Sistem Pendidikan Khususnya Sistem
Formal Pendidikan Formal
Tujuan Umum Pencapaian tujuan pendidikan Pencapaian tujuan
nasional pendidikan nasional
1. Konteks Tugas Pembelajaran yang berdampak Layanan B & K yang
Mendididk melalui Mata pelajaran menumbuhkan
dengan Skenario Guru Kemandirian dalam
Pengambilan Keputusan
oleh Konseli mengenai
pendidikan dan karier
dengan fasilitasi Konselor
 Masalah yang terkait dengan mata pelajaran masalah pribadi, sosial,
dihadapi Peserta (sebagian) belajar, karier
didik
 Hubungan kerja Alih tangan sesuai hakekat Alih tangan sesuai
masalah hakekat masalah
2. Target Intervensi
 Individual Minim Utama

 Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis

 Klasikal Utama Minim


3 Ekspektasi Kinerja
 Ukuran Pencapaian Standar Kompetensi Kemandirian Konseli
keberhasilan Lulusan dalam Pengambilan
Keputusan dengan
Standar Ipsatif
 Dampak Utama Minim
Langsung tindak
intervensi
 Dampak tidak Pilihan strategis Utama
langsung tindak
intervensi
 Pendekatan Optimasi pemanfaatan Pengenalan diri oleh
umum Instructional Effects & Nurturant Konseli diperhadapkan
Effects melalui Mata Pelajatan, dengan pengenalan
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

Worldview Guru Konselor


dalam Pembelajaran yang lingkungan dalam rangka
Mendidik, Skenario tindakan pengatasan masalah
diatur oleh Guru (Wawasan pribadi, sosial, (sebagian)
kependidikan guru) belajar, dan karier,
Skenario tindakan
merupakan hasil
transaksi yang
merupakan keputusan
Konseli (Worldview
konselor)
 Perencanaan Penetapan kebutuhan belajar Penetapan kebutuhan
tindak intervensi oleh guru (keputusan situasional penataan diri diputuskan
oleh guru) secara transaksional
oleh Konseli, difasilitasi
oleh Konselor
 Pelaksanaan Penyesuaian sambil jalan Penyesuaian sambil jalan
tindak intervensi berdasarkan respons berdasarkan transaksi
ideosinkratik Peserta didik makna antara Konseli
terhadap keputusan dan tindakan dengan Konselor
guru (keputusan transaksional (keputusan
oleh guru) transaksional diambil
oleh konseli)
 Penilaian proses Ketercapaian Standar Aproksimasi Kemandirian
dan hasil Kompetensi dengan Standar Ipsatif
 Lintasan Menuju ketercapaian Tujuan Menuju Kemandirian
Perkembangan Utuh Pendidikan (holistik) dalam pengambilan
peserta didik keputusan Pendidikan dan
Karier dalam konteks
Tujuan Utuh Pendidikan
(holostik)
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

C. Bidang – Bidang Pelayanan di Sekolah


Dalam gambar tersebut terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu bidang
kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan supervisi, dan bidang bimbingan
dan konseling.
1. Bidang Kurikulum dan Pengajaran
Bidang ini meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan
pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan,
sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.

2. Bidang Administrasi dan Supervisi


Bidang ini meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan
pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan
administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan dan
pengembangan staf, prasarana dan sarana fisik, dan pengawasan.

3. Bidang Bimbingan dan Konseling


Bidang ini meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada
pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik dapat
berkembang sesuai dengan bakat, minat, potensi, dan tahap-tahap
perkembangannya.
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu dengan yang
lain, namun semuanya memilki arah yang sama. Yaitu memberikan kemudahan bagi
pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Antara bidang yang satu
dengan lain terdapat hubungan yang saling isi mengisi. Pelayanan bimbingan dan
konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya
proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar dan efektif apabila siswa
terbebas dari masalah-masalah yang mengganggu proses belajarnya. Pembebasan
masalah-masalah siswa tersebut dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan
konseling. Lebih jauh lagi, materi layanan bimbingan dan konseling dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa.
Demikian juga terhadap administrasi dan supevisi, bimbingan dan konseling dapat
memberikan sumbangan berarti, misalnya dalam kaitannnya dengan penyusunan
kurikulum, pengembangan program-program pengajaran, pengambilan kebijakan
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

yang tepat dalam rangka penciptaan iklim yang benar-benar menunjang bagi
pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberikan sumbangan
yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan
pengajaran merupakan lahan yang efektif bagi terlaksananya di dalam praktek materi-
materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksaan pengajaran yang sehat dan
mantap akan memberikan sumbangan yang besar bagi pencegahan timbulnya
masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah
siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian bantuan materi pengayaan merupakan
bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran.
Bidang administrasi dan supervisi memberikan sumbangan besar bagi pelayanan
bimbingan dan konseling melaalui berbagai kebijakan dan pengaturan yang
menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan–layanan itu secara
optimal, sehingga segenap fungsi-fungsi dan jenis layanan serta kegiatan bimbingan
dan konseling dapat terlaksana dengan lancar dan mencapai sasaran.
Atas dasar uraian tersebut di atas, nampaklah bahwa suatui kegiatan pendidikan
yang baik dan ideal hendaknya mencakup ketiga bidang tersebut. Pendidikan yang
hanya menjalankan program kegiatan pengajaran dan administratif saja tanpa
memperhatikan pembinaan siswa mungkin hanya akan menghasilkan individu yang
cakap dan bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami
kemampuan atau potensi dirinya, dan tidak sanggup untuk mewujudkan dirinya secara
optimal. Melalui program layanan bimbingan dan konseling yang baik dan benar,
maka setiap siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan setiap potensi dan
kemampuan seoptimal mungkin. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa bimbingan
dan konseling dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-
citanya, dan juga dengan kondisi dan situasi lingkungan sekitarnya.
Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling akan lebih terasa jika melihat
berbagai keadaan yang terjadi di sekolah. Keadaan-keadaan yang dimaksudkan
misalnya adalah sebagai berikut.
a. Terdapat berbagai masalah dalam pendidikan yang tidak mungkin diselesaikan
oleh seorang guru. Misalnya; pengumpulan data tentang siswa, pemberian
layanan konseling, penyelesaian masalah pribadi dan atau sosial siswa.
Sedangkan guru lebih memfokuskan pada tugas-tugas dan tanggung jawabnya
dalam proses kegiatan belajar dan pembelajaran.
Tim dosen pengampu MKDK BK Universitas Negeri Semarang

b. Dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi perselisihan atau konflik antara


siswa dan guru, sehingga dalam situasi pertentangan itu sangatlah sulit guru untuk
menyelesaikannya. Untuk itu perlulah adanya pihak ketiga atau pihak lain yang
dapat menyelesaikan konflik tersebut.
c. Sering ditemukannya masalah-masalah pribadi siswa, sehingga diperlukan
seorang ahli khusus yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut, yaitu
seorang konselor yang memang sudah dididik untuk tugas penanganan masalah
sesuai dengan langkah-langkah yang benar. Sedangkan guru sudah diberi
tanggung jawab khusus dalam bidang pengajaran dan secara profesional, guru
tidak dibekali ilmu khusus untuk memecahkan masalah yang dimaksudkan.

Atas dasar uraian tersebut di atas, jelaslah bahwa bimbingan dan konseling
merupakan salah bidang kegiatan dalam penyelenggaraan dan pelaksaan proses
pendidikan, yang secara terintegrasi bersama-sama dengan bidang administrasi dan
bidang kurikulum mewujudkan tujuan pendidikan, yaitu membantu perkembangan
peserta didik secara optimal sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan kemampuan
peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai